Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MELONTAR JUMRAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filosofi dan Teori-Teori


Haji dan Umrah

Semester 2 Manajemen Haji dan Umrah

Dosen Pembimbing : H. Abdul Rahim, Lc., M.Pd.I.

Oleh

Kelompok 10

Ade Taisyah Putri-50800120060

Nur Aisyah Putri Adelia-50800120076

M awal Ramadhan-50800120088

DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN


MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala


rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan
selesai.Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penyusun sangat berharap semoga maklah ini dapat


menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami.Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 3 Juni 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................1

Daftar isi .........................................................................................................2

Bab I Pendahuluan

a. Latar Belakang ..................................................................................3


b. Rumusan Masalah .............................................................................4
c. Tujuan ..................................................................................................4

Bab II Pembahasan

a. Sejarah Melempar Jumrah ..............................................................5


b. Syarat Melempar Jumrah ................................................................5
c. Hukum-hukum yang berkaitan dengan melontar jumrah ....14

Bab III Penutup

a. Kesimpulan ......................................................................................17
b. Saran ..................................................................................................17

Daftar Pustaka .............................................................................................18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Jumrah ialah batu-batukecil atau kerikil.Jumrah yang akan


dilempar ada tiga yaitu jumrah Aqabah,al-Wustha dan As-
Sughra.Tiap-tiap jumrah dilempar dengan tujuh batu kerikil.Waktu
melontar jumrah ialah sesudah tergelincir matahari pada tiap-tiap
hari (tanggal 10,11,12 dzulhijjah).

Asal-usul jumrah,bermula dari peristiwa Nabi Ibrahim untuk


menyembelih Nabi Ismail AS.Setellah keduanya sama-sama ikhlas
dan bersepakat melaksanakan penyembelihan Ismail oleh ayahnya
(Ibrahim) mereka berjalan menuju bukit qurban.Dalam
perjalanan,iblis menggoda dan membujuk keduanya agar
penyembelihan Ismsil tidak dilaksanakan.Mereka tidak mau tergoda,
maka mereka melempar iblis dengan batu kerikil supaya
menghentikan godaanya.Keduanya berbulat tekad untuk
melaksakannya dan mereka mengusir dan melempar iblis. peristiwa
pelemparan iblis terjadi ditiga tempat.Ketiga tempat itulah yang
disebut dengan jumrah al-Aqabah,al-Wustha,al-Ula.

Pelemparan pada setiap jumrah,baik jumrah Ula,Wustha aau


Aqabah yang dilakukan dengan cara melempar batu masing-masing
tujuh kali itu terkandung maksud bahwa rasa benci dan permusuhan
terhadap setan dan seluruh umat manusia.Semua perilaku
syaitaniyah harus dijauhi manusia, yang mengajak kejalan
kesesatan. Dengan melontar jumrah diharapkan perilaku buruk
hilang dalam diri seseorang dan dapat digantikan perilaku yang
baik.

3
B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah melempar jumrah?


2. Apa syarat melempar jumrah?
3. Bagaimana hukum-hukum yang berkaitan dengan melempar
jumrah?

C.Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah melempar jumrah.


2. Untuk mengetahui syarat melempar jumrah.
3. Untuk mengetahui hukum-hukum yang berkaitan dengan
melempar jumrah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Melempar Jumrah


Jumrah berarti tempat pelemparan yang didirikan untuk
memeperingati Nabi Ibrahim AS yang digoda oleh syetan agar
tidak melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih
putranya Ismail AS.Tiga kali beliau digoda dan tiga tempat
pula beliau melemparkan batu kepada syetan sebagimana yang
diperintahkan dan dibimbing langsung oleh malaikat.Ditempat
beliau melempar inilah yang kemudian tugu-tugu dengan nama
jumrah Ula,Wustha,dan Aqabah.Untuk memudahkan jamaah,
pemerintah Arab Saudi membangun jalan lebar dua lantai,
sehingga ketiga jumrah tersebut mudah dicapai. Abdurrahman
At-Taimi menginformasikan bahwa Nabi SAW memerintah
jamaah haji melempar jumrsh dengan batu-batu kecil pada
haji wada’ sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist yang
artinya: ”Rasulullah SAW memerintahkan kami melempar
jumrah dengan batu-batu kecil pada haji wada’.(HR.Al-
Thabrani).
B. Syarat Melempar Jumrah
Setidaknya ada enam syarat yang harus diperhatikan
dalam melempar jumrah.
1. Menggunakan batu dan batu yang digunakan kira-kira
sebesar ibu jari tangan.
2. Batu benar-benar dilempar, bukan sekedar diletakkan
dijumrah.Batu itu mengenai jumrah, dan jika tidak
mengenai jumrah harus diulang.
3. Melakukan lemparan satu-persatu sampai tujuh kali
lemparan.

