Anda di halaman 1dari 16

BAB I

ARGENTOMETRI

1.1. Tujuan Percobaan


˗ Membuat larutan standar perak nitrat 0,01 N.
˗ Standarisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida.
˗ Menetapkan kadar natrium klorida dalam garam dapur kotor.
1.2. Tinjauan Pustaka
Kimia analitik dapat dibagi menjadi bidang-bidang yang disebut analisa
kuanlitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif menyangkut identifikasi zat.
Mengenai unsur atau senyawa apa yang ada di dalam suatu contoh. Sedangkan analisa
kuantitatif mengenai penentuan berapa zat tertentu yang ada di dalam suatu contoh. Zat
yang ditentukan, sering ditunjuk sebagai zat yang diinginkan atau analit, dapat terdiri
dari sebagian kecil atau besar dari contoh yang akan dianalisa.[4]
Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya
didasarkan pada pengukuran volumenya.[5] Dalam analisis titirimetrik atau analisis
volumetri atau analisis kuantitatif dengan mengukur volume, sejumlah zat yang
diselidiki direaksikan dengan larutan baku (standar) dengan kadar atau konsentrasinya
telah diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung secara kuantitatif.[2]

Gambar 1.2.1. Titrasi

Metode volumetri secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam empat


kategori sebagai:
˗ Titrasi asam-basa yang meliputi reaksi asam dan basa baik kuat maupun lemah.
˗ Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hamper semua reaksi oksidasi reduksi.
Bagian besar titrasi terliput oleh dua kategori ini.
˗ Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukan endapan, seperti
titrasi Ag atau Zn dengan K4Fe(CN)6 dengan indikator pengadsorpsi.
˗ Titrasi komplesometri sebagian besar meliputi titrasi EDTA seperti titrasi
spesifik dan juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada
pengkompleksan.[1]
Analisis gravimetri adalah analisa kuantitatif suatu zat dengan cara
penimbangan sesudah dan setelah zat tersebut diisolasi dengan susunan tertentu. Bagian
terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau
radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat
ditimbang dengan teliti. Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat
atom unsur-unsur yang menyusunnya. Atas dasar isoalsinya terhadap suatu zat yang
ditentukan, analisa gravimetric dibagi menjadi 3 metode:
˗ Metode pengendapan
˗ Metode penguapan/evolusi/evaporasi. Didasarkan atas penguapan komponen zat
uji dengan cara pemanasan.
˗ Metode penyaringan
˗ Metode elektrolisa/elektorgravimetri. Didasarkan atas pelapisan zat pada sebuah
elektroda melalui proses elektrolisa.[3]
Keadaan optimum untuk pengendapan terdapat aturan-aturan yang diikuti adalah
sebagai berikut:
˗ Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk
memperkecil kesalahan akibat kopresipitasi.
˗ Pereaksi dicampurkan perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan yang
tetap. Ini berguna untuk pertumbuhan kristal yang teratur. Untuk kesempurnaan
reaksi, pereaksi yang ditambahkan harus berlebih. Urut-urutan pencampuran harus
teratur dan sama.
˗ Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil
pada temperatur tinggi. Aturan ini tidak selalu benar untuk bermacam endapan
organik.
˗ Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan
menggunakan pemanas uap untuk menghindari adanya kopresipitasi.
˗ Endapan harus dicuci dengan larutan encer.
˗ Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan
pengendapan ulang.[1]
Titrasi argentometri adalah penetapan kadar suatu zat yang didasarkan atas
reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan perak nitrat
(AgNO3).[3] Selain reaksi pengendapan, dasar reaksi argentometri disebut juga reaksi
penggaraman. Garam adalah suatu senyawa yang terdiri dari kation dan anion atau asam
dengan basa. Sedangkan pengendapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai fase
padat yang keluar dari larutan.[2]
Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting dalam pembentukan
endapan. Cara ini dipakai untuk penetapan kadar ion halide, anion yang dapat
membentuk endapan garam perak, atau penetapan kadar perak itu sendiri. Oleh karena
garam perak peka terhadap cahaya, maka pengaruh cahaya matahari langsung atau sinar
neon harus dihindari.[3]
Titrasi argentometri juga ada cara langsung (langsung dititer oleh baku
sekunder pertama) dan tidak langsung (dititer dengan baku sekunder pertama berlebih,
kelebihan ini dititrasi balik dengan baku sekunder kedua). Cara langsung dikemukaan
oleh Mohr dan Fajans, dimana Mohr menggunakan indikator K2CrO4 dan Fajans
menggunakan indikator adsorbs (eosin). Cara tidak langsung dinyatakan oleh Volhard
dimana indikator yang digunakan adalah FeCl3.[2]
a. Metode Mohr
Metode ini digunakan untuk menetapkan kadar klorida atau bromide dalam suasana
netral atau agak alkalis (pH = 6,5-9). Dalam suasana asam, Ag 2CrO4 larut karena
terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk perak hidroksida. Pada
metode ini, titrasi halida dengan AgNO3 dilakukan dengan indikator Na2CrO4. Pada
titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi ion Ag +
yang berlebihan diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
Reaksi : Cl- + Ag+ AgCl
(ion klor) (ion perak) (perak klorida)

