Anda di halaman 1dari 13

MATERI KULIAH KEWARGANEGARAAN

NEGARA DAN KONSTITUSI

Oleh
David Adryan
T. Bayu Indrasyah
INSTITUT BISNIS DAN TEKNOLOGI
PELITA INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
wawasan
mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dengan judu “ NEGARA
DAN KONSTITUSI”.
Dengan materi kuliah ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk
memahami makna
dari Negara dan konstitusi di Indonesia. Dengan demikian, kami sadar materi
ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat
membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, supaya bisa memahami pengertian negara
dan konstitusi,
karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................
DAFTAR ISI..................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang........................................................
1.2. RumusanMasalah...................................................
1.3. Tujuan......................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara dan bangsa........................................
2.2 Syarat-syarat suatu negara.............................................
2.3 Konsep Dasar Konstitusi……………………………….
2.4 Materi muatan konstitusi……………………………….
2.5 Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1. Simpulan....................................................................
3.2. Saran...........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada
hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara
warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan
dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula
adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang
demokratis dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan
konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan
dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang berkembang
kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap elemen
masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu
dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu
terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses perubahan
konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah
merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi
pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis,
sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat
kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan
perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam artian,
sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan kehendak bersama.
Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan
selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses atas keberhasilan
sebuah perubahan.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah pengertian negara dan konstitusi?

1.2.2 Apakah syarat-syarat suatu negara?


1.2.3 Apakah Konsep Dasar Konstitusi?
1.2.4 Apakah Materi muatan konstitusi?\
1.2.5 apa saja Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari negara dan konstitusi
1.3.2 untuk mengetahui syarat syarat suatu negara
1.3.3 untuk mengetahui materi dan konstitusi yang pernah digunakan oleh Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara menurut para Ahli antara lain:

Budiardjo menyebutkan bahwa "Negara ialah aIat ataupun agency dari masyarakat yang memiIiki
kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia daIam masyarakat dan juga menertibkan
gejaIa kekuasaan yang ada daIam masyarakat".
Jutmini dan kawan-kawan menyebutkan bahwa "Negara merupakan bentuk organisasi dari
masyarakat ataupun keIompok orang yang memiIiki kekuasaan mengatur hubungan,
menyeIenggarakan ketertiban dan juga menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama".
Roger H. Soultau menyebutkan bahwa "Negara adaIah agen atau kewewenangan yang mengatur
atau mengendalikan persoaIan-persoaIan bersama dengan atas nama masyarakat".
HaroId J. Laski menyebutkan bahwa "Negara ialah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
memiIiki wewenang yang sifatnya memaksa dan secara sah Iebih berkuasa dari pada individu
ataupun keIompok yang merupakan bagian dari masyarakat".
Max Weber menyebutkan bahwa "Negara ialah suatu masyarakat yang memiIiki monopoIi daIam
penggunaan kekerasan fisik yang secara sah daIam sesuatu wiIayah".
Robert M. Maclever menyebutkan bahwa "Negara ialah asosiasi yang menyeIenggarakan
penertiban didaIam suatu masyarakat daIam suatu wiIayah dengan berdasarkan sistem hukum
yang diseIenggarakan oIeh suatu pemerintah dengan maksud yakni diberi kekuasaan yang
memaksa".
Pengertian Bangsa menurut para Ahli antara lain:

Rawink menyebutkan bahwa "Bangsa adaIah sekumpuIan manusia yang bersatu pada satu
wilayah dan memiIiki keterikatan dengan wiIayah tersebut dengan batas teritori dan terIetak
daIam geografis tertentu".
Otto Bauer menyebutkan bahwa "Bangsa adaIah keIompok manusia yang memiIiki kesamaan
karakteristik atau nasib".
Ki Bagoes Hadikoesoemo menyebutkan bahwa "Lebih menekankan pengertian bangsa pada
persatuan antara orang dan tempat".
Jalobsen dan Libman menyebutkan bahwa "Bangsa ialah suatu kesatuan budaya atau cultural
unity serta kesatuan atau PoIitic unity ".
Hans Kohn menyebutkan bahwa "Bangsa ialah buah dari hasiI tenaga hidup manusia daIam
sejarah".
F. Ratzel menyebutkan bahwa "Bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul
dikarenakan adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggal atau geolitik".
Ernest Renan menyebutkan bahwa "Bangsa sendiri terbentuk dikarenakan adanya keinginan
untuk hidup bersama berdasarkan sejarah dan juga cita-cita".
Guibernau menyebutkan bahwa "Bangsa adaIah negara kebangsaan memiIiki unsur-unsur
penting pengikat seperti yaitu: psikoIogi berupa sekeIompok manusia yang memiIiki kesadaran
bersama untuk membentuk satu kesatuan masyarakat dengan adanya kehendak untuk hidup
bersama, kebudayaan dengan merasa menjadi satu bagian dari suatu kebudayaan bersama,
teritoriaI yang meliputi batas wilayah atau tanah air, sejarah dan masa depan atau merasa
memiIiki sejarah dan perjuangan masa depan yang sama, dan poIitik atau memiIiki hak untuk
menjaIankan pemerintahan sendiri".
Benedict Anderson menyebutkan bahwa "Bangsa sendiri Iebih mengacu kepada pemahaman atas
suatu masyarakat yang memiIiki akar sejarah yang sama dimana praxis pengaIaman atas
penjajahan begitu kentaI dirasakan oleh masyarakat terjajah dan semakin Iama maka akan
semakin mengkristalkan pengaIaman atas rasa soIidaritas kebersamaan yang tinggi diantara
mereka".
Nandang menyebutkan bahwa "Bangsa ialah sebagai satu bangsa serta berproses didaIam satu
wiIayah atau sekumpuIan manusia yang membentuk kesatuan berIandaskan kesamaan identitas
dan cita-cita serta persamaan nasib daIam sejarah".
2.2 Syarat Berdirinya Suatu Negara
1. Adanya Penduduk di Suatu Wilayah Tersebut Melansir dari laman resmi Badan Pusat Statistik,
penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
selama 1 tahun atau lebih atau mereka yang berdomisili kurang dari 1 tahun tetapi bertujuan
untuk menetap. Berdasarkan pengertian di atas, diketahui terdapat dua tipe penduduk. Pertama
yakni penduduk yang merupakan warga negara di setiap negara yang tinggal secara permanen
dan memiliki hubungan timbal balik dengan negara tersebut. Kedua, penduduk yang bukan warga
negara yakni warga asing yang tidak memiliki status kewarganegaraan negara tersebut. Penduduk
akan menjadikan wilayah tersebut untuk menentukan tempat tinggalnya. Tidak ada ketetapan
pasti jumlah minimum penduduk yang dapat tinggal di suatu wilayah agar dapat diakui sebagai
pemenuhan syarat berdirinya suatu negara. Penentu status kependudukan penduduk adalah ikatan
hukum dalam satu kebangsaan.
2. Adanya Wilayah yang Ditinggali Selain penduduk, syarat berdirinya suatu negara adalah
adanya wilayah. Tidak ada ketentuan pasti luas wilayah yang dapat dianggap sebagai pemenuhan
syarat berdirinya suatu negara. Pengertian wilayah adalah ruang yang meliputi wilayah darat,
udara, laut. Wilayah darat mencakup ruang angkasa sesuai batas wilayah laut dan daratan.
Wilayah darat adalah wilayah yang telah dikukuhkan dengan batasan yang jelas. Wilayah laut
adalah wilayah perairan dekat pantai dalam jarak tertentu. Advertisement Sebagai informasi
tambahan, jika pada suatu wilayah terdapat sengketa batas negara, hal tersebut tidak
mempengaruhi status negara. Contohnya yakni sengketa wilayah Israel. Israel pada 1949 diterima
sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
3. Adanya Pemerintahan yang Berdaulat atau Berkuasa Crawford memberikan syarat berdirinya
suatu negara adalah adanya pemerintahan. Wilayah dengan penduduk dan pemerintahan yang
efektif mampu dianggap sebagai hal yang sentral dan menunjukkan telah adanya sebuah negara.
Makna pemerintahan dapat dikaitkan dalam hubungan kepada dua hal. Pertama, berkaitan dengan
lembaga politik, administratif, dan eksekutif. Lembaga tersebut bertujuan melakukan pengaturan
terhadap komunitas di satu wilayah dengan melaksanakan tugas yang ditetapkan dalam aturan
hukum. Kedua, pemerintahan yang efektif artinya lembaga politik, eksekutif, dan administratif
tersebut sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya dalam wilayah tersebut dan diakui oleh
penduduk setempat. Oleh karena itu, agar pemerintahan efektif, maka dibentuklah peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan setelah terbentuknya negara yang bersangkutan.
4. Mampu Menjalin Hubungan Internasional Syarat berdirinya suatu negara berikutnya yakni
kemampuan untuk menjalin hubungan internasional dengan negara lain. Syarat ini adalah unsur
deklaratif berdirinya suatu negara. Menjalin hubungan dengan negara lain adalah konsekuensi
yang harus diterima atas lahirnya suatu negara, bukan syarat pendiriannya. Sebuah negara yang
telah lahir tak hanya wajib menjalin hubungan dengan negara lain tetapi juga organisasi
internasional. Menjalin hubungan dengan organisasi internasional yakni termasuk terlibat dalam
pengaturannya seperti ratifikasi, dan lain sebagainya. Indonesia juga meratifikas beberapa
peraturan internasional untuk diterapkan. Demikian empat unsur atau syarat berdirinya suatu
negara. Syarat-syarat di atas disampaikan oleh Soehino dalam bukunya yang berjudul 'Ilmu
Negara'. Selanjutnya dapat diketahui syarat berdirinya suatu negara adalah adanya wilayah,
rakyat, pemerintah yang berdaulat sebagai syarat formil. Kemudian, negara harus mampu
menunjukkan bahwa negara tersebut dapat terlibat dan menjalin hubungan internasional dengan
baik. Sebagai informasi, perkembangan ilmu pengetahuan pun menciptakan pendapat dari
sebagian ahli. Ahli tersebut mensyaratkan adanya syarat tambahan berdirinya suatu negara dari
sisi legalitas. Pembentukan suatu negara pada pokoknya dilarang bertentangan dengan prinsip
fundamental hukum internasional. Prinsip trsebut yakni democratically legitimated authority dan
hak menentukan nasib sendiri.

2.3 Pengertian Konstitusi


Ada beberapa pengertian konstitusi menurut para ahli. Berikut di antaranya:

a. Bolingbroke
Pengertian konstitusi adalah sekumpulan kaidah-kaidah hukum, institusi-institusi dan kebiasaan-
kebiasaan. Yang diambil dari asas penalaran tertentu serta berisikan sistem umum atas dasar
nama masyarakat itu sepakat atau setuju untuk diperintah.

b. K. C. Wheare
Konstitusi merupakan keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara yang berupa kumpulan
peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu negara.

c. Jimly Asshiddiqie
Pengertian konstitusi yakni hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu
negara. Konstitusi juga dapat berupa hukum dasar tertulis yang biasa disebut Undang-Undang
Dasar serta dapat pula tidak tertulis.

d. E. C. Wade
Konstitusi yaitu suatu naskah yang memaparkan rangka serta tugas pokok dari badan
pemerintahan suatu negara. Selain itu juga menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.

e. Miriam Budiarjo
Pengertian konstitusi adalah keseluruhan peraturan. Baik tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintah diselenggarakan dalam suatu
masyarakat.

2.4 Materi muatan konstitusi


Muatan konstitusi (menurut pendapat J.G. Steenbeek) antara lain adalah:

Jaminan hak asasi manusia dan juga jaminan terhadap warga negara.
Penetapan susunan ketatanegaraan yang sifatnya fundamental.
Pembagian serta pembatasan tugas ketatanegaraan yang sifatnya fundamental.

2.5 Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia


Perkembangan Konstitusi Indonesia
1. UUD Negara Republik Indonesia (NRI) Tahun 1945, 18 Agustus 1945-27 Desember 1949
UUD 1945 memuat aturan-aturan pokok ketatanegaraan yang dijadikan dasar bagi aturan
ketatanegaraan lainnya di Indonesia. Beberapa aturan pokok tersebut mengatur bentuk negara,
bentuk pemerintahan, pembagian kekuasaan, dan sistem pemerintahan.

Di tahun ini, pelaksanaan aturan pokok ketatanegaraan terbagi atas dua periode sebagai berikut:

1) Periode 18 Agustus 1945-14 November 1945

- Bentuk negara: negara kesatuan

- Bentuk pemerintahan: republik

- Bentuk kabinet: kabinet presidensial

2) Periode 14 November 1945-27 Desember 1949


- Bentuk negara: negara kesatuan

- Bentuk pemerintahan: republik

- Bentuk kabinet: kabinet parlementer

Sistematika UUD 1945 sebelum amandemen yaitu:

- Pembukaan UUD NRI tahun 1945 terdiri atas 4 alinea

- Batang Tubuh UUD NRI tahun 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal

- Penutup terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan khusus, kelak akan dicabut dalam
amandemen ke-4

2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) , 27 Desember 1949-17 Agustus 1950


Setela Agresi Militer Belanda II, bangsa Indonesia menghadapi pembentukan negara-negara
federal atau bagian dari Belanda. Pemerintah berbicara dengan wakil-wakil negara untuk
menentukan konstitusi apa yang akan digunakan.

Akhirnya, rancangan UUD RIS diajukan dan disahkan oleh badan perwakilan rakyat dan
pemerintah negara bagian. Konstitusi RIS disahkan lewat Keputusan Presiden pada 13 Januari
1950 dan diundangkan pada 6 Februari 1950.

Konstitusi RIS mengatur bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan bentuk kabinet sebagai
berikut:

-Bentuk negara: negara federasi/serikat

-Bentuk pemerintahan: republik

-Bentuk kabinet: parlementer


Sistematika konstitusi RIS 1945 yaitu:

- Pembukaan (Mukadimah) terdiri atas 4 alinea

- Batang Tubuh terdiri atas 6 bab dan 197 pasal

- Tidak ada bagian penjelasan

3. Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950


Kurang dari satu tahun, negara-negara bagian menggabungkan diri dengan negara bagian
Republik Indonesia.

Akhirnya pada 19 Mei, terbentuklah negara kesatuan sebagai perwujudan Republik Indonesia
berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945. Lalu pada 15 Agustus 1950, terbentuk UUD
Sementara (UUDS), UUD baru yang menggantikan UUD RIS.

Bentuk negara, pemerintahan, dan kabinet berdasarkan UUDS 1950 yaitu:

- Bentuk negara: negara kesatuan

- Bentuk pemerintahan: republik

- Bentuk kabinet: parlementer

Sistematika UUDS 1950 yaitu:

- Pembukaan (Mukadimah) terdiri atas 4 alinea, tetapi rumusannya tidak sama dengan UUD 1945

- Batang Tubuh terdiri atas 6 bab dan 146 pasal

- Tidak ada bagian penjelasan


4. UUD 1945, 5 Juli 1959 - Sekarang
Pelaksanaan UUDS 1950 tidak berjalan baik dan terjadi pergantian kabinet berkali-kali. Sebab,
banyak muncul partai politik dengan garis politik berbeda-beda yang menghendaki kabinet.

Sebelum Badan atau Dewan Konstituante meresmikan UUD baru untuk membawa stabilitas
politik di tengah pelaksanaan demokrasi liberal berdasarkan UUDS 1950, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Salah satu isi Dekrit Presiden 1959 yaitu ingin menggunakan UUD 1945 lagi. Sejak itu,
Indonesia kembali memakai konstitusi UUD 1945.

- Bentuk negara: negara kesatuan

- Bentuk pemerintahan: republik

- Bentuk kabinet: presidensial

Sistematika UUD 1945 sebelum amandemen yaitu:

- Pembukaan (Mukadimah) terdiri atas 4 alinea

- Batang Tubuh terdiri atas 16 bab dan 37 pasal

- Penutup terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan khusus

Setelah Orde Lama dan Orde Baru berakhir, UUD 1945 mengalami amandemen di masa
Reformasi. Konstitusi diubah untuk diselaraskan dengan perkembangan zaman.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan
kondisi masyarakat ada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat
negara merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup
pada tahun 384-322 S.M., merumuskan negara dalam bukunya Politica, yang
disebutnya sebagai negara polis. Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa
latin : constitutio) dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum
bentukan pada pemerintahan negara biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen
tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya
menjabarkan prinsip-prinsip yang menajdi dasar bagi peraturan-peraturan lainnya.
Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945. Dalam tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD
1945 menempati tempatan tertinggi. Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt)
artinya perubahan. Perubahan yang dilakukan merupakan ada atau sisipan dari
konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap berlaku. Adapun bagian yang
diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh
dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan
tentang makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat lebih
dipertanggung jawabkan.

Anda mungkin juga menyukai