5
4. Dilakukan sendiri atau diwakilkan kepada orang lain bila
tidak mampu, dengan syarat wakil tersebut telah melempar
untuk dirinya sendiri.
5. Melempar jumrah dilakukan pada waktu yang telah
ditentukan.
6. Bila dilakukan diluar waktunya, maka wajib membayar
Dam.Melempar jumrah tersebut harus dimulai dari jumrah
Ula, yaitu jumrah yang terletak didekat mesjid Mina.
Kemudian dilanjutkan jumrah Wustha, dan diakhiri dengan
jumrah Aqabah.

Waktu melontar jumrah kubra adalah bermula dari


selepas separuh malam 10 dzulhijjah hinggalah terbenam
matahari 13 dzulhijjah.Biasanya jamaah akan dibawa untuk
melontar jumrah kubra pada malam 11 dzulhijjah bagi
mengelakkan kesaksian dan berasak-asakan dengan jamahaan
Negara lain.

Para jamaah hendaklah memasttikan mereka telah


menyempurnakan lontaran sebanyak 7 biji anak batu di jamrah
kubra dengan memenuhi syarat-syaratnya.
a. Sunah Melempar
Adapun amalan sunah yangberkaitan dengan melempar
jumrh adalah:
 Mandi setiap hari sebelum melempar.Mendahulukan
melempar dari shalat dzuhur pada hari-hari tasyri’.
 Muwalat (runtun/berturut) antara lontaran itu dan
antar satu jumrah dengan jumrah yang lain.
 Melempar dengan tangan kanan, bila yang demikian
mudah baginya.
 Mencuci kerikil yang akan dilemparkan bila
dikerikil itu terdapat najis.
 Kerikil dipilih hendaknya lebih kecil dari ibu jari.

6
 Mengganti bacaan talbiah dengan takbir setelah
lemparan jumrah Aqabah pada hari Nahar.
 Bila jamaah haji dating dari Mina dengan
berkendaraan, maka hendaklah melempar dari atas
kendaraannya.
 Melempar dengan menggunakan kerikil baru yang
belum dipakai, baik oleh dirinya maupun orang lain.
 Jarak antara pelempar dengan jumrah sekitar lima
hasta, jika hal itu tidak membahayakan dirinya.
 Memakai kendaraan ketika melontar jumrah Aabah,
tetapi berjalan ketika melontar jumrah Ula dan
Wustha.

Melanggar amalan-amalan yang disunahkan diatas


hukumnya adalah makruh.

b. Batu yang dilempar


Batu yang digunakan untuk melontar jumrah haruslah
batu-batu kecil. Seperti halnya mendapat jumhur ulama.
Akan tetapi jika digunakan batu besar tetap sah hukumnya,
hanya makruh saja.
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal dengan tegas
menyatakan tidak bole menggunakan batu besar dalam
melontar jumrah. Seandainya hal itu dilakukan, maka
melontar tersebut dianggap tidak sah.
Mengenai melontar dengan menggunakan selain batu,
terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama. Menurut
jumhur ulama berpendirian bahwa melontar haruslah
menggunakan batu. Sedangkan kalangan hanafiyah
membolehkan melontar jumrah dengan segala sesuatu yang
termasuk jenis tanah, seperti batu bata dan tembikar.
Pendapat jumhur ulama yang leboh kuat, karena Nabi
SAW.Melontar jumrah dengan menggunakan baru-batu