CrO42- + 2 Ag+ Ag2CrO4 (merah bata)[3]


(ion kromat) (ion perak) (perak kromat)

Pada kondisi yang cocok, metode Mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada
konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna
harus lebih larut disebanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Akan
tetapi tidak boleh terlalu banyak larut, karena akan diperlukan lebih banyak pereaksi
dari yang seharusnya.[1] Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH
antara 6,0–10,0.
b. Metode Fajans
Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya
terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan
dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti eosine atau fluonescein menurut
macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi
violet menjadi merah. pH tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai.
Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan
menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik
ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah
tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO 3 menyebabkan ion Cl- akan
digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder.[5] Indikator
adsorpsi mempunyai beberapa keunggulan. Indikator ini memberikan kesalahan yang
kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang disebabkan adsorpsi
indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada permukaan berjalan baik jika endapan
mempunyai luas permukaan yang besar. Warna adsorpsi titrasi tidak begitu jelas jika
endapan terkoagulasi, misalnya dengan adanya muatan ion yang besar, missal:
Al(III).[1]
Kurva titrasi untuk reaksi pengendapan dapat dibuat dan seluruhnya analog
dengan kurva titrasi asam-basa da pembentukan kompleks. Perhitungan keseimbangan
didasarkan pada tetepan hasil kali kelarutan.[4]

