Dalam Islam, akidah ialah iman atau kepercayaan. Sumbernya yang asasi ialah
alquran. Iman ialah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu
untuk dipercaya dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh keraguraguan.
Tegaknya aktivitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat
menerangkan bahwa orang itu memiliki akidah atau menunjukkan kualitas iman yang ia
miliki. Karena iman itu bersegi teoritis dan ideal yang hanya dapat diketahui dengan bukti
lahiriah dalam hidup dan kehidupan sehari-hari. Manusia hidup atas dasar kepercayaannya.
Tinggi rendahnya nilai kepercayaan memberikan corak kepada kehidupan. Atau dengan kata
lain, tinggi rendahnya nilai kehidupan manusia tergantung kepada kepercayaan yang
dimilikinya. Sebab itulah kehidupan pertama dalam Islam dimulai dengan iman. Dari
pengertian tersebut ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam memahami
akidah secara tepat dan jelas, yaitu:
a. Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengakui kebenaran dengan potensi yang
dimilikinya. Indra dan akal digunakan untuk memahami dan mengerti kebenaran,
sedangkan wahyu menjadi pedoman untuk menentukan mana yang baik dan mana
yang buruk. Dalam berakidah hendaknya manusia menempatkan fungsi alat tersebut
pada posisinya masing-masing
b. Keyakinan itu harus bulat dan penuh, tidak berbaur dengan kesamaran dan keraguan.
Oleh karena itu, untuk sampai kepada keyakinan, manusia harus memiliki ilmu
sehingga ia dapat menerima kebenaran dengan sepenuh hati. Dan agar orang-orang
yang telah diberi ilmu, menyakini bahwasannya al-Qur’an itulah yang hak dari
Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya
Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang
lurus.
c. Akidah harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa kepada orang yang
menyakininya. Untuk itu diperlukan adanya keselarasan antara keyakinan lahiriyah
dan batiniah. Pertentangan antara kedua hal tersebut akan melahirkan kemunafikan.
Sikap munafik ini akan mendatangkan kegelisahan.
d. Apabila seseorang telah menyakini suatu kebenaran, maka konsekuensinya ia harus
sanggup membuang jauh-jauh segala hal yang bertentangan dengan kebenaran yang
diyakininya itu.
Akidah Islamiyah berisikan ajaran tentang apa saja yang harus dipercayai, diyakini
dan diimani oleh setiap orang Islam. Karena agama Islam bersumber kepada kepercayaan dan
keimanan kepada Tuhan, maka akidah merupakan sistem kepercayaan yang mengikat
manusia kepada Islam. Seorang manusia disebut Muslim jika dengan penuh kesadaran dan
ketulusan bersedia terikat dengan sistem kepercayaan Islam karena itu aqidah merupakan
ikatan dan simpul dasar Islam yang pertama dan utama. Akidah Islamiyah dibangun di atas
enam dasar keimanan yang lazim disebut dengan rukun iman. Rukun iman itu meliputi iman
kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman
kepada rasul-rasul Allah, dan iman kepada hari akhir serta iman kepada qada’ dan qadar.
Berdasarkan firman Allah Swt:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada
kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauhjuahnya. (QS. An-
Nisa’ 4:136).
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan
yang akan didirikan harus semakin kokoh pula fondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah
bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan tanpa fondasi. Seseorang yang
memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak
yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah
swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Misalnya orang nonmuslim memberi beras kepada
seorang yang miskin, amal ibadah orang itu nilainya NOL di hadapan Allah, Allah tidak
menerima ibadahnya karena orang itu tidak punya landasan aqidah. Seseorang bisa saja
merekayasa untuk terhindar dari kewajiban formal, misalnya zakat, tapi dia tidak akan bisa
menghindar dari aqidah. Misalnya, aqidah mewajibkan orang percaya bahwa Tuhan itu cuma
satu yaitu Allah, orang yang menuhankan Allah dan sesuatu yang lain (uang misalnya) maka
akan kelihatan nanti, tidak bisa ditutup-tutupi, tidak bisa direkayasa. Entah dari bicaranya
yang seolah-olah uang telah membantu hidupnya, tanpa uang dia tidak akan bisa hidup, atau
dari perilakunya yang satu minggu sekali datang ke pohon besar dan berdoa disitu.Itulah
sebabnya kenapa Rasulullah SAW selama 13 tahun periode Mekah memusatkan dakwahnya
untuk membangun aqidah yang benar dan kokoh. Sehingga bangunan Islam dengan mudah
berdiri di periode Madinah. Dalam dunia nyatapun ternyata modal untuk membangun sebuah
bangunan itu lebih besar tertanam di fondasi.Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari
kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad kita tidak ada guna apa-apa.
Ruang Lingkup Akidah Islam
1. Ilahiyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan,
Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, af’al Allah dan lainnya.
2. Nubuwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasul, termasuk tentang Kitab-Kitab Allah, mu’jizat, karamat dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain sebagainya.
4. Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
Sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur,
tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lain sebagainya.