7
kecil. Praktek ini kemudian diteruskan oleh para sahabat
Umar bin Khatab dan Sa’id bin Jubair mengambil btu-batu
kecil untuk melontar jumrah diMuzdalifah
Berdasarkan ini Imam Syafi’i menganjurkan jamaah haji
mengambil batu-batu kecil itu di Muzdalifah. Menurut
Ahmad bin Hanbal, Atha’ dan bin Muzhir, mengambil
batu-batu kecil tersebut tidak mesti Di Muzdalifah, tetapi
dapat diambil darimana saja. Bahkan menurut Atha’ bin
Munzir dan bin Hazm, jamaah haji boleh melontar jumrah
dengan batu yang diambil dari tempat melontar jumrah,
meskipun pendapat ini tidak disetujui Imam Syafi’i dan
Imam Ahmad. Mereka beralasan bahwa ini dibolehkan
Karen tidak ada ayat atau hadits yang melarang
melakukannya.
c. Masalah Nafar
Nafar dalam pelaksanaan haji merupakan tata cara
melempar jumrah. Jumrah yang dimaksud disini ada tiga
macam, yaitu:
1. Jumrah Ula (pertama) disebut juga dengan jumrah surga
(kecil) yang terletak dimasjid Khaif.
2. Jumrah Wustha (jumrah yang sedang), disebut juga
dengan jumrah tsaniah (yang kedua), jaraknya dari
jumrah Ula sekitar 156 M.
3. Jumrah Aqabah (jumrah ketiga) atau biasa disebut
jumrah tsalasih. Jumrah ini terletak disebelah kiri
ketika seseorang memasuki Mina.

Nafar dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:

a. Nafar awal yaitu, melempar jumrah Aqabah pada


hari Nahar (10 dzulhijjah) dan melempar tiga jumrah
(Aqabah,Wustha, dan jumrah Ula) pada dua hari
tasyri’ (11 dan 12 dzulhijjah). Jadi, jumlah hari

8
melontar pada awal nafar adalah tiga hari. Disebut
nafar awal karena jamaah lebih meninggalkan Mina
kembali ke Mekah dan hanya melontar sebanyak tiga
hari.Total banyaknya kerikil yang dilontar pada
nafar awal adalah 49 butir dengan perincian:
1. Pada tanggal 10 dzulhijjah, melempar jumrah
Aqabah dengan tujuh kerikil.
2. Pada tanggal 10 dzulhijjah, melontar jumrah Ula
dengan tujuh kerikil, jumrah Wustha dan Aqabah
tujuh kerikil pula. Pada tanggal dan hari ini,
jumlah kerikil yang dilempar sebanyak 21 butir.
3. Pada tanggal 12 dzulhijjah, melontar jumrah Ula
dengan tjuh kerikil, jumrah Wustha tujuh kerikil
dan jumrah Aqabah tujuh kerikil. Total kerikil
yang dilempar sebanyak 21 kerikil.

Jamaah haji yang melaksanakan nafar awal hanya


dua malam menginap di Mina dan meninggalkan
Mina pada tanggal 12 dzulhijjah sebelum matahari
tenggelam. Sehingga total batu yang dilemparkan
adalah 49 butir.

b. Nafar tsani, yaitu melempar jumrah Aqabah pada


hari nahar (10 dzulhijjah) dan melempar tiga jumrah
(jumrah Ula, Wustha,dan Aqabah) pada tiga hari
tasyri’ (11, 12 dan 13 dzulhijjah),. Nafar ini disebut
jga dengan nafar akhir. Dengan demikian jamaah
haji melontar jumrah selama 4 hari (10-13
dzulhijjah) jumlah batu yang dilempar sebanyak 70
butir. Adapun rincian pelemparan jumrah tersebut
adalah:
1. Pada tanggal 10 dzulhijjah, melempar jumrah
Aqabah dengan 7 kali lemparan kerikil.

9
2. Pada tanggal 11 dzulhijjah, melempar jumrah
Ula,Wustha,dan Aqabah yang masing-masing 7
kali lemparan kerikil.Semuanya berjumlah 21
kerikil.
3. Pada tanggal 12 dan 13 dzulhijjah,
pelemparannya sama dengan poin (b) semua
jumlahnya 42.

Dinamakan nafar tsani atau nafar akhir, karena


jamaah haji bermalam di Mina selama tiga malam
dan bru meninggalkan Mina pada tanggal 13
dzulhijjah.