Gambar 1.2.2. Kurva titrasi dari NaCl, NaBr dan NaI


Contoh: 50 ml larutan NaCl 0,10 M dititrasi dengan larutan AgNO3 0,10 M. Hitung
konsentrasi ion klorida selama titrasi dan buat kurva pCl vs ml AgNO3. Ksp
AgCl = 10 x 10-10.
˗ Awal sebelum titrasi:
[Cl-] = 0,10 M, maka pCl = 1,00
˗ Setelah penambahan 10 ml AgNO3:
Ag+ + Cl- AgCl
(ion perak) (ion klorida) (perak klorida)
Awal 1 mmol 5 mmol -
Perubahan 1 mmol 1 mmol -
Kesetimbangan - 4 mmol -
4 mmol
[Cl-] = = 0,067 M
60,0 mL
pCl = 1,17
˗ Setelah penambahan 49,9 ml AgNO3:
Ag+ + Cl- AgCl
(ion perak) (ion klorida) (perak klorida)
Awal 4,99 mmol 5 mmol -
Perubahan 4,99 mmol 4,99 mmol -
Kesetimbangan - 0,01 mmol -
0,01 mmol
[Cl-] = = 1,0 x 10-4 M
99,9 mL
pCl = 4,00
˗ Pada titik ekuivalen (TE):
Ag+ + Cl- AgCl
(ion perak) (ion klorida) (perak klorida)
Awal 4,99 mmol 5 mmol -
Perubahan 4,99 mmol 4,99 mmol -
Kesetimbangan - 0,01 mmol -
+ -
[Ag ] = [Cl ] [Ag ][Cl ] = Ksp = 1,0 x 10-10
+ -
- -5
[Cl ] = 1,0 x 10 maka pCl = 5,00
˗ Setelah penambahan 60,0 mL AgNO3:
Ag+ + Cl- AgCl
(ion perak) (ion klorida) (perak klorida)
Awal 4,99 mmol 5 mmol -
Perubahan 4,99 mmol 4,99 mmol -
Kesetimbangan - 0,01 mmol -
1 ,00 mmol
[Ag+] = = 9,1 x 10-3 M
110 mL
pAg = 2,04 maka pCl = 10,00 – 2,04 = 7,96
˗ Secara umum untuk halida:
Ag+ + X- AgX
−¿
1
Tetapan kesetimbangan: K = 1 =
Ksp
[ Ag + ][ X¿
Makin kecil Ksp makin besar K suatu titrasi.[6]
Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi
asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan
lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dari
klorida dengan ion perak dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator.
Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu
diambil sebagai titik akhir (TE). Penambahan indikator ini akan menjadikan warna
larutan menjadi kuning. Dipilih indikator K2CrO4 karena suasana sistem cenderung
netral. Kalium kromat hanya bisa digunakan dalam suasana netral.[5]
Fluorescein merupakan sebuah asam organik lemah yang dapat kita nyatakan
sebagai HFl. Jika fluorescein ditambahkan kepada botol titrasi, anion Fl- tidak diserap
oleh perak klorida kolodial selama ion klorida ada berlebih. Akan tetapi apabila ion
perak dalam keadaan berlebih, ion Fl- dapat ditarik ke permukaan partikel bermuatan
positif. fluorescein dapat digunakan hanya dalam batas pH kira-kira 7 sampai 10.[4]
Tabel 1.2.1. Indikator Asam Basa
Perubahan Warna
Nama Indikator Range pH
Dari Ke
Timol Biru Merah Kuning 1,2-2,8
2,6 Dinitrofenol Tak berwarna Kuning 2,0-4,0
Metil Kuning Merah Kuning 2,9-4,0
Bromofenol Biru Kuniing Biru 3,0-4,6
Metil Jingga Merah Kuning 3,1-4,4
Bromkresol Hijau Kuning Biru 3,8-5,4
Metil Merah Merah Kuning 4,2-6,2
Lakmus Merah Biru 5,0-8,0
Metil Merah Ungu Ungu Hijau 4,8-5,4
p-Nitrofenol Tak berwarna Kuning 5,6-7,6
Bromtimol Biru Kuning Biru 6,0-7,6
Fenol Merah Kuning Biru 6,8-8,4
Fenolftalein Tak berwarna Merah 8,0-9,6
Timolftalein Tak berwarna Biru 9,3-10,6
Alizarin Kuning R Kuning Violet 10,1-12,0
1,3,5-Trinitrobenzena Tak berwarna Orange 12,0-14,0

