Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelasaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang KEDUDUKAN
WARGA NEGARA DALAM DEMOKRASI.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dengan dasar itu kami mohon
kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan dapat berguna khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan bumi dimana terdapat
pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan lain
sebagainya. Di dalam suatu negara minimal terdapat unsur-unsur negara seperti rakyat, wilayah,
pemerintah yang berdaulat serta pengakuan dari negara lain. Indonesia adalah sebuah negara
kepulauan yang berbentuk republik yang telah diakui oleh dunia internasional dengan memiliki
ratusan juta rakyat, wilayah darat, laut dan udara yang luas serta terdapat organisasi pemerintah
pusat dan pemerintah daerah yang berkuasa. Negara merupakan suatu organisasi dari rakyat
negara tersebut untuk mencapai tujuan bersama dalam sebuah konstitusi yang dijunjung tinggi
oleh warga negara tersebut. Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi cita-cita
bangsa secara bersama-sama.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian warga negara ?


2. Bagaimana persamaan kedudukan warga negara ?
3. Apa hak warga negara dalam pelaksanaan demokrasi di indonesia ?
4. Apa kewajiban warga negara dalam pelaksanaan demokrasi pancasila ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN WARGA NEGARA

Definisi warga negara menurut UUD 1945 dalam Pasal 26 yang dikatakan menjadi warga negara
adalah sebagai berikut :

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

Warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara. Mengenai pengertian orang-orang bangsa Indonesia
asli ada penafsiran bahwa orang Indonesia asli adalah golongan-golongan orang-orang yang
mendiami Bumi Nusantara secara turun - temurun sejak zaman tandum.

Sedangkan yang dimaksud penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia (Pasal 26 ayat (2) UUD 1945). Dengan demikian Warga Negara
Asing (WNA) dapat dinyatakan sebagai penduduk ketika bersangkutan telah bertempat tinggal
selama 1 tahun berturut-turut. Secara tegas tentang diakuinya WNA sebagai penduduk negara
dinyatakan dalam pasal 13 UU No. 3 Tahun 1946 “Bahwa barang siapa bukan warga negara
Indonesia, ialah orang asing”.

Bangsa adalah sekelompok manusia bersama keturunan dan budaya serta hidup bersama wilayah.
Rakyat adalah orang-orang yang bernaung dibawah pemerintah tertentu. Sedangkan dalam
Demokrasi Pancasila mengartikan rakyat ialah sejumlah orang yang dikuasai, diperintah, dilindungi,
dipelihara, diasuh oleh penguasanya.
B. PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA

Dalam negara demokrasi, persamaan kedudukan warga negara amat penting. Karena hal itu
merupakan prasyarat atau fondasi bagi berlangsungnya demokrasi. Tanpa adanya persamaan
kedudukan warga negara, maka mustahil ada demokrasi. Itulah sebabnya di negara-negara
demokrasi, hal persamaan kedudukan warga negara diatur secara eksplisit dalam konstitusi. UUD
1945 pun mengatur secara eksplisit mengenai hal ini.

Dalam bahasa ilmu politik, persamaan kedudukan warga negara biasa disebut dengan
istilah ‘persamaan politik’ (poticial equality). Persamaan politik dapat didefinisikan sebagai
keadaan di mana setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama sebagaimana yang
lainnya untuk berpatisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik negara (Ranney, 1982:280).

Demikianlah, penekanan prinsip persamaan politik adalah persamaan kesempatan untuk


berpatisipasi, bukan persamaan partisipasi nyata warga masyarakat. Sebab, pertisipasi nyata warga
masyarakat yang satu dengan yang lain tentu saja berbeda, tergantung pada kemampuan dan
kemauan untuk berpatisipasi masing-masing pihak. Namun, berbagai perbedaan tersebut tidak
boleh menjadi alasan adanya perbedaan dalam hal kesempatan untuk ikut-serta dalam proses
pembuatan keputusan politik, harus mempunyai kedudukan sama; dalam arti, mereka harus diberi
kesempatan yang sama untuk ikut-serta/berpatisipasi menentukan jalannya kehidupan negara.
Itulah prinsip mendasar demokrasi.

Dalam hal ini, baik kiranya kita catat dua makna prinsip persamaan menurut Harold J.
Laski. Menurutnya, prinsip persamaan kedudukan warga negara memiliki dua dimensi, yaitu:
 Tidak adanya keistimewaan khusus; dan
 Kesempatan yang sama diberikan kepada setiap orang.

Sebagai warga negara Indonesia kita memiliki hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban warga
negara Indonesia dijamin oleh UUD 1945. Jaminan yang diberikan oleh UUD 1945 menjadi landasan
bagi kita untuk menjalankan hak dan kewajiban dalam lingkup kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
C. HAK WARGA NEGARA DALAM PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA

 Hak dibidang politik, misalnya hak untuk memilih dipilih, mendirikan dan memasuki suatu
organisasi sosial politik.
 Hak di bidang pendidikan, misalnya hak untuk memperoleh pendidikan, mengembangkan
karir pendidikan, dan ikut serta menangani pendidikan.
 Hak di bidang ekonomi, misalnya hak untuk memperoleh pekerjaan, memperoleh
penghidupan yang layak, dan hak untuk berusaha.
 Hak di bidang sosial budaya, misalnya hak untuk mendapat pelayanan sosial, kesehatan,
mengembangkan budaya daerah masing-masing, dan hak untuk mendirikan lembaga sosial
budaya.

D. TANGGUNGJAWAB WARGA NEGARA DALAM PELAKSANAAN DEMOKRASI


PANCASILA

Bertanggungjawab Terhadap :

 Pelaksanaan sistem Demokrasi Pancasila.


