Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA DALAM


KEBEBASAN BERPENDAPAT

Penulis
Nama : Fitriani
NPM : 2116031086
PS : Ilmu Komunikasi

Mata kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan


Dosen : Drs. Aman Toto D,M.H.

Jurusan Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
Bandar Lampung
2022
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Hak dan Kewajiban
Warga Negara Dalam Kebebasan Berpendapat" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis mengenai Hak dan Kewajiban Warga Negara,
khususnya dalam berpendapat.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Muara Enim, 04 April 2022

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…....................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN… ................................................................................. 2


A. Hak dan Kewajiban Warga Negara .................................................................. 2
B. Kebebasan berpendapat. .................................................................................. 3
C. Kebebasan Berpendapat di Indonesia............................................................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 7


A. Kesimpulan… .................................................................................................. 7
B. Saran ................................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 8


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah
(governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga
negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui
penguasaannya (control) monopolistis terhadap kekuasaan yang sah
(Budiardjo, 2008: 49). Unsur terbentuknya negara terdiri dari rakyat, wilayah,
pemerintah yang berdaulat, dan pengakuan dari negara lain. Menurut AS
Hikam, mendefinisikan warga negara sebagai terjemahan dari citizenship,
yaitu anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri.
Pengertian warga negara secara umum adalah bahwa warga negara
merupakan anggota negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap
negaranya, ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal
balik terhadap negaranya. Berdasarkan pada pengertian tersebut, maka warga
negara memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam undang-undang 1945.
Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan berhak diterima oleh
seseorang atau individu sebagai warga negara yang dilindungi. Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia, hak adalah sesuatu yang benar, milik, kepunyaan,
kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh
undang-undang, aturan dan sebagainya), kekuasaan yang benar atas sesuatu,
derajat atau martabat. Sedangkan kewajiban adalah tugas yang harus
ditunaikan oleh seorang individu sebagai warga negara yang baik dan patuh
kepada pemerintah dan bangsa.
Seorang warga negara yang bertanggung jawab akan melaksanakan dan
mempertanggungjawabkan hak dan kewajibannya sejalan dengan peraturan
yang berlaku.
Kebebasan berpendapat merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki
oleh setiap warga negara dan merupakan hak konstitusional yang dijamin oleh
negara, yaitu termuat dalam perubahaan keempat Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 28E ayat (3) yang berbunyi bahwa
“setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.” Kebebasan berpendapat di Indonesia hampir tidak
terealisasikan dengan baik sesuai dengan apa yang terkandung dalam
Pancasila. Bagi sebuah negara yang saat ini berkembang, kebebasan
berpendapat sangat diperlukan agar negara dapat terus berkembang menuju
negara yang memiliki sistem demokrasi yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian hak dan kewajiban warga negara ?
2. Apakah pengertian kebebasan berpendapat dan apa pentingnya
kebebasan berpendapat bagi warga negara ?
3. Bagaimana pelaksanaan kebebasan berpendapat di Indonesia ?

C. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini yaitu agar dapat mengetahui mengenai
hak dan kewajiban warga negara serta kebebasan berpendapat dan
pelaksanaanya di Indonesia.
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hak dan Kewajiban Warga Negara


Suatu negara tentu memiliki hak dan kewajiban bagi warga
negaranya. Begitupula sebaliknya, warga negara memiliki hak dan kewajiban
terhadap negaranya. Hak dan kewajiban warga negara merupakan dua hal
yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, karena dengan kewajiban
akan memunculkan hak dan dengan hak maka akan memunculkan kewajiban.
Hak warga negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh warga negara
guna melakukan sesuatu sesuai peraturan perundang-undangan. Sedangkan
Kewajiban warga negara adalah suatu keharusan yang tidak boleh
ditinggalkan oleh warga negara dalam kehidupan bermasyarkat berbangsa
dan bernegara. Kewajiban warga negara dapat juga diartikan sebagai suatu
sikap atau tindakan yang harus diperbuat oleh seseorang warga negara sesuai
dengan keistimewaan yang ada pada warga lainnya.
Hak warga negara telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Seperti hak atas kewarganegaraan dalam pasal 26 ayat (1) dan (2), hak
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan dalam pasal 27 ayat
(1) dan (2), hak dan kewajiban bela negara dalam pasal 27 ayat (3), hak
kemerdekaan berserikat dan berkumpul dalam pasal 28, hak kemerdekaan
memeluk agama dalam pasal 29 ayat (1) dan (2), hak pertahanan dan
keamanan negara dalam psal 30 ayat (1) dan (2), hak mendapat pendidikan
pasal 31 ayat (1) dan (2), hak kebudayaan nasional indonesia pasal 32 ayat
(1) dan (2), hak perekonomian nasional pasal 33, dan hak kesejahteraan sosial
dalam pasal 34.
Dalam hak dan kewajiban warga negara juga terdapat pelanggaran,
pelanggaran ini dapat terjadi ketika warga negara tidak memperoleh haknya
sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam Undang-Undang. Pelanggaran
hak dan kewajiban warga negara juga merupakan akibat dari pengingkaran
kewajiban oleh pemerintah maupun warga.
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan pelanggaran dan pengingkaran
kewajiban warga negara sebagai berikut :
1. Sikap Egois
Egois membuat seseorang untuk selalu menuntut haknya, sementara
kewajibannya sering diabaikan serta akan selalu menghalalkan segala
cara agar haknya dapat terpenuhi, meskipun caranya tersebut dapat
melanggar hak orang lain.
2. Rendahnya kesadaran berbangsa dan negara
Orang yang tidak memiliki kesadaran berbangsa dan negara
senantiasa berbuat seenaknya. Ia tidak mau tahu bahwa orang lain pun
mempunyai hak yang harus dihormati. Hal ini dapat menimbulkan
perilaku atau tindakan penyimpangan terhadap hak dan kewajiban warga
negara.
3. Sikap tidak toleran
Sikap ini akan memunculkan perilaku tidak saling menghargai dan
tidak menghormati atas kedudukan atau keberadaan orang lain yang pada
pada akhirnya akan mendorong orang untuk melakukan diskriminasi
kepada orang lain.
3

