Anda di halaman 1dari 13

MARIFAT ATAS ILMUL YAQIN, AINUL YAQIN, DAN HAQUL YAQIN

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu: Dra.Hj.Siti Munawaroh Thowaf,M.Ag

Disusun Oleh:
Dewi Hanufi

(1604026106)

Muhammad Nashiruddin Al Karim (1604026107)


Salmiati

(1604026108)
PRODI TAFSIR HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hidup di jaman yang serba Modern ini, telah mendorong kita pada sikap atau perilaku
hidup yang materialistik dan Hedonis. Segala sesuatunya ditentukan dengan uang,
sehingga ada ungkapan ada uang ada jalan, tak ada uang tak jalan. Segala usahanya dan
kerjanya dihabiskan hanya untuk memperoleh kebutuhan hidup yang bersifat materi
demi kepusan hawa nafsunya. Bahkan sampai rela mengorbankan segalanya,
menghallkan segala cara demi sampainya pada tujuan yang dinginkan.
Fenomena diatas dapat kita saksikan secra nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ini
membuktikan begitu rendahnya tujuan hidupnya yang hanya sebatas pemenuhan
kebutuhan lahir saja tanpa memikirkan hal atau sesuatu yang lebih penting dari sekedar
pemenuhan kebutuhan jasmani yaitu kebutuhan bathiniyah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi atau pengertian dari marifat?
2.

BAB I

PEMBAHASAN
A.Pengertian Marifat
Marifat secara bahasa berasal dari bahasa arab arafa yarifu,
arafah, Irfan dan Marifah yang berarti pengetahuan yang sangat
jelas.Marifat berbeda dengan al-ilm yang sama-sama berarti
pengetahuan. Bila al-ilm berarti pengetahuan yang menggunakan
perantara maka marifat berarti pengetahuan yang melalui
pengalaman langsung tanpa perantara.
Sedang marifat dalam istilah tasawuf adalah pengetahuan
yang pasti mengenai Tuhan melalui pengalaman langsung.
Pengalaman langsung disini adalah pengetahuan yang langsung
dirasakan oleh seorang sufi melalui hati dalam bentuk kasyf atau
ilham. Apabila orang awam mengetahui Tuhan melalui informasi dan
para filosof melalui akalnya,maka para sufi mengetahui tuhan melalui
hatinya.Pengetahuan orang awam bersifat diskursif (bahsiyah) dan
para pengetahuan para sufi bersifat pengalam langsung(tajribiyyah).
Itulah sebabnya Dzun Nun al-Misri menmbagi tiga kelompok
orang mengenal Tuhan.
a. Kelompok awam dimana mereka mengenal Tuhan
melalui ucapan kalimat syahadat.
b. Kelompok para filosof dan teolog dimana mereka
mengenal Tuhan melalui pembuktian akal.Kelompok ini
tidak puas mengakui adanya Tuhan hanya menerima
begitu saja. Akan tetapi dengan akalnya mereka juga
ingin membuktikan adanya Tuhan. Adanya alam
merupakan dalil(bukti) yang mereka ucapkan untuk
membuktikan adanya Tuhan.
c. Kelompok sufi dimana mereka mengenal Tuhan melalui
hati sanubari.

Demikian juga Abu Hamid Al-Ghazali membagi iman dalam tiga


tinggkat ,pertama iman orang awam yakni iman dalam bentuk
taqlid(mengikuti begitu saja)kedua,iman para mutakalimin
(teolog)yakni iman yang tercampur dengan penyimpulan dalil
pemikiran,iaman ini berdekatan dengan iman orang
awam.ketiga,iman orang arifin(orang yang marifat)yakni iman dalam
bentuk penyaksian dalam cahaya keyakinan (nur al-yaqin).
1. Alat Untuk Mencapai Marifat
Alat untuk mencapai marifat adalah al-qalb(hati).menurut AlGhazali qalb mempunyai dua pengetian.Arti pertama adalah hati
jasmani(al-qalb al-jasmani)atau daging sanubari(al-lahm alsanubari),yaitu daging khusus yang berbentuk jantung pisang
yangterletak didalam rongga dada sebelah kiri dan berisi darah hitam
kental.iQalb dalam arti ini erat hubungannya dengan ilmu kedokteran
dan tidak banyak menyangkut maksud-maksud agama dan
kemanusiaan,karena hewan dan manusia mati pun mempunyai qalb.
Sedangkan qalb dalam arti kedua adalah sebagai luthf rabbani ruhiy.
Demikian juga menurut al-Qusyairi qalb terdapat ruh dan sirr.
Sirr merupakan alat musyabadah (menyaksikan alam ghaib),sedang
ruh merupakan alat mahhabah (mencintai Tuhan).Sedangkan al-qalb
tempat pengetahuan marifat).
2. Cara Memperoleh Marifat
Apabila hati sebagai sentral pengetahuan,maka cara
memperoleh pengetahuan (marifat)harus terkonsentrasikan pada
hati. Ada beberapa cara untuk memperoleh marifat.
1.mujahadah yakni kesungguhan niat dan kesungguhan usaha
menuju mencapai marifat.