 Pelaksanaan pemilihan umum secara langsung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan
adil
 Hukum dan pemerintahan RI.
 Usaha pembelaan negara.
 Pelaksaan hak-hak asasi manusia,
o mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Indonesia.

Dalam negara demokrasi persamaan kedudukan warga negara amat penting karena

a. prasyarat berlangsungnya demokrasi


b. tidak ada keistimewaan
c. termasuk aliran sosialis
d. termasuk aliran liberal
e. terciptanya otoriter
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Salah satu syarat berdirinya suatu negara adalah adanya rakyat yang meliputi semua orang
yang bertempat tinggal didalam wilayah kekuasaan negara dan tunduk pada kekuasaan negara itu.
Rakyat sebagai penghuni negara mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam
perencanaan, mengelola, dan mewujudkan tujuan negara. Keberadaan rakyat yang menjadi
penduduk maupun warga negara, secara konstitusional telah tercantum dalam Undang – Undang
Dasar 1945, Pasal 26 dan UU no. 12/2006.

DAFTAR PUSTAKA

Buku PPKN BKS Kewarganegaraan

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/pengertian-negara-dan-kedudukan-warga-negara-
dalam-sistem-kewarganegaraan/
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/peran-warganegara-dalam-aspek-kehidupan.html
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perbedaan Rakyat Didalam Suatu Negara................................................................................ 2
2.2 Pengertian Warga Negara................................................................................................................ 3
2.3 Kedudukan Warga Negara Menurut UUD 1945..................................................................... 4
2.4 Peranan Warga Negara Menurut UUD 1945........................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

A. Persamaan Kedudukan Warga Negara

Dalam negara demokrasi, persamaan kedudukan warga negara amat penting. Karena hal itu
merupakan prasyarat atau fondasi bagi berlangsungnya demokrasi. Tanpa adanya persamaan
kedudukan warga negara, maka mustahil ada demokrasi. Itulah sebabnya di negara-negara
demokrasi, hal persamaan kedudukan warga negara diatur secara eksplisit dalam konstitusi. UUD
1945 pun mengatur secara eksplisit mengenai hal ini.
Dalam bahasa ilmu politik, persamaan kedudukan warga negara biasa disebut dengan
istilah ‘persamaan politik’ (poticial equality). Persamaan politik dapat didefinisikan sebagai
keadaan di mana setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama sebagaimana yang
lainnya untuk berpatisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik negara (Ranney, 1982:280).
Demikianlah, penekanan prinsip persamaan politik adalah persamaan kesempatan untuk
berpatisipasi, bukan persamaan partisipasi nyata warga masyarakat. Sebab, pertisipasi nyata warga
masyarakat yang satu dengan yang lain tentu saja berbeda, tergantung pada kemampuan dan
kemauan untuk berpatisipasi masing-masing pihak. Namun, berbagai perbedaan tersebut tidak
boleh menjadi alasan adanya perbedaan dalam hal kesempatan untuk ikut-serta dalam proses
pembuatan keputusan politik, harus mempunyai kedudukan sama; dalam arti, mereka harus diberi
kesempatan yang sama untuk ikut-serta/berpatisipasi menentukan jalannya kehidupan negara.
Itulah prinsip mendasar demokrasi.
Dalam hal ini, baik kiranya kita catat dua makna prinsip persamaan menurut Harold J.
Laski. Menurutnya, prinsip persamaan kedudukan warga negara memiliki dua dimensi, yaitu:
 Tidak adanya keistimewaan khusus; dan
 Kesempatan yang sama diberikan kepada setiap orang.
Sebagai warga negara Indonesia kita memiliki hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban
warga negara Indonesia dijamin oleh UUD 1945. Jaminan yang diberikan oleh UUD 1945 menjadi
landasan bagi kita untuk menjalankan hak dan kewajiban dalam lingkup kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Selain itu, warga negara Indonesia memiliki persamaan kedudukan.
Bagaimana hakikat persamaan kedudukan warga negara? Dalam hal apa sajakah persamaan
kedudukan warga negara? Mari kita simak uraiannya berikut ini.
1. Hakikat Persamaan Kedudukan Warga Negara
Sebagai manusia dan warga negara kita memiliki hak asasi. Hak asasi tersebut tidak dapat
dicabut atau dihilangkan oleh siapa pun. Hak ini tidak dapat dipisahkan dari manusia karena hak
tersebut telah melekat dan ada pada diri manusia karena ia adalah manusia. Secara garis besar, hak
asasi manusia meliputi hak hidup, hak persamaan, dan hak kemerdekaan. Hak-hak tersebut
selanjutnya berkembangsesuai dengan teingkat kemajuan dan kebudayaan Indonesia. Manusia
mempunyai kedudukan sebagai subjek mertabat, derajat, hak, dan kewajiban.
Dari uraian diatas dapat kira pahami bahwa hakikat persamaan kedudukan warga negara
sebagai berikut.
a. Persamaan sebagai subjek dalam negara.
b. Persamaan sebagai manusia yang memiliki harkat, martabat, derajat, hak, dan kewajiban yang
sama.
c. Persamaan sebagai manusia yang memiliki harga diri.

