MELONTAR JUMRAH
Oleh
Kelompok 10
M awal Ramadhan-50800120088
2021
KATA PENGANTAR
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................1
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
a. Kesimpulan ......................................................................................17
b. Saran ..................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
3
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
4. Dilakukan sendiri atau diwakilkan kepada orang lain bila
tidak mampu, dengan syarat wakil tersebut telah melempar
untuk dirinya sendiri.
5. Melempar jumrah dilakukan pada waktu yang telah
ditentukan.
6. Bila dilakukan diluar waktunya, maka wajib membayar
Dam.Melempar jumrah tersebut harus dimulai dari jumrah
Ula, yaitu jumrah yang terletak didekat mesjid Mina.
Kemudian dilanjutkan jumrah Wustha, dan diakhiri dengan
jumrah Aqabah.
6
Mengganti bacaan talbiah dengan takbir setelah
lemparan jumrah Aqabah pada hari Nahar.
Bila jamaah haji dating dari Mina dengan
berkendaraan, maka hendaklah melempar dari atas
kendaraannya.
Melempar dengan menggunakan kerikil baru yang
belum dipakai, baik oleh dirinya maupun orang lain.
Jarak antara pelempar dengan jumrah sekitar lima
hasta, jika hal itu tidak membahayakan dirinya.
Memakai kendaraan ketika melontar jumrah Aabah,
tetapi berjalan ketika melontar jumrah Ula dan
Wustha.
7
kecil. Praktek ini kemudian diteruskan oleh para sahabat
Umar bin Khatab dan Sa’id bin Jubair mengambil btu-batu
kecil untuk melontar jumrah diMuzdalifah
Berdasarkan ini Imam Syafi’i menganjurkan jamaah haji
mengambil batu-batu kecil itu di Muzdalifah. Menurut
Ahmad bin Hanbal, Atha’ dan bin Muzhir, mengambil
batu-batu kecil tersebut tidak mesti Di Muzdalifah, tetapi
dapat diambil darimana saja. Bahkan menurut Atha’ bin
Munzir dan bin Hazm, jamaah haji boleh melontar jumrah
dengan batu yang diambil dari tempat melontar jumrah,
meskipun pendapat ini tidak disetujui Imam Syafi’i dan
Imam Ahmad. Mereka beralasan bahwa ini dibolehkan
Karen tidak ada ayat atau hadits yang melarang
melakukannya.
c. Masalah Nafar
Nafar dalam pelaksanaan haji merupakan tata cara
melempar jumrah. Jumrah yang dimaksud disini ada tiga
macam, yaitu:
1. Jumrah Ula (pertama) disebut juga dengan jumrah surga
(kecil) yang terletak dimasjid Khaif.
2. Jumrah Wustha (jumrah yang sedang), disebut juga
dengan jumrah tsaniah (yang kedua), jaraknya dari
jumrah Ula sekitar 156 M.
3. Jumrah Aqabah (jumrah ketiga) atau biasa disebut
jumrah tsalasih. Jumrah ini terletak disebelah kiri
ketika seseorang memasuki Mina.
8
melontar pada awal nafar adalah tiga hari. Disebut
nafar awal karena jamaah lebih meninggalkan Mina
kembali ke Mekah dan hanya melontar sebanyak tiga
hari.Total banyaknya kerikil yang dilontar pada
nafar awal adalah 49 butir dengan perincian:
1. Pada tanggal 10 dzulhijjah, melempar jumrah
Aqabah dengan tujuh kerikil.
2. Pada tanggal 10 dzulhijjah, melontar jumrah Ula
dengan tujuh kerikil, jumrah Wustha dan Aqabah
tujuh kerikil pula. Pada tanggal dan hari ini,
jumlah kerikil yang dilempar sebanyak 21 butir.
3. Pada tanggal 12 dzulhijjah, melontar jumrah Ula
dengan tjuh kerikil, jumrah Wustha tujuh kerikil
dan jumrah Aqabah tujuh kerikil. Total kerikil
yang dilempar sebanyak 21 kerikil.
9
2. Pada tanggal 11 dzulhijjah, melempar jumrah
Ula,Wustha,dan Aqabah yang masing-masing 7
kali lemparan kerikil.Semuanya berjumlah 21
kerikil.
3. Pada tanggal 12 dan 13 dzulhijjah,
pelemparannya sama dengan poin (b) semua
jumlahnya 42.
10
adalah berdasarkan firman Allah dalam Q.S Al-
Baqarah ayat 203
11
Bila dalam nafar awal, kerikil yang dilempar
berjumlah 49 butir, maka jumlah takbir yang dibaca
sama dengan jumlah tersebut.Bagi nafar tsani yang
menghabiskan kerikil 70 butir, maka umlah takbir
yang dibaca pun sama mengenai teks takbir yang
dibaca setidaknya ada tiga riwayat, yaitu:
Aن
ِ A اAط Aَ AرAْ Aِ اA ُرAَ بA ْكAَ اA َّمAُ هAAَّلA لAَا
َ A ْيA َّشA لAِ لA اA ًمAجAْ AرAَ A َوA ِنA َمAحAْ AَّAرA لAِ لA اA ًعA اAض
A اA ًرAوAْ Aُ فA ْغA َمA اAً بA ْنA َذA َوA اA ًرAوAْ A ُرA ْبA َمA اAج Aَ Aُ هA ْلA َعAجAْ Aَ اAAَّ مAُهA لAAَّ لAَ اA, A ُرAَ بA ْكAَ اAAَّ مAُهA لAAَّ لAَا
ًّ Aح
AAَّ مAُهA لAAَّ لAَ اA, A ِنA َمAحAْ AَّAرA لAِ لA ىAض
Aَ A ِرAوAَ A نA ْيA ِطA اAَ يA َّشA لAِ لA اA ًمAجAْ A َرA ُرAَ بA ْكAَ اA َّمAُهA لAAَّ لAَهللا ا
Aِ AمAِ A ْسAِب
A اA ًرAوAْ A ُكA ْشA َمA اAً يA ْعA َسA َوA اA ًرAوAْ A ُرA ْبA َمA اAج Aَ Aُ هA ْلA َعAَج
ًّ Aح
12
tersebut maka wajib membayar Dam.Kalau tidak
melontar tiga jumrah satu hari wajib membayar
fidyah satu Mud dan apabila meninggalkan dua hari
(bagi yang nafar tsani) wajib membayar fidyah dua
mud.
