Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun Oleh :
Zahwa Dzahabiyyah (221107012429)

Kesehatan Masyarakat
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
segala nikmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak – pihak
yag telah memberikan dukungan. Baik ide maupun materi. Kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bisa menjadi
refrensi bagi para pembaca. Selain itu, besar harapan kami agar makalah
ini dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami, tentu masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengrahapkan kritik dan
saran yang benar- benar membangun dari para pembaca untuk
menyempurnakan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
A. KEWARGANEGARAAN DAN HAM..............................................................................4
a. Macam-Macam Hak Asasi Manusia...................................................................................5
b. Contoh Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat dan Ringan...............................................5
B. IDENTITAS NASIONAL..................................................................................................7
C. KONSTITUSI DAN UUD 1945.......................................................................................11
D. AMANDEMEN UUD 1945.............................................................................................14
E. KESADARAN BELA NEGARA........................................................................................17
F. GEOPOLITIK INDONESIA DAN WAWASAN NUSANTARA..................................22
G. GEOSTRATEGI INDONESIA DAN KETAHANAN NASIONAL...........................25
H. OTONOMI DAERAH DAN GOOD GOVERNANCE...............................................27
I. DEMOKRASI...................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................35

A. KEWARGANEGARAAN DAN HAM

3
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik
tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam
kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara.
Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa Inggris: citizenship). Di
dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau
warga kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah,
kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak
(biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya.
Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (bahasa Inggris:
nationality). Yang membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada
kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh,
secara hukum merupakan subyek suatu negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki
hak berpartisipasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa
menjadi anggota bangsa dari suatu negara.
Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan memiliki implikasi hak dan
kewajiban. Dalam filosofi "kewarganegaraan aktif", seorang warga negara disyaratkan untuk
menyumbangkan kemampuannya bagi perbaikan komunitas melalui partisipasi ekonomi,
layanan publik, kerja sukarela, dan berbagai kegiatan serupa untuk memperbaiki penghidupan
masyarakatnya.
Hak asasi manusia merupakan hak yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa
kepada setiap individu di bumi. Setiap orang wajib menjaga, melindungi serta menghormati
haknya setiap orang.
HAM juga telah diatur dalam undang-undang nomer 39 tahun 1999, menjelaskan
bahwa hak asasi manusia merupakan seperangkat haknya telah melekat pada setiap individu
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan wajib dijunjung tinggi, dihormati dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang.
Hak-hak tersebut antara lain haknya untuk hidup, keamanan, tidak diganggu, kebebasan
dari perbudakan serta penyiksaan. Jika seseorang atau sekelompok orang tidak memberikan
hak semestinya terhadap seseorang atau sekelompok orang maka akan diberi hukum pidana
penjara sementara atau paling berat penjara seumur hidup.

a. Macam-Macam Hak Asasi Manusia

4
1. Personal Rights
Personal rights adalah setiap orang memiliki kebebasan untuk berpendapat, bebas untuk
memeluk agama apapun, dibebaskan untuk beribadah menurut keyakinannya masing-masing
dan diberikan kebebasan untuk berorganisasi atau berserikat.
2. Property Rights
Property rights (hak asasi ekonomi) merupakan pemberian kebebasan untuk memiliki
sesuatu, bebas untuk menjual serta membeli sesuatu barang atau jasa, serta bebas untuk
mengadakan suatu perjanjian kontrak dan memiliki pekerjaan.
3. Rights of Legal Equality
Rights of legal equality berkaitan dengan berhak untuk mendapatkan perlakuan atau
pengayoman sama sesuai dengan keadilan hukum. Semua akan dilihat sama pada mata
hukum.
4. Political rights
Political rights merupakan hak asasi manusia memberikan Anda kesempatan untuk bebas
berpolitik. Memiliki berhak sama untuk ikut serta dalam pemerintahan, pemilihan umum,
mendirikan partai politik dan mengajukan petisi kritis serta saran.
5. Social cultural rights
Hak asasi manusia social cultural rights berkaitan dengan dibebaskannya setiap orang
untuk memilih pendidikan yang diinginkannya, pemberian haknya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan serta mengembangkan kebudayaan.
6. Procedural rights
Terakhir, setiap individu berhak untuk mendapatkan perlakukan mengenai tata cara
peradilan serta perlindungan hukum oleh pemerintah. Setiap orang memiliki hak asasi
manusia berhak mendapatkan perlakuan adil dalam penggeledahan, penangkapan serta
pembelaan hukum.
b. Contoh Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat dan Ringan
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan hak asasi manusia serta macam-
macamnya. Berikutnya kami akan memberikan contoh kasus pelanggaran HAM pernah
terjadi di Indonesia baik ringan maupun berat.
1. Kerusuhan tanjung priok tahun 1984
Contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia yang pertama terjasi pada tanggal 12
September 1984, korban tercatat pada peristiwa tersebut antara lain 24 orang teras, 26 luka
berat dan 19 orang luka ringan. Saat itu majelis hakim menyatakan 14 terdakwa dinyatakan
bebas atas kasus ini.

5
2. Penembakan Mahasiswa Trisakti 1998
Peristiwa ini juga dikenal dengan nama tragedi trisaksti yang terjadi pada tanggal 12 Mei
1998 terhadap mahasiswa sedang melakukan demonstrasi guna menuntut presiden Soeharto
turun dari jabatannya sebagai presiden. Dari kejadian tragedi trisakti tersebut, terdapat empat
mahasiswa trisakti tewas serta puluhan orang mengalami luka berat dan ringan. Mahkamah
militer melakukan sidang terhadap beberapa terdakwa yang diduga telah menyebabkan
adanya korban jiwa. Tetapi, mahkamah militer pada saat itu hanya memvonis dua terdakwa
dengan hukuman pidana selama 4 bulan saja, empat terdakwa lainnya divonis 2-5 bulan
pidana sedangkan sembilan orang divonis 3-6 tahun penjara. Saling menghormati dan
menghargai setiap orang merupakan sikap harus dimiliki setiap warga negara untuk menjaga
HAM setiap individu. Selain itu, setiap negara juga wajib untuk memberikan perlindungan
dan menjaga hak asasi manusia setiap warganya. “Dalam Pasal 28D Undang-Undang Dasar
1945 menyebutkan bahwa Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. Pun demikian
dengan bagian dari Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang mengatakan untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Jadi orang
Indonesia harus dilindungi,” ungkap Ketua Komnas HAM RI Ahmad Taufan Damanik saat
menjadi pembicara dalam webinar dengan tema “Kewarganegaraan Ganda dan Hak Asasi
Keluarga Perkawinan Campuran, dan Urgensi Perubahan UU No.12/2006 tentang
Kewarganegaraan” yang diselenggarakan oleh LPPSP-FISIP UI bersama Aliansi Pelangi
Antar Bangsa.Substansi UU tentang Kewarganegaraan, dicermati Taufan terdapat
kemajuan.Dalam Pasal 6 yang berbunyi “Dalam hal status Kewarganegaraan Republik
Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h,
huruf l, dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 tahun atau
sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya”.