2. Landasan Hukum Persamaan Kedudukan Warga Negara


a. Landasan ideal. Landasan ideal persamaan kedudukan warga negara adalah Pancasila sebagai dasar
negara yang terdiri atas lima sila.
b. Landasan konstitusional adalah UUD yang menjamin persamaan kedudukan dan batang tubuh atau
pasal-pasal UUD 1945, yaitu pasal 27-34
c. Landasan operasional, meliputi :
1) UU No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;
2) UU No 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman;
3) UU No 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia; dan
4) UU No 27 Tahun 2009 tentang Pemilu Anggota MPR,DPR,DPD, dan DPRD.
5) UU No 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU No 2 tahun 2008 tentang Partai Politik.
3. Alasan Perlunya Prinsip Persamaan Kedudukan Warga Negara
Menurut Franz Magnis-Suseno (1982:115), gagasan tentang prinsip persamaan
kedudukan warga negara muncul sebagai respons atas bentuk masyarakat feodal dalam sejarah
kenegaraan Eropa abad ke-16.
Pendek kata, prinsip ketidaksamaan kedudukan warga negara dalam masyarakat feodal
Eropa ketika itu menjadikan kekuasaan antarwarga masyarakat tampil secara kasar, sepenuhnya
tidak manusiawi. Si kuat senantiasa menjadi serigala bagi si lemah (homo homini lupus).
Karena itulah, muncul upaya untuk membuat agar kekuasaan tidak berpihak kepada si kuat.
Melainkan, kekuasaan dibuat sedemikian rupa agar menjadi lebih manusiawi, dalam arti mampu
memberikan keadilan. Hal itu dilakukan dengan cara: menciptakan hukum berdasarkan prinsip
persamaan, sehingga perbedaan antara si kuat dan si lemah tidak operatif, terutama dalam urusan-
urusan yang paling penting.
Itulah inti dari prinsip persamaan. Melalui prinsip tersebut, hukum dibuat untuk menjamin
suatu kedudukan dasar yang sama bagi semua anggota masyarakat dalam merealisasikan harapan
hidup mereka.
Secara lebih rinci, Robert A Dahl (2001) mengemukakan dua alasan utama mengapa
prinsip persamaan kedudukan warga negara itu penting. Kedua alasan itu adalah sebagai berikut:
a. Secara intrinsil semua manusia memang diciptakan sama, yaitu bahwa mereka dikaruniai oleh Sang
Pencipta dengan hak-hak asasi.
b. Setiap orang dewasa yang tuduk pasa hukum suatu negara seharusnya dianggap cukup memenuhi
syarat untuk dapat terlibat (berpatisipasi) dalam proses demokratis pemerintahan negara itu.
Lebih lanjut menurut Dahl, alasan intrinsik bahwa semua manusia diciptakan sama dan
dikaruniai oleh Sang Pencipta dengan hak-hak asasi bukanlah gagasan yang mengada-ada.
Pandangan itu memiliki dasar argumentasi kuat. Dasar argumentasi tersebut bertolak dari
kenyataan-kenyataan berikut:
 Prinsip persamaan intrinsik itu sesuai dengan kepercayaan etika yang paling fundamental yang
diterima oleh banyak orang di seluruh dunia. Ajaran agama-agama besar di dunia menerima prinsip
tersebut (alasan etika);
 Kebalikan dari prinsip persamaan intrinsik, pernyataan bahwa saya atau kelompok saya lebih
unggul daripada orang lain atau kelompok lain tidak memadai apabila digunakan sebagai dasar
untuk memerintah negara;
 Prinsip persamaan intrinsik memungkinkan orang bertindak bijaksana dalam melaksanakan
pemerintahan. Sebaliknya, prinsip bahwa saya atau kelompok saya lebih unggul dariapada orang
lain atau kelompok lain tidak mungkin membuat orang bertindak bijaksana dalam memerintah
(alasan kebijaksanaan);
 Prinsip persamaan intrinsik lebih mungin diterima oleh orang banyak. Sebaliknya, prinsip bahwa
saya atau kelompok saya lebih unggul daripada orang lain atau kelompok lain pasti akan ditolak
banyak orang (alasan penerimaan/akseptabilitas).
Berikutnya, alasan bahwa setiap orang dewasa yang tunduk pada hukum suatu negara
seharusnya dianggap cukup memenuhi syarat untuk dapat terlibat (berpatisipasi) dalam proses
demokratis pemerintahan negara. Menurut Dahl, alasan tersebut layak diterima setidaknya karena
dua pertimbangan:
1) Klaim ekslusif bahwa hanya kelompok tertentu (orang-orang ahli) saja yang benar-benar dapat
menjalankan pemerintahan dengan baik tidak pernah terbukti dalam sejarah. Sejarah
menunjukkan, orang-orang ahli ketika memerintah tanpa kontrol secara memadai akhirnya jatuh
lalim juga. Kenyataan ini menunjukkan bahwa di antara orang dewasa tidak ada orang-orang yang
pasti lebih memenuhi syarat daripada yang lainnya untuk dapat memerintah sehingga mereka
begitu saja diberikan otoritas secara lengkap dan menentukan pemerintahan suaau negara (alasan
kemampuan warga negara untuk memerintah).
2) Jika suara/pendapat seseorang dianggap sebagai pendapat yang tidak setara dengan yang lainnya,
kepentingan orang tersebut pastilah tidak akan memperoleh perhatian setara dengan pendapat
lainnya. Karena itu, harus ada prinsip persamaan, dimana dengan prinsip itu pendapat setiap orang
harus dianggap setara (alasan pencakupan/inklusi).
Demikianlah, ada alasan-alasan kuat untuk menerima berlakunya prinsip persamaan
kedudukan warga negara. Dilihat dari berbagai segi (etika dan agama, sejarah, hukum, dan jalannya
pemerintahan), prinsip persamaan kedudukan warga negara jauh lebih memadai ketimbang
prinsip ketidaksamaan kedudukan warga negara.
Pendek kata, berdasarkan alasan filosofis, historis, dan praktis, prinsip persamaan warga
negara jauh lebih menjamin terciptanya keadaan sosial daripada prinsip ketidaksamaan warga
negara. Prinsip tersebut merupakan satu-satunya pilihan yang paling masuk akal untuk
mewujudkan kebaikan bersama.
B. Prinsip Persamaan Kedudukan Warga Negara di Berbagai Bidang

