Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAK ASASI MANUSIA


Dosen Pengampu : Drs.Osbert Sinaga, M.Si

D
I
S
U
S
U
N
OLEH : Kelompok 4

Fitria Muniroh Br Lubis (5203342004)


Muhammad Torik Wajdi Mardhotillah (5202142001)
Nadia Irmayani (5203342019)
Nayla Adiba (5203142023)
Vera Sri Niska Lahagu (5203142005)

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


PRODI PENDIDIKAN TATA BOGA IV B
FAKULTAS TEKNIK – UNIMED 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang mana esa karena dengan rahmat nya penulis
dapat menyelesaian makalah mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada ibu dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini
kepada saya.
Saya sangat berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mengetahui apa saja rangkuman penting yang ada didalam makalah yang membahas tentang
hak asasi manusia.Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu adanya saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Medan,06 April 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1 Konsep Warga Negara......................................................................................................2
2.2 Warga Negara Indonesia..................................................................................................2
2.3 Asas Kewarganegaraan....................................................................................................3
2.4 Cara Memperoleh dan Kehilangan Kewarganegaraan.....................................................4
2.5 Konsep Dasar HAM.........................................................................................................7
2.6 Sejarah HAM....................................................................................................................8
2.7 Prinsip-prinsip HAM........................................................................................................9
2.8 HAM Dalam UUD NRI 1945.........................................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................................12
Daftar Pustaka......................................................................................................................12

ii | M A K A L A H P K N
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Warga negara merupakan salah satu unsur pokok dalam suatu negara selain adanya
wilayah dan pemerintahan yang berdaulat. Semua orang yang berada di suatu negara tentu
perlu mengerti tentang status dan kedudukannya baik menyangkut hak dan kewajibannya
sebagai anggota dari sebuah negara.
Hak asasi manusia adalah hak dan kebebasan fundamental bagi semua orang, tanpa
memandang kebangsaan, jenis kelamin, asal kebangsaan atau etnis, ras, agama, bahasa atau
status lainnya. Hak asasi manusia mencakup hak sipil dan politik, seperti hak untuk hidup,
kebebasan dan kebebasan berekspresi. Selain itu, ada juga hak sosial, budaya dan ekonomi,
termasuk hak untuk berpartisipasi dalam kebudayaan, hak atas pangan, hak untuk bekerja dan
hak atas pendidikan.Hak asasi manusia dilindungi dan didukung oleh hukum dan perjanjian
internasional dan nasional.Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) adalah dasar dari
sistem internasional untuk perlindungan hak asasi manusia. Deklarasi tersebut diadopsi oleh
Sidang Umum PBB pada 10 Desember 1948, untuk melarang kengerian Perang Dunia II agar
tidak berlanjut. 30 pasal UDHR menetapkan hak sipil, politik, sosial, ekonomi dan budaya
semua orang. Ini adalah visi martabat manusia yang melampaui batas dan otoritas politik dan
membuat pemerintah berkomitmen untuk menghormati hak-hak dasar setiap orang. UDHR
adalah pedoman di seluruh pekerjaan Amnesty International.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana konsep warga negara?
 Apa itu warga negara Indonesia?
 Apasaja asas kewarganegaraan?
 Bagaimana cara memperoleh kewarganegaraan ?
 Bagaimana Cara melepas kewarganegaraan?
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui konsep warga negara
 Untuk mengetahui definisi warga negara
 Untuk mengetahui asas kewarganegaraan
 Untuk mengetahui cara memperoleh kewarganegaraan
 Untuk mengetahui cara melepas Kewarganegaraan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Warga Negara
Dalam bahasa Inggris warga negara disebut "citizen". Sedangkan dalam bahasa Yunani
disebut "civics" yang berarti penduduk sipil.
Siapakah warga negara?
Aristoteles mengatakan bahwa seorang yang patut disebut sebagai warga negara dalam suatu
negara demokratis belum tentu dapat disebut sebagai warga negara dalam sebuah negara
oligarkis. Jadi menurut Aristoteles yang disebut warga negara adalah orang yang secara aktif
ikut mengambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara, yaitu orang yang bisa berperan
sebagai orang yang diperintahkan dan orang yang bisa berperan sebagai orang yang
memerintah (Sri Wuryan dan Syaifullah, 2009: 108)