2. Waktu Melempar Jumrah
Waktu melempar jumrah Aqabah pada harii
nahar mulai setelah lewat tengah malam
sampai subuh tanggal 11 dzulhijjah.
Melempar jumrah pada hari tasyri’ dilakukan
setelah tergelincir matahari hingga terbenam
matahari.
13
melontarnya didahulukan sebelum melonta
jumrah yang lain.
b. Tertunda Melempar Jumrah Aqabah
Waktu melontar jumrah Aqabah pada
tanggal 1 dzulhijjah boleh diakhiri sampai tengah
malam hari atau keesokan harinya tanggal 11
dzulhijjah.Batas akhir melontar jumrah Aqabah
pada hari tasyri’ terakhir. 1
14
Muzdalifah lewat tengah malam untuk langsung melempar
jamrot al-Aqobah sebagimana yang dilakukan oleh para
sahabat.
4) Jika tidak sempat melempar disiang hari maka boleh
melempar dimalam hari.Dan waktu melempar memanjang
hingga sebelum terbit fajar (Adzan subuh) esok harinya.
5) Kerikil yang digunakan untuk melempar ukurannya
sedang,tidak terlalu besar.ibnu Abbas berkata:
“Rasulullah SAW berkata kepadakudi pagi hari melempar
jumroh al-Aqobah,sementara beliau menunggangi unta
beliau,”carikan buatku(kerikil)”.maka akupun mengambil
untuk beliau kerikil-kerikil yaitu kerikil ukuran untuk
mengutik,lalu beliau lalu beliau berkata sebanyak dua
kali,”seperti(ukuran) kerikil-kerikil inilah (kalian
melempar)”.Dan beliau berkata dengan mengangkat
tangannya.”waspadalah kalian dari sikap berlebih-lebihan
dalam agama.Karena sesungguhnya umat sebelum kalian
dibinasakan oleh sikpa berlebihan dalam agama”(HR Ibnu
Majah no 3029 dan Ahmad n0 1851 dan 3248)
Ini menunjukkan bahwa sikap berlebih-lebihan dalam ukuran
kerikil adalah terlarang.
6) Hendaknya melempar dengan tangan kanan disertai takbir
setiap kali lemparan kerikil.
7) Tidak mengapa kerikil diambil dari manapun, karena tetap
saja namanya adalah kerikil.hanya saja para ulama khilaf dari
mana lebih utaman untuk diambil,apakah dari Muzdalifah
atakah dari perjalanannya dari Muzdalifah menuju Mina.
8) Kerikil-kerikil tersebut tidak perlu dicuci terlebih
dahulu,karena ketika Nabi memerintahkan Ibnu Abbas
mencari kerikil posisi beliau sedang berada diats unta beliau,
dan tidak diriwayatkan bahwa beliau mencuci kerikil tersebut.
15
9) Jika seseorang tidak mampu untuk melempar jumrah karena
sakit atau udzur yang sulit diharapkan hilangnya hingga akhir
waktu melempar,maka boleh baginya untuk mewakilkan
lemparannya.yang perlu diperhatikan:
Wakilnya yang mau melemparkan hendaknya sudah
melempar untuk dirinya terlebih dahulu.
Jika dia hendak mengambil nafar awal, maka janganlah
ia keluar dari Mina kecuali setelah wakilnya tersebut
melempar.
10) Bagi yang berudzur kuat,maka boleh menggabungkan
pelemparan 2 hari dilaksanakan pada satu hari. 2
BAB III
2
M. Ali Hasan, Perbandingan mazhab Fiqh, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta: 2000, H.124
16
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lempar jumrah atau lontar jumrah adalah sebuah
kegiatan yang merupakan bagian dari ibadah haji tahunan
kekota suci Makkah,Arab Saudi.Para jamaah haji
melemparkan batu-batu kecil ketiga tiang (jumrah bahasa
arab:jamarah,jamak,jamaraat) yang berada dalam satu tempat
baernama kompleks jembatan jumrah, di kota Mina yang
terletak dekat Mekkah.para jamaah mengumpulkan batu-
batuan tersebut dari tanah dihamparan Muzdalifah dan
melemparkannya.Kegiatan ini adalah kegiatan kesembilan
dalam rangkaian kegiatan-kegiatan ritual yang harus
dilakukan pada saat melaksankan ibadah haji,dan umumnya
menarik jumlah peserta yang sangat besar (mecapai lebih dari
sejuta jamaah).
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah diatas memiliki
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah di atas.
17
DAFTAR PUSTAKA
18