Di Indonesia, prinsip persamaan kedudukan warga negara secara eksplisit dinyatakan


dalam Konstitusi Republik Indonesia, yakni pasal 27 ayat (1) UUD 1945 pasal 28 ayat 2.
Dalam pasal 27 ayat 1 dikatakan, ”Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan waijb menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya”. Sedangkan dalam pasal 28 I ayat 2 dinyatakan, “Setiap orang berhak bebas dari
perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”.
Bersamaan kedudukan di dalam hukum berarti bahwa secara hukum semua warga negara
memiliki hak dan kewajiban yang sama selaku warga negara. Sedangkan bersamaan kedudukan di
dalam pemerintahan berarti bahwa dalam urusan pemerintahan semua warga negara memiliki
kedudukan yang sama sehingga memliki hak dan kewajiban yang sama.
UUD 1945 menjamin persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari jaminan yang diberikan oleh UUD 1945 kita dapat
memahami berbagai aspek persamaan kedudukan warga negara Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Secara garis besar persamaan kedudukan warga negara
dibagi dalam beberapa bidang seperti berikut.
a. Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia dalam Bidang Ekonomi
Persamaan kedudukan warga negara Indonesia dalam bidang ekonomi ditegaskan dalam
UUD 1945 pasal 27 ayat (2) dan pasal 33. Pasal 27 ayat (2) berbunyi, “Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Dari bunyi pasal di atas kita
mengetahui bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang
layak.
Setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan dalam lapangan pekerjaan untuk
memperbaiki taraf hidupnya. Secara umum, persamaan kedudukan warga negara di bidang
ekonomi mengandung makna sebagai berikut.
1) Setiap individu memiliki hak yang sama untuk melakukan usaha ekonomi seperti berdagang,
bertani, berkebun, dan lain-lain.
2) Persamaan kedudukan di bidang ekonomi untuk menciptakan sistem ekonomi kerakyatan yang
berkeadila, efisien, produktif, berdaya saing, serta mengembangkan kehidupan yang layak bagi
anggota masyarakat.
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan dalam lapangan kerja atau perbaikan taraf
hidup ekonomi dan menikmati hasil-hasilnya secara adil sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan
darmabaktinya yang diberikan kepadanya masyarakat, bangsa, dan negara.
Persamaan kedudukan warga negara di bidang ekonomi hendaknya menjadikan bersemangat
untuk bekerja. Bekerja dilakukan untuk memperbaiki taraf hidup sehingga kebutuhan hidup bisa
tercukupi. Dengan demikian, kesempatan atau persamaan kedudukan di bidang lain, seperti di
bidang kesempatan memperoleh pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik.

b. Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia dalam Bidang Hukum dan Politik
Dalam bidang hukum dan politik, tidak boleh ada pengistimewaan demikian pula
diskriminasi terhadap warga negara, baik selaku individu maupun kelompok (apa pun ras, agama,
jender, golongan, budaya, dan sukunya) dalam berbagai urusan hukum dan politik. Di sisi lain,
semua warga negara harus memperoleh perlindungan hukum yang sama dan kesempatan yang
sama untuk menjalankan berbagai aktivitas politik.
Hal itu, misalnya, tercermin dalam UUD 1945 pasal 28 D ayat 1 (setiap orang berhak atas
perlakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum); pasal 28 G (setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat).
Contoh perwujudan prinsip persamaan dalam bidang hukum adalah adanya ketentuan yang
sama bagi semua warga negara mengenai berbagai proses hukum: misalnya ketentuan mengenai
proses keadilan, proses perizinan, pengurusan perjanjian, dan sebagainya. Sedangkan contoh
perwujudan prinsip persamaan dalam bidang politik adalah adanya ketentuan yang sama bagi
semua warga negara mengenai pemilihan umum, pemilihan kepala daerag, dan sebagainya.
c. Persamaan Kedudukan Warga Negara di Bidang Pertahanan dan Keamanan
Dalam bidang pertahanan dan keamanan warga negara memiliki kedudukan yang sama.
Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Persamaan kedudukan
warga negara Indonesia dalam bidang pertahanan dan keamanan ditegaskan dalam UUD 1945
pasal 27 ayat (3) yang berbunyi, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.”
Berdasarkan bunyi pasal 27 ayat (3) tersebut kita ketahui bahwa setiap warga negara tanpa
pandang bulu berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Dengan demikian, upaya
pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara tanpa membedakan asal
usul, bahasa, suku bangsa, dan agama. Selain itu, persamaan kedudukan warga negara Indonesia
dapat ditemukan pada pasal 30 ayat (1) yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikutserta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
UUD 1945 pasal (1) diatas menjelaskan persamaan kedudukan warga negara di bidang
pertahanan dan keamanan. Pasal tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Tidak ada diskriminasi dalam hak
dan kewajiban ikut serta dalam pertahanan dan keamanan. Hak dan kewajiban ikut serta dalam
pertahanan dan keamanan negara menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh warga negara tanpa
membedakan status sosial, agama, suku bangsa dan lainnya.
d. Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia dalam Bidang Sosial dan Kebudayaan
UUD 1945 telah menegaskan tentang persamaan kedudukan warga negara Indonesia dalam
bidang sosial dan kebudayaan. Penegasan tersebut dapat kita temukan dalam pasal 31 ayat (1) dan
pasal 32 ayat (1). Pasal 31 ayat (1) berbunyi, “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.”
Dari pasal tersebut dapat kita ketahui bahwa memperoleh pendidikan merupakan hak bagi setiap
warga negara Indonesia tanpa melihat perbedaan yang ada.
Pasal 32 ayat (1) berbunyi, “Negara memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
Indonesia tanpa melihat perbedaan yang ada.
Selain dalam kedua pasal di atas, persamaan kedudukan warga negara dalam bidang sosial
dan kebudayaan juga tercermin dalam pasal 34 ayat (1) dan ayat (2). Pasal 34 ayat (1)
memberijaminan bagi fakir miskin dan anak-anak terlantar. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa
fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Pasal 34 ayat (2) menjelaskan adanya
tanggung jawab negara untuk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak. Dari kedua pasal yang telah disebutkan kita dapat mengetahui kedudukan yang
sama untuk memperoleh perhatian dari negara dalam hal kesejahteraan sosialnya.

C. Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara


Upaya mewujudkan persamaan kedudukan warga negara bukanlah upaya sekali selesai.
Meskipun konstitusi dan berbagai peraturan perundang-undangan telah mengatur hal itu, prinsip
tersebut belum terwujud secara optimal. Dalam kehidupan sehari-hari masih bisa ditemui
tindakan-tindakan diskriminatif.
Diskriminasi merujuk pada tindakan yang tidak adil terhadap individu, akibat adanya
karasterisik tertentu pada individu tersebut. Karateristik itu bisa berupa agama, jender, golongan,
budaya, suku, pendidikan, status sosial ekonomi, maupun kondisi fisik seseorang. Tindakan
diskriminasi bisa berbentuk diskriminasi langsung maupun diskriminasi tidak langsung.
Diskriminasi langsung terjadi apabila ada aturan hukum atau kebijakan yang ada jelas-jelas
menghambat peluang seseorang atas dasar karateristik tertentu. Sedangkan diskriminasi tidak
langsung terjadi apabila ada penyimpangan peraturan yang dilakukan untuk menghambat peluang
seseorang atas dasar karaterisktik tertentu.
Terkait dengan hal itu, kita bisa mencatat sejumlag peluang dan hambatan untuk
mewujudkan prinsip persamaan kedudukan warga negara di Indonesia. Adapun peluang itu antara
lain:
1. Kini konstitusi kita, yaitu UUD 1945 hasil amandemen, dan berbagai perundang-undangan yang ada
makin memberikan dasar yang kuat bagi upaya pemajuan prinsip persamaan kedudukan warga
negara di berbagai bidang kehidupan;
2. Kini demokrasi semakin diterima, diyakini, dan diperjuangkan oleh makin banyak warga
masyarakat sebagai pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia;
3. Iklim kehidupan pers bebas dan bertanggung jawab yang sedang dikembangkan bangsa Indonesia
sekarang ini merupakan sarana efektif untuk makin memasyarakatkan gagasan tentang pentingnya
prinsip persamaan kedudukan warga negara;
4. Keterbukaan politik yang ada sekarang ini merupakan media pembelajaran konkret yang sangat
baik bagi seluruh warga negara untuk belajar mengenai pentingnya prinsip persamaan kedudukan
warga negara;
5. Makin menguatnya aktor penting dalam pemajuan prinsip persamaan kedudukan warga negara,
yaitu berbagai elemen civil society (masyarakat madani) yang gigih memperjuangkan gagasan
multikulturalisme.
Di sisi lain, kita juga melihat adanya berbagai hambatan dalam upaya menegakkan dan
memajukan prinsip persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai bidang kehidupan.
Hambatan itu antara lain adalah:
 Masih adanya individu maupun kelompok masyarakat yang merasa diri lebih tinggi
kedudukannya daripada kelompok masyarakat lainnya, sehingga mereka cenderung menuntut
perlakuan istimewa di berbagai bidang kehidupan;
 Masih kuatnya budaya politik patron-klien, dimana elite politik yang menjadi patron akan
cenderung memberikan perlakuan istimewa kepada klien mereka;
 Masih kuatnya kecenderungan KKN di berbagai tingkatan pemerintah, sehingga mendorong
orang untuk bertindak diskriminatif, terutama kepada mereka yang lemah secara sosial-ekonomi-
politik;
 Berbagai kelemahan sistem hukum di Indonesia, seperti mafia peradilan misalnya, cenderung
mendorong orang untuk bertindak diskriminatif;
 Masih adanya pandangan-pandangan dan gerakan-gerakan ekstrem, radikal, dan intoleran dalam
masyarakat kadang memicu munculnya sikap-sikap dan tindakan-tindakan diskriminatif dalam
masyarakat;
 Masih adanya sikap diskriminatif sejumlah oknum penegak hukum, sehingga memicu munculnta
sikap diskriminatif masyarakat terhadap kelompok-kelompok tertentu.
Peluang dan hambatan tersebut menyadarkan kita, bahwa mewujudkan prinsip persamaan
kedudukan warga negara merupakan upaya sepanjang hayat. Upaya itu akan terus ada dan
memang harus terus ada. Dalam hal ini berlaku prinsip, bahwa selalu masih ada hal yang bisa
diperbaiki agar semakin menjadi lebih baik lagi. Untuk tiu, ada sejumlah upaya yang bisa dilakukan
guna makin memasyarakatnya prinsip persamaan warga negara.Hal-hal yang perlu dipahami dalam
upaya mengembangkan sikap menghargai persamaan kedudukan warga negara sebagai berikut.
1. Kemajemukan Bangsa Indonesia
a. Ras
Ras merupakan golongan bangsa berdasar ciri-ciri fisik tertentu atau tubuh yang khas dan
tertentu. Kekhususan tersebut terdapat pada bebepara anggota tubuh seperti warna kulit, bentuk
hidung, bentuk mata, dan warna rambut. Perbedaan ras hendaknya tidak menyebabkan kita
bersikap diskriminatif. Perbedaan ras merupakan anugerah Tuhan yang harus kita syukuri. Di balik
perbedaan ras tersebut terdapat banyak hikmah. Oleh karena itu, tidak seharusnya kita menjadikan
perbedaan ras sebagai alat utnuk bersikap diskriminatif terhadap orang lain.
b. Gender
Gender merupakan jenis kelamin. Tuhan menciptakan manusia dengan salah satu
perbedaan, yaitu jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin menyebabkan perbedaan hak dan
kewajiban. Perbedaan gender hendaknya menjadikan kita belajar menghargai dan menghormati
perbedaan tersebut. Perbedaan gender menyebabkan hidup terasa lengkap dan lebih berwarna.
Perbedaan gender menyebabkan kita bisa saling melengkapi kekurangan masing-masing.
c. Golongan
Di negara Indonesia yang sangat luas wilayahnya ini terdapat banyak golongan. Golongan-
golongan tersebut ada yang berbasis agama, partai politik, profesi, dan organisasi. Jika setiap
golongan beranggapan bahwa golongannya yang paling benar dan baik, perselisihan akan muncul.
Bagaimana kita bersikap terhadap perbedaan golongan?
Menghargai dan menghormati perbedaan tiap golongan yang ada merupakan sikap tepat
dalam menghadapi perbedaan tersebut. Selain itu, tiap golongan hendaknya tidak merasa
golongannya yang paling baik dan benar dengan menganggap remeh atau memandang rendah
golongan yang lain.