Selanjutnya,Sri Wuryan dan Syaifullah menjelaskan bahwa warga negara dibagi ke dalam
dua golongan, yaitu:
1. Yang menguasai atau memerintah.
2. Yang dikuasai atau diperintah.
Warga negara yang menguasai harus memiliki kebajikan dan keutamaan yakni sifat kebaikan
dan kearifan. Selanjutnya Aristoteles menegaskan bahwa kebajikan yang harus dimiliki oleh
seluruh warga negara yang baik ialah kemampuan untuk menguasai dan dikuasai dengan baik
atau kemampuan untuk memerintah dan diperintah dengan baik.

Lebih lanjut AS Hikam (1999: 166) mendefinisikan bahwa warga negara adalah anggota dari
sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. Oleh karenanya kewarganegaraan
menurut AS Hikam harus mencakup tiga dimensi utama. Yaitu
1. Dimensi keterlibatan aktif dalam komunitas.
2. Dimensi pemenuhan hak-hak dasar yaitu hak politik, hak ekonomi dan hak sosial cultural.
3. Dimensi dialog dan keberadaban ruang publik yang bebas.

Dalam bukunya yang berjudul Civics : Citizen in action, Turner (1990) menjelaskan bahwa
warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang hidup atau tinggal di wilayah
hukum tertentu. Adapun hukum tersebut dibuat atau disusun dalam diselenggarakan oleh
orang-orang yang memerintah atau yang menguasai dengan tujuan untuk mengatur kelompok
masyarakat.

2.2 Warga Negara Indonesia


Defenis suatu negara dengan negara lainnya itu berbeda. Sebelum adanya konsep
negara Aristoteles (Barker, 1995:84-85) pernah mengantisipasi bahwa "The definition of a
citizen is a question which is often disputed; there is no general agreement on who is a
citizen".Ada satu landasan pikir yang dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk mengetahui
pengertian warga negara dan siapa yang menjadi warga negara. Dasar pertimbangan yang
dimaksud adalah konstitusi negara.Saat ini undang-undang tentang kewarganegaraan republik
Indonesia yang berlaku adalah UU No. 12 Tahun 2006 yang menurut para ahli mencerminkan

2|MAKALAH PKN
penghargaan dan menghilangkan diskriminasi. Tentang siapa warga negara Indonesia,
dinyatakan pada pasal 4 UU No. 12 tahun 2006, yaitu :
• setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini
berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
• anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia;
• anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan
ibu warga negara asing;
• anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu
Warga Negara Indonesia;
• anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia, tetapi
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
• anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;
• anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;
• anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang
diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu
dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;
• anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
• anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah
dan ibunya tidak diketahui;
• anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
• anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
• anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.

Pada pasal 5 ayat 1 dan 2 UU No. 12 tahun 2006 menyatakan bahwa yang menjadi warga
negara Indonesia yaitu :
1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di Iuar perkawinan yang sah, belum berusia 18
(delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang
berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah
sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai
Warga Negara Indonesia.

2.3 Asas Kewarganegaraan

3|MAKALAH PKN
Seseorang dapat dinyatakan sebagai warga negara apabila memenuhi ketentuan-ketentuan
dari suatu negara.
Dalam penentuan kewarganegaraan ada 2 asas dan pedoman yaitu asas kewarganegaraan
berdasarkan kelahiran dan asas kekeluargaan berdasarkan perkawinan.
Dalam literatur hukum dan dalam praktek, dikenal ada 3 asas kewarganegaraan
masingmasing adalah Ius Soli, ius sanguinis dan asas campuran.
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2006 asas kewarganegaraan umum terdiri dari 4 asas yaitu
1) asas kelahiran
2) asas keturunan
3) asas kewarganegaraan tunggal
4) asas kewarganegaraan ganda terbatas

Asas kewarganegaraan yang khusus terdiri dari:


1. Asas kepentingan nasional
2. Asas perlindungan maksimum
3. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan
4. Asas kebenaran substantif
5. Asas non diskriminatif
6. Asas pengakuan dan permohonan terhadap HAM
7. Asas keterbukaan
8. Asas publisitas

