Anda di halaman 1dari 9

PERAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN DISIPLIN SISWA

Dosen Pengampu :
Nindya Ayu Pristanti, S.Pd, M.Pd

O
L
E
H

Fitria Muniroh Br Lubis 5203342004


Nadia Iramayani 5203342019

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


PRODI PENDIDIKAN TATA BOGA C 2020

FAKULTAS TEKNIK – UNIMED


2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PERAN GURU DALAM
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN DISIPLIN SISWA” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
perkembangan peserta didik.Selain itu,makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang apa saja peran penting guru untuk perkembangan kepribadian siswa bagi para
pembaca dan juga bagi penulis
Saya menyadari,makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu,kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan pada
makalah ini.

Medan,22 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................1
1.4 Manfaat......................................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................2
KAJIAN TEORI..................................................................................................................2
2.1 Pengertian Kepribadian..............................................................................................2
2.2 Temprament dan Watak.............................................................................................3
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Anak.............................................4
BAB III................................................................................................................................6
PENUTUP...........................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan................................................................................................................6
3.2 Saran..........................................................................................................................6
Daftar Pustaka..................................................................................................................6

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sebah istilah yang sangat kompleks dimana memaknai sebuah kata tersebut melalui
kaca mata yang di gunakan. Sebelum isltilah ini muncul tentunya ada sebuah Disiplin ilmu
yang menyebabkan istilah tersebut  muncul yaitu Psikologi, atau lebih Simpleks lagi
Psikologi kepribadian.Selain itu ada jugak yang mempunyai pendapat bahwa, Munculnya
istilah kepribadian itu dari ilmu jiwa agama, dimana istilah itu pengambilanya di sesuaikan
dengan ruang metafisik yaitu Jiwa. kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri
dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten.
            Dalam teori-teori kepribadian, kepribadian terdiri dari antara lain trait dan tipe
(type). Trait sendiri dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan unit/dimensi
dasar dari kepribadian. Trait menggambarkan konsistensi respon individu dalam situasi
yang berbeda-beda. Sedangkan tipe adalah pengelompokan bermacam-macam trait.
Dibandingkan dengan konsep trait, tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang
lebih besar daripada trait. Dari pembahasan di atas sangat menarik bila di bahas lebih detail
tentang bagaimana ruang lingkup sebuah tema tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa saja peran guru dalam pembentukan kepribadian siswa ?


 Apa saja peran orang tua membantu guru dalam pembentukan kepribadian siswa ?
 Apa peran guru dalam memberikan arahan ?
 Apa peran guru dalam membimbing ?
 Apa peran guru dalam mengawasi ?
1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui peran guru dalam pembentukan kepribadian siswa


 Untuk mengetahui peran orang tua membantu guru dalam pembentukan kepribadian
siswa
 Untuk mengetahui peran guru dalam memberikan arahan,membimbing,dan
mengawasi
1.4 Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk peran guru dalam
pembentukan kepribadian disiplin siswa guru sudah berperan dalam pembentukan
kepribadian siswa yang terdiri dari peran guru dalam mengarahkan seperti pengarahan serta
pembiasaan. Kemudian peran guru dalam membimbing siswa yaitu adanya buku
bimbingan, progam bimbingan dan membimbing pada kegiatan keagamaan. Selanjutnya
peran guru dalam mengawasi siswa dengan adanya buku pengawasan serta kerjasama antara
orang tua dan sekolah. Peran guru yang terakhir ialah guru sebagai pemimpin yakni guru
menjadi teladan baik bagi siswa serta bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.

1
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Kepribadian

Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut "personality", yang berasal dari bahasa
latin "persona", yang berarti topeng. Koswara (1991) dalam pengertian sehari-hari
kepribadian adalah "Bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan kesan bagi
individu lain".Allport (1937) sebagaimana dikutip oleh Gunarsa.S.D dan Ny. Gunarsa S.D
(1989) Kepribadian adalah "Suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis di dalam
individu yang menentukan penyesuaian yang khas terhadap lingkungannya".Maramis
(1999)-Kepribadian adalah "Keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering
digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus-menerus terhadap
hidupnya". Freud yang dikutip oleh Koswara (1991)-Kepribadian adalah "Suatu struktur
yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego, dan superego".
Sekolah yang memegang peranan penting dalam perkembangan kepribadian siswa.
Menurut Sutirna (2013: 9) manusia dengan pendidikan (lingkungan sekolah) memiliki
hubungan yang sangat penting dalam rangka mengembangkan segala potensi diri untuk
masa depan serta menumbuh kembangkan kepribadiannya sesuai dengan jati diri bangsa
Indonesia.
Guru mempunyai peran yang sangat penting, karena peran guru adalah kombinasi dari
peran orang tua pendidik, pengajar, pembina, pemimpin, pembimbing dan penilai. Guru
memegang peranan sentral, sebagai seorang yang ditiru maka seluruh perilakunya harus
lebih baik daripada muridnya. Walaupun tidak dan bukan satu-satunya orang yang
bertanggung jawab dalam hal pendidikan siswa paling tidak guru memiliki posisi strategis
dala pembinaan, pengembangan karakter dan kepribadian siswa. Posisi guru dalam
pembentukan kepribadian siswa bukan hanya mentransformasikan pengetahuan saja tetapi
harus menjadi contoh, melatih, membiasakan perbuatan yang terus-menerus.
Selain diajarkan pendidikan kognitif siswa juga diajarkan nilai-nilai karakter agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Menurut Pupuh Fathurohman dkk (2013:19) terdapat beberapa
nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa, salah satu
diantaranya adalah disiplin. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Sejalan dengan Pupuh Fathurohman, menurut
Nurul Zuriah (2008:218) disiplin diri merupakan sikap dan perilaku sebagai cerminan dari
ketaatan, kepatuhan, ketertiban, kesetiaan, ketelitian, dan keteraturan perilaku seseorang
terhadap norma dan aturan yang berlaku. Di dalam sekolah, sikap disiplin diri juga wajib
dilaksanakan oleh setiap siswa.