d. Agama
Ada enam agama yang paling banyak penganutnya di negara Indonesia, yaitu Islam, Kristen
(protestan), Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu. Tiap-tiap agama memiliki pemeluk masing-
masing. Perbedaan antara satu agama dengan agama lain dalam hal tata cara beribadag maupun
hal-hal lain pasti ada. Bagaimana sikap kita bersikap terhadap perbedaan agama?
Dalam keseharian kita sering berinteraksi dengan pemeluk agama lain. Sikap menghormati,
menghargai dan toleransi agama yang dianut merupakan sikap yang tepat untuk menghadapi
perbedaan agama dan keyakinan.
e. Budaya dan Suku
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki
kebudayaan dan adat istiadat tersebut berbeda-beda antara satu suku bangsa dengan suku bangsa
yang lain. Selain itu bahasa yang digunakan pun beraneka ragam. Meskipun demikian, kita memiliki
bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia.
Perbedaan budaya dan suku bangsa menyebabkan keragaman dan kita bisa saling
mengenal satu sama lain. Perbedaan budaya dan suku bangsa menyebabkan kita bisa memahami
baudaya dan adat istiadat suku bangsa lainnya. Oleh karena itu, perbedaan budaya dan suku bangsa
hendaknya tidak meyebabkan kita bersikap diskriminatif. Keragaman budaya dan suku bangsa
hendaknya semakin mempererat persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa Indonesia.
2. Peran Pemerintah dalam Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia
Meskipun berbeda-beda, warga negara Indonesia memiliki persamaan kedudukan di
berbagai bidang. Menyikapi perbedaan dan keberagaman bangsa Indonesia harus dikembangkan
sikap saling menghormati dan menghargai tanpa membedakan suku bangsa, agama, ras dan
sebagainya. Perbedaan bukan sebagai jurang pemisah, melainkan sebagai alat pemersatu bangsa
Indonesia. Perbedaan yang ada pada warga negara dapat melengkapi kekurangan warga negara
yang lain. Dengan semikian, perbedaan menyebabkan segala sesuatu menjadi lengkap.
Pemerintah Indonesia memiliki peran strategis dalam mendukung dan menghargai upaya
persamaan kedudukan warga negara Indonesia. Secara umum, peran pemerintah dalam upaya
untuk menghargai persamaan kedudukan warga negara dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a. Setiap kebijakan pemerintah hendaknya bertumpu pada persamaan dan menghargai pluralitas
b. Pemerintah harus terbuka dan membuka ruang kepada masyarakat
c. Produk hukum dan Perpu harus menjamin persamaan kedudukan warga negara
d. Partisipasi masyarakat dalam politik harus memperhatikan kesetaraan sara dan gender
Demikianlah di antara peran penting yang dapat dilakukan pemerintah dalam mendukung
upaya meghormati persamaan kedudukan warga negara Indonesia.
3. Contoh Sikap Warga Negara dalam Menghormati Persamaan Kedudukan Antarwarga Negara
Sebagai warga negara Indonesia sudah sepatutnya jika kita mendukung upaya
menghormati persamaan kedudukan warga negara. Prinsip-prinsip dalam upaya menghormati
persamaan kedudukan warga negara sebagai berikut.
a. Menghormati dan menghargai agama yang dianut orang lain dan tidak memaksakan suatu agama
dan kepercayaan kepada orang lain.
b. Menghormati tata cara veribadah pemeluk agama lain.
c. Mengakui dan memberlakukan manusia sesuai dengan harkat dan mertabatnya sebagai makhluk
Tuhan YME.
d. Mengembangkan sikap welas asih terhadap sesama manusia.
e. Menjaga keseimbangan anatara hak dan kewajiban.