2.4 Cara Memperoleh dan Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia


Dalam Undang-Undang, persoalan Kewarganegaraan Indonesia diatur dalam UU
nomor 12 tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 2 tahun 2007. Menurut UU,
ada 13 golongan Warga Negara Indonesia (WNI) ditinjau dari cara
mendapatkannya.Setiap penduduk suatu negara yang merupakan keturunan dari orangtua
yang berasal dari negara tersebut, pasti mendapat status kewarganegaraan di wilayah
tersebut. Apabila orang tersebut mempunyai keturunan dari orangtua yang berasal dari luar
negeri, status kewarganegaraan ganda dimiliki hingga orang tersebut bisa memilih
kewarganegaraan untuk dirinya sendiri.
Syarat Menjadi WNI

Dalam Undang-Undang, persoalan Kewarganegaraan Indonesia diatur dalam UU


nomor 12 tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 2 tahun 2007. Menurut UU, ada
13 golongan Warga Negara Indonesia (WNI) ditinjau dari cara mendapatkannya, yakni:

1. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundangundangan dan/atau berdasarkan


perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum
UndangUndang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia;

4|MAKALAH PKN
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia
dan ibu warga negara asing;
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan
ibu Warga Negara Indonesia;
5. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia,
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
6. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia;
8. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang
diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu
dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;
9. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
10. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui;
11. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
12. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan
ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
13. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

Orang-orang yang tidak termasuk dalam ke-13 kriteria tersebut juga bisa mendapat status
sebagai WNI, namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yakni:

1. telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;


2. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
3. sehat jasmani dan rohani;
4. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6. jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
7. mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
8. membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

Jika syarat-syarat sudah terpenuhi, maka yang harus dilakukan selanjutnya untuk
menjadi WNI adalah dengan mengajukan permohonan ke Presiden Indonesia. Permohonan
diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas
bermeterai cukup dan sekurang-kurangnya memuat; nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
jenis kelamin, status perkawinan, alamat tempat tinggal, pekerjaan, dan kewarganegaraan
asal.

5|MAKALAH PKN
Syarat Melepas Status WNI

Hampir sama seperti proses pemberian status WNI, orang yang ingin melepas status
tersebut juga harus melalui pejabat dan Menteri Hukum dan HAM sebelum diputuskan oleh
presiden. Ada beberapa faktor yang membuat WNI secara otomatis kehilangan status
kewarganegaraannya, yakni:

1. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;


2. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
3. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;
4. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam
itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat
dijabat oleh Warga Negara Indonesia;
5.  secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing
atau bagian dari negara asing tersebut;
6. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
7. mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang
dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain
atas namanya; atau
8. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selarna 5 (lima) tahun
terusmenerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan
sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia
sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap S (lima) tahun
berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi
Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal Perwakilan Republik
Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan,
sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.

Untuk melepas status WNI, pemohon harus memiliki kewarganegaraan lain dahulu
sebelum mengurus permohonan kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Permohonan
kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia diajukan secara tertulis oleh yang
bersangkutan kepada Presiden melalui Menteri. Permohonan dibuat dalam bahasa Indonesia
di atas kertas bermaterai cukup dan sekurang-kurangnya memuat: nama lengkap, tempat dan
tanggal lahir, alamat tempat tinggal, pekerjaan, jenis kelamin, status perkawinan pemohon,
dan alasan permohonan. Berikut tata cara melepas kewarganegaraan Indonesia:

1. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beserta lampirannya disampaikan


kepada perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
pemohon.
2. Perwakilan Republik Indonesia memeriksa kelengkapan persyaratan permohonan
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterimanya
permohonan.
3. Jika berkas permohonan telah lengkap, Perwakilan Republik Indonesia
menyampaikan permohonan kepada Menteri dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan
terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.