6
B. IDENTITAS NASIONAL
Setiap negara yang merdeka dan berdaulat harus memiliki identitas nasional. Sebagai
warga negara kita perlu memahami tujuan dan pengertian identitas nasional itu sendiri.
Di samping itu juga, sebagai warga negara, kita harus menjunjung tinggi dan
mempertahankan identitas nasional dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan supaya
kita mengenal ciri dan karakteristik negara Indonesia, yang membedakannya dari identitas
negara lain. Identitas nasional memiliki artian dalam setiap katanya. Yakni dari kata identitas
(identity), yang artinya jati diri yang melekat dalam pada seseorang atau sesuatu yang
membedakannya dengan yang lain.
Sedangkan, kata nasional (national) merupakan identitas yang melekat pada
kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti
budaya, agama, bahasa, maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan.
Dalam konteks negara Indonesia, maka identitas nasional adalah manifestasi nilai-nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun
dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan roh
Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangnya, demikian dikutip dari buku
Pendidikan Kewarganegaraan oleh Maryanto.
a. Faktor-Faktor Pembentuk Identitas Nasional
Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia,
sebagaimana dikutip dari makalah Identitas Nasional bahan ajar Universitas Ahmad Dahlan
oleh Dwi Sulisworo Tri dan Buku Ajar Pembelajaran PPKn MI oleh Angga Dwi Prasetyo,
sebagai berikut:
1. Faktor Objektif (Faktor Primordial)
Faktor objektif adalah faktor bawaan yang bersifat alamiah yang melekat pada bangsa
tersebut, seperti geografi ekologi, dan demografi. Contohnya, Indonesia yang mempunyai
kondisi geografi-ekologi sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di
persimpangan jalur komunikasi di Asia Tenggara, ikut serta mempengaruhi perkembangan
demografi, ekonomi, sosial dan budaya bangsa Indonesia.
2. Faktor Kondisional (Faktor Subjektif)
Yaitu keadaan yang mempengaruhi terbentuknya identitas nasional. Contohnya, faktor
subjektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan bangsa.
Faktor Sakral

7
Faktor ini dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau ideologi doktriner
yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Misalkan, negara Indonesia diikat oleh
kesamaan ideologi Pancasila.
3. Tokoh Kepemimpinan
Para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat pula menjadi faktor yang
menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa negara dianggap sebagai penyambung
lidah rakyat, pemersatu rakyat dan simbol persatuan bangsa yang bersangkutan.
4. Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika pada dasarnya adalah ketersediaan warga bangsa untuk bersatu
dalam perbedaan. Yang dimaksud dengan bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga
bangsa untuk setiap pada lembaga yang disebut negara dan pemerintah, tanpa menghilangkan
keterkaitannya pada suku bangsa, adat, ras, dan agamanya.
5. Sejarah
Persepsi yang sama di antara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat menyatukan
diri ke dalam suatu bangsa. Misalnya, presepsi yangs sama tentang pengalaman masa lalu,
seperti sama-sama menderita karena penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas, tetapi
juga melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat.
6. Perembangan Ekonomi (Industrialisasi)
Perkembangan ekonomi akan melahirkan spesialisasi pekerjaan dan profesi sesuai dengan
aneka kebutuhan masyarakat
7. Kelembagaan
Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa adalah lembaga-lembaga
pemerintahan dan politik, misalnya seperti birokrasi, angkatan bersenjata, pengadilan, dan
partai politik.
8. Unsur-Unsur Identitas
Dikutip dari buku Kewarganegaraan oleh Yayat Suharyat, identitas nasional Indonesia
merujuk kepada suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari:
a. Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir),
sama halnya seperti umur dan jenis kelamin. Contohnya, di Indonesia terdapat banyak sekali
suku bangsa dengan jumlah kurang lebih 300 dialek bahasa.
b. Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat agamis. Agama-agama yang tumbuh dan
berkembang di Indonesia adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Buddha, dan Kong Hu Cu.

8
c. Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan
sebagai rujukan atau pedoman dalam bertindak sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
d. Bahasa
Bahasa dipahami sebagai sarana berinteraksi antara manusia. Di Indonesia, bahasa
resmi yang digunakan adalah bahasa Indonesia.
b. Bentuk-Bentuk Identitas Nasional
Adapun penjabaran masing-masing bentuk identitas nasional Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Bahasa Negara Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa
pergaulan yang kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928.
2. Bendera Negara Indonesia
Bendera negara Indonesia adalah Sang Merah Putih. Warna Merah Putih mencerminkan
semangat bangsa Indonesia yang memerah dan dilandasi dengan hati yang putih. Bendera
Merah Putih pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada
peristiwa Sumpah Pemuda.
3. Lagu Kebangsaaan Indonesia
Indonesia Raya merupakan lagu kebangsaan negara Indonesia buah karya Wage Rudolf
Supratman, yang menggambarkan semangat cinta tanah air dan kegagahan serta kebenaran.
Lagu ini pertama kali diperdengarkan dalam forum resmi yakni pada saat sebelum Kongres
Pemuda II ditutup pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada peristiwa itu lagu Indonesia Raya
dimainkan dengan biola tanpa syair.
4. Lambang Negara
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika melambangkan kemegahan
negara Indonesia.
5. Konstitusi Negara
UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam urutan
peraturan perundangan dan dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan bernegara.
6. Dasar Falsafah Negara
Pancasila sebagai situasi kejiwaan dan karakter bangsa Indonesia yang mengandung
kesadaran, cita-cita, hukum dasar, pasangan hidup telah menjadi nilai, asas, norma bagi sikap
tindak bagi penguasa dan rakyat Indonesia
7. Kebudayaan Daerah

9
Kebudayaan daerah diterima sebagai kebudayaan nasional. Berbagai kebudayaan dari
kelompok-kelompok bangsa di Indonesia yang memiliki cita rasa tinggi, dapat dinikmati dan
diterima oleh masyarakat luas sebagai kebudayaan nasional.
Fungsi Identitas Nasional
Berikut Ini Beberapa Fungsi Identitas Nasional Yang Perlu Kita Ketahui, Seperti
Dikutip Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan oleh Dr. Susilawati, M.A., M.Han., di
antaranya:
1. Menjadi Alat Pemersatu Bangsa
Identitas nasional memiliki tujuan utama sebagai alat pemersatu bangsa di bawah payung
persatuan. Identitas ini juga digunakan sebagai merek untuk memperkenalkan bangsa
Indonesia kepada bangsa lain.
2. Identitas Nasional sebagai Pembeda dengan Negara Lain
Identitas nasional merupakan ciri khas suatu bangsa. Dengan identitas nasional tersebutlah
yang membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain.
3. Sebagai Landasan Negara
Identitas nasional dijadikan acuan dan pedoman dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
negara. Identitas nasional juga dapat menggambarkan kemampuan dan potensi yang dimiliki
suatu negara
4. Sebagai Perlindungan Diri Dampak Globalisasi
Globalisasi merupakan suatu proses integrasi internasional. Globalisasi memiliki dampak
baik dan buruk. Untuk memfilter pengaruh globalisasi, maka diperlukan identitas nasional
sebagai rujukannya.