4. Penyalahgunaan kekuasaan
Contohnya seperti pada kekuasaan di dalam perusahaan. Para
pengusaha yang tidak memedulikan hak-hak buruhnya yang jelas
melanggar hak warga negara. Oleh karena itu, setiap penyalahgunaan
kekuasaan mendorong timbulnya pelanggaran hak dan kewajiban warga
negara.
5. Ketidaktegasan aparat penegak hukum
Jika sangsi yang diberikan tidak tegas maka para pelaku tidak akan
merasa jera. Selain itu, aparat penegak hukum yang bertindak sewenang-
wenang juga merupakan bentuk pelanggaran hak warga negara dan
menjadi contoh yang tidak baik, serta dapat mendorong timbulnya
pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya.
6. Penyalahgunaan teknologi
Apabila kita tidak memanfaatkan kemajuan teknologi untuk hal-hal
yang sesuai aturan atau untuk hal-hal baik, tentu saja akan menjadi
penyebab timbulnya pelanggaran hak warga negara.
Untuk mengatasi berbagai pelanggaran hak dan kewajiban warga
negara diperlukan tindakan penegakan supremasi hukum dan demokrasi,
para pejabat penegak hukum harus dapat memenuhi kewajiban dengan
memberikan pelayanan yang baik dan adil kepada masyarakat, memberikan
perlindungan kepada setiap orang dari perbuatan melawan hukum, dan
menghindari tindakan kekerasan yang melawan hukum dalam rangka
menegakkan hukum, kemudian mengoptimalkan peran lembaga-lembaga
selain lembaga tinggi negara yang berwenang dalam penegakan hak dan
kewajiban warga negara seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Lembaga Ombudsman Republik Indonesia, Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),
dan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan) Serta sebagai warga negara kita harus menghormati keberadaan
orang lain secara keseluruhan. Sikap tersebut dapat ditampilkan dalam
perilaku di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.

B. Kebebasan Berpendapat
Kebebasan berekspresi dan berpendapat dimaknai sebagai hak yang
melekat pada setiap manusia, untuk memiliki. Kebebasan berekspresi
digunakan untuk menyampaikan pandangan dan pendapat, baik antar
individu atau kelompok (Wiratraman, 51: 2016). Kebebasan berpendapat
adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran melalui lisan,
tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut berarti
setiap warga negara, baik secara perseorangan maupun kelompok, bebas
menyampaikan pendapat. Penyampaian pendapat yang dilakukan dapat
melalui beberapa cara, yaitu lisan (pidato, dialog, diskusi), tulisan (petisi,
gambar, pamflet, poster, brosur, selebaran atau spanduk), serta cara lain
(mogok makan, mogok bicara, atau mogok kerja). Dalam pelaksanaan
kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum harus berlandaskan
asas keseimbangan antara hak dan kewajiban, asas musyawarah dan mufakat,
asas kepastian hukum dan keadilan, serta asas proporsionalitas
(keseimbangan).
4