6|MAKALAH PKN
4. Setelah menerima permohonan dari Perwakilan Republik Indonesia, Menteri
memeriksa permohonan tersebut dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari.
5. Jika berkas telah lengkap, Menteri akan meneruskan permohonan kepada Presiden
maksimal 14 hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima.
6. Presiden menetapkan keputusan mengenai nama-nama orang yang kehilangan
Kewarganegaraan Republik Indonesia dan meneruskan kepada Perwakilan Republik
Indonesia
7. Perwakilan Republik Indonesia menyampaikan Keputusan Presiden kepada pemohon
dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal Keputusan Presiden
diterima.
8. Menteri mengumumkan nama orang yang kehilangan Kewarganegaraan Republik
Indonesia dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2.5 Konsep Dasar HAM


Konsep generasi Hak Asasi Manusia (“HAM”) yang berkembang di dunia, Max Boli
Sabon (hal.31-33) membagi menjadi 3 generasi yaitu:
Generasi pertama: Hak Sipil dan Politik (“Hak Sipol”).
Hak sipil contohnya adalah:
 hak untuk menentukan nasib sendiri;
 hak untuk hidup;
 hak untuk tidak dihukum mati;
 hak untuk tidak disiksa;
 hak untuk tidak ditahan secara sewenang-wenang;
 hak atas peradilan yang adil, independen, dan tidak berpihak.
Hak politik contohnya adalah:
 hak untuk berekspresi atau menyampaikan pendapat;
 hak untuk berkumpul dan berserikat;
 hak untuk mendapatkan persamaan perlakuan di depan hukum;
 hak untuk memilih dan dipilih;
 hak untuk duduk dalam pemerintahan.
Generasi kedua: Hak Ekonomi, sosial, dan kebudayaan (“Hak Ekosob”)
Hak ekonomi contohnya adalah:
 hak untuk bekerja;
 hak untuk mendapatkan upah yang sama atas pekerjaan yang sama;
 hak untuk tidak dipaksa bekerja;
 hak untuk cuti;
 hak atas makanan dan perumahan;
 hak atas kesehatan.
Hak sosial contohnya adalah:
 hak atas jaminan sosial;
 hal atas tunjangan keluarga;
 hak atas pelayanan sosial;
 hak atas jaminan saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjanda, mencapai usia
lanjut;
 hak ibu dan anak untuk mendapat perawatan dan bantuan istimewa;
 hak perlindungan sosial bagi anak-anak di luar perkawinan.

7|MAKALAH PKN
Hak kebudayaan contohnya adalah:
 hak atas pendidikan;
 hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kebudayaan;
 hak untuk menikmati kemajuam ilmu pengetahuan;
 hak untuk memperoleh perlindungan atas hasil karya cipta.
Generasi ketiga: mencakup enam macam hak, yaitu:
 hak atas penentuan nasib sendiri di bidang ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan;
 hak atas pembangunan ekonomi dan sosial;
 hak untuk berpartisipasi dalam, dan memperoleh manfaat dari warisan bersama umat
manusia (common heritage of mankind), serta informasi-informasi dan kemajuan lain;
 hak atas perdamaian;
 hak atas lingkungan yang sehat;
 hak atas bantuan kemanusiaan.
Generasi keempat: satu generasi ini diusung oleh Jimly Ashiddique
Dimana menurutnya dalam bukunya Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi
(hal. 209-228) HAM generasi pertama sampai ketiga hanya konsep HAM yang dilihat dari
perspektif vertikal yaitu hubungan antara rakyat dengan penguasa. Sedangkan hak generasi
keempat adalah konsepsi hak asasi manusia yang dilihat dari perspektif yang bersifat
horizontal. Menurutnya, melihat perkembangan zaman ini muncul tiga kelompok kekuasaan
horizontal, yaitu kekuasaan negara di satu pihak, kekuasaan ekonomi (kapitalisme
global/perusahaan multinasional di lain pihak, dan kekuasaan masyarakat madani di lain
pihak lagi. Singkatnya ada tiga kelompok kekuasaan yang saling berpengaruh yaitu state,
market, dan civil society, termasuk nongovernmental organizaton (NGO/LSM). Dengan
demikian, hak generasi keempat adalah hak kelompok yang satu untuk tidak ditindas oleh
yang lain, baik antar kelompok maupun intrakelompok,dalam pola hubungan horizontal.
2.6 Sejarah HAM
Magna charta menjadi tonggak pertumbuhan dan perkembangan hak asasi manusia di
Eropa. Pemerintahan pada saat itu berbentuk kerajaan dengan raja absolut. Yang artinya raja
berhak bertindak apa saja terhadap kerajaan dan rakyatnya karena raja memiliki “hak suci
raja”. Hak raja atas semua tindakannya dan hak menghukum seeorang tanpa proses hokum
yang jelas mulai dipertanyakan berbagai kalangan pada zaman itu, karena tindakan raja jelas
bertentangan dengan HAM mengenai hak untuk hidup dan perlindungan hokum.
Kesewenang-wenangan raja menuai kecaman dan protes dar kalangan bangsawan
hingga berujung pada perjanjian kesepakatan Magna Charta tahun 1215. Magna charta adalah
piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dan para bangsawan yang merupakan
pemberian jaminan beberapa hak raja kepada para bangsawan beserta keturunannya, seperti
hak untuk tidak adanya pemeriksaan pengadilan.
Perjuangan pengakuan HAM juga terjadi di negara-negara lain seperti Amerika dan
Prancis. Di Amerika peristiwa penting yang menadai penegakan HAM terutama hak
kemerdekaan adalah revolusi Amerka pada tahun 1776. Resolusi Amerika menjadi tonggak
lahirnya Declaration of Independece (Deklarasi Kemerdekaan) hingga akhirnya Amerika
Serikat menjadi negara merdeka pada tanggal 4 Juli 1776.
Perkembangan di Prancis ditandai dengan peristiwa Revolusi Prancis pada tahun
1789. Revolusi Prancis mengawali terbentuknya Declaration des droits de I’homme et du
citoyen (Pernyataan Hak-Hak Manusia dan Warga Negara). Pernyataan ini memuat tiga hak,
yaitu ha katas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan persaudaraan (fraternite).