Menurut ulama fiqh, apabila seorang jamaah haji


bermalam di Mina hanya dua malam, yaitu tanggal
11 dan 12 dzulhijjah, dan dalam dua hari itu ia
melempar ketiga jumrah tersebut dengan sempurna,
maka ia boleh meninggalkan Mina menujuh Mekkah
dan tidak perlu lagi melempar ketiga jumrah itu pada
tanggal 1 dzulhijjah. Amalan inilah yang dikatakan
dengan nafar awal. Untuk itu, jika nafar awal ini
dilakukan, maka jamaah tersebut harus keluar dari
Mina sebelum terbenam matahari pada tanggal 12
dzulhijjah tersebut.

Jika jamaah haji bermalam di Mina sampai


tanggal 13 dzulhijjah dan menyelesaikan pelemparan
jumrah pada hari itu, lalu berangkat ke mekkah,
maka hal itu disebut dengan nafar tsani.Hukumnya
adalah mubah.

Ada dua alternative pilihan pelaksanaan


melempar jumrah, yaitu nafar awal dan nafar tsani,

10
adalah berdasarkan firman Allah dalam Q.S Al-
Baqarah ayat 203

ِ A‫ ْي‬A‫ َم‬A‫و‬Aْ Aَ‫ ي‬A‫ي‬


A‫ن‬ Aْ Aِ‫ ف‬A‫ل‬Aَ AَّA‫ ج‬A‫ َع‬Aَ‫ ت‬A‫ن‬Aْ A‫ َم‬Aَ‫ ف‬Aۗ A‫ت‬ Aْٓ Aِ‫ ف‬Aَ ‫ هّٰللا‬A‫ا‬A‫ و‬A‫ ُر‬A‫ ُك‬A‫ ْذ‬A‫ ا‬A‫َو‬
ٍ A‫د‬Aٰ A‫و‬Aْ A‫ ُد‬A‫ ْع‬A‫ َّم‬A‫م‬Aٍ A‫ ا‬AَّA‫ ي‬Aَ‫ ا‬A‫ي‬
Aَ ‫ هّٰللا‬A‫ا‬A‫ و‬Aُ‫ ق‬AAَّ‫ت‬A‫ ا‬A‫ َو‬A‫ى‬Aۗ A‫ق‬Aٰ AAَّ‫ت‬A‫ ا‬A‫ ِن‬A‫ َم‬Aِ‫ ل‬A‫ ۙ ِه‬A‫ ْي‬Aَ‫ ل‬A‫ َع‬A‫ َم‬A‫ ْث‬Aِ‫ ٓاَل ا‬Aَ‫ ف‬A‫ َر‬A‫ َّخ‬Aَ‫ ا‬Aَ‫ ت‬A‫ن‬Aْ A‫ َم‬A‫ َو‬Aۚ A‫ ِه‬A‫ ْي‬Aَ‫ ل‬A‫ َع‬A‫ َم‬A‫ ْث‬Aِ‫ ٓاَل ا‬Aَ‫ف‬
A‫ َن‬A‫و‬Aْ A‫ ُر‬A‫ َش‬A‫ح‬Aْ Aُ‫ ت‬A‫ ِه‬A‫ ْي‬Aَ‫ ل‬Aِ‫ ا‬A‫ ْم‬A‫ ُك‬AAَّ‫ ن‬Aَ‫ ا‬A‫ ا‬A‫و‬Aْٓ A‫ ُم‬Aَ‫ ل‬A‫ ْع‬A‫ ا‬A‫َو‬

Artinya:”Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah


dalam beberapa hari yang berbilang
[128].Barangsiapa yang ingin cepar berangkat (dari
Mina) sesudah dua hari,maka tiada dosa
baginya.dan barangsiapa yang ingin menangguhkan
(keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak
ada dosa pula baginya[129], bagi orang yang
bertakwa.dan bertakwalah kepada Allah, dan
ketauhilah,bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-
Nya.”

[128] maksud dzikir disini ialah membaca


takbir,tasbih,tahmid,talbiah dan sebagainya.
Beberapa hari yang berbilang ialah tiga hari sesudah
hari raya haji yaitu tanggal 11,12, dan 13 bulan
dzulhijjah.Hari-hari itu dinamakan hari-hari tasy’riq,
mereka boleh juga meninggalkan Mina pada sore
hari kedua.