1.3. Tinjauan Bahan


A. Aquadest
˗ Nama bahan : Aquadest
˗ Rumus kimia : H2O
˗ Massa molekul : 18,02 gr/mol
˗ Wujud : Cair
˗ Warna : Tidak berwarna
˗ Bau : Tidak berbau
˗ pH : 7 (netral)
˗ Titik didih : 100oC (212oF)
˗ Tekanan Uap : 2.3 kPa (@ 20 ° C)
˗ Densitas Uap : 0.62 (Air = 1)
B. Fluorescein
˗ Nama bahan : Fluorescein
˗ Rumus kimia : C20H12O5
˗ Massa molekul : 332.31 gr/mol
˗ Wujud : Padat
˗ Warna : Kuning kemerahan
˗ Titik lebur : 315°C (599°F)
˗ Kelarutan : Mudah larut dalam aseton
C. Kalium Kromat
˗ Nama bahan : Kalium kromat
˗ Rumus kimia : K2CrO4
˗ Massa molekul : 194.19 gr/mol
˗ Wujud : Padat
˗ Warna : Kuning
˗ Bau : Tidak berbau
˗ Titik lebur : 975°C (1787°F)
˗ Kelarutan : Mudah larut dalam air dingin, air panas
D. Natrium Klorida
˗ Nama bahan : Natrium klorida
˗ Rumus kimia : NaCl
˗ Massa molekul : 58.44 gr/mol
˗ Wujud : Padat
˗ Warna : Putih
˗ Bau : Sedikit
˗ Rasa : Mengandung garam
˗ pH : 7 (netral)
˗ Titik didih : 1413°C (2575.4°F)
˗ Titik lebur : 801°C (1473.8°F)
˗ Kelarutan : Mudah larut dalam air aquadest
E. Perak Nitrat
˗ Nama bahan : Perak nitrat
˗ Rumus kimia : AgNO3
˗ Massa molekul : 169.87 gr/mol
˗ Wujud : Padat
˗ Warna : Tidak berwarna, putih
˗ Rasa : Tawar
˗ pH : 6-7
˗ Titik didih : 440°C (824°F)
˗ Titik lebur : 212°C (413.6°F)
˗ Densitas Uap : 5,8 (udara=1)
˗ Kelarutan : Mudah larut dalam air dingin, air panas
F. Phenolptalein
˗ Nama bahan : Phenolptalein
˗ Wujud : Cair
˗ Warna : Tidak berwarna
˗ Bau : Tidak berbau
˗ Titik didih : 64,5oC (148,1oF)
˗ Titik lebur : -97,8oC (-144oF)
˗ Suhu kritis : 240oC (464oF)
˗ Tekanan Uap : 12,3 kPa (pada 20oC)
˗ Densitas Uap : 1,11 (Udara = 1)
˗ Kelarutan : Mudah larut dalam air dingin, air panas, metanol,
aseton
1.4. Alat dan Bahan
A. Alat B. Bahan
˗ Batang pengaduk ˗ Aquadest (H2O)
˗ Beakerglass ˗ Indikator fluorescein (C20H14O5)
˗ Botol aquadest ˗ Indikator phenolptalein
˗ Buret
(C20H14O4)
˗ Corong
˗ Erlenmeyer
˗ Kalium kromat (K2CrO4)
˗ Gelas arloji ˗ Natrium klorida (NaCl)
˗ Kertas saring ˗ Perak nitrat (AgNO3)
˗ Labu ukur
˗ Neraca analitik
˗ Pipet ball
˗ Pipet tetes
˗ Pipet volum
˗ Statif dan klem
˗ termometer
1.5. Prosedur Percobaan
A. Preparasi larutan
˗ Membuat larutan perak nitrat 0,01 N sebanyak 250 mL
˗ Membuat larutan natrium klorida 0,01 M sebanyak 100 mL
˗ Membuat indikator kalium kromat 1% sebanyak 100 mL
B. Standarisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida 0,01 N
1. Dengan Metode Mohr
˗ Mengambil 12,5 mL natrium klorida 0,01 N, memasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL
˗ Menambahkan kurang lebih 5 mL indikator kalium kromat 1%
˗ Mentitrasi dengan larutan perak nitrat sampai warna larutan menjadi
berwarna merah bata dan terdapat endapan putih
˗ Mengamati perubahan dan mencatat hasilnya
˗ Mengulangi percobaan sampai 3 kali
2. Dengan Metode Fajans
˗ Mengambil 12,5 mL natrium klorida 0,01 N, memasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL
˗ Menambahkan kurang lebih 5 mL indikator fluorescein 1% dan 3 tetes
indikator phenolptalein ke dalam larutan
˗ Mentitrasi dengan larutan perak nitrat sampai warna larutan menjadi
berwarna orange dan terdapat endapan merah muda
˗ Mengamati perubahan dan mencatat hasilnya
˗ Mengulangi percobaan sampai 3 kali