8|MAKALAH PKN
Pada awal abad XX konsep hak asasi berkembang menjadi empat macam kebebasan
(The FourFreedoms). Keempat macam kebebasan itu meliputi kebebasan beragama,
kebebasan berbicara dan berpendapat, kebebasan dari kemelaratan, dan kebebasan dari
ketakutan. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D.
Roosevelt. Konsep The Four Freedoms kemudian dikembangkan dalam beberapa dokumen
termasuk Universal Declaration of Human Rights atau Pernyataan Sedunia tentang Hak-Hak
Asasi Manusia oleh negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

2.7 Prinsip-prinsip HAM


Beberapa prinsip yang telah menjiwai HAM internasional, antara lain:
 Prinsip Kesetaraan (equality)
 Merupakan suatu ide yang meletakkan semua orang terlahir bebas dan memiliki
kesetaraan dalam HAM, dimana pada situasi yang sama harus diperlakukan sama dan
pada situasi yang berbeda diperlakukan berbeda pula. Dalam prinsip kesetaraan,
dikenal tindakan afirmatif (diskriminasi positif). Hal ini muncul ketika seseorang
yang berasal dari posisi yang berbeda tetapi diperlakukan sama. Jika perlakuan sama
ini terus diberlakukan makaperbedaan ini akan menjadi terus menerus walaupun
standar HAM telah di tingkatkan. Untuk itulah penting untuk mengambil langkah
selanjutnya guna mencapai kesetaraan dengan catatan tindakan afirmatif ini hanya
dapat digunakan dalam suatu ukuran tertentu hingga kesetaraan itu dicapai. Jika
kesetaraan telah tercapai maka tindakan afirmatif tidak dibenarkan lagi.
 Pelarangan diskriminasi (non discrimination).
 Jika semua orang dianggap setara, maka seharusnya tidak ada perlakuan diskriminatif
disamping tindakan afirmatif dalam rangka mencapai kesetaraan. Pada dasarnya
diskriminasi merupakan kesenjangan perbedaan perlakuan dari perlakuan yang
seharusnya sama atau setara.
 Prinsip Ketergantungan (interdefendance).
 Prinsip ini menegaskan bahwa pemenuhan hak sering kali bergantung kepada
pemenuhan hak lainnya, baik secara keseluruhan maupun sebagian.
 Prinsip dipertukarkan (inalienable).
 Pemahaman prinsip atas hak yang tidak bisa dipindahkan, tidak bisa dirampas atau
dipertukarkan dengan hal tertentu, agar hak-hak tersebut bisa diperkecualikan. Hak-
hak individu tidak dapat direnggut, dilepaskan dan dipindahkan.
 Prinsip ketergantungan (indivisibility).
 Prinsip ini sebenarnya merupakan pengembangan dari prinsip saling terkait. HAM
baik hak sipil, politik, sosial, budaya, ekonomi semuanya bersifat inheren, yaitu
menyatu dalam harkat martabat manusia. Pengabaian pada satu hak akan
menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak lainnya.
 Prinsip selanjutnya terkait dengan universalisme HAM.
 Prinsip universal (universality) merupakan prinsip yang tertinggi dimana HAM itu
berlaku secara keseluruhan dimana pun seseorang berada di dunia ini.
 Prinsip yang terakhir yakni terkait dengan martabat manusia (human dignity).
 Hak asasi merupakan hak yang melekat, dan dimiliki setiap manusia di dunia. Prinsip
ini menegaskan perlunya setiap orang untuk menghormati hak orang lain, hidup
damai dalam keberagaman yang bisa menghargai satu dengan yang lainnya, serta
membangun toleransi sesama manusia.