2
2.2 Temprament dan Watak

 Temperament

Menurut Allport: “Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi


individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan
serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara
daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada
faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan.”
Menurut G. Ewald: “Temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan
dengan konstitusi jasmani.” Tempramen adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat
hubungannya dengan konstitusi tubuh. Yang dimaksud konstitusi tubuh disini ialah keadaan
jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya, seperti keadaan darah,
pekerjaan kelenjar, pencernaan, pusat saraf, dan lain-lain.  
Temperamen lebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/ tergantung pada
konstitusi tubuh. Oleh karena itu temperamen sukar diubah atau didik; tidak dapat
dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang bersangkutan. Contohnya si A
memiliki kemampuan melawak yang sangat dikagumi, karena ia memiliki tipe tubuh dan
raut muka yang sedemikian rupa, sehingga baru saja melihat mimiknya orang sudah ingin
tertawa.
Watak
            Watak adalah struktur batin manusia yang tampak pada kelakuan dan perbuatannya,
yang tertentu dan tetap. Ia merupakan ciri khas dari pribadi orang yang
bersangkutan. Allport beranggapan bahwa watak (character) dan
kepribadian (personality) adalah satu dan sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang
berlainan. Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka lebih
tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan bagaimana adanya
(jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai istilah “kepribadian.”
            I.R. Pedjawijatna mengemukakan: watak atau karakter ialah seluruh aku yang
ternyata dalam tindakannya (insani, jadi dengan pilihan) terlibat dalam  situasi, jadi
memang dibawah pengaruh dari pihak bakat, temperamen, keadaan tubuh, dan lain
sebagainya. Selanjutnya ia mengatakan, bahwa watak itu dapat dipengaruhi dan dididik,
tetappi pendikan watak itu tetap merupakan pendidikan yang amat individual dan
tergantung kepada kehendak bebas dari orang yang dididiknya.
Kerchensteiner mengemukakan sebagai berikut: “watak ialah keadaan jiwa yang
tetap, tempat semua perbuatan, kemauan ditetapkan/ditentukan oleh prinsip-prinsip yang
ada dalam alam kejiwaan.” Jadi menurut Kerchensteiner watak manusia terbukti dalam
kemauan dan perbuatannya. Kerchensteiner membagi watak manusi menjadi dua bagian,
yakni watak biologis dan watak intelijibel. Watak biologis mengandung nafsu/dorongan
insting yang rendah, yang terikat kepada kejasmanian atau kehidupan biologisnya. Watak
biologis ini tidak dapat diubah dan dididik. Sedangkan watak intelijibel ialah yang bertalian

3
denga  kesadaran dan intilijensi manusia. Watak ini mengandung fungsi-fungsi jiwa yang
tinggi, seperti: kekuatan kemauan, kemauan membentuk pendapat atau berpikir, kehalusan
perasaan, dan Aufwuhlbarkeit (lama dan dalamnya getaran jiwa), menurut Kerchensteiner
watak inilaah yang dapat diubah dan dididik. Ia menyarankan, bahwa untuk mendidik watak
seseorang (anak didik) dengan baik, didiklah kemauannya, cara berpikirnya, dan kehalusan
perasaannya kearah yang baik

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Anak

1. Faktor Genetik (pembawaan)


Masa dalam kandungan dipandang sebagai saat yang kritis dalam perkembangan
kepribadian, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga
sebagai masa pembentukan kemapuankemampuan yang menentukan jenis penyesuaian
individu terhadap kehidupan setelah kelahiran.

