Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Negara dan Konstitusi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Dosen mata kuliah
Kewarganegaraan Universitas Bengkulu, Bapak Stevri Iskandar, S.H.,M.H. yang
telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan saya mengenai Negara dan Konstitusi. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Saya menyadari bahwa makalah ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan makalah ini akan saya terima. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang membaca

Bengkulu, 10 Oktober 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara yaitu suatu tempat yang di dalamnya di diami oleh banyak orang yang
mempunyai tujuan hidup yang bermacam-macam dan berbeda-beda antara satu
orang dengan orang yang lain. Suatu tempat dapat disebut dengan Negara jika
mempunyai 3 unsur terpenting yang harus ada didalamnya yaitu : Wilayah, ,dan
Rakyat, dan Pemerintah yang berdaulat Ketiga unsur tersebut harus ada dalam
suatu Negara. Jika salah satu dari unsur tersebut tidak ada maka tempat tersebut
tidak dapat dinamakan Negara. Ketiga unsur tersebut saling melengkapi dalam
suatu Negara. Unsur yang lainnya yang juga harus dimiliki oleh suatu Negara
adalah pengakuan dari Negara lain. Pengakuan dari Negara lain harus dimiliki
oleh suatu Negara supaya keberadaan Negara tersebut diakui oleh Negara-negara
lain.
Setelah suatu Negara terbentuk maka Negara tersebut berhak membentuk undang-
undang atau konstitusi.Konstitusi di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu
bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia, konstitusi telah ada yang berfungsi
mengatur kehidupan bermasyarakat yang disebut dengan adat istiadat yang ada
karena kesepakatan dari suatu masyarakat yang terlahir dan dipakai sebagai
pengatur kehidupan bermasyarakat.Adat istiadat mempunyai suatu hukum yang
dinamakan hukum adat. Pada jaman dahulu kehidupan masyarakat sudah diatur
dengan adat istiadat dan yang melanggar adat istiadat akan dikenakan suatu
hukum yang telah masyarakat setempat sepakati yaitu hukum adat.
Seperti halnya adat istiadat, konstitusi juga mengatur kehidupan suatu Negara
supaya tertatanya kehidupan dalam Negara. Jika dalam adat istiadat, pelanggar
adat istiadat dikenai hukum adat maka dalam konstitusi, pelanggar konstitusi
dikenai hukuman yang telah diatur dalam undang-undang.Maka untuk mengatur
kehidupan Negara dan unsur-unsur didalamnya, konstitusi sangat dibutuhkan
keberadaannya. Negara yang tanpa kostitusi maka semua hal dalam Negara tidak
dapat diatur pergerakannya yang jika dibiarkan mengakibatkan Negara akan
kacau, bobrok, runtuh dan berdampak buruk dengan hilang keberadannya.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan
masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Masalah yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian negara itu?
2. Apakah pengertian konstitusi itu?
3. Bagaimanakah hubungan antara negara dan konstitusi?
4. Bagaimana hubungan Pancasila dan konstitusi di Indonesia?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari negara.
2. Untuk mengetahui pengertian dari konstitusi.
3. Untuk mengetahui hubungan antara negara dan konstitusi.
4. Untuk mengetahui hubungan Pancasila dan konstitusi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Negara
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi
mayarakat saat itu. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai
filsuf serta sarjana tentang negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua negara
memiliki unsur-unsur yang mutlak harus ada. Unsur-unsur negara adalah meliputi:
Wilayah atau daerah territorial yang sah, rakyat yaitu suatu bangsa sebagai
pendukung pokok negara dan tidak terbatas hanya pada satu etnis saja. Serta
pemerintahan yag sah diakui dan berdaulat
(Kaelan, 2016)

2.1.1 Pengertian Negara Menurut Para Ahli


Menurut John Locke dan Rousseau, negara merupakan suatu badan atau
organisasi hasil dari perjanjian masyarakat. Menurut Max Weber, negara adalah
sebuah masyarakat yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik
secara sah dalam wilayah tertentu. Menurut Mac Iver, sebuah negara harus
memiliki tiga unsur poko, yaitu wilayah, rakyat, dan pemerintahan. Menurut
Roger F.Soleau, negara adalah alat atau dalam kata lain wewenang yang
mengendalikan dan mengatur persoalan-persoalan yang bersifat bersama atas
nama masyarakat. Menurut Prof. Mr. Soenarko, Negara adalah organisasi
masyarakat yang mempunyai daerah tertentu dimana kekuasaan negara berlaku
sepenuhnya sebagai suatu kedaulatan, sedangkan Menurut Prof. Miriam Budiardjo
Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya
secara sah terhadap semua golongankekuasaan lainnya dan yang dapat
menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu. Jadi Negara adalah
sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan diorganisasi oleh
pemerintah negara yang sah, yang umumnya mempunyai kedaulatan.
(Dinasthi, 2019)
2.1.2 Unsur-Unsur Utama Suatu Negara
Unsur - unsur yang semua negara harus punya adalah Wilayah, Rakyat dan
Pemerintahan yang diakui sah dan berdaulat