9|MAKALAH PKN
2.8 HAM Dalam UUD NRI 1945
Hak Asasi Manusia adalah konsep hukum dan normatif yang menunjukkan bahwa
manusia memiliki hak yang melekat karena ia adalah manusia. Hak asasi manusia berlaku
bagi siapa saja kapan saja dan di mana saja, bersifat universal, dan pada prinsipnya tidak
dapat dicabut.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak asasi manusia yang dimiliki setiap orang sejak lahir.
Oleh karena itu, untuk melindungi hak asasi manusia, pemerintah memberlakukan pengaturan
yang tegas dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh
karena itu, warga negara Indonesia berhak memperoleh hak asasi sesuai Undang-Undang
Dasar 1945 ketika mereka bertempat tinggal di negara
Tonggak sejarah pengaturan HAM internasional terjadi setelah Majelis Umum PBB
menyetujui Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia pada 10 Desember 1948.[2]
Penyatuan nilai-nilai kemanusiaan dalam diri setiap orang meliputi kebebasan, keadilan dan
perdamaian dunia.
HAM dalam UUD 1945
Sejak Negara Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka, para pendiri
Negara Republik Indonesia sepakat bahwa Negara berdasarkan atas hukum, yang diartikan
sebagai Undang-Undang Dasar yang mencerminkan penghormatan terhadap Hak Asasi
Manusia. UUD 1945 menegaskan bahwa sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan atas
hukum (rechstaat), bukan hanya berdasarkan kekuasaan belaka (maachstaat).
Di Indonesia, seperti halnya negara lain, konstitusi dasar memuat sejumlah hak asasi
manusia, antara lain UUD 1945, UUD RIS, dan UUDS 1950. Sedangkan dalam UUD 1945
(sebelum amandemen) tidak tertuang dalam piagam tersendiri tetapi tersebar di beberapa
pasal, terutama pasal 27 sampai dengan 34. Hal ini karena UUD 1945 dirumuskan beberapa
tahun sebelum PBB mendeklarasikan Deklarasi Hak Asasi Manusia pada 10 Desember
1948.Undang-Undang Dasar 1945 merupakan Hukum Dasar Tertulis yang berlaku di
Indonesia meliputi Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Kedua
komponen tersebut dikaji dengan pendekatan filosofis (ontologis), historis-sosiologis,
sistematis dan yuridis-fungsional. Menunjukkan adanya komitmen kemanusiaan yang tinggi
dari bangsa Indonesia meskipun belum tersistematis secara lengkap dalam daftar hak-hak
asasi manusia seperti halnya piagam HAM sedunia
Ketentuan UUD 1945 tentang hak asasi manusia dapat dilihat dari ketentuan dalam
pembukaan dan pasal-pasal dalam teks revisi. Meskipun UUD 1945 memuat pasal-pasal hak
asasi manusia yang meliputi bidang sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya, pengaturan
tersebut dianggap tidak rinci. Oleh karena itu, muncul pertanyaan dalam bentuk hukum,
apakah rincian hak asasi manusia harus ditetapkan.Undang-undang Nomor 39 tentang Hak
Asasi Manusia tahun 1999 mendefinisikan hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan anugerah dari-Nya dan harus dihormati, dipelihara, dan dilindungi oleh Negara,
Hukum, dan Pemerintahan. Dan setiap orang untuk kehormatan dan perlindungan martabat
manusia. Dari definisi tersebut, kita dapat melihat bahwa kedua definisi tersebut meyakini
bahwa hak asasi manusia adalah anugerah alam dari surga dan harus dihormati sebagai
manusia. Hal ini sejalan dengan ideologi dan landasan negara kita Panchasila, yaitu sila
pertama yang berlandaskan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa
HAM dalam UUD 1945 Sebelum Amandemen
Dalam UUD 1945, substansi mengenai hak asasi manusia diatur sangat terbatas. Hal
ini disebabkan karena pada saat itu ada kebutuhan yang harus dicapai terlebih dahulu yaitu