2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dibagi menjadi 3:
1) Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak. Alasannya
adalah kelurga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak,
anak banyak menghabiskan waktunya dilingkungan keluarga dan keluarga merupakan orang
yang penting bagi pembentukan kepribadian anak. Disamping itu keluarga juga dipandang
dapat memenuhi kebutuhan manusiawi, terutama bagi pengembangan kepribadiannya dan
pengembangan ras manusia. Apabila anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya
maka anak cenderung berkembang menjadi pribadi yang sehat. Suasana keluarga sangat
penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam
lingkungan keluarga harmonis dan agamais maka perkembangan anaktersebut cenderung
positif.
2) Faktor kebudayaan
Kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap setiap warganya, baik yang
menyangkut cara berpikir, cara bersikap atau cara berprilaku. Pengaruh kebudayaan
terhadap keperibadian dapat dilihat dari perbedaan masyarakat modern yang budayanya
maju dengan masyarakat primitive yang budayanya masih sederhana. Perbedaan itu tampak
dalam gaya hidupnya seperti dalam cara makan, berpakaian, memelihara kesehatan,
berinteraksi, pencaharian, dan cara berpikir. Linton (1945, cit. Yusuf dan Nurihsan, 2008)
mengemukakan ada tiga prinsip tipe dasar kepribadian yaitu pengalaman awal kehidupan
dalam keluarga, pola asuh orangtua terhadap anak dan pengalaman awal kehidupan anak
dalam masyarakat.
3) Sekolah
Faktor-faktor yang dipandang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak
diantaranya sebagai berikut :

4
 Iklim emosional kelas Ruang kelas dengan guru yang bersikap ramah dan respek
terhadap siswa memberikan dampak yang positif bagi perkembangan psikis anak,
seperti merasa nyaman, bahagia, mau bekerjasama, termotivasi untuk belajar, dan
mau menaati peraturan. Sedangkan ruang kelas dengan guru yang bersikap otoriter
dan tidak menghargai siswa berdampak kurang baik bagi anak, seperti merasa tegang,
sangat kritis, mudah marah, malas untuk belajar dan berprilaku yang menggangu
ketertiban.
 Disiplin Disiplin yang otoriter cenderung mengembangkan sifat-sifat pribadi siswa
yang tegang, cemas dan antagonistik. Disiplin yang permisif, cenderung membentuk
sifat siswa yang kurang bertanggungjawab, kurang menghargai otoritas dan
egosentris. Sementara displin yang demokratis, cenderung mengembangkan perasaan
berharga, merasa bahagia, perasaan tenang dan sikap bekerjasama.
 Prestasi belajar Perolehan prestasi belajar atau peringkat kelas dapat mempengaruhi
peningkatan harga diri dan sikap percaya diri siswa.
 Penerimaan teman sebaya Siswa yang diterima oleh teman-temannya, dia akan
mengembangkan sikap positif terhadap dirinya dan juga orang lain. Dia merasa
menjadi orang yang berharga.

5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan deskriptif analitik yang penulis uraikan dalam bab-bab di
atas dan dari informasi yang penulis peroleh dari berbagai metode maka dapat penulis
simpulkan sebagai berikut, Peranan guru sebagai teladan dalam membina perilaku belajar
siswa pada proses pembelajaran yakni peranan guru dalam membina perilaku siswa dengan
memberikan teladan bagi siswa, dengan indikator menjadi contoh bagi siswa, menggunakan
bahasa yang santun dan mendidik, datang ke sekolah tepat waktu dan mau bekerja keras.
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik
kepribadian yang sangat pengaruh terhadap keberasilan pengembangan sumber daya
manusia. Peranan guru sebagai motivator dalam membina perilaku belajar siswa pada
proses pembelajaran.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka penulis
mengajukan beberapa saran, sebagai berikut, Sebaiknya para guru lebih semangat lagi
menjalankan peranannya sebagai pendididik, yakni sebagai teladan, motivator dan
pengawas dalam proses pendidikan, karena ketika hal ini terlaksana dengan baik, maka
proses pembelajaran akan semakin baik sehigga mampu merubah prilaku belajar siswa yang
semulanya kurang aktif. Diharapkan guru mampu membendung amarah kepada siswa
jangan sampai ada kekerasan yang dilakukan oleh gurudi dalam kelas pada saat proses
pembelajaran yang disebabkan oleh prilaku siswa yang kurang baik, apabila hal ini terjadi
maka proses pembelajaran di kelas akan semakin tidak terlaksana dengan baik
Daftar Pustaka

 Djam’an Satori, dan Aan Komariah. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif.


(Cetakan ke-3). Bandung: CV. Alfabeta.
 https://siedoo.com/berita-24826-membangun-karakter-siswa-guru-dapat-lakukan-7-
hal-berikut/
 https://www.neliti.com/id/publications/213856/peranan-guru-dalam-membina-
perilaku-siswa-bermasalah-pada-proses-belajar-mengaja

Anda mungkin juga menyukai