Argumen Tentang Wujud Tuhan
Beberapa bukti tentang wujud tuhan :
1. Bukti Fitrah
Al-Qur’an tidak banyak mengetengahkan dalil tentang wujud Allah.Sebab,Al-Qur’an
menegaskan bahwa fitrah yang lurus,serta jiwa yang tidak dikotori oleh noda-noda syirik
menegaskan keberadaan sang khaliq tanpa perlu bukti.Tidak hanya itu,bahkan ke Esaan-Nya
merupakan sesuatu yang sesuai fitrah.Sebagaimana disimpung dalam firmannya :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 190)
Juga bagaimana manusia berhasrat kepada manusia yang lain? Bagaimana anak yang
baru lahir bisa langsung menyusu kepada ibunya? Seandainya ada seribu profesor yang
mengajarkan sesuatu kepada anak yang baru lahir maka tidak akan ada yang mampu untuk
mengajarkannya. Tidak adanya dalil tertentu bukan berarti yang ditunjukkan tidak ada karena
bisa jadi ditunjukkan oleh dalil yang lain.
Contohnya:Ketika seseorang bertanya kepada yang lain: apakah Budi ada di rumahnya? Lalu
jika ada yang menjawab: Budi tidak ada di rumah karena tidak ada sandalnya di depan
rumahnya. Maka kita katakan: adanya Budi di dalam rumah bukan hanya ditunjukkan oleh
sandalnya. Bisa jadi sandalnya tidak ada namun suaranya kita dengar atau lampu rumahnya
menyala. Jadi dalil/petunjuk yang menunjukkan bahwa Budi di dalam rumah sangat banyak
bukan hanya satu.Begitu juga orang ateis yang membatasi buktinya adanya Tuhan hanya
dengan dilihat maka kita katakan bukti untuk menunjukkan adanya Tuhan bukan hanya satu.
Seandainya bukti-bukti tersebut tidak terpenuhi maka masih banyak bukti yang lain yang
menunjukkan Tuhan itu ada.
Jika logika sederhana saja mengatakan mustahil kapal yang berjalan tanpa adanya
Nakhoda, kemudian barang naik dan turun dengan sendiri. Maka terlebih lagi dengan alam
semesta, bagaimana mungkin bisa berjalan dengan begitu teraturnya namun tidak ada yang
mengaturnya? Maka ini lebih mustahil lagi untuk terjadi.Kita juga katakan: tidak mungkin
baju ada dengan sendirinya. Berbeda dengan orang Ateis yang mengatakan bahwa ini terjadi
secara kebetulan. Maka kita katakan ini mustahil, karena adanya baju menunjukkan ada yang
membuatnya.Orang-orang Ateis berusaha membuat teori-teori tentang terciptanya alam
semesta, seperti teori bintang kembar atau big-bang. Seandainya kita benarkan teori mereka,
maka kita tanyakan kepada mereka: siapa yang menciptakan bintang kembar? Tidak mungkin
bintang kembar tersebut ada dengan sendirinya. Jika mereka mengatakan bahwa bintang
kembar ada dengan sendirinya maka jawaban ini bukanlah jawaban yang ilmiah, karena
orang bodoh pun mampu untuk menjawab dengan jawaban seperti ini. Orang yang ahli dalam
fisika tidak mungkin menjawab dengan jawaban seperti itu, karena mereka akan menjawab
dengan jawaban yang ilmiah.
Tuhan tidak terlihat bisa jadi karena ketidakmampuan indra penglihatan manusia.
Contohnya virus corona, ada yang mengatakan virus tersebut ada dan ada yang mengatakan
tidak ada. Namun jika kita melihat dampaknya maka kita lihat banyak orang yang meninggal
disebabkan olehnya. Maka tidak terlihatnya virus corona bukan menunjukkan tidak ada
wujudnya, namun karena mata manusia yang tidak mampu untuk melihatnya.
Contoh lainnya begitu banyak orang yang kerasukan jin, apakah kita katakan jin tidak ada
karena tidak terlihat? Berarti bisa jadi sesuatu ada namun tidak bisa terlihat karena
ketidakmampuan indra penglihatan manusia. Inilah seperti yang disabdakan Nabi
Muhammad ﷺ,
bisakah Tuhan menciptakan Tuhan?Ini adalah pertanyaan yang salah, karena ini seperti
pertanyaan: bisakah Anda naik ke bawah? Karena yang namanya Tuhan adalah menciptakan,
bagaimana mungkin ada Tuhan yang diciptakan? Jika Tuhan diciptakan maka statusnya
bukan sebagai Tuhan lagi. Ini adalah pertanyaan yang sering ditanyakan oleh orang-orang
Liberal yang terpengaruh dengan pemikiran Ateis.
mengapa ada bencana alam? Seharusnya Tuhan tidak menciptakan bencana alam.
Tuhan punya rencana sebagai ujian untuk hamba-hamba-Nya, untuk memperingatkan, atau
untuk lainnya. Orang-orang Ateis lupa bahwasanya Allah ﷻmenciptakan manusia untuk
diuji dengan berbagai macam ujian di antaranya dengan bencana alam, sakit, dan lainnya.
Mereka orang Ateis menginginkan Tuhan yang sesuai selera mereka. Mereka menginginkan
Tuhan yang menciptakan suatu kehidupan yang seluruhnya adalah kenikmatan. Kita katakan
kehidupan yang seperti adanya nanti di surga, adapun dunia sekarang ini adalah tempat ujian.
Jadi Tuhan memiliki maksud dan tujuan ketika menciptakan keburukan seperti Iblis misalnya
dan yang lainnya.
Daftar Pustaka :
https://bekalislam.firanda.com/6897-syubhat-syubhat-ateis-terkait-rububiyah-allah.html
Syaikh Ali Thanthawi,2010,Aqidah Islam Doktrin dan Filosofi,Solo : Era Adicitra Intermedia