10
C. KONSTITUSI DAN UUD 1945
Sebuah negara yang menganut paham konstitusionalisme adalah sistem negara yang
menjadikan konstitusi sebagai perwujudan hukum tertinggi. Indonesia merupakan negara
yang menganut paham tersebut. Sesuai yang dimuat dalam Undang Undang Dasar Tahun
1945 pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar.
Paham konstitusionalisme dapat didefinisikan sebagai sebuah paham yang menganut
prinsip di mana perwujudan hukum tertinggi yang harus dipatuhi oleh seluruh komponen
negara termasuk rakyat dan pemerintah adalah konstitusi. Konstitusionalisme dapat dijadikan
sebagai komponen integral dari suatu negara yang menganut sistem demokrasi. Hal itulah
yang menjadi sebuah dasar di mana suatu sistem pemerintahan yang demokratis tidak akan
mungkin terwujud tanpa adanya pelaksanaan paham konstitusionalisme sebagai perwujudan
hukum tertinggi.
Suatu negara membutuhkan konstitusi sebagai landasan berpijak bagi pemerintahan dan
rakyatnya. Indonesia mempunyai UUD 1945 sebagai konstitusi Republik Indonesia. UUD
1945 mulai diberlakukan di Indonesia sejak 5 Juli 1949, yang berisi tentang aturan-aturan
dasar dalam penyelenggaraan negara. Lebih lanjut, UUD 1945 disahkan sebagai konstitusi
negara pada 18 Agustus 1945.
Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Sebagai upaya dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia, Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 April 1945. Salah satu tugas BPUPKI adalah
menyusun rancangan UUD 1945. Sejak dibentuk, BPUPKI menggelar sidang sebanyak dua
kali, yaitu pada 29 Mei-1 Juni 1945 dan 10-17 Juli 1945. Hasil sidang pertama BPUPKI
adalah rumusan dasar negara Indonesia atau Pancasila, yang merupakan gagasan dari
Soekarno. Setelah itu, sebanyak 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang
terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta. Isi Piagam Jakarta adalah rancangan
pembukaan UUD 1945. Setelah BPUPKI dibubarkan pada 7 Agustus 1945, dibentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI mengadakan sidang pertama pada 18
Agustus 1945. Di dalam sidang tersebut, PPKI membahas lebih lanjut mengenai Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia. Hasilnya, PPKI mengesahkan Pancasila secara
konstitusional. Selain itu, penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia juga
dilakukan pada hari yang sama, 18 Agustus 1945. Sidang PPKI mengenai pengesahan UUD
ini berlangsung cukup singkat, yakni hanya sekitar 2 jam. Kendati begitu, dengan semangat
persatuan untuk segera membentuk konstitusi negara, maka penetapan UUD 1945 berjalan

11
dengan baik dan lancar. Perubahan yang dilakukan juga tidak begitu besar, karena PPKI
sudah mendapat naskah rancangan hukum dasar yang sudah dibentuk oleh BPUPKI
sebelumnya.
Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia oleh PPKI dilakukan dalam
dua tahap, sebagai berikut:
Pengesahan pembukaan UUD Negara Indonesia yang terdiri atas empat alinea.
Pengesahan batang tubuh UUD Negara Indonesia yang terdiri atas 16 bab 37 pasal 4 pasal
Aturan Peralihan dan 2 ayat aturan tambahan.
Pengertian UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
Sebagai konstitusi negara Indonesia, UUD 1945 mengandung pengertian sebagai berikut:
Bersifat mengikat.
UUD 1945 berisi norma-norma, kaidah, aturan, atau ketentuan yang harus dilakukan dan
ditaati oleh semua komponen negara.
UUD 1945 berfungsi sebagai huukum tertinggi sehingga dijadikan pedoman hukum bagi
setiap peraturan perundangan di bawahnya.
Setiap tindakan dan kebijakan pemerintah harus sesuai dan berpedoman pada UUD 1945.
UUD 1945 sebagai konstitusi bangsa Indonesia merupakan dokumen hukum dan dokumen
politik yang memuat cita-cita, dasar-dasar, dan prinsip-prinsip penyeleng-garaan kehidupan
nasional. Cita-cita pembentukan negara yang kita kenal sebagai tujuan nasional tertuang
dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu “(a) melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (b) memajukan kesejahteraan umum, (c)
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (d) melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Cita-cita tersebut akan dilaksanakan
dalam susunan Negara Republik Indonesia yang berdiri di atas lima dasar negara, yaitu
Pancasila yang juga tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.
Untuk mencapai cita-cita tersebut dan melaksanakan penyelenggaraan negara berdasarkan
Pancasila, UUD 1945 telah memberikan kerangka susunan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Norma-norma dalam UUD 1945 tidak hanya mengatur kehidupan
politik, tetapi juga kehidupan ekonomi dan sosial. Hal ini disebabkan the founding fathers
menghendaki bahwa bangsa Indonesia berdaulat secara penuh, tidak hanya berdaulat secara
politik. Maka UUD 1945 merupakan konstitusi politik, konstitusi ekonomi, dan konstitusi
sosial yang harus menjadi acuan dan landasan secara politik, ekonomi, dan sosial, baik oleh
negara (state), masyarakat (civil society ), ataupun pasar (market).

12
Sebagai konstitusi politik, UUD Tahun 1945 berisi landasan konstitusional bagi Indonesia
mengenai jaminan terhadap hak-hak warga negara, pembatasan kekuasaan negara,
pengaturan mengenai hubungan negara dengan warga negara. Sebagai konstitusi ekonomi,
maka UUD 1945 harus dipahami sebagai kebijakan ekonomi tertinggi yang harus dijadikan
acuan dan rujukan dalam mengembangkan setiap kebijakan pembangunan ekonomi nasional.
sebagai konstitusi sosial, UUD 1945 mengatur tata kehidupan bermasyarakat.

13
D. AMANDEMEN UUD 1945
Sejak konstitusi pertama yang disahkan oleh BPUPKI yang kemudian diganti dengan
konstitusi versi PPKI hingga konstitusi Dekrtit Presiden 1959 yang diubah dalam empat tahap
dalam kurun waktu 1999-2002, senantiasa dibarengi dengan suatu momentum. Perubahan
konstitusi yang terakhir ini, dapat dikelompokan menjadi tiga macam perubahan, yaitu
pertama penghapusan atau pencabutan beberapa ketentuan; kedua, penammbahan ketentuan
atau lembaga baru; dan ketiga modifikasi terhadap ketentuan atau lembaga lama. Perubahan-
perubahan tersebut mengatur mekanisme penyelenggaraan ketatanegaraan, yang terkait
dengan hubungan antar kekuasaan lembaga ekskutif, legislatif dan yudikatif secara
berimbang. Atau dengan kata lain terdapat hubungan checks and balances antar ketiga
lembaga tersebut. Bahkan bukan hanya terjadi checks and balances antar lembaga negara,
melainkan juga antara warga negara dengan lembaga negara.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah nama resmi UUD
1945 yang telah diamandemen pada tahuan 1999-2002. Sungguhpun UUD ini belum berapa
lama diamandemen, namun akhir-akhir ini tepatnya pada tahun 2007, suara untuk melakukan
perubahan atas UUD 1945 mulai mengemuka. Dipelopori oleh beberapa Anggota DPD yang
menuntut penambahan kewenangan agar DPD memeiliki otoritas dalam memutus
pembentukan undang-undang. Suara yang diusung oleh DPD inipun akhirnya kandas karena
tidak mendapat dukungan 1/3 anggota MPR sebagai syarat pintu masuk perubahan UUD.
Kegagalan gerakan menuju perubahan UUD ini juga karena tidak adanya momentum yang
kuat sebagaimana momentum perubahan UUD tahun 1999-2002.
Pengunduran diri2 Soeharto sebagai Presiden Negara RI pada 21 Mei 19983, yang diikuti
runtuhnya sebuah mitos atau suatu pandangan yang sengaja dibangun oleh Presiden Soeharto
pada waktu itu bahwa Undang Undang Dasar 1945 bernilai “keramat”4, merupakan titik awal
memontum penggerak lokomotif perubahan undang-undang dasar. Tanpa momen yang kuat
wacana perubahan undang-undang dasar akan tetap menjadi wacana, isu perubahan undang-
undang dasar hanya akan berjalan ditempat.
Bangsa Indonesia sebenarnya telah memiliki konstitutusi sejak pra kemerdekaan, yaitu
pada masa pendudukan tentara Jepang. Konstitusi yang pertama adalah Hukum Dasar yang
disahkan oleh BPUPKI5. Kemudian pada 18 Agustus 1945 satu hari setelah pernyataan
Kemerdekaan, PPKI membentuk undang-undang dasar, yang diberi nama Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia (kemudian dikenal dengan sebutan UUD 1945). Pada tahun 1949,
UUD 1945 diganti dengan Konstitusi RIS, dan satu tahun kemudian diganti oleh UUD
Sementara 1950. Beberapa tahun kemudian UUDS itu diganti oleh UUD 1945 melalui