2.menghapus sifat-sifat tercela.


3.mengkonsentrasikan diri pada Allah swt dengan sepenuh hati.
Makrifat tidak diperoleh melalui berdebat maupun proses
pengambilan kesimpulan dengan berbagai dalail marifat hanya
diperoleh hanya melalui amal nyata.Seseorang tidak akan
menyaksikan dan menyentuh mutiara yang ada didasar lautan
apabila seseorang tidak menyelam didalamnya.Demikian juga ia tidak
akan menyaksikan hal-hal yang bersifat ketuhahanan tanpa
mengamalkan suatu ilmu atau syariat.Semakin seseorang mangalami
dan mengamalkan ia akan di tunjukkan oleh Allah degan berbagai
perbendaharaan( ilmu )yang sebelumnya tidak diketahui. Itulah
sebabnya semakin dalam amaliyah dan ibadah sesorang maka Allah
akan membukakan pintu-pintu ilmu yang semakin menambah
keyakinannya.
3.Tujuan Makrifat
Makrifat dekat sekali dengan iman dan keyakinan. Oleh karena
itu tingkat keimanan juga ditentukan oleh makrifat seseoran.
Demikian tujuan dari makrifat(pengetahuan yang sebenarnya)adalah
memperoleh keyakiantau keimanan. Semakin bertambah keyakinan
maka akan semakin tambah ketaan kepada Allah.
Lagi-lagi tasawuf mendapat godaan penyelewengan tujuan.
Semula thariqat bertujuan untuk membantu orang awam agar lebih
dekat denagan Allah namun justru dibelokkan untuk lebih dekat
kepada syekh dengan berbagai harapan disertai denagn puji-pujian
dan khidmah kepada sang syekh.
B. Pengertian Ilmul Yakin

Ilmul

Yaqiin

adalah

yakin

yang

dihasilkan

oleh

ilmu.

Maka

mencapainya adalah dengan banyak belajar dengan berbagai cara.


Membaca kitab dan buku, melihat kejadian dan peristiwa, mendengar
dari guru dan sahabat. Tingkatan ini tidak mudah diraih. Namun ini
yang paling mungkin dicapai oleh seorang mukmin. Misalnya, kita
meyakini adanya ALLAH itu dapat mencapai Ilmul Yaqin dengan
banyak

membaca

dan

menyimak

berbagai

literatur

yang

membuktikan keberadaan-Nya. Tanda tandanya bahwa kita mencapai


Ilmul Yaqiin adalah keyakinan sangat mantap dan tidak dapat dirubah
oleh apa pun. Keyakinan seperti ini adalah keyakinan Para Alim Ulama
dan Para Wali Allah. Di dalam Ilmul Yaqin segala pengetahuan ilmu
telah diliputi dengan Ilmu Allah sehingga apapun amaliah maupun
ubudiyah itu semua menunjukkan dari pada lautan Ilmu Allah Taala.
Jadi Ilmu al yaqin itu adalah keyakinan akan keberadaan Allah swt
berdasar ilmu pengetahuan tentang sebab akibat atau melalui hukum
kausalita, seperti keyakinan dari para ahli ilmu kalam. Misalnya apa
saja yang ada di alam semesta ini adalah sebagai akibat dari sebab
yang telah ada sebelumnya. Sedangkan sebab yang telah ada
sebelumnya yang juga merupakan akibat dari sebab yang
sebelumnya lagi, sehingga sampai pada satu.
C. Pengertian Haqqul Yakin
Haqqul Yaqin adalah tahapan dalam pendirian seseorang dalam
pandangan Musyahadahnya (penyaksiannya) kepada Allah Swt. Di
dalam Ainul Yaqin, tatkala seseorang arifiin telah melihat sesuatu
amalaiah dan ubudiyah diliputi oleh Ilmu Allah kemudian ia
menyaksikan bahwa di dalam gerak dan diam (lelaku) itu adalah saksi
Hidupnya Allah Taala yang menunjukkan adanya Allah Taala sebagai
tujuan hidupnya. dengan Merasakan dan menyadari gerak dan diam,
suara dan perkataan itu adalah saksi hidupnya Allah Taala maka