Demikianlah beberapa prinsip yang dapat kita tanamkan dalam diri untuk mendukung
upaya menghormati persamaan kedudukan warga negara. Upaya yang Anda lakukan tidak akan sia-
sia dan pasti mendatangkan manfaat. Prinsip-prinsip tersebut dapat kita wujudkan dalam beberapa
sikap sebagai berikut.
a. Saling membantu dalam bidang kemanusiaan atau sosial
b. Memberi kesempatan kepada pemeluk agama lain untuk melaksanakan ibadah
c. Menciptakan suasana damai dan tentram dalam kehidupan
d. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan
e. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Apabila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan sungguh-sunggu niscaya kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia akan makin sesuai dengan prinsip
persamaan kedudukan warga negara.
2.3 KEDUDUKAN WARGA NEGARA MENURUT UUD 1945

1. Kedudukan Warga Negara di Indonesia

Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, kedudukan warga negara pada dasarnya adalah
sebagai pilar terwujudnya Negara. Sebagai sebuah negara yang berdaulat dan merdeka Indonesia
mempunyai kedudukan yang sama dengan negara lain di dunia, pada dasarnya kedudukan warga
negara bagi negara Indonesia diwujudkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan tentang
kewarganegaraan, yaitu :
a. UUD 1945
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan penduduk diatur dalam pasal 26 yaitu :
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.
b. UU No. 3 tahun 1946
Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan penduduk negara adalah peraturan derivasi
dibawah UU 1945 yang digunakan untuk menegakan kedudukan Negara RI dengan warga
negaranya dan kedudukan penduduk negara RI.

c. UU No. 62 tahun 1958


UU No.62 tahun 1958 merupakan penyempurnaan dari UU tentang kewarganegaraan yang
terdahulu. UU No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan RI merupakan produk hukum derivasi
dari pasal 5 dan 144 UUD RI 1950 yang sampai saat ini masih berlaku dan tetap digunakan sebagai
sumber hukum yang mengatur masalah kewarganegaraan di Indonesai setelah kurang lebih 48
tahun berlaku, dan saat ini dinilai sudah tidak sesuai lagi. Pernasalahan kewarganegaraan yang
semakin kompleks ternyata tidak mampu ditampung oleh undang-undang ini.

d. UU No. 12 tahun 2006


RUU (Rancangan Undang – Undang) Kewarganegaraan yang baru ini memuat beberapa subtansi
dasar yang lebih revolusioner dan aspiratif, seperti :
1. Siapa yang menjadi warga negara Indonesia.
2. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia.
3. Kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia.
4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia.
5. Ketentuan pidana.

2. Persamaan Kedudukan Warga Negara Dalam UUD 1945

Warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap individu mendapat
perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara tegas termuat dalam konstitusi tertinggi
kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV pasal 27 sampai pasal 34. berikut ini dijelaskan secara
lebih rinci tentang persamaan kedudukan warga negara, dalam berbagai bidang kehidupan.

a. Persamaan Kedudukan Dalam Hukum Dan Pemerintah


Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa :
“Segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Pasal ini juga memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian dan hak asasi dalam bidang hukum
dan politik.

b. Persamaan Atas Pekerjaan Dan Penghidupan Yang Layak Bagi Kemanusiaan (Ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa :
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Pasal ini memencarkan persamaan akan keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak asasi
ekonomi warga negara dijamin dan diatur pelaksanaanya.

c. Persamaan Dalam Hal Kemerdekaan Berserikat Dan Berkumpul (Politik)


Pasal 28 E ayat (3) menyatakan bahwa :
“Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.
Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang
bertanggung jawab bagi setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya dalam
bidang politik.

d. Persamaan dalam HAM


Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa negara memberikan dan
mengakui persamaan setiap warga negara dalam menjalankan HAM. Mekanisme pelaksanaan HAM
secara jelas ditetapkan melalui pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.

e. Persamaan Dalam Agama


Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa :
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
Berdasar pasal ini tersurat jelas bahwa negara menjamin persamaan setiap penduduk untuk
memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME
dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

f. Persamaan Dalam Upaya Pembelaan Negara


Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa :
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945 memuat ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal
tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa negara memberikan kesempatan yang sama kepada
setiap warga negara yang ingin membela Indonesia.

g. Pesamaan Dalam Bidang Pendidikan Dan Kebudayaan


Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan
kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan kebudayaan. Kedua pasal ini menunjukan
bahwa begitu konsen dan peduli terhadap pendidikan dan kebudayaan warga negara Indonesia.
Setiap warga negara mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.

h. Persamaan Dalam Perekonomian Dan Kesejahteraan Sosial


Persamaan kedudukan warga negara dalam perekonomian dan kesejahteraan diatur dalam Bab XIV
pasal 33 dan 34. Pasal 33 mengatur masalah perekonomian nasional yang diselenggarakan
berdasar atas asas kekeluargaan dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk kemakmuran rakyat
secara keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat ketentuan tentang kesejahteraan sosial dan
jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (pasal 1) dan
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak (pasal 3).