14
keputusan Presiden yang dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dengan demikian,
konstitusi Indonseia yang berlaku hingga sekarang.
Amandemen UUD 1945 sebagai amanat reformasi pada akhirnya dapat dituntaskan dalam
Perubahan keempat dengan nama resmi Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD 1945). Perubahan empat kali UUD 1945 itu dapat
diperinci sebagai berikut :
1) Perubahan Pertama UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 19 Oktober tahun 1999,
berhasil diamandemen sebanyak 9 pasal7.
2) Perubahan Kedua UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000 telah
diamandemen sebayak 25 pasal8.
3) Perubahan Ketiga UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 9 November tahun 1999
berhasil diamandemen sebanyak 23 pasal9.
4) Perubahan Keempat UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002 ini telah
berhasil diamandemen 13 pasal serta 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan
Tambahan10. Jadi jumlah total pasal UUD 1945 hasil perubahan pertama sampai keempat itu
adalah 75 pasal11, namun demikian jumlah nomor pasalnya tetap sama yaitu 37 (tidak
termasuk Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan). Hal ini karena cara penulisan nomor pasal
itu dilakukan dengan menambah huruf (A, B, C dan seterusnya) setelah nomor angkanya.
Kondisi semacam inilah yang menjadikan sistematika amandemen UUD 1945 tidak teratur.
Dengan perubahan-perubahan tersebut maka jumlah ketentuan atau ayat lama yang masih
tetap dipertahankan sesuai dengan naskah asli UUD 1945 tinggal 23 ayat dari jumlah
seluruhnya yaitu 71 ayat asli; atau dengan kata lain, prosentase ayat yang masih tersisa adalah
16,33 %.
Ketentuan-ketentuan atau ayat-ayat yang masih tetap dipertahankan sesuai naskah
aslinya adalah: Pasal 1 Ayat (1); Pasal 4 Ayat (1) dan (2); Pasal 5 Ayat (2); Pasal 6 Ayat (10);
Pasal 12; Pasal 13 (1); Pasal 21 Ayat (2); Pasal 22 Ayat (1), (2), dan (3); Pasal 26 Ayat (1);
Pasal 27 Ayat (1), dan (2); Pasal 28; Pasal 29 Ayat (1) dan (2); Pasal 33 Ayat (1), (2) dan (3);
Pasal 34 Ayat (1); Pasal 35; serta Pasal 36.
a. Tujuan Amandemen UUD 1945
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari amandemen UUD 1945
ialah untuk menyempurnakan UUD yang sudah ada agar tetap sesuai dengan perkembangan
zaman. Adapun amandemen yang dilakukan bertujuan untuk membawa bangsa ini menuju
perubahan yang lebih baik di berbagai bidang dengan senantiasa selalu memperhatikan
kepentingan rakyat.

15
Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie Thamrien, adalah sebagai berikut:
Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih mantap
dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
pelaksanaan kekuatan rakyat,
Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi,
Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak agar sesuai dengan
perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi syarat negara hukum,
Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern
melalui pembagian kekuasan secara tegas sistem check and balances yang lebih ketat dan
transparan dan pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi
perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan jaman,
Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban negara
memwujudkan kesejahteraan sosial mencerdaskan kehidupan bangsa, menegakkan etika dan
moral serta solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara
kesejahteraan,
Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara yang sangat penting bagi
eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi,
Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai dengan
perkembangan aspirasi kebutuhan dan kepentingan bangsa dan negara Indonesia ini sekaligus
mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun waktu yang akan datang.

16
E. KESADARAN BELA NEGARA
Bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen
dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut.
Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau
agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan secara non-fisik
konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan
negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-
orang yang menyusun bangsa tersebut.
Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari konsep ini
adalah tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih
atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer).
Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) dan Singapura memberlakukan wajib militer bagi
warga yang memenuhi syarat (kecuali dengan dispensasi untuk alasan tertentu seperti
gangguan fisik, mental atau keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan
sepenuhnya militer, biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali
dihadapkan dengan krisis perekrutan selama masa perang.
Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris, bela
negara dilaksanakan pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam sebulan. Mereka
dapat melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota resimen, misalnya Tentara
Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa kasus milisi bisa merupakan bagian dari pasukan
cadangan militer, seperti Amerika Serikat National Guard.
Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel, wajib untuk
beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas nasional.
Sebuah pasukan cadangan militer berbeda dari pembentukan cadangan, kadang-
kadang disebut sebagai cadangan militer, yang merupakan kelompok atau unit personel
militer tidak berkomitmen untuk pertempuran oleh komandan mereka sehingga mereka
tersedia untuk menangani situasi tak terduga, memperkuat pertahanan negara.
a. Bela Negara di Indonesia
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Peran penting Bela Negara dapat dikuak secara lebih jernih dan mendalam melalui perspektif
pertahanan. Keutuhan wilayah Indonesia, beserta seluruh sumber daya, kedaulatan dan

17
kemerdekaannya, selalu terancam oleh agresi asing dari luar dan pergolakan bersenjata dari
dalam. Kalau ancaman ini menjadi nyata dan Indonesia tidak siap, semuanya bisa kembali ke
titik nol.
Antisipasi para pendiri bangsa tercantum dalam salah satu poin tujuan nasional yaitu
“Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”.
Pernyataan tersebut menjadi dasar dari tujuan pertahanan. Ia tidak berdiri sendiri tetapi
berbagi ruang dengan tujuan keamanan atau ketertiban sipil dan berdampingan 3 (tiga) tujuan
lainnya, yakni tujuan kesejahteraan (memajukan kesejahteraan umum), tujuan keadaban
(mencerdaskan kehidupan bangsa) dan tujuan kedamaian (berpartisipasi aktif dalam
perdamaian dunia yang adil dan abadi).
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara
dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan
berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus,
hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-
sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan
berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
b. Unsur Dasar Bela Negara
1. Cinta Tanah Air;
2. Kesadaran Berbangsa & bernegara;
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
4. Rela berkorban untuk bangsa & negara;
5. Memiliki kemampuan awal bela negara.
Adapun contoh-Contoh Bela Negara, yaitu:
a. Melestarikan budaya;
b. Belajar dengan rajin bagi para pelajar
c. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara;
d. Mencintai produk-produk dalam negeri.
Pemerintah Indonesia saat ini menjalankan program pelatihan Bela Negara yang
terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat. Pada tanggal 22 Oktober 2015, Menteri Pertahanan
(Menhan) Ryamizard Ryacudu meresmikan pembukaan program bela negara. Program
tersebut dimaksudkan untuk memperteguh keyakinan berdasarkan 5 unsur tersebut di atas,
dan program ini bukanlah sebuah bentuk wajib militer.