C. Menetapkan kadar natrium klorida dalam garam dapur kotor


1. Dengan Metode Mohr
˗ Mengencerkan 0,06 gram sampel ke dalam labu ukur 100 mL
˗ Mengambil 12,5 mL larutan contoh, memasukkan ke dalam erlenmeyer
˗ Menambahkan kurang lebih 5 mL indikator kalium kromat 1%
˗ Titrasi dengan larutan perak nitrat sampai larutan berubah dari endapan
putih menjadi endapan merah
2. Dengan Metode Fajans
˗ Mengencerkan 0,06 gram sampel ke dalam labu ukur 100 mL
˗ Mengambil 12,5 mL larutan contoh, memasukkan ke dalam erlenmeyer
˗ Menambahkan kurang lebih 5 mL indikator fluorescein sebanyak 2,5 mL
dan menambahkan 3 tetes indikator phenolptalein ke dalam larutan
˗ Titrasi dengan larutan perak nitrat sampai larutan berubah dari endapan
putih menjadi endapan merah
1.6. Data Pengamatan
A. Data pengamatan standarisasi larutan perak nitrat 0,01 N dengan natrium
klorida 0,01 N
Metode Mohr Metode Fajans
Keterangan
I II III I II III
Volume larutan natrium
12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5
klorida (mL)
Volume larutan perak
12,8 13,3 13,9 13,5 13,2 12,9
nitrat-peniter (mL)
B. Data pengamatan penentuan kadar natrium klorida 0,01 N dalam garam
dapur kotor
Metode Mohr Metode Fajans
Keterangan
I II III I II III
Volume larutan natrium
12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5
klorida (mL)
Volume larutan perak
15,5 15,5 15,5 13 12,9 12,8
nitrat-peniter (mL)
1.7. Persamaan Reaksi
Metode Mohr: AgNO3 + NaCl AgCl (putih) + NaNO3
(perak nitrat) (natrium klorida) (perak klorida) (natrium nitrat)

AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 (merah bata) + KNO3


(perak nitrat) (kalium kromat) (perak kromat) (kalium nitrat)

Metode Fajans: AgNO3 + NaCl AgCl (merah muda) + NaNO3


(perak nitrat) (natrium klorida) (perak klorida) (natrium nitrat)