Kebebasan berpendapat hakikatnya dimiliki oleh manusia dalam


posisinya sebagai individu maupun ketika menjadi bagian dalam suatu
kelompok masyarakat. Sebagai individu, kebebasan berpendapat tersebut
berguna untuk menyampaikan pandangan dan pendapat kepada orang lain
baik di dalam maupun di luar kelompoknya. Kebebasan berekspresi dalam
kelompok dapat digunakan individu sebagai anggota dari kelompok secara
bersama-sama untuk suatu tujuan yang sama dalam rangka menyatakan
pandangan dan pendapatnya. Baik kepada anggota lain di dalam kelompok
maupun kepada kelompok lainnya atau masyarakat luas.
Perbedaan pendapat dan pandangan tidak boleh dilarang, apalagi
dilenyapkan, dan harus diatur agar perbedaan yang ada tidak akan
menyebabkan terjadinya perpecahan sosial di masyarakat. Tugas negara
dalam hal tersebut ialah memberikan jaminan dan perlindungan agar
pelaksanaan hak asasi ini berlangsung secara aman dan tertib.
Norma hak atas kebebasan berekspresi dan berpendapat di Indonesia diatur
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
Pasal 28, Pasal 28 E, dan Pasal 28F yang berbunyi sebagai berikut :
1. Pasal 28
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang”
2. Pasal 28E ayat (2)
“Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”
3. Pasal 28E ayat (3)
“Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul,
mengeluarkan pendapat”
4. Pasal 28F
“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, memperoleh, menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia”
Tujuan dari kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum
adalah mewujudkan kebebasan yang bertanggun jawab sebagai salah satu
pelaksanaan HAM sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, mewujudkan
perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjamin
kemerdekaan menyampaikan pendapat, mewujudkan iklim yang kondusif,
bagi berkembangnya partisipasi dan kreatifitas setiap warga negara sebagai
perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan berdemokrasi,
mendapatkan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan kepentingan perseorangan atau
kelompok.
5

C. Kebebasan Berpendapat di Indonesia


Di Indonesia kebebasan perpendapat dimuka umum telah diatur secara
khusus dalam UU no. 9 tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan
pendapat di muka umum, UU no. 9 tahun 1998 tentang hak bicara didepan
umum dan kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum, yang
artinya kita memiliki pendapat atau aspirasi yang bertentangan maka kita
dapat memberikan argumenatatif yang dapat diwujudkan melalui tulisan atau
dimuka umum seperti demonstran (unjuk rasa), aktifitas tersebut dijamin oleh
pemerintah dengan syarat para demonstran membuat surat pemberitahuan
secara tertulis kepada polri sebelum menggelar aksi unjuk rasa. Kebebasan
berpendapat didalam Undang-Undang Dasar 1945 diatur dalam undang-
undang Pasal 28 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”
Pasal 28E dan 28F yaitu hak untuk berpendapat, menyatakan pikiran dan
bersertikat, kemudian dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1998 tentang
kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum pasal 1 ayat (1) yang
berbunyi “kemerdekaan menyampaikan pendapat pikiran dengan lisan,
tulisan dan sebagainya secara bebas dan bertanggungjawab sesuai dengan
ketentuan perundangan yang berlaku”. Kebebasan berpendapat dalam UUD
1945 dan UU No. 9 tahun 1998 menegaskan bahwa kebebasan berpendapat
merupakan hak mendasar dalam kehidupan yang dijamin dan diliindungi oleh
negara, selain itu Undang-Undang nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi
manusia, dalam pasal 14, 23, 24, dan 25, yang menyatakan perlindungan
dalam kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat maupun
menyamapikan informasi.
Kebebasan berpendapat di Indonesia saat ini menurut tingkat
presentase warga negara dalam mengemukakan pendapatnya dan menurut
apa yang saat ini terlihat bahwa kebebasan di Indonesia sudah dipandang
cukup tinggi karena saat ini Indonesia merupakan negara yang demokratis
dalam segala bidang. Warga negara sudah dapat mengemukakan apa yang
ada di dalam pikirannya secara legal, hal tersebut berguna untuk mengkritik
setiap kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah beserta lembaga negara
sehingga kebijakan tersebut lebih terkontrol. Apabila terdapat kebijakan yang
tidak sesuai maka warga negara dapat langsung mengkritik kebijakan
tersebut dan mengusulkan revisi kebijakan yang lebih sesuai.
Saat ini sudah mulai muncul berbagai organisasi yang bergerak dalam
kebebasan hak untuk berpendapat. Organisasi yang ada hampir sebagian
besar mempunyai tujuan sebagai sarana warga negara untuk menumpahkan
segala pendapat dan usulan yang kemudian akan disampaikan oleh organisasi
tersebut kepada pembuat kebijakan. Proses kebebasan berpendapat di
Indonesia tidak lepas dari adanya penyalahgunaan kebebasan berpendapat
sehingga dapat memicu perpecahan yang berkepanjangan, hal tersebut dapat
disebabkan oleh kurangnya kontrol. Tanpa adanya kontrol yang jelas warga
negara akan menentang kebijakan yang tidak menguntungkan bagi dirinya
dan organisasinya serta menganggap kebijakan tersebut tidak relevan dengan
menggunakan alasan kebebasan berpendapat untuk melancarkan
pertentangan tersebut. Kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka
umum harus berasaskan keseimbangan antara hak dan kewajiban,
musyawarah dan mufakat, kepastian hukum dan keadilan, proporsional, dan
bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Di Indonesia, hak atas kebebasan ekspresi dan berpendapat tidak
berlaku absolut (dapat dibatasi) yang diatur dalam beberapa undang-undang.
Di antaranya Undang-Undang Kebebasan Informasi, Undang-Undang
Intelijen, Undang-Undang Pornografi.
6