sama halnya ia merasakan dan menyadari kehadiran Allah Taala


dekat sekali dengan dirinya. Bukan menghadirkan Allah akan tetapi
menyadari bahwa Allah senantiasa Maha Hadir atas dirinya dan
sekalian Alam meliputi tiap2 sesuatu. Wahuwa Maakum Ainama
kuntum (Dia Allah serta kamu di mana kamu berada).Setelah semua
perjalanan dan tahapan itu misra/meresap pada diri, maka Allah akan
jazbah diri Ilmul Yaqin, Ainul Yaqin, Haqqul Yaqin.
Rasulullah saw bersabda : Yang sangat aku takuti diantara ketakutan
terhadap umatku, telah lemahnya keyakinannya. Bahwa lemahnya
keyakinan itu adalah karena terdorong kepada orang-orang yang lupa
agamanya dan karena bergaul orang jahat, bersifat kasar dan
berkepala batu.

D. Pengertian Ainul Yakin


Di dalam Ainul Yaqin, tatkala seseorang arifiin telah melihat sesuatu
amalaiah dan ubudiyah diliputi oleh Ilmu Allah kemudian ia
menyaksikan bahwa di dalam gerak dan diam (lelaku) itu adalah saksi
Hidupnya Allah Taala yang menunjukkan adanya Allah Taala sebagai
tujuan hidupnya. dengan Merasakan dan menyadari gerak dan diam,
suara dan perkataan itu adalah saksi hidupnya Allah Taala maka
sama halnya ia merasakan dan menyadari kehadiran Allah Taala
dekat sekali dengan dirinya. Bukan menghadirkan Allah akan tetapi
menyadari bahwa Allah senantiasa Maha Hadir atas dirinya dan
sekalian Alam meliputi tiap2 sesuatu. Wahuwa Maakum Ainama
kuntum (Dia Allah serta kamu di mana kamu berada).

Jadi maksud dari Ainul yaqin adalah Keyakinan yang dialami oleh
orang yang telah melewati tahap pertama, yaitu ilmu al yaqin,
sehingga setiap kali dia melihat sesuatu kejadian, tanpa melalui
proses sebab akibat lagi dia langsung meyakini akan wujud Allah;
sebagaimana ucapan:
Sayyidina Abu Bakar As Siddiq ra.:


Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah pada
sesuatu tersebut
Ucapan Sayyidina Umar bin Khattab ra.:


Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah sebelumnya
Ucapan Sayyidina Usman bin Affan ra.:
.

Tiadalah aku melihat sesuatu, keculai aku melihat Allah
sesudahnya.

Ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra.:




Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah beserta
sesuatu tersebut.
E.Tingkatan Yakin dan makrifat atasnya :

a. Makrifat Atas Ilmul Yaqin.


Firman Allah (S. At Takatsur 5) :Janganlah begitu, jika kamu
mengetahui dengan pengetahuan (ilmu) yang yakin,
Pengertiannya mereka dalam keadaan mencari kebenaran dengan
jalan akal pikiran. Misalnya kita kenal Udin SH salah seorang ahli
hukum, karena Udin memakai gelar SH. Gelar SH ini memberikan
keyakinan kita dengan pandangan ilmu, bahwa Udin adalah ahli
hukum (meskipun belum dilihat bukti dengan kasat mata).Dengan
kata lain diyakininya kebenaran berdasarkan dalil yang dapat
diterima oleh akal pikiran, dalam tarap seperti ini, dinamakan
makrifat atas ilmul yakin.
b. Makrifat Atas Ainul Yaqin
Firman Allah ( S. At Takatsur: 7 )
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan
mata/ 'ainul yaqin.*
'Ainul yaqin artinya melihat dengan mata kepala sendiri sehingga
menimbulkan keyakinan yang kuat. Pengertian ayat tersebut mereka
dalam keadaan mencari kebenaran dengan penyaksian mata.
Misalnya kita kenal Udin SH itu sebagai ahli hukum, bukannya sekedar
ia mempunyai gelar SH, tetapi dengan jalan kita telah membaca buku
karangannya tentang ilmu hukum. Dengan jalan ini keyakinan kita
menjdi lebih kuat, karena terdukung dengan pandangan lahiriyah
maupun pandangan bathiniyah bahwa Udin SH adalah ahli hukum.

c. Makrifat Atas Haqqul Yaqin.