Kalimat ”siapa saja yang ingin cepat


(meninggalkan Mina) setelah dua hari, maka tidak
ada dosa baginya” dalam ayat diatas ,melahirkan
term nafar awal.Sedangkan term nafar tsani diambil
dari uangkapan ayat: ”dan siapa saja yang ingin
menangguhkan,maka tidak ada dosa baginya,bagi
orang yang bertaqwa”.

11
Bila dalam nafar awal, kerikil yang dilempar
berjumlah 49 butir, maka jumlah takbir yang dibaca
sama dengan jumlah tersebut.Bagi nafar tsani yang
menghabiskan kerikil 70 butir, maka umlah takbir
yang dibaca pun sama mengenai teks takbir yang
dibaca setidaknya ada tiga riwayat, yaitu:

A‫ن‬
ِ A‫ ا‬A‫ط‬ Aَ A‫ر‬Aْ Aِ‫ ا‬A‫ ُر‬Aَ‫ ب‬A‫ ْك‬Aَ‫ ا‬A‫ َّم‬Aُ‫ ه‬AAَّ‫ل‬A‫ ل‬Aَ‫ا‬
َ A‫ ْي‬A‫ َّش‬A‫ ل‬Aِ‫ ل‬A‫ ا‬A‫ ًم‬A‫ج‬Aْ A‫ر‬Aَ A‫ َو‬A‫ ِن‬A‫ َم‬A‫ح‬Aْ AَّA‫ر‬A‫ ل‬Aِ‫ ل‬A‫ ا‬A‫ ًع‬A‫ ا‬A‫ض‬

Artinya:Allah maha besar, untuk kerelaan Ar-


Rahman dan laknat serta kutuk bagi syaitan”

A‫ ا‬A‫ ًر‬A‫و‬Aْ Aُ‫ ف‬A‫ ْغ‬A‫ َم‬A‫ ا‬Aً‫ ب‬A‫ ْن‬A‫ َذ‬A‫ َو‬A‫ ا‬A‫ ًر‬A‫و‬Aْ A‫ ُر‬A‫ ْب‬A‫ َم‬A‫ ا‬A‫ج‬ Aَ Aُ‫ ه‬A‫ ْل‬A‫ َع‬A‫ج‬Aْ Aَ‫ ا‬AAَّ ‫ م‬Aُ‫ه‬A‫ ل‬AAَّ‫ ل‬Aَ‫ ا‬A, A‫ ُر‬Aَ‫ ب‬A‫ ْك‬Aَ‫ ا‬AAَّ ‫ م‬Aُ‫ه‬A‫ ل‬AAَّ‫ ل‬Aَ‫ا‬
ًّ A‫ح‬

Artinya:Allah maha besar,ya Allahjadikanlah haji


ini haji yang mabrur disertai pengampunan dosa.

AAَّ ‫ م‬Aُ‫ه‬A‫ ل‬AAَّ‫ ل‬Aَ‫ ا‬A, A‫ ِن‬A‫ َم‬A‫ح‬Aْ AَّA‫ر‬A‫ ل‬Aِ‫ ل‬A‫ ى‬A‫ض‬
Aَ A‫ ِر‬A‫و‬Aَ A‫ ن‬A‫ ْي‬A‫ ِط‬A‫ ا‬Aَ‫ ي‬A‫ َّش‬A‫ ل‬Aِ‫ ل‬A‫ ا‬A‫ ًم‬A‫ج‬Aْ A‫ َر‬A‫ ُر‬Aَ‫ ب‬A‫ ْك‬Aَ‫ ا‬A‫ َّم‬Aُ‫ه‬A‫ ل‬AAَّ‫ ل‬Aَ‫هللا ا‬
Aِ A‫م‬Aِ A‫ ْس‬Aِ‫ب‬
A‫ ا‬A‫ ًر‬A‫و‬Aْ A‫ ُك‬A‫ ْش‬A‫ َم‬A‫ ا‬Aً‫ ي‬A‫ ْع‬A‫ َس‬A‫ َو‬A‫ ا‬A‫ ًر‬A‫و‬Aْ A‫ ُر‬A‫ ْب‬A‫ َم‬A‫ ا‬A‫ج‬ Aَ Aُ‫ ه‬A‫ ْل‬A‫ َع‬A‫َج‬
ًّ A‫ح‬

Artinya:dengan nama Allah,Allah maha besar


terkutuklah syaitan ridhalah terhadap Ar-Rahman.
Ya Allah jadikanlah haji kami haji yang mabrur dan
Sa’i yang diterima.