2.4 PERANAN WARGA NEGARA MENURUT UUD 1945

1. Peran Warga Negara dalam Kehidupan Politik


Peran warga negara dalam kehidupan berpolitik pada dasarnya dapat dinyatakan berupa hak
warga negara untuk berpartisipasi dan mempengaruhi setiap proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan publik oleh para pejabat atau lembaga-lembaga negara/pemerintah. Peran warga negara
di bidang politik sangat penting, karena dapat untuk mewujudkan kebebasan mengeluarkan
pikiran dan pendapat, serta kebebasan berserikat. Kebebasan tersebut merupakan faktor penentu
untuk menumbuhkan kehidupan politik yang demokratis. Peran warga negara di bidang politik
dijamin dalam pasal 28 UUD 1945.

a. Pemerintah yang Baik


Peran warga negara dalam ikut serta mengembangkan pemerintahan yang bersih dari KKN, pada
dasarnya adalah untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good govermance). Pemerintah yang
baik adalah yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum untuk
mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dari dan bebas dari KKN.

b. Kepemimpinan yang Berkualitas


Kepemimpinan yang berkualitas akan muncul karena pendidikan, pengalaman dan pengetahuan
yang sebelumnya mengarahkan seorang calon pemimpin, demikian menurut teori sosial dan
psikologi. Dengan kata lain menurut teori ini pemimpin itu dibentuk bukan dilahirkan (leader are
made not born) dan teori keturunan (genesis/heredity theory) serta teori situasional.

c. Otonomi Daerah
Otonomi daerah merupakan suatu pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemikiran. Dengan demikian otonomi daerah
merupakan kewenangan penyelenggaraan pemerintah sendiri dalam koridor pusat.

d. Budaya Demokrasi
Budaya demoksari pada dasarnya berupa nilai-nilai dan perlaku yang menjunjung pengembangan
sistem politik demokrasi. Beberapa sikap politik demokratis yang akan menghasilkan perilaku yang
demokratis, diantaranya adalah sikap politik: akomodatif, resiprokal dan moderat.

2. Peran Warga Negara dalam Kehidupan Hukum


Peran warga negara di bidang hukum dapat dipahami dari ketentuan pasal 27 ayat (1) UUD 1945,
yang berbunyi : “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

3. Peran Warga Negara dalam Kehidupan Ekonomi


a. Konsep Demokrasi Ekonomi
Demokrasi Ekonomi adalah cara mengatur perekonomian dimana kesejahteraan seluruh rakyat
terjamin, karena kesejahteraan merupakan hak asasi setiap anggota masyarakat. Dalam konsep
ekonomi tidak boleh ada kemiskinan dan keterbelakangan, sebaliknya demokrasi ekonomi tidak
boleh membiarkan orang atau kelompok mendapat dan menyalahgunakan kesempatan untuk
menguasai akumulasi dan konsentrasi sumber daya bagi kepentingan pribadi, untuk hidup kaya
raya dan berlimpah-limpah. Keadilan dan pemerataan kesempatan adalah makna dan jiwa
demokrasi ekonomi.

b. Ciri khas Ekonomi Liberalis dan Sosialis


Ciri khasnya antara lain terlihat pada prinsip menekankan aktivitas dan kretivitas individu dan
masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Hal ini sejalan dengan teori ekonomi Barat yang mengnggap
hakekat manusia adalah mementingkan dirinya sendiri. Begitu pula dengan dasar moral ekonomi
liberal (kebebasan). Sedangkan ekonomi sosialis (komunis) cirikhasnya antara lain terlihat pada
memperlakukan manusia dalam masyarakat hanya sebagai obyek dari elit pemerintah yang
dianggap sebagai diktator ploretariat.

c. Masalah dan Dimensi Peran Warga Negara dalam Kehidupan Ekonomi


Dimensi peran warga negara dalam kehidupan ekonomi, secara garis besar akan mencangkup segi
perencanaan dan pelaksanaan terutama akan berkaitan dengan pembuatan keputusan atau
kebijakan pembangunan ekonomi yang merupakan politik ekonomi. Wujud peran warga negara
dalam hal ini dapat berupa memberikan masukan (peran aktif) agar politik ekonomi mampu
mewujudkan demokrasi ekonomi, sehingga kesejahteraan seluruh rakyat dapat diwujudkan.

4. Peran Warga Negara dalam Kehidupan Sosial Budaya


Sosial budaya dapat meliputi bidang-bidang sebagai berikut: kesejahteraan social, kesehatan,
agama, pendidikan, dan kebudayaan (ilmu pengetahuan dan teknologi masuk unsure kebudayaan).

5. Peran Warga Negara dalam Kehidupan Hankam


a. Konsep Wujud dan Alasan Pembelaan terhadap Negara
Peran warga negara di bidang hankam pada dasarnya merupakan pembelaan terhadap negara.
Konsep pembelaan terhadap negara adalah keikut sertaan dalam upaya pertahanan negara. Upaya
pertahanan Negara meliputi :
 Mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara.
 Keutuhan wilayah.
 Keselamatan bangsa dari segala macam ancaman.

Sedangkan wujud pembelaan terhadap negara berupa hak kewajiban melalui :


 PKN.
 Pelatihan dasar kemiliteran wajib.
 Pengabdian sebagai prajurit TNI.
 Pengabdian sesuai profesi.
Sedangkan alasan mengapa negara perlu dibela oleh warganya dapat dijelaskan dari berbagai
pandangan atau perspektif.

b. Sistem Pertahanan Negara


Sistem pertahanan negara adalah system pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan
seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional secara total, terpadu, terarah, dan
berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan
negara. Ada dua system pertahanan yang dianut yakni :
 Menghadapi ancaman militer maka TNI sebagai komponen utama.
 Menghadapi ancaman non-militer.

6. Peran Warga Negara di Bidang Pertahanan Negara sebagai Unsur Komponen Pertahanan Negara
Komponen pertahanan Negara mencankup:
a. Komponen utama: TNI/POLRI/ unsure pemerintahan di luar pemerintahan.
b. Komponen cadangan: warga negara, SDA, SDB, sarana dan prasarana nasional.
c. Komponen pendukung: warga negara, SDA, SDB, sarana prasarana.

Anda mungkin juga menyukai