Firman Allah Taala


Inna Haadzaa Lahuwa Haqqul Yaqiin
Bahwa sesungguhnya ini adalah benar-benar kenyataan/haqqul
yaqin.
1. Kita kenal ilmunya dengan jalan kita melihat/membaca
karangannya tentang ilmu hukum. Jelasnya kita telah melihat dengan
mata telanjang bahwa Udin, memang ahli hukum karena tulisannya
itu.
2. Kita kenal ilmunya dengan kebenaran yang hakiki, karena kita
menerima ilmunya tanpa perantara lagi. Kita bermusyahadah,
berpandang-pandangan dengan dia. Inilah yang dinamakan Makrifat
atas Haqqul Yaqin sehingga sampailah ia pada maqom kalamul
yakin.
Yang kedua adalah haqqul Yaqiin. Yaitu yakin yang dihasilkan oleh
ilmu yang diamalkan dengan tekun. Kita dapat mencapainya dengan
berusaha keras mengamalkan syariat islam secara penuh dan
istiqomah. Tanda-tandanya kita mencapai haqqul Yaqiin adalah
merasa nikmat dalam beribadah dan berbuat kebajikan. Mudah
melakukan hal yang diridhoi ALLAH dan tidak mau melangkah ke jalan
yang tidak di ridhoi-Nya. Keyakinan seperti ini adalah keyakinan Para
Wali Allah yang lebih tinggi.
Tingkatan yakin ketiga adalah Ainul Yaqiin. Tingkatan ini tidak
dihasilkan oleh usaha. Tetapi semata mata anugerah pemberian
ALLAH kepada orang yang DIA pilih. Kita hanya dapat berusaha
maksimal mencapai haqqul Yaqiin dan menyiapkan diri, siapa tahu
ALLAH memilih kita mendapatkan Ainul Yaqiin. Keyakinan ini adalah
keyakinan Para Nabi dan Rosul Allah serta merupakan keyakinan Para
Wali Allah tingkat puncak.

Saya berikan sebuah contoh penggambaran ketiga yakin di atas.


Seseorang berada di dalam rumah gedung tertutup. Dia diberi tahu
bahwa keadaan di luar rumah terjadi hujan. Lalu dia yakin bahwa di
luar hujan. Maka keyakinan itu adalah Ilmul Yaqiin. Seandainya dia
membuka jendela dan betul-betul melihat tetes-tetes hujan turun.
Lalu dia yakin bahwa di luar hujan. Maka keyakinan itu disebut haqqul
Yaqiin.
Dan terakhir, seandainya dia keluar rumah dan berjalan ke halaman
hingga dirinya basah kuyup oleh air hujan. Lalu dia yakin seyakinyakinnya bahwa memang terjadi hujan. Maka itulah yang disebut
Ainul Yaqiin.Yang kedua adalah haqqul Yaqiin. Yaitu yakin yang
dihasilkan oleh ilmu yang diamalkan dengan tekun. Kita dapat
mencapainya dengan berusaha keras mengamalkan syariat islam
secara penuh dan istiqomah. Tanda-tandanya kita mencapai haqqul
Yaqiin adalah merasa nikmat dalam beribadah dan berbuat kebajikan.
Mudah melakukan hal yang diridhoi ALLAH dan tidak mau melangkah
ke jalan yang tidak di ridhoi-Nya. Keyakinan seperti ini adalah
keyakinan Para Wali Allah yang lebih tinggi.
Tingkatan yakin ketiga adalah Ainul Yaqiin. Tingkatan ini tidak
dihasilkan oleh usaha. Tetapi semata mata anugerah pemberian
ALLAH kepada orang yang DIA pilih. Kita hanya dapat berusaha
maksimal mencapai haqqul Yaqiin dan menyiapkan diri, siapa tahu
ALLAH memilih kita mendapatkan Ainul Yaqiin. Keyakinan ini adalah
keyakinan Para Nabi dan Rosul Allah serta merupakan keyakinan Para
Wali Allah tingkat puncak.
Saya berikan sebuah contoh penggambaran ketiga yakin di atas.
Seseorang berada di dalam rumah gedung tertutup. Dia diberi tahu
bahwa keadaan di luar rumah terjadi hujan. Lalu dia yakin bahwa di
luar hujan. Maka keyakinan itu adalah Ilmul Yaqiin. Seandainya dia

membuka jendela dan betul-betul melihat tetes-tetes hujan turun.


Lalu dia yakin bahwa di luar hujan. Maka keyakinan itu disebut haqqul
Yaqiin.
Dan terakhir, seandainya dia keluar rumah dan berjalan ke halaman
hingga dirinya basah kuyup oleh air hujan. Lalu dia yakin seyakinyakinnya bahwa memang terjadi hujan. Maka itulah yang disebut
Ainul Yaqiin.

BAB III
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai