Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Aqidah islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang wujud
allah. Adanya alam semesta beserta isinya, termasuk manusia dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, pasti ada yang menciptakan. Siapa dia? Tentulah "sang pencipta". Dialah
Allah swt. Untuk mengakui kebenaran dan keberadaan Allah swt. dibutuhkan dalam hati,
mengakui dan membenarkan tentang adanya Allah swt.

Allah swt. adalah tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta dan segala isinya,
Yang Maha Esa dalam zat-Nya, maksud nya zat Allah swt. hanya satu dan berbentuk tunggal,
tidak dua dan tidak pula lebih. Zat Allah swt. tidak sama atau serupa dengan zat selainnya.
Allah swt. Esa dalam sifat-Nya, maksud nya sifat Allah swt, walaupun banyak, tapi hanya
dimiliki oleh Allah swt. sendiri. Tidak ada zat selain Allah swt yang memiliki atau
menandingi sifat-sifat Allah swt.

Allah swt Esa dalam perbuatan-Nya, maksudnya, perbuatan-perbuatan Allah tidak


terhingga banyaknya tetapi hanya dimiliki oleh Allah swt. sendiri. Tidak ada zat selain Allah
swt, yang dapat menandingi apalagi melebihi perbuatan-Nya.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian Iman kepada Allah swt?

2. Jelaskan wujud dan tauhidullah ?

3. Jelaskan hakikat dua kalimat syahadat ?


4. Jelaskan Al-Asma’ Wa-Shifat ?
5. Apa hikmah beriman kepada allah swt?

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian iman kepada Allah swt.

2. Untuk mengetahui wujud dan tauhidullah.

3. Untuk mengetahui hakikat dua kalimat syahadat.

4. Untuk mengetahui apa saja al-asma’ wa-shifat allah.

5. Untuk mengetahui hikmah yang di dapatkan dengan beriman kepada Allah swt.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iman Kepada Allah Swt

Kepercayaan atau keyakinan dalam islam disebut dengan iman. Iman menurut bahasa
berarti membenarkan . Sedangkan menurut istilah syari'at islam bermakna meyakini dengan
hati, mengucapkan dengan lisan dan membuktikannya dalam berbagai amal perbuatan. Kata
iman berasal dari bahasa arab yang artinya “aman”, damai, dan tentram. Dalam pengertian
lain: keyakinan, kepercayaan. Aqidah atau iman menurut bahasa adalah sesuatu yang
dipegang teguh dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih padanya. 1

Iman kepada Allah merupakan rukun iman yang pertama. Beriman kepada Allah swt
artinya adalah membenarkan dengan hati bahwa allah swt. Itu benar-benar ada dengan segala
sifat keagungan dan kesempurnaan Nya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan,
serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.

Iman atau percaya kepada tuhan merupakan fitrah manusia sebagai makhluk yang
diciptakan, karna ia tak mampu hadir tanpa ada yang menghaadirkan. Petunjuk akal telah
menyatakan kewujudan Allah, karna seluruh makhluk yang ada ini, termasuk yang sudah
berlalu maupun yang akan dating kemudian, sudah tentu ada pencipta yang menciptakannya. 2

Rasulullah saw bersabda "iman lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang, paling
utamanya perkataan#laiahaillallah dan yang paling rendah nya menyingkirkan gangguan
dari jalan dan malu merupakan cabang keimanan".

Beriman kepada allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Ia
adalah pondasi kehidupan. Allah swt. telah memerintahkan agar umat manusia beriman
kepada-Nya . Sebagai mana firmannya: "wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah
beriman kepada allah dan rasulnya (Muhammad) dan kepada kitab (Al-Qur'an) yang

1
Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam,(Surabaya: Al-Ikhlas,1983),hlm. 55.

2
Syaikh Muhammad Ibnu shalih Al- Utsmaini, Syarat Tsalasatu Ushul,(Riyadh:Darul
Tsarya,1997)cet III, hlm. 147.
3
diturunkan pada rasulnya, serta kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa
ingkar kepasa allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasup-rasul-Nya, dan hari
kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh. " (QS. An-Nisa: 136).

Rukun iman (akidah) ini adalah bagian yang paling pokok dalam agama islam. Yang
merupakan keyakinan, yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan seseorang. Kar ena
syarat diterimanya amal seseorang adalah ia harus berakidah islam.

2.2 Wujud Allah dan Tauhidullah

Wujud artinya ada, wujud allah artinya keberadaan allah. Wujud allah sifatnyabadihiya
artinya sesuatu yang kebenarannya perlu dalil untuk membuktikannya, namun karena sudah
sangat umum dan mendarah daging, maka kebenaran itu tidak perlu lagi dibuktikan. Namun
demikian, untuk membuktikan keberadaan allah menurut Yunahar (2010: 11-18) dapat
dilemukakan beberapa dalil, yaitu3:

1. Dalil fitrah

Dimana setiap manusia yang lahir kepermukaan bumi ini diciptakan dengan fitrah
bertuhan atau gharizatuddiniyah. Rasulullah bersabda bahwa setiap manusia dilahirkan
dalam keadaan sebagai seorang muslim. ” Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah,
maka ibu bapaknya (yang akan berperan) mengubah anak itu menjadi seorang Yahudi,
Nasrani, atau Majusi...(HR.Bukhari)”.

Fitrah dalam konteks hadits di atas bisa dimaknai islam, karena orang tuanya
yang berperan menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi tanpa menyebutkan Islam.
Berarti Islam adlah basic sebelum dirubah. Sehingga hadits tersebut dapat dipahami “
setiap anak dilahirkan dalam keadaan muslim...” Namun demikian, fitrah tersebut baru
berupa potensi dasar yang harus dipelihara dan di kembangkan, sehingga fitrah
tersebut dapat tumbuh subur apabila menemukan tempat tumbuh yang sesuai dan akan
padam jika tertutupi oleh faktor luar yang lebih dominan.

2. Dalil aqli atau akal.

3
Yunahar Ilyas, Aqidah Islam,(Jakarta: LPPI Universitas Muhammadiyah, 2010), hlm. 11-18
4
Dengan menggunakan kemampuan berfikirnya, manusia dapat merenungkan
dirinya, lingkungannya, dan alam semesta beserta isinya untuk memahami bahwa allah
itu ada. Kalau anda ditanya"siapa yang menciptakan mu?" pasti anda tau jawabannya.
Allah SWT lah yang menciptakan kita beserta seluruh alam semesta ini. Allah
menciptakan mengatur memelihara dan memberikan rezeki kepada setiap makhluknya,
tanpa pembantu atau sekutu. Kemudian jika muncul lagi pertanyaan "dari mana anda
tahu bahwa Allah SWT itu ada?" anda harus menjawab lihat dan perhatikan lah alam
disekitar kita ini. Fakta bahwa bumi ini begitu berbeda dan istimewa dibandingkan
planet lain ditatasurya yang begitu teratur indah dan memiliki beraneka ragam tidak
bisa terjadi begitu saja tanpa ada yang menciptakannya. Dari sini kita tahu bahwa alam
semesta dan seluruh isinya adalah bukti adanya pencitpa tunggal, yaitu Allah SWT.
Maka hanya dialah yang berhak untuk disembah. Allah SWT berfirman. “Termasuk
tanda-tanda kekuasaan Allah adalah malam dan siang, matahari dan bulan. Jangan
lah kalian sujud kepada matahari dan bulan,namun sujudlah kepada Allah yang
menciptakan keduanya,jika kalian betul-betul menghibadahinya"(Qs.fushshilat 37).

Allah SWT berfirman" sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar dilaut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu ia hidupkan bumi sesudah mati( kering ) dan dia sebarkan dibumi itu
segala henis hewan , dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit
dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran allah) bagi kaum
yang memikirkan.” (QS. Al baqarah: 164).

Tidak ada yang sia-sia dan diciptakan dengan main-main di alam semesta ini,
Allah Swt. menciptakan semua yang dikehendaki-Nya dengan sangat teliti, teratur dan
sempurna, baik yang nyata atau pun yang ghaib atau dari yang terkecil sampai yang
terbesar. Seekor lalat atau nyamuk pun tidak sia-sia adanya . Dan bahkan menjadikan
rezeki atau penyeimbang bagi makhluk yang lainnya, serta menjadi bahan pelajaran
bagi manusia. Ia maha memberi rezeki bagi setiap makhluk-Nya, maha pemelihara dan
maha kuasa4.

4
ibid 11-18
5
Pembuktian keberadaan allah melalui perenungan akal terhadap diri manusia dan
alam semesta dapat menggunakan teori, hukum atau qanun berikut :

a) Qanun al-‘Illah. Illah artinya sebab, segala sesuatu yang ada sebabnya.
Adanya alam semesta ini tentu ada yang menyebabkan keberadaannya
karena menurut akal mustahil jika sesuatu ada dengan sendrinya. Siapakah
yang mengadakan alam semesta ? Allah.

b) Qanun al-Wujub. Wujub artinya wajib. Wujud segala sesuatu tidak akan
pernah terlepas dari salah satu kemungkinan yaitu wajib, mustahil, atau
mungkin. Keberadaan alam semesta tidak bertentangan dengan akal karenya
tidak akan wajib dan tidak pula mustahil, tetapi mungkin. Lantas siapakah
yang menentukan sesuatu itu menjadi ada atau tidak ada ? dalam hal ini yang
bisa melakukan hanyalah sesuatu yang wajib al-wujub yakni Allah Swt.
c) Qanun Al-Huduts. Huduts artinya baru. Alam semesta beserta isinya adalah
sesuatu yang hadits bukan sesuatu yang qadim. Sesuatu yang mengadakan
tentulah bukan sesuatu yang hadits, tetapi haruslah sesuatu yang qadim.
d) Qanun an-Nizham. Nizham artinya aturan, teratur. Alam 5.

Tauhidullah dibagi menjadi 3 macam yakni:


1. tauhid rububiyah (mengesakan allah dalam tiga perkara yaitu penciptaannya,
kekuasaannya dan pengaturannya).
2. Tauhid Uluhiya (hak allah sebagai allah, kesatuan ketaatan pada kehendak
allah).
3. Asma, wa-shifat (mengesakan allah dalam akidah islam.
Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar islam yang paling agung dan
hakikat islam yang paling besar dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal
perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan rasulullah 6.

5
Nurhayati Rusdi, Aqidah Islam,(Pekan Baru: Kreasi Edukasi, 2017), hlm. 27

6
Agus Miswanto, S.Ag, Agama, Keyakinan dan Etika,( Magelang: Pusat Media, 2012), hlm.
49
6
2.3 Hakikat Dua Kalimat Syahadat

Dua kalimat syahadat terdiri dari syahadat tauhid dan syahadat rasul. Syahadat tauhid
berbunyi ashadu alla ilaha illallah dan syahadat rasul waashadu anna muhammadar-
rasulullah. Dua kalimat syahadat artinya aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan
Muhmmad SAW adalah utusan Allah. Ikrar kalimat ini dipahami bila dipahami secara benar
tentu akan membawa dampak positif bagi pribadi muslim yang antara lain dapat diukur dari
dua sikap yang dilahirkan yaitu al-muhabbah war ridha (cinta dan ridha) kepada Allah dan
Rasulnya. Seorang muslim yang mengikrarkan dua kalimat syahadat akan memberikan
cintanya yang pertama dan utama kepada Allah SWT, kemudian kepada Rasulullah SAW dan
jihat fi sabilillah (Al-Baqarh, 2: 165 dan At-Taubah, 9: 24). Dia harus menempatkan cinta
kepada anak-anak, suami atau istri, saudara-saudara, anak keturunan, harta benda, pangkat
dan lain sebagainya dibawah cita yang pertama dan utama(Yunandar, 2010:32-33). Allah
berfirman: “adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah (Al-
Baqarh, 2: 165)”.

Kata Allah dalam kalimat syahadat tersebut adalah Tuhan. Tuhan adalah penguasa,
pencipta, pemeliha, pemberi rezeki yang mendengar doa-doa kita dan mengambulkannya
serta dipuja. Abdullah Bin Ahmad Al-Ghamidi (2010: 37-42) memberikan persyaratan dalam
syahadat tauhid yaitu:
1. Al-‘Ilmu (mengetahui) yakni mengetahui makna dan maksud dari laa illahaa
illallah yaitu berupa penafian (sesembahan selain Allah) dengan pengetahuan
yang menghilangkan kebodohan. Sebagaimana firman Allah SWT: “maka
ketahuilah, bahwa tidak ada allah (yang Hq) melainkan Allah”(Qs. Muhammad :
19).
2. Al-Yaqiin (mayakini) yakni meyakini dengan keyakinan yang menghilangkan
keraguan. Sebagaimana firman Allah: “sesungguhnya orang-orang yang beriman
hanyalah orng-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-nya kemudian mereka
tidak ragu-ragu.(Qs. Al-Hujarat : 15).
3. Al-Ikhlas (memurnikan) yakni memurnikan amal perbuatan dari segala kotoran
syirik. Allah SWT berfirmman: “ingatkkah hanya kepunyaan Allah-lah agama
yang bersih (dari Syirik)” (Qs. Az-Zumamr : 3).
7
4. Ash-Shidqu (jujur) yakni jujur yang menghilangkan kedustaan. Allah Ta`ala
berfirman: “alif Lam Miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka itu
dibirkan (saja) mengatakan: kami telah beriman, sedang mereka telah diuji lagi?
dan sesungguhnya allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya
dia yang mengetahui orang-orang yang dusta.” (Qs.Al-Ankabut : 1-3).
5. Al-Mahabbah (cinta) yakni cinta kepada kalimat ini dan segala konsekwensinya.
Sebagaimana firman Allah Swt: “dan dintara manusia diantara orang-orang
menyembah tandingn-tndingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah.”(Qs. Al-Baqarh : 165).
6. Al-Inqiyaaad (tunduk atau patuh) yakni tunduk atas hal-hal yang ditunjukkan oleh
kalimat ini. Allah SWT berfirman: “dan barang siapa yang menyerahkan dirinya
kepada Allah,sedang dia berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada Buhul yang kokoh.” (Qs. Lukman : 2)7.
7. Al-Qobuul (menerima) yakni menerima kandungan dan konsekwensi dari kalimat
ini, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Sebagaimana Allah
berfirman: “sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: laa
illahaa illallah mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: “apakah
sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena
seseorang penyair gila.” (Qs. Ash-Syaffat : 35-36).
Menerima kandungan dan konsekwensi dari pengucapan laa illahaa illallah dalam
syahadat tauhid menurutAbul A’la Maududi (2005: 31) antara lain adalah:
1. Mengakui bahwa dunia ini tidak berwujud tanpa kuasa kreatif Tuhan, tidak pula
dunia ini mempunyai banyak tuhan. Memang dunia ini mempunyai Tuhan dan
Tuhan itu hanyalah satu (esa), tidak ada wujud lain yang mempunyai kekuasaan
ketuhan kecuali dia.
2. Mengakui bahwa tuhan anda itu adalah tuhan seluruh dunia ini. Segala sesuatu
yang anda miliki dan apapun yang dimiliki oleh manusia seluruh manusia adalah
milik-nya. Dialah yang menciptakan dan memberi rezeki seluruh alam ini. Hidup
dan mati ada pada perintah-Nya. Kesusahan dan kesenangan juga datang dari dia,
Apapun yang diperoleh seseorang sebenarnya adalah anugerah-Nya.

7
Nurhayati Rusdi, Aqidah Islam,(Pekan Baru: Kreasi Edukasi, 2017), hlm. 29-32
8
Setelah mengucapkan syahadat tauhid, diiringi dengan syahadat rasul waashadu anna
muhammadar rasulullah artinya Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang berarti kita
menerima Nabi Muhammad sebagai rasul yang menyampaikan hukum Allah. Rasulullah
hidup sesuai dengan aturan Allah dan menjadi teladan bagi semua muslim. Disamping itu,
Allah mengantisipasi kebiasaaan manusia yang mempunyai kecendrungan untuk menggeser
posisi seorang nabi menjadi tuhan, seperti yang terjadi kepada nabi Isa As. Karena
kekaguman umat kristiani yang melampai batas, akhirnya Nabi Isa dipertaruhkan 8.
Banyak orang yang mengira ketika telah mengucapkan dua kalimat Syahadat, maka
tidak ada sikap dan perbuatan yang bisa membatalkan keislamannya. Namun menurut Said
Hawwa dalam Yuhannar Ilyas (2010: 37-49) banyak sikap dan perbuatan yang dapat
membatalkan dua kalimat syhadat, diantaranya:
1. Bertawakal bukan kepaada Allah Swt.
2. Tidak mengakui bahwa semua nikmat lahir dan batin adalah karunia Allah Swt.
3. Beramal dengan tujuan selain Allah Swt.
4. Memberikan hak menghalalkan dan mengharamkan, hak memerintah dan
melarang, atau hak menentukan syariat atau hukum pada umumnya kepada selain
Allah Swt.
5. Taat secara mutlak kepada selain Allah dan Rasul-Nya.
6. Tidak menegakkan hukum Allah Swt.
7. Memberi islam, seluruh atau sebagiannya.
8. Mencintai kehidupan dunia melebihi akhirat atau menjadikan dunia segala-
galanya.
9. Memperolok-olok al-Qur’an dan sunnah atau orang-orang yang menegakkan
keduanya, atau memperolok-olok hukum Allah atau syi’ar islam.
10. Menghalalkan apa yang diharapkan oleh Allah,dan mengharamkan apa yang
dihalalkan-Nya.
11. Tidak beriman dengan seluruh Nash-Nash al-Qur’an dan sunnah.
12. Mengangkat orang-orang kafir dan munafik menjadi pemimpin dan tidak
mencintai orang-orang yang beraqidah Islam.
13. Tidak beradap dalam bergaul dengan Rasulullah Saw.

8
Ibid 33
9
14. Tidak menyenangi tauhid, malah menyenangi kesenangan kemusyrikan.
15. Menyatakan bahwa makna yang tersirat (batin) dari suatu ayat bertentangan
dengan makna yang tersurat (sesuai dengan pengertian bahasa).
16. Memungkiri salah satu asma, sifat, dan Af’al Allah Swt.
17. Memungkiri salah satu sifat rasulullah Saw yang telah ditetapkan oleh Allah Swt,
atau memberinya sifat yang tidak baik, atau tidak meyakininya sebagai contoh
teladan utama bagi umat islam manusia.
18. Mengkafirkan orang islam atau menghalalkan darahnya, atau tidak mengkafirkan
orang kafir.
19. Beribadah bukan kepada Allah swt.
20. Melakukan Syirik kecil.
2.4 Al- Asma’ Was-Shifat
A. Al- Asma’
Al-Asma` artinya nama nama, Asmaul Husna artinya nama nama Allah yang baik
atau yang indah. Nama Allah bukan hanya sekedar nama, akan tetapi mempunyai
pengaruh yang sangat besar dan hebat terutama bagi yang senantiasa berdo`a
kepadanya. Firman Allah Swt. Dalam QS. Al-Araf : 180 yang artinya : “ Hanya milik
Allah Asmaul Husna (nama-nama yang agung, sesuai dengan sifat sifat Allah), maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya.
Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(QS.Al-Araf : 180).Rasulullah SAW. Menjelaskan dalam hadist yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah: “Sesungguhnya Allah memiliki Sembilan puluh Sembilan nama,
barang siapa menghafalnya,ia akan masuk surga”.
Kata menghafal dalam hadist diatas janganlah diartikan secara sempit dengan
hafalan lisan, tetapi lebih dari itu mengimani dan mengamalkannya dalam kehidupan.
Misalnya meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui (Al-Alim), maka ia akan sadar
bahwa segala ilmu yang ia peroleh belum ada artinya dibandingkan dengan ilmu Allah.
Atha Ibnu Syarqi (2009: 20-21) menggaris bawahi dua hal penting dalam kajian
asmaul husna, yaitu:

10
1. Asmaul Husna yang merupakan nama-nama Allah yang indah dan sempurna,
karenanya semua nama mengandung sifat kesempurnaan dan keindahan.
2. Masalah ini berkenaan dengan nama Allah, maka tidak seorang pun berhak
menetapkan nama-nama Allah kecuali nama yang memang disebutkan dalam
Al-Quran maupun sunnah yang shahih. Sebab menamai Allah tanpa dalil
atau menyimpangkan nama-Nya baik dengan cara memisalkan (tamsil),
memalingkan dari makna aslinya (takwil), maupun penyerupaan (tasybih)
merupakan penyimpangan yang diperingatkan Allah.
Jika terjadi persamaan nama Allah dengan makhluk-Nya, contoh Allah Maha
Mendengar manusia juga mendengar, Allah berbicara dengan Musa, manusia juga
berbicara dan lain-lain. Maka perlu diingat bahwa persamaan tersebut hanyalah
persamaan nama (ismun) bukan persamaan haqiqi (musamma). Nama Allah sesuai
dengan zat dan kemahaan-Nya sedangkan nama manusia sesuai dengan
Kemakhlukannya (Yunahar Iluas, 2010: 52)9.
Allah itu adalah Ismudz Dzat yang mempunyai arti dari seluruh pengertian yang
terkandung dalam seluruh nama-nama Allah yaitu tidak ada Tuhan yang wajib dan
berhak disembah kecuali Dia Allah. Dialah yang menciptakan langit, bumi, dan segala
isinya. Dialah dzat pemilik pemilik segala kesucian dan keagungan yang terungkap
dalam nama-nama-Nya yang tidak bercerai-berai dari nama-Nya yang Agung. Nama-
nama tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah Saw yang bersumber dari Abu Hurairah
menurut Zainuddin (1999: 97-102) adalah sebagai berikut :

1. Ar-Rahman 10. Al-Mutakabbir 19. Al-Qabidh


2. Ar-Rahiim 11. Al-Khaliq 20. Al-Baasith
3. Al-Malik 12. Al-Baari 21. Al-Khafidh
4. Al-Qudus 13. Al-Mushawwir 22. Ar-Raafi`
5. As-Salam 14. Al-Ghaffar 23. Al-Mu`izz
6. Al-Mu`min 15. Al-Wahhaab 24. Al-Mudzil
7. Al-Muhaimin 16. Ar-Razzaaq 25. As-Samii`
8. Al-Aziz 17. Al-Fathaah 26. Al-Bashiir
9. Al-Jabbar 18. Al-Aliim 27. Al-Hakam
9
Ibid 36-37
11
28. Al-Adl 53. Al-Waliyyu 78. At-Tawwab
29. Al-Lathiif 54. Al-Hamiid 79. Al-Muntaqiim
30. Al-Khabiir 55. Al-Mukhshiy 80. Al-Afuww
31. Al-Haliim 56. Al-Mubdi`u 81. Al-Rauuf
32. Al-`Azhiim 57. Al-Mu`iid 82. Al-Maalikul
33. Al-Ghafuur 58. Al-Muhyii 83. Dzul jalaali wal
34. Asy-Syakuur 59. Al-Mumiit Ikraam
35. Al-`Aliy 60. Al-Hayyu 84. Al-Muqsituu
36. Al-Kabir 61. Al-Qayyum 85. Al-Jaami`
37. Al-Hafidz 62. Al-Wajiid 86. Al-Ghaniy
38. Al-Muqiit 63. Al-Majiid 87. Al-Mughniy
39. Al-Hasiib 64. Al-Wahiid 88. Al-Maniiy
40. Al-Jaliil 65. Al-Ahad 89. Adh-Dhaarr
41. Al-Kariim 66. Ash-Shamad 90. An-Nafii`
42. Ar-Raqiib 67. Al-Qadiir 91. An-Nuur
43. Al-Mujiib 68. Al-Muqtadiir 92. Al-Haadii
44. Al-Wasii` 69. Al-Muqadiim 93. Al-Badii`
45. Al-Hakiim 70. Al-Muakhkhir 94. Al-Baaqii
46. Al-Waduud 71. Al-Awwal 95. Al-Waristt
47. Al-Majiid 72. Al-Akhiir 96. Ar-Rasyid
48. Al-Baits 73. Azh-Zhahir 97. Al-Muqsituu
49. Asy-Syahiid 74. Al-Batiin 98. Ar-Rasyiid
50. Al-Haq 75. Al-Waliiy 99. Ash-Shabuur.
51. Al-Wakiil 76. Al-Muta`alli
52. Al-Qawiyyu 77. Al-Barr

B. Sifat-Sifat Allah
Allah Swt. sebagai Sang Pencipta tidak hanya memiliki asmaul husna, tetapi juga
memiliki sifat-sifat yang luhur merupakan penetapan dari kesempurnaan ketuhanan-

12
Nya dan keagungan dari keilahian-Nya. Allah Swt juga memiliki sifat wajib dan sifat
mustahil.
Sifat wajib bagi Allah Swt. maksudnya adalah sifat yang harus ada pada Dzat
Allah sebagai kesempurnaan bagi-Nya. Sifat mustahil artinya sifat yang tidak layak
dan tidak mungkin ada pada Allah Swt. Sedangkan sifat jaiz artinya boleh, maksudnya
adalah sifat yang boleh ada dan boleh juga tidak ada pada Allah Swt. Sifat jais ini tidak
menuntut pasti ada atau tidak pasti ada. Sifat jais bagi Allah adalah fi`lu kulli mumkin
au tarkuhu artinya memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak
memperbuatnya . Maksudnya Allah itu berwenang untuk menciptakan dan berbuat
sesuatu atau tidak (Zainuddin, 1999: 94).
Sifat-sifat wajib bagi Allah tidak dapat diserupakan dengan sifat-sifat makhluk-
Nya, maka sifat Allah wajib diyakini dengan akal (wajib aqli) dan berdasarkan al-
Qur`an dan sunnah Rasulullah (wajib naqli). Sifat wajib bagi Allah Swt ada 20:
1. Wujud artinya ada, maksudnya keberadaan Allah itu bukan karena ada yang
menciptakan tetapi ada dengan sendirinya.
2. Qidam artinya dahulu, maksudnya Allah terdahulu dan tidak didahulukan
oleh sesuatu. Jika Allah itu ada yang mendahului berarti ada yang
menciptakan, dan itu berarti huduts (baharu) ,dan itu artinya sama dengan
makhluk.
3. Baqa artinya kekal, maksudnya Allah itu kekal, tidak berubah-ubah
sebagaimana makhluk yang mengalami proses, kehancuran, dan kebinasaan.
4. Mukhalafatu lil hawaditsi artinya berbeda dengan semua makhluk,
Maksudnya adalah Allah itu berbeda dengan makluk ciptaan-Nya.
5. Qiyamuhu Binafsihi artinya berdiri sendiri, maksudnya Allah tidak
membutuhkan bantuan apapun dan dari siapa pun.
6. Wahdaniyah artinya Maha Esa, maksudnya Allah itu hanya Esa (tunggal),
tidak bebilang. Tidak mungkin ada dua Tuhan.
7. Qudrat artinya kuasa, maksudnya Allah itu kuasa atas segalanya.
8. Iradat artinya berkehendak, maksudnya Allah bebas menentukan kehendak
atau kemauan-Nya.

13
9. Ilmu artinya mengetahui, maksudnya adalah Allah itu Maha Mengetahui atas
segala sesuatu. Ilmu Allah bersifat lengkap, menyeluruh, dan mendalam.
10. Hayat artinya hidup, maksudnya Allah itu Maha Hidup.
11. Sama` artinya mendengar,maksudnya Allah itu Maha Mendengar, baik yang
nyaring, yang samar, bahkan yang tidak terdengar sama sekali.
12. Bashar artinya melihat, maksudnya Allah itu Maha Melihat sesuatu baik
yang kecil maupun yang tersembunyi.
13. Kalam artinya berkata-kata, maksudnya Allah tidak bisu, Allah berbicara
langsung ataupun melalui perantara.
14. Qadiran artinya Maha Kuasa. Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha
Kuasa atas segalanya.
15. Muridan artinya Maha Berkehendak, maksudnya sesungguhnya Allah adalah
Dzat yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu.
16. `Aliman artinya Maha Mengetahui, maksudnya Allah adalah Dzat yang
Maha Mengetahui atas segala sesuatu.
17. Hayyan artinya Maha Hidup, maksudnya Allah hidup selamanya dan tidak
akan mati.
18. Sami`an artinya Maha Mendengar, maksudnya Allah Maha Mendengar atas
segala sesuatu.
19. Bashiran artinya Maha Melihat, maksudnya Allah Maha Melihat atas segala
sesuatu.
20. Mutakalliman artinya Maha Berkata-kata, maksudnya Dzat Yang Maha
Berkata-kata atau Berfirman.

2.5 Hikmah beriman kepada allah


Iman kepada allah merupakan kunci pokok rukun iman yang lainnya. Apabila kokoh
keimanan kita kepada allah, maka cabang iman yang lainnya juga akan kokoh, demikian juga
sebaliknya. Adapun hikmah atau manfaat apabila kita beriman kepada allah Swt menurut
Zainuddin (1999: 54), antara lain adalah:
1. Memberi kesadaran manusia agar selalu ingat kepada allah swt.
2. Menambah ketaqwaan kepada allah swt dan tawakkal kepadany, ikhlas untuk
melaksanakan semua perintahnya, dan menjauhi segala larangannya.
14
3. Percaya kepada yang ghaib dan adanya wahyu darinya, sehingga terdorong untuk
mempelajari dan mengamalkannya.
4. Dengan tulus ikhlas berusaha menafahkan rezeki yang telah dianugerahkan
kepadanya sebagai bukti anugerah dari yang maha kuasa.
5. Seseorang akan mencintai Allah swt, secara sempurna dan akan mengagungkan-
Nya. Sesuai dengan namacnama-Nya dan sifat-sifat-Nya. 10
Seseorang yang mengenal Allah Swt pasti ia tahu akan tujuan hidupnya,tujuan
mengapa ia diciptakan dan tujuan untuk apa dia berada diatas dunia ini. Ia akan menyadari
bahwa sesungguhnya hidup didunia hanyalah sementara dan suatu saat akan kembali kepada
Allah Swt. Sementara orang yang tidak mengenal Allah Swt., tentu akan terperdaya dan
terpukau oleh indahnya dunia yang akhirnya ia hanya akan menghabiskan seluruh umurnya
untuk mencari dunia dan menikmatinya layaknya seperti binatang.
Seseorang yang mengenal Allah Swt akan merasakan kehidupannya lapang walau
bagaimana pun keadaanya. Seandainya ia orang miskin maka ia akan bersabar,karna ia tahu
bahwa dunia ini sementara dan akan ada kehidupan yang abadi yaitu tempat segala
kenikmatan,kesenangan. Seandainya ia orang kaya maka ia akan bersyukur,sebab ia tahu
segala harta yang ada padanya hanyalah titipan illahi. Yang diamanatkan kepadanya untuk
kemudian disalurkan kepada mereka yang kekurangan dan membutuhkan. Dan bahkan jika ia
dizhalimi, ia akan tetap bersabar, karna ia yakin bahwa Allah swt. adalah hakim yang seadil-
adilnya, dan segala sesuatu akan mendapatkan balasan nya meskipun sebesar biji zarah.
Apapun kondisi yang dialami seorang muslim, ia mengetahui bahwa semua hanyalah
sementara. Karena jika ada kesusahan maka akan ada kegembiraan. Ia menyadari bahwa
semua kejadian telah ditetapkan Allah Swt. Dan meyakini bahwa itu adalah yang terbaik bagi
nya.

10
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Sifat-sifat Allah dalam Pandangan Ibnu
Taimiyah, (Jakarta:Pustaka Azza, 2005),hlm. 41.
15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari kesimpulan diatas yaitu Iman kepada Allah SWT yaitu keyakinan yang
sesungguhnya bahwa Allah adalah wahid (satu), tidak beranak dan tidak beristri.
Iman menurut bahasa, kata iman berarti percaya. Sedangkan menurut pengertian
istilah, khususnya dalam perspektif islam, iman adalah memercayai dan mengikuti
segala apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, baik yang berkenaan dengan
akidah, ibadah maupun muamalah. Dalam pengertian lain Iman kepada Allah adalah
meyakini dengan akal akan wujud dan kebenaran-Nya sebagai pencipta, pemelihara
dan Tuhan seluruh makhluk Ciptaan-Nya. Dengan demikian, pengertian iman kepada
Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan
segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan
dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata yang berupa
pelaksanaan ibadah dan amal sholeh.

3.2 Pesan Penulis


Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat bagi kita semua dan
dapat kita amalkan hal-hal kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Janga pernah lelah
dalam memperbaiki diri ke dalam hal yang lebih baik lagi karena allah selalu bersama
kita dan allah juga tidak pernah lelah memberi ampunan dan menyayangi hambanya
disetiap waktu.

16
17

Anda mungkin juga menyukai