10 | M A K A L A H P K N
Kemerdekaan Republik Indonesia. Selain itu karena tidak adanya pandangan menyeluruh
mengenai hak asasi manusia, karena pada saat itu UUD 1945 telah disahkan sebelum
Deklarasi HAM terbentuk.Dalam UUD 1945, awalnya hanya Berisi 6 pasal yang mengatur
hak asasi manusia, Kemudian mengalami perubahan sangat penting dan kemudian
dimasukkan dalam Perubahan Kedua UUD 1945 Agustus 2000. Faktanya, Sebelum
pelaksanaan Amandemen Kedua, sudah ada beberapa peraturan perundang-undangan Ini bisa
dikatakan sebagai awal dari perubahan. Peraturan tersebut antara lain: Ketetapan MPR
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, Ketetapan MPR No IV/MPR/1999 tentang
GBHN dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang Tentang Hak Asasi Manusia.
 Hak dalam mempertahankan hidup serta kehidupannya.
 Hak dalam membentuk keluarga serta melanjutkan keturunan lewat perkawinan sah.
 Hak meneruskan kelangsungan hidup, tumbuh, hingga berkembang, juga berhak atas
perlindungan dari diskriminasi dan kekerasan.
 Hak mengembangkan diri lewat pemenuhn kebutuhan dasar. Berhak mendapat
pendidikan, seni, budaya, untuk meningatkan kualitas hidup serta kesejakteraan
manusia.
 Hak memajukan diri dalam haknya secara kolektif serta membangun masyarakat,
bangsa, dan nagara.
 Hak pengakuan, perlindungan, jaminan, maupun kepastian hukum secara adil.
 Hak bekerja dan memperoleh imbalan yang adil dan layak.
 Hak mendapatkan kesempatan sama dalam lingkup pemerintahan.
 Hak status kewarganegaraan.
 Hak memeluk agama, beribadah, hingga memilih tetap dalam lingkup warga negara
atau keluar.
 Hak bebas menyakini kepercayaan.
 Hak kebebasan menjalankan serikat, mengeluarkan pendapat.
 Hak berkomunikasi serta mendapat informasi.
 Hak mendapatkan perlindungan diri, keluarga, harta, hingga kekuasaan.
 Hak bebas dari penyiksaan juga perlakukan yang merendahkan martabat.
 Hak pemenuhan hidup sejahtera lahir dan batin.
 Hak memperoleh kemudahan juga pelakukan khusus untuk mendapatkan kesempatan.
 Hak jaminan sosial.
 Hak dalam hak milik pribadi atau hak milik tidak bisa diambil paksa.
 Hak dalam hidup dan tidak disiksa.
 Hak bebas dari perlakukan yang diskriminatif.
 Hak berbudaya yang dijadikan identitad masyarakat tradisional.

11 | M A K A L A H P K N
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita
ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. HAM setiap individu
dibatasi oleh HAM orang lain.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh
perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum
acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

3.2 Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang
lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita
dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.

Daftar Pustaka
Asri Wijayanti 2008 Sejarah perkembangan, Hak Asasi
Manusiahttp://kumpulanmakalhttps://makalah-update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-
asasi-manusia
Pemerintahan Daerah. Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Vol. 5, No1/Juni 2018:65–78
Surbakti, K. (2018). FOSTERING OF FEMALE PRISONERS IN TANJUNG GUSTA
PENITENTIARY OF MEDAN. PROCEEDING: THE DREAM OF MILLENIAL
GENERATION TO GROW, 216-225.

12 | M A K A L A H P K N

Anda mungkin juga menyukai