d. Waktu Melempar Jumrah


1. Hukum Melontar Jumrah
Hukum melontar jumrah adalah wajib dengan
ketentuan sebagai berikut;
Pada hari nahar (10 dzulhijjah) melontar jumrah
Aqabah.Apabila tidak melontar jumrah Aqabah pada
hari nahar dan tidak mengqadha pada hari-hari
tasyri’ maka wajib membayar Dam.
Pada hari-hari tasyri’ (10 dzulhijjah) melontar
ketiga jumrah (Ula,Wustha dan Aqabah).Apabila
sama sekali tidak melontarkannya pada hari-hari

12
tersebut maka wajib membayar Dam.Kalau tidak
melontar tiga jumrah satu hari wajib membayar
fidyah satu Mud dan apabila meninggalkan dua hari
(bagi yang nafar tsani) wajib membayar fidyah dua
mud.
2. Waktu Melempar Jumrah
 Waktu melempar jumrah Aqabah pada harii
nahar mulai setelah lewat tengah malam
sampai subuh tanggal 11 dzulhijjah.
 Melempar jumrah pada hari tasyri’ dilakukan
setelah tergelincir matahari hingga terbenam
matahari.

Dalam hal yang dirasa mengalami kesulitan


dapat dilakukan pada saat terbenam matahari hingga
subuh.Bagi yang nafar tsani,dibolehkan melontar
sebelum dzuhur jika hendak meninggalkan Mina
sebelum dzuhur.

3. Cara Melontar Jumrah


a. Melontar jumarah yang dilakukan secara jama’
(jama’ takhir)
Adapaun cara melontarnya adalah jika
seseorang tidak melontar pada hari pertama,dapat
dilakukan pada hari kedua atau ketiga.Caranya
mulai dari jumrah Ula,Wustha dan Aqabah secara
sempurna sebagai lontaran untuk hari
pertama.Kemudian mulai lagi dari jumrah
Ula,Wustah dan Aqabah untuk lontaran hari
kedua.Demikian pula jika lontaran dijamak
sampai hari ketiga.Jika pada hari nahar belum
sempat melontar jumrah Aqabah, maka

13
melontarnya didahulukan sebelum melonta
jumrah yang lain.
b. Tertunda Melempar Jumrah Aqabah
Waktu melontar jumrah Aqabah pada
tanggal 1 dzulhijjah boleh diakhiri sampai tengah
malam hari atau keesokan harinya tanggal 11
dzulhijjah.Batas akhir melontar jumrah Aqabah
pada hari tasyri’ terakhir. 1

C.Hukum-hukum yang berkaitan dengan Melontar jumrah

1) Jumrah di Mina ada 3 yaitu:


 Al-jamrot as-sughro yaitu terletak paling dekat dengan
Mina.
 A-jamrot al-Wustho yang terletak setelah al-jamrot as-
sughro yaitu letaknya dipertengahan.
 A-l-jamrot al-kubro (dinamakan juga dengan jamrot al-
Aqobah) yang terletak paling jauh dari Mina,yang
terlhir yang paling dekat dengan Mekah.dan lokasi al-
jamrot ini bukan bagian dari Mina (yang tidak termasuk
dari Mina ialah areal dibalik fisik jumrah yang kerah
Makkah, adapun bagian jumroh yang kearah Mina maka
itu termasuk Mina).
2) Tatkala tanggal 10 dzulhijjah (hari an-Nahr) maka yang
dilempar hanyalah al-jamrot al –kubro (jamrot al-Aqobah)
sebanyak 7 kerikil.
3) Sunnahnya melempar jamarot al-Aqobah adalah setlah
matahari terbit,sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi SAW
akan tetapi boleh dibagi orang yang dizinkan keluar dari
1
Prof. Dr. H.said agil husin al-munawar, MA dan drs. H.
Abdul halim, Ma,  Fikih Haji Menuntun Jamaah Haji Mencapai Haji
Mabrur, ciputat press: Jakarta selatan 2003.hal.135-145