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suatu negara tentu memiliki hak dan kewajiban bagi warga
negaranya. Hak warga negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh
warga negara guna melakukan sesuatu sesuai peraturan perundang-
undangan. Sedangkan Kewajiban warga negara adalah suatu keharusan yang
tidak boleh ditinggalkan oleh warga negara dalam kehidupan bermasyarkat
berbangsa dan bernegara. Hak warga negara telah diatur dalam Undang-
Undang Dasar 1945, yaitu dalam pasal 26 sampai pasal 34.
Dalam hak dan kewajiban warga negara juga terdapat terjadi
pelanggaran yang disebabkan oleh sikap egois, rendahnya kesadaran
berbangsa dan bernegara, sikap tidak toleran, penyalahgunaan kekuasaan,
ketidaktegasan apparat penegak hukum dan penyalahgunaan teknologi.
Berbagai pelanggaran tersebut dapat diatasi dengan menegakkan supremasi
hukum dan demokrasi, mengoptimalkan peran Lembaga yang berwenang
dalam hak dan kewajiban warga negara, serta menghormati keberadaan orang
lain.
Kebebasan berpendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran melalui lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas
dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Penyampaian pendapat dapat dilakukan dengan
lisan, tulisan, dan cara lainnya. Pelaksanaan mengemukakan pendapat di
muka umum harus berlandaskan asas keseimbangan antara hak dan
kewajiban, asas musyawarah dan mufakat, asas kepastian hukum dan
keadilan, serta asas proporsionalitas (keseimbangan). Hak kebebasan
berekspresi dan berpendapat di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 28, Pasal 28 E,
dan Pasal 28F. Kebebasan menyampaikan pendapat memiliki beberapa
tujuan, salah satunya yaitu untuk mewujudkan kebebasan yang bertanggun
jawab sebagai salah satu pelaksanaan HAM sesuai dengan Pancasila dan
UUD 1945. Di Indonesia kebebasan perpendapat dimuka umum telah diatur
secara khusus dalam UU no. 9 tahun 1998, UU Pasal 28, 28E dan 28F, serta
Undang-Undang nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia, dalam
pasal 14, 23, 24, dan 25.
Kebebasan berpendapat di Indonesia saat ini sudah dipandang tinggi
dan juga sudah mulai muncul berbagai organisasi yang bergerak dalam
kebebasan hak untuk berpendapat. Proses kebebasan berpendapat di
Indonesia tidak lepas dari adanya penyalahgunaan kebebasan berpendapat
sehingga dapat menimbulkan perpecahan. Di Indonesia, hak atas kebebasan
ekspresi dan berpendapat tidak berlaku absolut (dapat dibatasi) yang diatur
dalam beberapa undang-undang. Di antaranya Undang-Undang Kebebasan
Informasi, Undang-Undang Intelijen, Undang-Undang Pornografi.
B. Saran
Dalam menyampaikan pendapat hendaknya kita mengikuti aturan yang
ada sehingga tidak akan menimbulkan perpecahan dan juga kita harus
menghormati hak orang lain.
7

DAFTAR PUSTAKA

Nurdiaman. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Kecakapan Berbangsa dan


Bernegara. Bandung: Pribumi Mekar

Sulaiman, A. 2015. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung:


Arfino Raya

Nasution, L. (2020). Hak kebebasan berpendapat dan berekspresi dalam ruang


publik di era digital. Adalah: Buletin Hukum dan Keadilan, 4(3), 37-48.
https://doi.org/10.15408/adalah.v4i3.16200

Marwandianto & Nasution, H. (2020). Hak atas kebebasan berpendapat dan


berekspresi dalam koridor penerapan pasal 310 dan 311 KUHP. Jurnal
HAM, 11(1), 1-25. https://dx.doi.org/10.30641/ham.2020.11.1-25

Anda mungkin juga menyukai