18
Pada tanggal 23 Februari 2016, Menhan Ryamizard Ryacudu kembali meresmikan
peluncuran website resmi. Portal tersebut dimaksudkan untuk menjadi sumber penyebaran
informasi kepada masyarakat tentang program Bela Negara, dan masyarakat juga bisa
memberikan saran dan masukan di portal tersebut.
Adapun sifat-sifat bela negara, yaitu:
1. Sifat lunak Psycological:
a. Pemahaman ideologi negara (Pancasila dan UUD 1945)
b. Nilai-nilai luhur bangsa
c. Wawasan kebangsaan
d. Persatuan dan kesatuan bangsa
e. Kesadaran bela negara
2. Physical:
a. Perjuangan mengisi kemerdekaan
b. Pengabdian sesuai profesi
c. Menjunjung tinggi nama Indonesia di dunia internasional
d. Penanganan bencana dan menghadapi ancaman non militer lainnya (ekonomi, sosial,
budaya, dsb).
3. Sifat Keras
Menghadapi ancaman militer:
1. Komponen Utama
2. Komponen Cadangan (kombatan)
3. Komponen Pendukung (Non kombatan).
Nilai nilai bela negara:
Cinta tanah air:
Mengenal dan mencintai tanah air agar selalu waspada dan siap membela tanah air
Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang dapat
membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Indikator cinta tanah air meliputi:
1. menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia;
2. bangga sebagai bangsa Indonesia;
3. menjaga nama baik bangsa dan negara Indonesia;
4. memberikan kontribusi dan kemajuan pada bangsa dan negara Indonesia.
5. mencintai produk dalam negeri, budaya, dan kesenian Indonesia.
c. Kesadaran berbangsa dan bernegara

19
Sadar sebagai warna bangsa negara Indonesia dalam bentuk tingkah laku, sikap, dan
kehidupan pribadi agar dapat bermasyarakat sesuai dengan kepribadian bangsa. Indikator
nilai kesadaran berbangsa dan bernegara meliputi:
1. memiliki kesadaran keragaman budaya, suku, agama, bahasa dan adat istiadat;
2. melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku;
3. mengenal keragaman individu di rumah dan di lingkungannya;
4. berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia;
5. berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara;
d. Yakin akan Pancasila:
Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara guna mencapai tujuan nasional. Rasa yakin akan
Pancasila sebagai ideologi negara dicapai dengan menumbuhkan kesadaran:
yang didasari pada Pancasila, pada kebenaran negara kesatuan republik Indonesia;
bahwa hanya dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, negara bangsa
Indonesia akan tetap jaya;
setiap perbedaan pendapat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat
diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat;
bahwa Pancasila dapat membentengi mental dan karakter bangsa dalam menghadapi
ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.
Adapun indikator nilai yakin pada Pancasila sebagai ideologi bangsa meliputi:
memahami nilai-nilai dalam Pancasila.
mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari;
menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara Indonesia
senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila. Setia pada Pancasila dan meyakini sebagai
dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Rela berkorban:
Rela berkorban untuk bangsa dan negara. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan
harta benda untuk kepentingan umum sehingga pada saatnya nanti siap mengorbankan jiwa
raga bagi kepentingan bangsa dan negara. Indikator rela berkorban bagi bangsa dan negara
meliputi:
1. bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa dan negara;
2. siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman;
3.memiliki kepedulian terhadap keselamatan bangsa dan negara;

20
4.memiliki jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya;
5.mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan/atau
golongan
f. Kemampuan awal bela negara:
Secara Psikis (mental) memiliki sifat disiplin, ulet, menaati segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku, percaya akan kemampuan diri sendiri, tahan uji, pantang
menyerah dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan nasional.
Secara Fisik (jasmani) memiliki kondisi kesehatan dan keterampilan jasmani yang dapat
mendukung kemampuan awal bela negara yang bersifat psikis.
Adapun Indikator nilai memiliki kemampuan awal bela negara meliputi:
1. memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan dalam bertahan hidup atau mengatasi kesulitan;
2.senantiasa memelihara kesehatan jiwa dan raganya;
3.ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan;
4. erus membina kemampuan jasmani dan rohani; dan
5. memiliki keterampilan bela negara dalam bentuk keterampilan.
g. Hari Bela Negara:
Hari Bela Negara atau HBN adalah hari bersejarah Indonesia yang jatuh pada tanggal
19 Desember untuk memperingati deklarasi Pemerintahan Darurat Republik Indonesia oleh
Mr. Sjafruddin Prawiranegara di Sumatra Barat pada tahun 19 Desember 1948. Keputusan ini
ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keppres No.28.

21
F. GEOPOLITIK INDONESIA DAN WAWASAN NUSANTARA
Geopolitik berasal dari bahasa Yunani politeia yang artinya kesatuan masyarakat yang
berdiri sendiri. Sementara dalam bahasa Inggris, politics merupakan rangkaian asas, keadaan,
cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam buku Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi (2007) oleh Kaelan, geopolitik diartikan sebagai
sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional.
Geopolitik di dorong oleh aspirasi nasional geografik suatu negara, yang apabila
dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem
politik suatu negara. Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, dan alat yang
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu sesuai kehendak. Indonesia memiliki unsur
kekuatan dan kelemahan. Kekuatan negara Indonesia adalah posisi dan keadaan geografi
yang strategis serta kekayaan sumber daya alam. Sedangkan, kelemahan negara Indonesia
adalah wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu
bangsa dan satu tanah air.
a. Teori geopolitik
Beberapa teori geopolitik menurut para ahli, yaitu:
Menurut Rudolf Kjellen Geopolitik adalah seni dan praktek penggunaan kekuasaan poliyik
atas suatu wilayah tertentu. Secara tradisi, istilah tersebut diterapkan terutama terhadap
dampak geografi pada politik. Menurut Hagget Geografi politik menhadi cabang geografi,
diartikan sebagai aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan
regional dan internasional. Menurut Frederich Ratzel Negara identik dengan ruang yang
ditempati oleh masyarakat. Makin luas ruang idup maka negara akan semakin bertahan, kuat,
dan maju.
b. Wawasan Nusantara
Wawasan berasal dari kata 'wawas' yang artinya pandangan, tinjauan, atau pengelihatan.
Wawasan memiliki akar kata 'mawas' memiliki arti memandnag, meninjau, atau melihat.
Sedangkan, wawasan dapat diartikan cara pandang, cara tinjau, dan cara melihat. Nusantara
biasanya dipakai untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau
Indonesia yang letaknya di antara Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia serta di antara
benua Asia dan Australia. Dikutip dari buku Wawasan Nusantara (2020) oleh Sri Widayarti,
wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa tentang diri dan lingkungannya yang
dijabarkan dari dasar falfasah dan sejarah bangsa sesuai dengan posisi serta kondisi geografi
negara untuk mencapai tujuan atau cita-cita nasional. Peran wawasan nusantara yaitu
membimbing bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan kehidupannya serta sebagai rambu-