1.8. Pembahasan
˗ Untuk membuat larutan standar perak nitrat 0,01 N, menimbang perak
nitrat padat sebanyak 0,425 gram dan dilarutkan terlebih dahulu menggunakan
sedikit aquadest. Masukkan larutan ke dalam labu ukur 250 mL menggunakan
corong. Masukkan larutan ke dalam labu ukur, tambahkan aquadest hingga
volume 250 mL.
˗ Pada percobaan standarisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium
klorida 0,01 N, digunakan dua metode yaitu metode Mohr dan metode Fajans.
Pada standarisasi menggunakan metode Mohr didapatkan volume rata-rata
larutan perak nitrat sebesar 13,33 mL. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik
ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi
merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen. Pada metode ini,
titrasi dilakukan dengan indikator kalium kromat. Indikator kalium kromat
harus lebih larut disebanding endapan utama yang akan terbentuk. Akan tetapi
tidak boleh terlalu banyak larut, karena akan diperlukan lebih banyak pereaksi
dari yang seharusnya. Perak nitrat yang bereaksi dengan natrium klorida akan
membentuk perak klorida dan menghasilkan endapan putih. Pada titik akhir
titrasi, ion perak yang berlebih akan diendapkan sebagai perak kromat yang
akan menghasilkan endapan merah bata. Dengan metode Mohr didapatkan
normalitas larutan perak nitrat sebesar 0,00937 N dan galat sebesar 6,723%.
Sedangkan pada metode Fajans digunakan indikator fluorescein dengan pH
kira-kira 7 sampai 10 dan indikator phenolptalein dengan pH 8 sampai 9,6.
Volume rata-rata larutan perak nitrat yang didapatkan sebesar 13,13 mL. Titik
ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan dari kuning menjadi
orange dan terdapat endapan merah muda. Hal ini dikarenakan terjadi reaksi
antara perak nitrat dengan natrium klorida yang akan menghasilkan perak
klorida yang menghasilkan endapan merah muda. Dari percobaan
menggunakan metode Fajans didapatkan normalitas larutan perak nitrat sebesar
0,00952 N dan galat sebesar 5,042%. Pada percobaan standarisasi larutan perak
nitrat dengan larutan natrium klorida 0,01 N didapatkan nilai normalitas yang
berbeda dengan teori yaitu 0,01 N. Hal ini disebabkan karena kesalahan-
kesalahhan yang dilakukan pada saat pratikum. Misalnya kekurang telitian
dalam pembuatan larutan standar ataupun larutan ujinya dan adanya kesalahan-
kesalahan teknis dalam titrasi semisal volume penetesan larutan standar terlalu
berlebih. Selain itu, ada kemungkinan indikator fluorescein dan perak nitrat
yang peka terhadap cahaya matahari dan neon terkena cahaya. Sehingga
fluorescein dan perak nitrat terurai sebelum digunakan pada titrasi.
˗ Pada percobaan menentukan kadar natrium klorida dalam garam dapur
digunkan dua metode yaitu metode Mohr dan metode Fajans. Dengan
menggunakan metode Mohr didapatkan volume rata-rata sebesar 15,5 mL dan
kadar natrium klorida sebesar 113,28%. Sedangkan dengan menggunakan
metode Fajans didapatkan volume rata-rata sebesar 12,9 dan kadar natrium
klorida sebesar 95,79%.
1.9. Kesimpulan
˗ Pembuatan larutan standar perak nitrat 0,01 N dengan cara menimbang
0,424 gram perak nitrat dan ditambahkan aquadest sebanyak 250 mL.
˗ Standarisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida
menggunakan metode Mohr didapatkan normalitas perak nitrat sebesar
0,00937 N dan menggunakan metode Fajans didapatkan normalitas sebesar
0,00952 N.
˗ Dalam menetapkan kadar natrium klorida dalam garam dapur kotor
menggunakan metode Mohr didapatkan kadar perak nitrat sebesar 113,28%
dan menggunakan metode Fajans didapatkan kadar perak nitrat sebesar
95,79%.
DAFTAR PUSTAKA

1. Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.


2. Nilna Minah, Faidliyah. 2011. Diktat Kimia Analisis I. Malang: Institut
Teknologi Nasional Malang.
3. Rini, Gito. 2009. Kimia Analisa Kunatitatif dan Kualitatif. Malang: Putra
Indonesia Malang.
4. Underwood. 1990. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga.
5. (___,http://imamsamodra.files.wordpress.com/2008/02/microsoft-word-
argentometri.pdf (diakses pada tanggal 23 Maret 2014)
6. (___,http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Inorganic
%20Pharmaceutical%20Analysis%202008/Versi%20Bhs.
%20Indonesia/03.%20Aplikasi%20Titrasi%20Pengendapan.pdf (diakses pada
tanggal 28 Maret 2014)
APENDIKS