2.1.2.1 Wilayah
Setiap negara harus memiliki wilayah di bumi. Wilayah itu bisa mencakup
daratan dan udara saja, maupun daratan, udara, dan lautan. Wilayah dipertegas di
batas-batasnya agar tidak tumpang tindih dengan negara lain. Beberapa abad lalu,
negara saling berlomba-lomba untuk memperluas wilayahnya. Negara-negara di
Eropa Barat memperluas wilayahnya dengan menjajah negara-negara lain. Namun
di abad ke-20, aneksasi atau penguasaan suatu wilayah dengan cara memaksa tak
lagi diperbolehkan. Besar kecilnya wilayah suatu negara mempengaruhi
keberlangsungan negara tersebut. Menurut hukum internasional, berdasarkan
prinsip the sovereign equality of nations, semua negara sama martabatnya. Namun
kenyataannya, negara kecil sering kali kesulitan mempertahankan kedaulatannya
apalagi jika tetangganya negara besar. Contohnya Krimea yang dianeksasi Rusia.
Begitu pula negara Amerika Latin yang berdekatan dengan Amerika Serikat. Di
sisi lain, negara dengan wilayah yang luas punya bermacam masalah. Selain jarak
yang terbentang jauh, perbedaan SARA juga biasanya beragam. Belum lagi
urusan perbatasan yang alami seperti laut, gunung, dan sungai, atau perbatasan
daratan. Perbatasan ini juga perlu penjagaan dalam rangka keamanan negara.
Selain luas wilayah, bentuk negara juga biasanya mempengaruhi kesukaran dalam
mengelola negara. (Batasnegeri, 2020)
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), juga dikenal dengan nama
Nusantara yang artinya negara kepulauan. Wilayah NKRI meliputi wilayah
kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Letak wilayah NKRI
berada diantara:dua benua, yaitu benua Asia dan benua Australia; serta dua
samudra. Yaitu samudra Hindia dan samudra Pasifik. Indonesia terletak di benua
Asia tepatnya di Asia Tenggara. Wilayah Indonesia berada di: 1.6° lintang utara
(LU) – 11° lintang selatan (LS), dan 2.95° bujur timur (BT) – 141° bujur timur
(BT). Karena letak wilayah Indonesia di sekitar khatulistiwa, maka Indonesia
memiIiki iklim tropis dan memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan
musimkemarau.Pulau-pulau yang termasuk dalam wilayah NKRI berjumlah
17.504 terdiri dari pulau besar dan kecil. Beberapa di antaranya, yaitu 6000 pulau
tidak berpenghuni.Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 m di antara
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia 1.922.570 km2 dan
luas perairannya 3.257.483 km2. Pulau-pulau besar, yaitu:Jawa dengan luas
132.107 km2 .Sumatera dengan luas 473.606 km2. Kalimantan dengan luas
539.460 km2. Sulawesi dengan luas 189.216 km2. Papua dengan luas 421.981
km2. Pulau-pulau kecil, antara lain Pulau Nias, Pulau Siberut, Pulau Bangka,
Pulau Belitung, Pulau Madura, Pulau Bali, Pulau Lombok,Pulau Flores, Pulau
Ambon, dan Pulau Halmahera. (Siregar, 2008)