22
rambu dalam perjuangan mengisi kemerdekaan. Selain itu, wawasan nusantara juga memiliki
peran membina persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan bansga dan negara
dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Wawasan nasional ada karena dibentuk dan dijiwai
oleh paham-paham kekuasaan yang dianutnya. Paham ini adalah cerita perjalanan bangsa-
bangsa bear di dunia seperti Jerman, Prancis, Rusia, dan bangsa lainnya. Wawasan nusantara
sebagai wawasan nasional Indonesia dalam mmebangun pandangan geopolitk bangsa.
Sehingga wawasan nusantara merupakan penerapan teori geopolitik bangsa Indonesia.
c. Paham-paham kekuasaan
Berikut teori-teori paham kekuasaan:
Pemikiran Machiavelli Machiavelli adalah seorang filsuf abad XVII di bidang politik dan
kenegaraan. Machiavelli menulis sebuah buku berjudul The Prince yang berisi pesan cara
membentuk kekuatan politik yang besar agar suatu negara berdiri dengan kokoh. Suatu
negara akan bertahan apabila menerapkan dalil-dalil sebagai berikut:
1. Segala cara dihalalkan dalam merebut dan mempertahankan keukasaan.
2. Mempertahankan suatu rezim, politik adu domba adalah sah.
3. Dalam dunia politik yang kuat pasti yang bertahan dan menang.
Pemikiran Napoleon Bonaparte Napoleon Bonaparte memiliki pendapat bahwa perang di
masa depan adalah perang yang menguras dan mengerahkan seala daya upaya dan kekuatan
nasional. Ia juga berpendapat bahwa kekuatan politik harus didampingi oleh kekuatan logistik
dan ekonomi nasional. Pada zaman Napoleon, terjadi invasi militer yang besar terhadap
negara tetangga sekitar Perancis dan akhirnya dia tersandung di Rusia. Keruntuhan Napoleon
terjadi karena tiga postlat Machiavelli yang diimplementasikan dirinya dengan sempurna dan
menjadi bumerangnya sendiri.
Pemikiran Jendral Clausewitz Jendral Clausewitz bergabung pada era Napoleon dan
menjadi penasehat militer Staf Umum tentara Negara Rusia. Jendral Clausewitz menulis buku
tentang perang yang berjudul Vom Kriege. Ia berpendapat bahwa perang adalah kelanjutan
politik dengan cara lain dan perang itu sah saja jika untuk mencapai tujuan nasional suatu
bangsa. Pemikiran ini mendorong dan membenarkan Prusia berekspansi dan menimbulkan
Perang Dunia I dengan kekalahan pihak Prusia.
Pemikiran Lucian W. Pye dan Sidney Dilansir dari buku Political Culture and Political
Development (2015), mereka beranggapan ada unsur-unsur subyektivitas dan psikologis
dalam tatanan dinamika kehidupan politik suatu bangsa. Kemantapan sistem politik dapat
dicapai jika memiliki akar pada kebudayaan politik bangsa yang bersangkutan. proyeksi

23
eksistensi kebudayaan politik tidak semata-mata ditentukan oleh kondisi objektif tapi juga
subjektif dan psikologis

24
G. GEOSTRATEGI INDONESIA DAN KETAHANAN NASIONAL
Geostrategi dan ketahanan nasional saling berkaitan. Pengertian geostrategi berasal
dari kata "Geo" yang berarti bumi dan "Strategi" yang artinya cara atau siasat. Kata strategi
sendiri ditujukan sebagai usaha yang menggunakan segala kemampuan atau sumber daya,
baik itu Sumber Daya Manusia (SDM) ataupun Sumber Daya Alam (SDA).
Dalam kehidupan bernegara, makna geostrategi berarti metode dan aturan-aturan untuk
mewujudkan cita-cita serta tujuan melalui proses pembangunan dengan arahan tentang
bagaimana membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur untuk masa depan
yang lebih baik.
Berdasarkan buku Kewarganegaraan yang disusun Emy Yunita Rahma Pratiwi, bagi
bangsa Indonesia geostrategi diartikan sebagai metode mewujudkan cita-cita proklamasi,
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, melalui proses pembangunan
nasional.
Geostrategi Indonesia berasal dari kesadaran terbentuknya bangsa Indonesia yang
majemuk dan heterogen, artinya tiap suku bagsa mempunyai hubungan historis dan
psikologis dengan daerahnya. Proses integrasi bangsa yaitu perpaduan berbagai unsur
kekuatan bangsa ke dalam satu jiwa kebangsaan sesuai dengan konstitusi. Geostrategi
Indonesia dirumuskan dalam bentuk ketahanan nasional.
a. Pengertian Geostrategi Indonesia
Berdasarkan pembahasan di atas, geostrategi Indonesia merupakan suatu cara dalam
memanfaatkan seluruh wilayah geografi yang ada di Indonesia untuk menentukan kebijakan,
arahan serta sarana-sarana demi mencapai tujuan seluruh bangsa.
Pembentukan geostrategi Indonesia diawali dengan kesadaran bahwa bangsa dan negara
memiliki faktor-faktor yang setiap saat dapat menjadi pemecah belah, akibatnya kesatuan
bangsa akan hancur.
b.Tujuan Geostrategi Indonesia
Geostrategi di Indonesia memiliki beberapa tujuan, yaitu:
Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional, baik yang berbasis aspek
ideologi, politik, sosial budaya maupun aspek-aspek lainnya.
Sebagai penunjang tugas pokok pemerintah Indonesia. Tugas pokok tersebut yakni:
a.) Menegakkan hukum dan ketertiban.
b.) Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran.
c.) Terselenggaranya pertahanan dan keamanan.
d.) Terwujudnya keadilan hukum dan sosial.

25
e.) Kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri.
c. Pengertian Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional terdiri dari dua suku kata, 'ketahanan' dan 'nasional'. Ketahanan berarti
artinya kuat, kuat menderita, kuat menguasai diri, tetap pada keadaannya, keteguhan hati dan
kesabaran. Sedangkan kata 'nasional' maknanya sebagai kesatuan dan persatuan kepentingan
bangsa yang telah menegara, biasanya berhubungan erat dengan kemampuan manusia dalam
menghadapi kehidupannya.
Secara istilah, ketahanan nasional merupakan kondisi dinamik suatu bangsa yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional, di dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta
gangguan.
Gangguan tersebut dapat berasal dari luar dan dalam, langsung maupun tidak langsung serta
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
mengejar tujuan nasional.
Hakikat Ketahanan Nasional
Dikutip dalam buku Nasionalisme Dalam Dinamika Ketahanan Nasional karya Armaidy
Armawi, pada hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu
bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.
Ketahanan nasional bergantung pada kemampuan bangsa dan seluruh warga negara dalam
membina dan mengembangkan aspek alamiah serta sosial.
Aspek-aspek tersebut sebagai landasan penyelenggaraan kehidupan nasional di segala bidang.
Ketahanan nasional merupakan suatu interaksi positif seluruh unsur-unsur kehidupan
nasional.

26
H. OTONOMI DAERAH DAN GOOD GOVERNANCE
Istilah otonomi daerah dan desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan pembagian
kewenangan kepada organ – organ penyelenggara negara, sedankan otonomi menyangkut hak
yang mengikuti pembagian wewenang tersebut. Otonomi daerah sebagai kerangka
penyelenggaraan pemerintahan mempunyai visi yang dapat dirumuskan dalam tiga ruang
lingkup utama yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya: politik, ekonomi, social,
dan budaya.
Otonomi adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan demokrasi, karenanya visi
otonomi daerah di bidang politik harus dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka
ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis,
memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintah yang responsive terhadap
kepentingan masyarakat luas, dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan yang
taat pada asas pertanggungjawaban public.
Visi otonomi daerah di bidang ekonomi mengandung makna bahwa otonomi daerah
di satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah,
di pihak lain mendorong terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan
kebijakan lokal kedaerahan untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di
daerahnya. Visi otonomi daerah di bidang social dan budaya mengandung pengertian bahwa
otonomi daerah harus siarahkan pada pengelolaan, penciptaan dan pemeliharaan integrase
dan harmoni social. Visi otonomi daerah di bidang social dan budaya yang lainnya adalah
memelihara dan mengembangkan nilai, tradisi, karya seni, karya cipta, Bahasa, dan karya
sastra lokal yang dipandang kondusif dalam mendorong masyarakat untuk merespons positif
dinamika kehidupan di sekitarnya dan kehidupan lokal.
Prinsip – prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai berikut (Ubaedillah & Rozak, 2014):
Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memerhatikan aspek demokrasi,
keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab.
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan
daerah kota, sedangkan pda daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas.
Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap terjamin
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemadirian daerah otonom,
dan karenanya dalam daerah kabupaten dan kota tidak ada lagi wilayah administrasi.