A. Preparasi larutan
˗ Membuat larutan perak nitrat 0,01 N sebanyak 250 mL
gr 1000
N = ×
BE V
gr 1000
0,01 = ×
176 250
gr = 0,425 gram
Jadi, untuk membuat larutan perak nitrat 0,01 N sebanyak 250 mL diperlukan
0,425 gram perak nitrat padat.
˗ Membuat larutan natrium klorida 0,01 M sebanyak 100 mL
gr 1000
N = ×
BE V
gr 1000
0,01 = ×
58,5 100
gr = 0,0585 gram
Jadi, untuk membuat larutan natrium klorida 0,01 M sebanyak 100 mL
diperlukan 0,0585 gram natrium klorida padat.
˗ Membuat larutan indikator kalium kromat 1% sebanyak 50 mL
W
% =
W+ ( ρ air × Vml )
W
0,01 =
W+ ( 0,998×50 )
W
0,01 =
W+ ( 49,9 )
W = 0,01 W + 0,0499
0,99W = 0,499
W = 0,505 gram
Jadi, untuk membuat larutan indikator kalium kromat 1% sebanyak 50 mL
diperlukan 0,505 gram kalium kromat padat.
˗ Membuat larutan indikator fluorescein 1% sebanyak 100 mL
W
% =
W+ Vlt
W
0,01 =
W+ 0,1
W = 0,01 W + 0,001
0,99W = 0,001
W = 1,01 × 10-3 gram
Jadi, untuk membuat larutan indikator fluorescein 1% sebanyak 100 mL
diperlukan 1,01 gram fluorescein padat.
B. Standarisasi perak nitrat
˗ Dengan Metode Mohr
V 1 + V2 + V3 12,8+13,3+13,9
V rata-rata = = = 13,33 mL
3 3
V AgNO
3
× NAgNO 3
= V NaCl × NNaCl
13,33 × NAgNO
3
= 12,5 × 0,01
13,33 × NAgNO
3
= 0,125
NAgNO 3
= 0,00937 N
Jadi, dengan menggunakan Metode Mohr didapatkan normalitas perak nitrat
sebesar 0,00937 N.

galat = |
N praktik |
N praktik −Nteori
×100%

= |
0,00937 |
0,00937- 0,01
×100%

= |
-0,00063
0,00937 | ×100%
= 6,723%
Jadi, dengan menggunakan Metode Mohr didapatkan galat sebesar 6,723%.
˗ Dengan Metode Fajans
V 1 + V2 + V3 13,3+13,2+12,9
V rata-rata = = = 13,13 mL
3 3
V AgNO 3
× NAgNO 3
= V NaCl × NNaCl
13,13 × NAgNO 3
= 12,5 × 0,01
13,13 × NAgNO 3
= 0,125
NAgNO 3
= 0,00952 N
Jadi, dengan menggunakan Metode Fajans didapatkan normalitas perak nitrat
sebesar 0,00952 N.

galat = |
N praktik - N teori
N praktik |
×100%

= |
0,00952- 0,01
0,00952
×100% |
= |
-0,0004 8
0,00952 |
×100%
= 5,042%
Jadi, dengan menggunakan Metode Fajans didapatkan galat sebesar 5,042%.
C. Menetapkan kadar natrium klorida dalam garam dapur kotor
˗ Dengan Metode Mohr
V 1 + V2 + V3 15,5+15,5+15,5
V rata-rata = = = 15,5 mL
3 3
V sampel 100
FP = = =8
V yang diambil 12,5
V AgNO × N AgNO × BE NaCl × Faktor Pengenceran
% = 3 3
×100%
Berat Sampel
15,5× 0,00937 ×58,5 × 8
= ×100%
60
= 113,28%
Jadi, dengan menggunakan Metode Mohr didapatkan kadar natrium klorida
dalam garam dapur kotor sebesar 113,28%.
˗ Dengan Metode Fajans
V 1 + V2 + V3 13+12,9+12,8
V rata-rata = = = 12,9 mL
3 3
V sampel 100
FP = = =8
V yang diambil 12,5
V AgNO × NAgNO ×BE NaCl × Faktor Pengenceran
% = 3 3
×100%
Berat Sampel
12,9 ×0,00952 × 58,5 × 8
= ×100%
60
= 95,79%
Jadi, dengan menggunakan Metode Fajans didapatkan kadar natrium klorida
dalam garam dapur kotor sebesar 95,79%.

Anda mungkin juga menyukai