2.1.2.2 Rakyat
Masyarakat merupakan unsur terpenring dalam tatanan suatu negara.
Masyarakat atau rakyat merupakan suatu individu yang berkepentingan dalam
suksesna suatu tatanan dalam pemerintahan. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu
negara tidak hanya diperlukan dalam ilmu kenegaraan (staatsleer) tetapi perlu juga
perlu melahirkan apa yang disebut ilmu kemasyarakatan (sosiologi) suatu ilmu
pengetahuan baru yang khusus menyelidiki, mempelajari hidup kemasyarakatan.
Sosiologi merupakan ilmu penolong bagi ilmu hukum tata negara. (Jumardi,
2011)
Warganegara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat
tertentu dalam hubungannya dengan negara. Dalam hubungan antara warag
negara dan negara, warga negara mempunyai kewajiban terhadap negara dan
sebaliknya warganegara juga mempunyai hak – hak yang harus diberikan dan
dilindungi oleh negara. Dalam hubungan internasional di setiap wilayah negra
selalu ada warganegara dab orang asing yang semuanya disebut penduduk. Setiap
warga negara adalah penduduk suatu negara, sedangkan setiap penduduk belum
tentu warganegara, karena mungkin seorang asing. Penduduk suatu negara
mencakup warganegara dan orang asing, yang mungkin memiliki hubungan
berbeda dengan negara. Setiap warganegara mempunyai hubungan yang tak
terputus meskipun ia bertempat tinnggal di luar negeri. Sedangkan orang asing
hanya memiliki hubungan selama dia bertempat tinggal di wilayah negara tersebut
(Kaelan, 2016)

2.1.2.3 Pemerintah yang Berdaulat


Kata “kedaulatan” artinya adalah kekuasaan tertinggi. Dengan demikian
pemerintah yang berdaulat artinya pemerintah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi, kekuasaan yang tidak berada di bawah kekuasaan lainnya. Kedaulatan
negara dapat diartikan sebagai kedaulatan kedalam dan kedaulatan keluar.
Kedaulatan kedalam adalah kekuasaan tertinggi untuk mengatur rakyatnya sendiri.
Sedangkan kedaulatan keluar adalah kekuasaan tertinggi yang harus dihormati
oleh negara-negara lain. Dengan kedaulatannya pemerintah berhak mengatur
negaranya sendiri tanpa campurtangan dari negara lain. Menurut Jean Bodin
(kedaulatan sebagai atribut Negara merupakan ciri khusus dari sebuah negara)
Kedaulatan membawakan sifat-sifat:
1) Asli, dalam arti tidak diturunkan dari kekuasaan yang lain;
2) Tertinggi, dalam arti tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang
dapat membatasi kedaulatan;
3) Abadi atau kekal, dalam arti keberadaannya tetap;
4) Tidak dapat dibagi, dalam arti hanya ada satu kekuasaan teringgi saja
dalam negara.
Dengan ungkapan lain ada yang menyatakan bahwa kedaulatan itu
membawakan sifat permanen, asli, tidak dapat dibagi-bagi, dan tidak terbatas.
(Tomalili, 2019)

2.2 Pengertian Konstitusi


Sebenarnya. konstitusi (constitution) berbeda dengan Undang-Undang
Dasar (Grundgezets), dikarenakan suatu kekhilafan dalam pandangan orang
mengenai konstitusi pada negara-negara modern sehingga pengertian konstitusi
itu kemudian disamakan dengan Undang-Undang Dasar. Kekhilafan ini
disebabkan oleh pengaruh faham kodifikasi yang menghendaki agar semua
peraturan hukum ditulis, demi mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum
dan kepastian hukum. Begitu besar pengaruh faham kodifikasi, sehingga setiap
peraturan hukum karena penting itu harus ditulis, dan konstitusi yang ditulis itu
adalah Undang-Undang Dasar. Secara umum terdapat dua macam konstitusi
yaitu :
Konstitusi tertulis dan Konstitusi tak tertulis. Hampir semua negara di dunia
memiliki konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar (UUD) yang pada
umumnya mengatur mengenai pembentukan, pembagian wewenang dan cara
bekerja berbagai lembaga kenegaraan serta perlindungan hak azasi manusia. Pada
hampir semua konstitusi tertulis diatur mengenai pembagian kekuasaan
berdasarkan jenis-jenis kekuasaan, dan kemudian berdasarkan jenis kekuasaan itu
dibentuklah lembaga-lembaga negara. Dengan demikian, jenis kekuasaan itu perlu
ditentukan terlebih dahulu, baru kemudian dibentuk lembaga negara yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan jenis kekuasaan tertentu itu.
(Mahkamah Konstitusi RI, 2015)

2.2.1 Unsur – Unsur yang Terdapat didalam Konstitusi


Unsur-unsur yang terdapat dalam konstitusi modern meliputi ketentuan tentang:

a. Struktur organisasi negara dengan lembaga-lembaga negara di dalamnya;

b. Tugas/wewenang masing-masing lembaga negara dan hubungan tata kerja


antara satu lembaga dengan lembaga lainnya;

c. Jaminan hak asasi manusia dan warga negara.

(Hasoloan, dkk. 2019)

2.2.2 Perubahan Konstitusi

Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang
memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi
harus memiliki sifat yang lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih
lagi jika jiwa dan semangat pelaksanaan penyelenggaraan negara juga diatur
dalam konstitusi sehingga perubahan suatu konstitusi dapat membawa perubahan
yang besar terhadap sistem penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu negara yang
demokratis berubah menjadi otoriter karena terjadi perubahan dalam
konstitusinya. Adakalanya keinginan rakyat untuk mengadakan perubahan
konstitusi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini terjadi apabila
mekanisme penyelenggaraan negara yang diatur dalam konstitusi yang berlaku
dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan aspirasi rakyat. Oleh karena itu,
konstitusi biasanya juga mengandung ketentuan mengenai perubahan konstitusi
itu sendiri, yang kemudian prosedurnya dibuat sedemikian rupa sehingga
perubahan yang terjadi adalah benar-benar aspirasi rakyat dan bukan berdasarkan
keinginan semena-mena dan bersifat sementara atau pun keinginan dari
sekelompok orang belaka. Pada dasarnya ada dua macam sistem yang lazim
digunakan dalam praktek ketatanegaraan di dunia dalam hal perubahan konstitusi.
Sistem yang pertama adalah bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka yang
akan berlaku adalah konstitusi yang berlaku secara keseluruhan (penggantian
konstitusi). Sistem ini dianut oleh hampir semua negara di dunia. Sistem yang
kedua ialah bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi yang asli tetap
berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan amandemen dari
konstitusi yang asli tadi. Dengan perkataan lain, amandemen tersebut merupakan
atau menjadi bagian dari konstitusinya. Sistem ini dianut oleh Amerika Serikat.
(Mahkamah Konstitusi RI, 2015)

2.2.2.1 Sejarah Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia


Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam
Undang-Undang yang pernah berlaku, yaitu :
Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
(Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
Republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari kemudian
pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang disahkan oleh PPKI
sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia setelah mengalami beberapa
proses.
Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
(Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan
pihak Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia.
Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti negara
Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya.
Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi Belanda 1 pada
tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini mengakibatkan diadakannya
KMB yang melahirkan negara Republik Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang
seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk
negara Republik Indonesia Serikat saja.
Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)
Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949
merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17
Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia
Serikat tidak bertahan lama karena terjadinya penggabungan dengan Republik
Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik Indonesia
Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan
kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan yang akan
didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu
dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang-
undang dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan
pekerja komite nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat
Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-
undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.
Periode 5 Juli 1959 – sekarang
(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945)
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar
1945. Dan perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama
pada masa 1959-1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde
Baru. Perubahan itu dilakukan karena Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara Orde Lama dianggap kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-
Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.
(Mahkamah Konstitusi RI, 2015)

2.3 Hubungan Antara Negara dan Konstitusi


Hubungan Negara dan Konstitusi sangatlah erat jalnnya negara dan
pemerintahan tidak dapat terjadi tanpa konstitusi. Lembaga yang menjalankan
negara pun keberadaannya diatur dalam konstitusi. Selain itu fungsi dan tujuan
konstitusi itu berjalann seiringan dengan negara sehingga negara dan Konstitusi
tidak bisa dipisahkan.

2.3.1 Tata Urutan Perundaang - Undangan di Indonesia


Sebelum membahas hubungan negara dan konstitusi secara rinci kita perlu
mengetahui Tata urutan perundang- undangan di Indonesia
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan menurut UU No.10 Tahun 2004
(Pasal 7 ayat 1) :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
c. Peraturan Pemerintah
d. Peraturan Presiden
e. Peraturan Daerah
Selain jenis Peraturan Perundang-Undangan yang diatur dalam Pasal 7 ayat 1
tersebut, jenis Peraturan Perundang-Undangan yang lain juga diakui
keberadaannya
dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh
Peraturan
Perundang-Undangan yang lebih tinggi, misalnya peraturan yang dikeluarkan oleh
MPR, DPR, MA, Mahkamah Konstitusi, BPK, BI, Menteri, Kepala Badan,
Lembaga atau Komisi yang setingkat yang dibentuk oleh UU atau pemerintah atas
perintah UU, DPRD Propinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
(Retno, 2004)

2.3.2 Lembaga Negara Indonesia sesuai UUD 1945 sebagai Organ


Konstitusional
Dalam ketentuan UUD 1945, terdapat lebih dari 35 subjek jabatan atau subjek
hukum kelembagaan yang dapat dikaitkan dengan pengertian lembaga atau organ
negara dalam arti yang luas. (i) Presiden; (ii) Wakil Presiden; (iii) Dewan
pertimbangan presiden; (iv) Kementerian Negara; (v) Menteri Luar Negeri; (vi)
Menteri Dalam Negeri; (vii) Menteri Pertahanan; (viii) Duta; (ix) Konsul; (x)
Pemerintahan Daerah Provinsi; (xi) Gubernur/Kepala Pemerintah Daerah
Provinsi; (xii) DPRD Provinsi; (xiii) Pemerintahan Daerah Kabupten; (xiv)
Bupati/Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten; (xv) DPRD Kabupaten; (xvi)
Pemerintahan Daerah Kota; (xvii) Walikota/Kepala Pemerintah Daerah Kota;
(xviii) DPRD Kota; Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR); (xx) Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR); (xxi) Dewan Perwakilan Daerah (DPD); (xxii) Komisi
pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri, yang diatur lebih
lanjut dengan undang-undang; (xxiii) Bank sentral yang susunan, kedudukan,
kewenangan, tanggungjawab, dan independensinya diatur lebih lanjut dengan
undang-undang; (xxiv) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); (xxv) Mahkamah
Agung (MA); (xxvi) Mahkamah Konstitusi (MK); (xxvii) Komisi Yudisial (KY);
(xxviii) Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan (xxix) Kepolisian Negara
Republik Indonesia (POLRI). (xxx) Angkatan Darat (AD); (xxxi) Angkatan Laut
(AL); (xxxii) Angkatan Udara (AU); (xxxiii) Satuan pemerintahan daerah yang
bersifat khusus atau istimewa; (xxxiv) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan
dengan kekuasaan kehakiman, seperti Kejaksaan Agung, Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan sebagainya;
(xxxv) Kesatuan Masyarakat Hukum Adat (Asshiddiqie, 2014)

2.3.3 Fungsi dan Tujuan Konstitusi dalam hubungannya dengan Negara


Secara umum fungsi Konstitusi adalah sebagai berikut:
Konstitusi berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak terjadi
kesewenang-wenangan yang dapat dilaukan oleh pemerintah, sehingga hak-hak
bagi warga negara dapat terlindungi dan tersalurkan, Konstitusi juga berfungsi
sebagai piagam kelahiran suatu negara, sebagai sumber hukum tertinggi, dan
mengontrol serta membatasi kekuasaan. Konstitusi berfungsi sebagai pelindung
hak asasi manusia dan kebebasan warga suatu negara. Konstitusi juga berfungsi
sebagai identitas nasional dan lambang suatu bangsa (Nugroho,2019)
Selain itu fungsi dari konstitusi adalah sebagai sarana kontrol politik,
sosial dan/ atau ekonomi di masa sekarang, dan sebagai sarana perekayasaan
politik sosial dan/atau ekonomi menuju masa depan. (Asshiddique, 2005)
Selain Fungsi konstitusi diatas, konstitusi juga memiliki tujuan. Tujuan-
tujuan adanya konstitusi secara ringkas dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut:
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan
terhadap kekuasaan politik. Tujuan ini berfungsi untuk membatasi kekuasaan
penguasa sehingga tidak melakukan tindakan yang merugikan masyarakat banyak.
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasaan
sendiri. Bisa juga memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM),
sehingga dengan adanya konstitusi maka setiap penguasa dan masyarakat wajib
menghormati HAM dan berhak mendapatkan perlindungan dalam melakukan
haknya.
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa
dalam menjalankan kekuasaannya. Selain memberikan batasan-batasan untuk
penguasa dalam menjalankan kekuasaanya, hal ini juga bertujuan untuk
memberikan pedoman bagi penyelenggara negara agar negara dapat berdiri
kokoh.
(Nugroho, 2019)
Dari fungsi-fungsi konstitusi tersebut dapat kita siimpulkan bahwa
konstitusi dan negara sangat berkaitan satu sama lain. Negara dan konstitusi
dikatakan saling berhubungan, karena konstitusi dibuat merupakan suatu
perwujudan untuk pelaksanaan dari dasar negara.

2.4 Hubungan Pancasila dan Konstitusi di Indonesia


Pancasila sebagai dasar negara mempunyai kedudukan sebagai norma
hukum tertinggi di Indonesia yang mengatur hal yang berkaitan dengan hubungan
manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dalam
menjalankan hidupnya sehari-hari. hubungan dasar negara dengan konstitusi
adalah dari dasar negara tersebut dibentuk keseluruhan sistem ketatanegaraan
yang berupa kumpulan peraturan yang mengatur pemerintahan suatu negara, salah
satunya adalah konstitusi. Hal ini ditunjukkan dari Pancasila yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4.

2.4.1 Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi


Dasar negara dan konstitusi mempunyai hubungan secara yuridis, filosofis dan
sosiologis. Secara Yuridis hubungan dasar negara dengan konstitusi bahwa
konstitusi mengandung pokok-pokok pikiran dasar negara yang berwujud pasal-
pasal. Secara Filosofis Konstitusi didasarkan pada filosofi bangsa tersebut yang
berakar pada budaya bangsa. Secara Sosiologis Konstitusi bisa memuat nilai-nilai
yang berkembang di masyarakat yang bersumber dari dasar negara dalam
penyelenggaraan pemerintahan. (Ahmad, 2020)

2.4.2 Fungsi dan Kedudukan Pancasila


Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Lima ideologi utama penyusun Pancasila adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
dan tercantum pada alinea ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar
1945

Berikut ini adalah beberapa fungsi dan kedudukan Pancasila bagi negara kesatuan
Republik Indonesia:
Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia. Sebagai nilai-nilai kehidupan dalam
masyarakat bangsa Indonesia melalui penjabaran instrumental sebagai acuan
hidup yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai serta sesuai dengan napas jiwa
bangsa Indonesia dan karena Pancasila lahir bersama dengan lahirnya
bangsa Indonesia
Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Merupakan bentuk peran
dalam menunjukan adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat di bedakan
dengan bangsa lain, yaitu sikap mental, tingkah laku, dan amal perbuatan bangsa
Indonesia
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Merupakan kristalisasi
pengalaman hidup dalam sejarah bangsa Indonesia yang telah membentuk sikap,
watak, perilaku, tata nilai norma, dan etika yang telah melahirkan pandangan
hidup
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Untuk mengatur tatanan kehidupan
bangsa Indonesia dan negara Indonesia, yang mengatur semua pelaksanaan sistem
ketatanegaraan Indonesia sesuai Pancasila
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara Republik
Indonesia. Sebagai segala sumber hukum di negara Indonesia karena segala
kehidupan negara Indonesia berdasarkan pancasila, juga harus berlandaskan
hukum. Semua Tindakan kekuasaan dalam masyarakat harus berlandaskan hukum
Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan
negara. Karena pada waktu mendirikan negara Pancasila adalah perjanjian luhur
yang disepakati oleh para pendiri negara untuk dilaksanakan, pelihara, dan
dilestarikan
Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa indonesia. Dalam Pancasila
mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan Pancasila
sebagai patokan atau landasan pemersatu bangsa
(Salikun & Surya, 2014)

2.4.3 Hubungan Pancasila dan Konstitusi di Indonesia


Pancasila dicantumkan secara formal dalam Pembukaan UUD 1945, maka
Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Artinya,
kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi,
politik tetapi juga perpaduan asas-asas kultural, religius dan kenegaraan yang
terdapat dalam Pancasila. Rumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Pembukaan
UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental, yang mempunyai
dua kedudukan yaitu sebagai dasar engara dan tertib hukum tertinggi. Pembukaan
UUD 1945 berkedudukan dan berungsi sebagai Mukadimah dari UUD 1945
dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dan berkedudukan sebagai suatu
yang bereksistensi sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan
pasal-pasalnya. Pancasila mempunyai hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sebagai dasar kelangsungan
hidup negara. Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945 mempunyai
kedudukan yang kuat, tetap, tidak dapat diubah dan terlekat pada kelangsungan
hidup negara RI. Secara kronologis, proses perumusan Pancasila dan Pembukaan
UUD 1945 oleh BPUPKI, pertama-tama materi yang dibahas adalah dasar filsafat
Pancasila, baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah sidang pertama
Pembukaan UUD 1945, BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara Pancasila
serta tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh Panitia 9 sebagai wujud
bentuk pertama Pembukaan UUD 1945. Jadi, berdasarkan tertib hukum Indonesia,
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum tertinggi. Adapun tertib
hukum Indonesia bersumber pada Pancasila atau dengan kata lain, Pancasila
sebagai tertib hukum Indonesia. Berarti, secara material tertib hukum Indonesia
dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila sebagai
tertib hukum Indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan
sifat. (Putri, 2020)

Anda mungkin juga menyukai