14
Muzdalifah lewat tengah malam untuk langsung melempar
jamrot al-Aqobah sebagimana yang dilakukan oleh para
sahabat.
4) Jika tidak sempat melempar disiang hari maka boleh
melempar dimalam hari.Dan waktu melempar memanjang
hingga sebelum terbit fajar (Adzan subuh) esok harinya.
5) Kerikil yang digunakan untuk melempar ukurannya
sedang,tidak terlalu besar.ibnu Abbas berkata:
“Rasulullah SAW berkata kepadakudi pagi hari melempar
jumroh al-Aqobah,sementara beliau menunggangi unta
beliau,”carikan buatku(kerikil)”.maka akupun mengambil
untuk beliau kerikil-kerikil yaitu kerikil ukuran untuk
mengutik,lalu beliau lalu beliau berkata sebanyak dua
kali,”seperti(ukuran) kerikil-kerikil inilah (kalian
melempar)”.Dan beliau berkata dengan mengangkat
tangannya.”waspadalah kalian dari sikap berlebih-lebihan
dalam agama.Karena sesungguhnya umat sebelum kalian
dibinasakan oleh sikpa berlebihan dalam agama”(HR Ibnu
Majah no 3029 dan Ahmad n0 1851 dan 3248)
Ini menunjukkan bahwa sikap berlebih-lebihan dalam ukuran
kerikil adalah terlarang.
6) Hendaknya melempar dengan tangan kanan disertai takbir
setiap kali lemparan kerikil.
7) Tidak mengapa kerikil diambil dari manapun, karena tetap
saja namanya adalah kerikil.hanya saja para ulama khilaf dari
mana lebih utaman untuk diambil,apakah dari Muzdalifah
atakah dari perjalanannya dari Muzdalifah menuju Mina.
8) Kerikil-kerikil tersebut tidak perlu dicuci terlebih
dahulu,karena ketika Nabi memerintahkan Ibnu Abbas
mencari kerikil posisi beliau sedang berada diats unta beliau,
dan tidak diriwayatkan bahwa beliau mencuci kerikil tersebut.

15
9) Jika seseorang tidak mampu untuk melempar jumrah karena
sakit atau udzur yang sulit diharapkan hilangnya hingga akhir
waktu melempar,maka boleh baginya untuk mewakilkan
lemparannya.yang perlu diperhatikan:
 Wakilnya yang mau melemparkan hendaknya sudah
melempar untuk dirinya terlebih dahulu.
 Jika dia hendak mengambil nafar awal, maka janganlah
ia keluar dari Mina kecuali setelah wakilnya tersebut
melempar.
10) Bagi yang berudzur kuat,maka boleh menggabungkan
pelemparan 2 hari dilaksanakan pada satu hari. 2

BAB III

2
M. Ali Hasan, Perbandingan mazhab Fiqh,   PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta: 2000, H.124

16
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lempar jumrah atau lontar jumrah adalah sebuah
kegiatan yang merupakan bagian dari ibadah haji tahunan
kekota suci Makkah,Arab Saudi.Para jamaah haji
melemparkan batu-batu kecil ketiga tiang (jumrah bahasa
arab:jamarah,jamak,jamaraat) yang berada dalam satu tempat
baernama kompleks jembatan jumrah, di kota Mina yang
terletak dekat Mekkah.para jamaah mengumpulkan batu-
batuan tersebut dari tanah dihamparan Muzdalifah dan
melemparkannya.Kegiatan ini adalah kegiatan kesembilan
dalam rangkaian kegiatan-kegiatan ritual yang harus
dilakukan pada saat melaksankan ibadah haji,dan umumnya
menarik jumlah peserta yang sangat besar (mecapai lebih dari
sejuta jamaah).

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah diatas memiliki
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah di atas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, M. Ali. 2000.  Perbandingan Mazhab Fiqh,     Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada.

  Agil, Said Husin Al-Munawar, MA dan Abdul Halim.


2003. Fikih Haji Menuntun Jamaah Haji Mencapai Haji
Mabrur,  Jakarta: Ciputat Press.

Prof. Dr. H.said agil husin al-munawar, MA dan drs. H. Abdul


halim, Ma, Fikih Haji Menuntun Jamaah Haji Mencapai Haji
Mabrur, ciputat press: Jakarta selatan 2003.

M. Ali Hasan, Perbandingan mazhab Fiqh,   PT Raja Grafindo


Persada, Jakarta: 2000.

18

Anda mungkin juga menyukai