27
Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislative
daerah, baik fungsi lagislasi, fungsi pengawasan maupun fungsi anggraan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam kedudukannya
sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerinntahan tertentu yang
dilimpahkan kepada gubenur sebagai wakil pemerintah.
Pelaksanan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah
kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melapirkan
pelaksanan dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.
Pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah dilakuakn berdasarkan prinsip negara
kesatuan tetapi dengan semangat fandalisme. Otonomi daerah yang diserahkan itu bersifat
luas, nyata, dan bertanggung jawa. Disebut luas karena kewenangan sisa justru berada pada
pemerintah pusat (seperti, pada negara federal); disebut nyata karena kewenangan yang
diselenggarakan itu menyangkut yang diperlukan, tumbuh dan hidup, dan berkembang di
daerah; dan disebut bertanggung jawab karena kewenangan yang diserahkan itu harus
diselenggarakan demi pencapaian tujuan otonomi daerah, yaitu peningkata pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, penegmbangan kehidupan demokrasi, keadilan,
dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah antar
daerah. Di samping itu, otonomi seluas – luasnya (keleluasaan otonomi) juga mencakup
kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya melalui perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi.
Dalam rangka negara kesatuan, pemerintah pusat masih memiliki kewenangan
melakukan pengawasan terhadap daerah otonom. Tetapi, pengawasan yang dilakukan
pemerintah pusat terhadap daerah otonom diimbangi dengan kewenangan daerah otonom
yang lebih besar, atau sebaliknya, sehingga terjadi semacam keseimbangan kekuasaan.
Keseimbangan yang dimaskud ialah pengawasan ini tidak lagi dilakuakn secara structural,
yaitu bupati dan gubernur bertinda sebagai wakil pemerintah pusat sekaligus kepala daerah
otonom, dan tidak lagi secara preventif perundang – undangan, yaitu peraturan daerah (perda)
memerlukan persetujuan pusat untuk dapat berlaku (Ubaedillah & Razak, 2014).
Terkait dengan pembagian kewenangan antara pemerintah dengan pemerintah daerah
terdapat 11 jenis kewenangan wajib yang diserahkan kepada daerah otonom kabupaten dan
daerah otonom kota, yaitu:
1. Pertanahan

28
2. Pertanian
3. Pendidikan dan kebudayaan
4. Tenaga kerja
5. Kesehatan
6. Lingkungan hidup
7. Pekerjaan umum
8. Perhubungan
9. Perdagangan dan industry
10. Penanaman modal
11. Koperasi
Selain itu, kabupaten atau kota yang mempunyai batas laut juga diberi kewenangan
kelautan seluas 1/3 dan luas kewenangan provinsi yang 12 mil. Penjabaran kesebelas
kewenangan itu, dalam arti lingkup kegiatan dan tingkat kewenagan yang akan diserahkan
kepada daerah otonom kabupaten dan kota, masih harus menunggu penyesuaian sejumlah UU
yang sejalan dengan paradigm dan jiwa UU No. 22 Tahun 1999 jo. UU No. 32 Tahun 2004.
Otonomi daerah diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan kebijakan nasional yang dapat
mencegah kemungkinan terjadinya disintegrasi nasional. Otonomi daerah merupakan sarana
yang secara politik ditempuh dalam langkah memelihara keutuhan negara bangsa. Otonomi
daerah dilakukan dalam rangka memperkuat ikatan semangat kebangsaan serta persatuan dan
kesatuan diantara segenap warga bangsa. Namun demikian, dalam praktiknya kebijakan Otda
telah banyak menimbulkan kesalahpahaman. Beberapa salah paham yang muncul dari
berbagai kelompok masyarakat terkaiat dengan kebijakan dan implementasi otonomi daerah
sebagai berikut: Pertama, otonomi dikaitkan semata- mata dengan uang. Suatu pemahaman
yang keliru tentang otonomi daerah, yaitu untuk berotonomi daerah harus mencukupi sendiri
segala kebutuhannya, terutama dalam bidang keuangan. Ungkapan seperti ini sama sekali
tidak dapat dipertanggung jawabkan. Uang bukan satu – satunya alat dalam menggerakkan
roda pemerintahan. Kedua, daerah belum siap dan belum mampu. Tidak ada alasan untuk
tidak siap dan tidak mampu karena pemerintah daerah sudah terlibat dalam penyelenggaraan
pemerintahan dalam waktu yang sudah sangat lama dan berpengalaman dalam administrasi
pemerintahan. Ketiga, dengan otonomi daerah maka pusat akan melepaskan tanggung
jawabnyauntuk membantu dan membina daerah. Bersamaan dengan kebijakan otonomi
daerah, pemerintah pusat tetap harus tugas dan bertanggungjawab untuk memberi dukungan
dan bantuan kepada daerah, baik berupa bimbingan teknis penyelenggaraan pemerintahan
kepada personil yang ada di daerah, ataupun berupa dukungan keuangan. Keempat, dengan

29
otonomi daerah maka daerah dapat melakukan apa saja. Daerah dapat menempuh segala
bentuk kebijakan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan undang
– undang yang berlaku secara rasional. Kelima, otonomi daerah akan menciptakan raja – raja
kecil di daerah dan memindahkan korupsi ke daerah. Untuk meghindari praktik kekuasaan
tersebut, pilar – pilar penegakan demokrasi dan masyarakat madani (civil society) seperti
partai politik, media massa, komisi pemberantasan korupsi (KPK), komisi Ombudsman,
komisi kepolisian, komisi kejaksaan, dan LSM yang mengawasi praktik korupsi, lembaga
legislatif, dan peradilan dapat memainkan perannya sebagai pengawas jalnnya pemerintahan
daerah secara optimal.
Good Governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam
mengelola masalah – masalah bangsa. Pelaksanaan kewenangan tersebut dapat diakatakan
baik (good atau sound) jika dilakukan dengan efektif dan efisien, responsif terhadap
kebutuhan rakyat, dalam suasana demokratis, akuntabel, serta transparan. Prinsip – prinsip
tersebut tidak hanya terbatas dilakukan di kalangan birokrasi pemerintahan, tetapi juga di
sektor swasta dan lembaga – lemabaga non pemerintah.
Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan akuntabel yang bersandar pada
prinsip – prinsip good governance, lembaga administrasi negara(LAM) merumuskan 9 aspek
fundamental (asas) dalam good governance yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Partisipasi (participation)
2. Penegakan hukum (rule of law)
3. Transparansi (transparency)
4. Responsif (responsiveness)
5. Orientasi kesepakatan (consensus orientation)
6. Kesetaraan (equity)
7. Efektifitas (effectiveness) dan efisiensi (eficiency)
8. Akuntabilitas (accountabilit)
9. Visi strategis (strategic vision)
Hubungan antara Good Governance dengan Otonomi Daerah Upaya pelaksanaan tata
pemerintahan yang baik, UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan
salah salu instrumen yang merefleksikan keinginan pemerintah untuk melaksanakan tata
pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini dapat dilihat
dari indikator upaya penegakan hukum, transparansi dan penciptaan partisipasi. Dalam hal
penegakan hukum, UU No. 32 Tahun 2004 telah mengatur secara tegas upaya hukum bagi
para penyelenggara pemerintahan daerah yang diindikasikan melakukan penyimpangan.

30
Dari sistem penyelenggaraan pemerintahan sekurang-kurangnya terdapat 7 elemen
penyelenggaraan pemerintahan yang saling mendukung tergantung dari bersinergi satu sama
lainnya, yaitu :
1. Urusan Pemerintahan
2. Kelembagaan
3. Personil
4. Keuangan
5. Perwakilan
6. Pelayanan Publik
7. Pengawasan.
Ketujuh elemen di atas merupakan elemen dasar yang akan ditata dan dikembangkan
serta direvitalisasi dalam koridor UU No. 32 Tahun 2004. Namun disamping penataan
terhadap tujuan elemen dasar diatas, terdapat juga hal-hal yang bersifat kondisional yang
akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari grand strategi yang merupakan kebutuhan
nyata dalam rangka penataan otonomi daerah di Indonesia secara keseluruhan yaitu penataan
Otonomi Khusus NAD, dari Papua penataan daerah dari wilayah perbatasan , serta
pemberdayaan masyarakat.Setiap elemen tersebut disusun penataannya dengan langkah-
langkah menyusun target ideal yang harus dicapai, memotret kondisi senyatanya dari
mengidentifikasi gap yang ada antara target yang ingin dicapai dibandingkan kondisi rill yang
ada saat ini.

31
I. DEMOKRASI
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang keputusan-keputusan penting, baik
secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan
secara bebas dari masyarakat dewasa.
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki
hak yang sama untuk pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Demokrasi mengizinkan warga negara ikut serta—baik secara langsung atau melalui
perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi
mencakup kondisi sosial, ekonomi, adat dan budaya yang memungkinkan adanya praktik
kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan
dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung
makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia. [2] Landasan demokrasi mencakup
kebebasan berkumpul, kebebasan berserikat dan kebebasan berbicara, inklusivitas dan
kebebasan politik, kewarganegaraan, persetujuan dari yang terperintah, hak suara, kebebasan
dari perampasan pemerintah yang tidak beralasan atas hak untuk hidup, kebebasan, dan kaum
minoritas.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani Kuno δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan
rakyat",[3] yang terbentuk dari δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (kratos) "kekuatan" atau
"kekuasaan" pada Abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah
satunya Athena Klasik; kata ini merupakan antonim dari wikt:ἀριστοκρατία (aristocratie)
"kekuasaan elit". Secara teoretis, kedua definisi tersebut saling bertentangan, namun
kenyataannya sudah tidak jelas lagi.[4] Sistem politik Athena Klasik, misalnya, memberikan
kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas dan tidak menyertakan budak dan
wanita dalam partisipasi politik. Di semua pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah
modern, kewarganegaraan demokratis tetap ditempati kaum elit sampai semua penduduk
dewasa di sebagian besar negara demokrasi modern benar-benar bebas setelah perjuangan
gerakan hak suara di mulai pada abad ke-19 hingga sekarang. Kata demokrasi (democracy)
sendiri sudah ada sejak Abad ke-16 se-jaman dengan sultan banten Abdul Mahasin
Muhammad Zainal Abidin, Democracy berasal dari bahasa Prancis Pertengahan dan bahasa
Latin Pertengahan lama. Tahun Masehi di mulai dari 570 Masehi. Konsep demokrasi lahir
dari Yunani kuno yang dipraktikkan dalam hidup bernegara antara Abad ke-4 Sebelum
Masehi sampai dengan Abad ke-6 SM. Demokrasi yang dipraktikkan pada waktu itu adalah
demokrasi langsung, artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik
dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga negara.

32
Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang
kekuasaannya dipegang satu orang, seperti monarki. Yang berasal dari filosofi Yunani ini [6]
sekarang tampak ambigu karena beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk
elemen-elemen demokrasi, oligarki, dan monarki. Karl Popper mendefinisikan demokrasi
sebagai sesuatu yang berbeda dengan kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada
kesempatan bagi masyarakat untuk mengendalikan para pemimpinnya yang tidak jujur atau
tidak dapat dipercaya dan memberhentikan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.
Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya
menjelaskan cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang pertama
adalah demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berperan langsung dan aktif dalam
pengambilan keputusan pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh
rakyat masih merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan
secara tidak langsung melalui perwakilan; yang disebut demokrasi tidak langsung Bentuk-
bentuk demokrasi Secara umum terdapat dua bentuk demokrasi yaitu demokrasi langsung
dan demokrasi perwakilan.
Demokrasi tidak Langsung
Demokrasi yang dilaksanakan dengan sistem perwakilan. Didalam demokrasi ini
masyarakat menyalurkan kehendak dengan memilih wakil-wakilnya untuk duduk dalam
dewan perwakilan rakyat. termasuk juga dalam demokrasi ini, demokrasi perwakilan dengan
sistem referendum, yaitu gabungan antara demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan,
masyarakat memilih wakil-wakilnya untuk duduk dalam perwakilan rakyat, namun dewan itu
dikontrol oleh pengaruh masyarakat dengan sistem referendum dan inisiatif masyarakat.
Demokrasi langsung
Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi di mana setiap masyarakat
memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan politik. Dalam sistem
ini, setiap masyarakat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan sehingga
mereka memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik jabatan yang terjadi. Sistem
demokrasi digunakan pada jaman awal terbentuknya demokrasi di mana ketika terdapat suatu
permasalahan yang harus diselesaikan, seluruh masyarakat berkumpul untuk membahasnya.
Di jaman modern sistem ini menjadi tidak praktis karena umumnya populasi suatu negara
cukup besar dan mengumpulkan seluruh masyarakat dalam satu forum merupakan hal yang
sulit. Selain itu, sistem ini menuntut partisipasi yang tinggi dari masyarakat sedangkan
masyarakat modern cenderung tidak memiliki waktu untuk mempelajari semua permasalahan
politik tingkat negara, wilayah, daerah hingga jenjang yang terbawah.

33
Prinsip-prinsip demokrasi
Rakyat dapat secara bebas menyampaikan aspirasinya dalam kebijakan politik dan
sosial.
Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah terakomodasi
dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.[48] Prinsip-prinsip demokrasi, dapat
ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan "soko guru demokrasi".[49]
Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah:[49]
1. Kedaulatan masyarakat
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
3. Kekuasaan mayoritas
4. Hak-hak minoritas
5. Jaminan hak asasi manusia
6. Pemilihan yang bebas, adil dan jujur
7. Persamaan di depan hukum
8. Proses hukum yang wajar
9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional
10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik
11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
12. Memperjuangkan Kesejahteraan Masyarakat

34
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 (yang telah
diamandemen).
Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Agus Sarwo.P, 2018. Pendidikan Kewarganegaran Untuk Perguruan Tinggi, Yogyakarta :
Pustaka Baru Press.
Kaelan. MS & Achmad. Z, 2016, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi,
Yogyakarta : Paradigma.
Kemristek Dikti, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Cetakan 1.

35

Anda mungkin juga menyukai