Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA TANAH

PENETAPAN BAHAN ORGANIK TANAH

WULAN TRI WAHYUNI


05101181823019

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan di kawasan vulkanik tropika basah
memiliki keanekaragaman hayati tanah, laju pelapukan dan erosi tanah tinggi,
namun memiliki kesuburan dan kandungan bahan organik tanah yang rendah.
Perbaikan kesuburan tanah untuk tanaman secara langsung dengan pemberian
bahan organik memerlukan jumlah yang besar dan mahal. Masalah yang dihadapi
kemampuan produksi bahan organik rendah, laju pelapukan tinggi, diperlukan
dalam jumlah besar dan berada di wilayah kepulauan, sehingga sulit dalam
pengadaan dan konservasi bahan organik di dalam tanah serta biaya transportasi
mahal. Pemberianbahan organik dengan tujuan untuk pemberdayaan sumberdaya
hayati tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah potensial diupayakan. Selain
memerlukan dosis pemberian bahan organik yang relatif lebih rendah juga dapat
mencegah munculnya serangan hama penyakit tular tanah dan meningkatkan
konservasi bahan organik tanah. Dalam menentukan evaluasi kesesuaian lahan di
kawasan vulkanik tropika basah hendaknya perlu mempertimbangkan adanya
peranan populasi organisme tanah untuk mendukung produksi tanaman dan
menjaga kelestarian kandungan bahan organik tanah.
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik
kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa
humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi
dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada
didalamnya.
Bahan organik (BO) adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu
sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau
binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus-menerus mengalami perubahan
bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia.
Istilah bahan organik tanah (BOT) lebih mengacu pada bahan (sisa
jaringan tanaman/hewan) yang telah mengalami perombakan/dekomposisi baik
sebagian atau seluruhnya, yang telah mengalami humufikasi atau belum.
Dalam tanah ini terdapat biota tanah seperti mikroorganisme dan cacing, jika
dalam tanah tidak terdapat bahan organik maka samakin lama mikroorganisme
dan biota tanah lain semakin lama akan semakin sedikit karena makanan untuk
mikroorganisme tidak ada. Peranan sementara bahan organik ini adalah sebagai
penyedia unsur hara, akan tetapi proses penguraian bahan organik ini
membutuhkan waktu yang agak lama tidak seperti pupuk anorganik yang
menyediakan unsur hara yang langsug tersedia bagi tanaman. Proses pengurain
oleh mikroorganisme tiap bahan organik yang berbeda, memiliki waktu untuk
dekomposisi yang berbeda, semakin kompleks struktur kimianya maka akan
semakin lama unsur hara yang tersedia bagi tanaman.
Penggunaan bahan organik ke dalam tanah harus memperhatikan
perbandingan kadar unsur C terhadap unsur hara (N, P, K dan sebagainya), karena
apabila perbandingannya sangat besar bisa menyebabkan terjadinya imobilisasi.
Imobilisasi adalah proses pengurangan unsur hara N didalam tanah oleh aktivitas
mikroba, sehingga kadar unsur hara tersebut yang dapat digunakan tanaman
berkurang. Pengolahan bahan organik ditanah yang diolah secara jangka panjang
dapat membuat pembenahan tanah terutama secara fisik karena hasil dari
dekomposisi yaitu unsur C yang tersimpan dan semakin banyak didalam tanah.
Maka dari itu pertanian organik sekarang lebih dikembangkan daripada pertanian
konvesional karena pertanian organik bukan hanya ramah lingkungan tetapi juga
dapat memperbaiki tanah-tanah yang sudah rusak.
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara.Unsur yang
terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya
adalah kandungan c-organik.Dimana kandungan c-organik merupakan unsur yang
dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui penetapan berapa
persen kandungan Bahan Organik yang terkandung di tanah mineral, tanah pasang
surut serta tanah rawa lebak.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Organik Tanah


Istilah bahan organik tanah digunakan untuk menyatakan materi organik yang
ada di dalam tanah tetapi tidak termasuk arang jaringan tanaman dan binatang
yang tidak melapuk serta biomassatanah yang. Bahan organik dapat didefinisikan
sebagai semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan baik yang
masih hidup maupun yang telah mati. memberikan definisi bahan organik tanah
adalah bahan yang kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan di
dalam tanah dan mengalami perombakan secara terus menerus.(Saidy. 2018)
Kawasan tropika basah yang berada antara 23o30’ Lintang Utara dan 23o30’
Lintang Selatan memiliki pasokan sinar matahari dan curah hujan yang besar
sepanjang tahun. Laju pelapukan mineral ataupun bahan organik (BO), erosi
tanah, dan pencucian hara berlangsung intensif serta memiliki laju fotosintesis dan
fotorespirasi yang tinggi. Sebagian besar tanah lahan kering memiliki kesuburan
tanah dan kandungan bahan organik rendah. Fotorespirasi yang tinggi
mengakibatkan produk biomassa (bahan organik) yang dihasilkan yang
merupakan selisih antara hasil fotosintesis terhadap fotorespirasi per individu
tanaman/hewan relatif rendah/kecil. Pengadaan biomasa sebagai sumber bahan
organik tanah secara insitu sangat terbatas. Dukungan kesuburan tanah untuk
pertumbuhan tanaman semusim dengan intensitas panen tinggi menjadi rendah.
Sedang tanaman tahunan berakar dalam dan permanen memiliki penyanggaan
relatif lebih baik. Untuk mendukung produksi pangan yang merupakan kebutuhan
pokok dengan berbasis pada tanaman semusim banyak menghadapi hambatan.
Tanpa pengkayaan bahan organik yang memiliki kandungan hara lengkap,
kesuburan dan produktivitas tanah sulit ditingkatkan. Masalah yang dihadapi
jumlah bahan organik yang harus diberikan cukup besar, karena kandungan hara
pada bahan organik relatif rendah dan laju pelapukan cepat serta mudah
tercuci.(Subowo, 2010)
Lahan marjinal merupakan ekosistem terestrial yang miskin hara, sehingga
penggunaan lahan ini belum optimal karena kandungan bahan organik tanah
minim. Dengan ditemukannya perbedaan vegetasi penyusun pada lahan marjinal
ini akan menunjukkan perbedaan tingkat ketersediaan Bahan Organik Tanah
(BOT). Dengan adanya bahan organik pada tanah diharapkan dapat meningkatkan
serapan hara tanaman dan kehidupan biologi tanah (Zulfadli., 2012). Semakin luas
kanopi yang menutup tanah maka semakin tinggi eksistensi dan peran cacing
tanah terhadap unsur hara N dan C tanah (Dwiastuti, 2014).
Adanya penambahan bahan organik berbanding lurus dengan peningkatan
C- organik tanah, dan penahan lengas tanah. ). Pemberian bahan organik dapat
meningkatkan kandungan C-organik tanah dan juga dengan peningkatan C-
organik tanah juga dapat mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik secara
fisik, kimia dan biologi. Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme
tanah, sehingga keberadaan C-organik dalam tanah akan memacu kegiatan
mikroorganisme sehingga meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga
reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P,
dan fiksasi N (Afandi et.al. 2015)
Bahan Organik Tanah ditemukan bervariasi pada berbagai penggunaan lahan
dan ini menunjukkan perbedaan yang nyata/ signifikan (sig<0.05). Adanya
perbedaan tersebut maka terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan BOT antara lain, iklim mikro, tipe penggunaan lahan dan campr
tangan manusia yaitu pemupukan(Dwiastuti, 2016)
Bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah yaitu; fungsi
fisika yangdapat memperbaiki sifat fisika tanah seperti memperbaiki agregasi dan
permeabilitas tanah;fungsi kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation
(KTK) tanah, meningkatkan dayasangga tanah dan meningkatkan ketersediaan
beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan P; dan fungsi
biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas jasadrenik tanah.(Nagur, 2017)
Bahan organik total sering kali diartikan sebagai bahan organik karbon,
karena karbon merupakan unsur utama penyusun makhluk hidup. Unsur karbon
merupakan kerangka dasar (backbone) semua senyawa yang ada dalam
tubuh makhluk hidup.Kandungan bahan organik dalam sedimen tanah
mangrove berasal dari produktivitas primer setempat yang sebagian besar
disumbangkan oleh tumbuhan mangrove (autochthonous) dan masukan yang
terbawa oleh aliran-aliran permukaan dari daerah aliran sungai yang
bermuara padanya (allochthonous). Oleh karena itu kelebatan vegetasi hutan
mangrove maupun hutan-hutan di sepanjang daerah aliran sungai, serta
kegiatan antropogenik dapat mempengaruhi kandungan bahan organik total di
lingkungan mangrove. (Mardi, 2014)
Landasan Teori Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman berada dalam
kondisi yang optimum jika komposisinya terdiri dari: 25% udara, 25% air, 45%
mineral dan 5% bahan organik. Atas dasar perbandingan ini, nampak kebutuhan
tanah terhadap bahan organik adalah paling kecil. Namun demikian kehadiran
bahan organik dalam tanah mutlak dibutuhkan karena bahan organik merupakan
bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia
maupun dari segi biologi tanah (Lengkong dan Kawulusan, 2009)
Vegetasi yang produktif yang dibutuhkan manusia cenderung memerlukan
tanah yang kaya akan unsur hara dan hal ini tidak ditemukan pada lahan marjinal.
Solusi yang dapat dikemukakan adalah kondisi tanahnya yang harus kita garap
yaitu masalah bahan organik tanah (BOT) yang kemungkinan ada interaksinya
dengan kascing dari cacing tanah. Dapat dipahami bahwa cacing tanah berpotensi
dalam pemecahan bahan oganik secara fisik menjadi ukuran yang lebih halus dan
dilepaskan kembali sebagai kotoran dalam bentuk kascing. Observasi lapang
menunjukkan bahwa tanah yang memiliki cacing tanah dengan jumlah banyak
diduga akan menyuburkan tanah karena cacing berperan untuk membuat aerasi
tanah dan mencegah pemadatan tanah dan juga menghasilkan kascing yang
mengandung banyak kadar hara N, P dan K 2,5 kali kadar hara bahanorganik
(Yulipriyanto, 2010).

2.2 Peran Bahan Organik


Bahan organik tanah memegang peranan penting dalammeningkatkan dan
mempertahankan kesuburan kimia,fisika dan fisiko-kimia serta biologi tanah,
yang akanmenentukan produktivitas tanaman dan keberlanjutanpenggunaan lahan
untuk pertanian .Kandungan bahan organik tanah yang cukup sangatpenting bagi
tanaman pada lahan kering masam. (Muzaiyanah dan Subandi, 2016)
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci di tanah.Disamping itu bahan organik tanah
memiliki fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik
tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan
dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan
meningkatkan daya pulih tanah (Herviyanti, 2012).
Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tetanaman
tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor
tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin
dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban,
tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama
N P, K dan S (Barrek, 2012).
Bahan organik merupakan salah satu faktor pembatas yang sangat berperan
untuk menambah hara dan sebagai penyangga hara. Penambahan bahan organik
dapat meningkatkan daya menahan air tanah, mampu mengikat air dalam jumlah
besar sehingga mengurangi jumlah air yang hilang dan mengurangi kejadian erosi
di lahan pertanian.Berbagai manfaat bahan organik yang sangat diperlukan tanah
untuk mempertahakan kualitas sifat fisik tanah sehingga membantu
perkembangan perakaran tanaman sehingga dapat membantu perkembangan akar
tanaman dan siklus aira tanah melalui pori tanah yang terbentuk dan agregat tanah
yang mantap. Manfaat biologi melalui penyediaan energi bagi berlangsungnya
aktivitas organisme, sehingga meningkatkan kegiatan organisme makromaupun
mikro yang merupakan manfaat lain dari bahan organik dalam tanah (Sukmawati,
2015).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat


Adapun waktu pelaksanaan praktikum kimia tanah penetapan Bahan Organik
Tanah yaitu pada hari senin, tanggal 23 september 2019 pukul 14.20 wib sampai
selesai di laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat alat yang digunakan dalam praktikum penetapan Bahan Organik
Tanah yaitu 1)burret 50 ml; 2)erlenmeyer 250 ml; 3)gelas ukur 10 ml; 4)gelas
ukur 100ml; 5)pipet tetes; 6)pipet ukur; 7)sprayer; 8)timbangan 2 desimal.
Adapun bahan bahan yang digunakan dalam praktikum penetapan Bahan
Organik Tanah yaitu 1)asam fosfat pekat pa; 2)asam sulfat pekat pa; 3)ferrous
amonium sulfat 0,5 N; 4)indikator dyphenilamine; 5)kalium dikromat 1N;
6)natrium floride.
3.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum penetapan Bahan Organik Tanah yaitu :
1. Timbang contoh tanah kering udara 0,5 gram dan masukkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml
2. Kemudian, tambahkan 10 ml kalium dikromat 1 N dengan burret
3. Lalu, tambahkan 10 ml asam sulfat pekat pa dengan gelas ukur
4. Kemudian, di goyangkan dengan gerakan mendatar dan memutar
5. Warna harus tetap jingga kalau warna merah/biru tambahkan lagi kalium
dikromat dengan asam sulfat pekat pa dan jumlah penambahan harus di
catat. Diamkan sampai dingin kurang lebih 30 menit.
6. Untuk blanko menggunakan prosedur yang sama
7. Setelah dingin, tambahkan 100 ml aquadest, 5 ml asam fosfat dan 2,5 ml
natrium floride
8. Tambahkan 10 tetes indikator dyphenilamine. Kemudian, titrasi dengan
ferrous amonium sulfat sampai warna biru berlian
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun Hasil dari praktikum penetapan Bahan Organik Tanah yaitu :
Jenis Tanah % C – Organik % Bahan Organik
Mineral 0 – 30 cm 4,8 % 8,2 %
Mineral 30 – 60 cm 0,35 % 0,6 %
Mineral 60 – 90 cm 0,39 % 0,7 %
Pasang surut 30 – 60 cm 4,8 % 8,2 %
Rawa lebak 60 – 90 cm 0,66 % 1,14 %
Keterangan :
Kelompok 1 : Rawa lebak 60 – 90 cm
Kelompok 2 : Pasang surut 30 – 60 cm
Kelompok 3 : Mineral 0 – 30 cm
Kelompok 4 : Mineral 60 – 90 cm
Kelompok 5 : Mineral 30 - 60 cm

4.2. Pembahasan
Adapun pembahasan dari praktikum kimia tanah penetapan Bahan Organik
Tanah ialah dari kelima sampel tanah yang di ambil dapat di ketahui bahwa tanah
mineral 0 – 30 cm dan tanah pasang surut 30 – 60 cm memiliki persentase bahan
organik yang tinggi melebihi batas ideal suatu tanah. Persentase bahan organik
tanah pada tanah mineral 0 – 30 cm dan tanah pasang surut 30 – 60 cm mencapai
8,2 % melebihi batas ideal tanah yaitu hanya 5 %. Namun, pada tanah mineral
30-60 cm memiliki kandungan bahan organik sebesar 0,6 %. Pada tanah mineral
60-90 cm memiliki persentase bahan organik tanah yang tak jauh berbeda dari
mineral 30-60 yaitu hanya sebesar 0,7 % dan Pada tanah rawa lebak memiliki
persentase bahan organik sebesar 1,14 %.
Pada tanah mineral 0 – 30 cm memiliki persentase yang cukup tinggi di
karenakan pada lapisan ini merupakan lapisan atas yang memang bagian subur
dari tanah mineral. Pada lapisan ini juga akan di jumpai banyak sekali
mikroorganisme karena bahan organik tanah merupakan sumber makanan dari
mikroorganisme tersebut. Namun, yang terjadi pada tanah ini tidak begitu baik di
karenakan tanah ini memiliki Bahan Organik melebihi batas ideal sehingga tidak
di perlukan lagi penambahan perlakuan di karenakan tanah ini sudah cukup unsur
hara. Pada tanah pasang surut juga memiliki bahan orgsnik yang melebihi batas
ideal sehingga tidak di perlukan lagi penambahan perlakuan.
Pada tanah mineral 30-60 cm , tanah mineral 60-90 cm dan tanah rawa
lebak 60-90 cm ini memiliki kandungan bahan organik yang cukup rendah ini di
karenakan tanah pada lapisan ini berada di dalam permukaan sehingga tidak
terjadi proses dekomposisi di sana maka daripada itu tanah ini tidak begitu subur
dan cenderung kekurangan zat hara. Sehingga, bila tanah ini ingin di tanami maka
mesti di beri perlakuan seperti pemupukan untuk meningkatkan unsur haranya.
Kandungan hara di tanah rawa lebak cenderung rendah dikarenakan tanah ini
sering tergenang maka dekomposisi bahan organik tidak sempurna sehingga
kandungan bahan organik pada tanah ini rendah.
Dari tabel juga kita dapat melihat bahwa kandungan C- organik sangat
menetukan kandungan Bahan Organik. Ini berarti bahwa Semakin besar
persentase C- organik maka akan semakin besar persentase Bahan Organik.
Maka, hubungan dari persen C-organik berbanding lurus dengan Persen Bahan
organik.
Jadi,dari data di atas maka kita ketahui bahwa tanah mineral 0-30 cm dan
pasang surut 30-60 cm memiliki bahan organik melebihi batas ideal sehingga
tanah tersebut tidak perlu di beri perlakuan untuk meningkatkan unsur haranya.
Sedangkan, pada tanah mineral 30-60 cm, tanah mineral 60-90 cm dan tanah rawa
lebak 60-90 cm memiliki kadar bahan organik yang rendah sehingga bila tanah ini
ingin di manfaatkan mesti di berikan perlakuan untuk meningkatkan hara.
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum kimia tanah penetapan Bahan Organik
Tanah yaitu
1. Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik
kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik
berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil
mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang
terlibat dan berada didalamnya.
2. Bahan organik yang ideal untuk tanah adalak 5 %
3. Bahan organik tanah sangat penting untuk kesuburan tanah
4. Persentase C – Organik berbanding lurus dengan persentase Bahan
Organik Tanah
5. Bahan Organik tanah sangat menentukan kesuburan dari suatu tanah

5.2. Saran
Adapun saran dari praktikum penetapan Bahan Organik Tanah adalah
Praktikan di harapkan selalu berhati hati dalam menggunakan bahan bahan kimia
dan selalu gunakan pakaian yang sesuai dengan prosedur laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Fahriansyah Nur, Siswanto, Bambang dan Yulia Nuraini. 2015.


Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik Terhadap Sifat Kimia
Tanah Pada Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Ubi Jalar Di Entisol
Ngrangkah Pawon, Kediri. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan vol.2 no.2:
237-244

Barek.J.S.O. 2013. Sifat Kimia Tanah PadaBerbagai Tipe Penggunaan Lahan di


Desa Leboni Kecamatan Pamona Puselembo Kabupaten Poso, [Skripsi].
Universitas Tadulako. Palu.

Dwiastuti,Sri. 2014 Model Optimal Penggunaan Lahan Berdasar atas Konsentrasi


Pelepasan CO2 dalam Tanah Menuju Pertanian Berwawasan Lingkungan
(tahun 2014)

Dwiastuti, sri, maridi, suwarno dan dewi puspitasari. 2016. Bahan Organik Tanah
di Lahan Marjinal dan Faktor yang mempengaruhinya. Jurusan Pendidikan
Biologi, Fkip, Universitas sebelas Maret.

Herviyanti, 2012. Perbaikan Sifat Kimia Oxisol Dengan Pemberian Bahan Humat
dan Pupuk P Untuk Meningkatkan Serapan Hara dan Produksi Tanaman
Jagung. Jurnal Solum. 9(2):50-59

Lengkong, J.E., dan Kawulusan R.I. 2009. Pengelolaan Bahan Organik


Untuk Memelihara Kesuburan Tanah. Soil Environment, Vol. 6, No. 2, Hal :
91-97.
Mardi. 2014. Keterkaitan Struktur Vegetasi Mangrove dengan Keasaman dan
Bahan Organik Total Sedimen pada Kawasan Suaka Margasatwa Mampie
di Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar. [Skripsi]. Jurusan
Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hassanuddin.Makassar.
Muzaiyanah, Siti dan Subandi. 2016. Peranan Bahan Organik dalam
PeningkatanProduksi Kedelai dan Ubi Kayu pada Lahan Kering Masam.
Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Nagur, yohanes krisostomus. 2017. Kajian Hubungan Bahan Organik Tanah


Terhadap Produktifitas Lahan Tanaman Padi di Desa Kebonagung.
[Skripsi]. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Saidy,Akhmad Rizalli. 2018. Bahan Organik Tanah: klasifikasi,fungsi dan metode


studi. Universitas Lambung Mangkurat.
Subowo. 2010. Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan Organik Untuk Kesuburan
Dan Produktivitas Tanah Melalui Pemberdayaan Sumberdaya Hayati Tanah.
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 4 No. 1.

Sukmawati. 2015. Analisis Ketersediaan C-Organik Di Lahan Kering Setelah


Diterapkan Berbagai Model Sistem Pertanian Hedgerow. Jurnal Galung
Tropika, 4 (2): 115-120.

Yulipriyanto. 2010. Bahan Organik Tanah di Lahan Marjinal dan Faktor-Faktor


yang Mempengaruhinya. Jurnal Proceeding Biology Education Conference
13(1):748-751.

Zulfadli., Muyassir, dan Fikrinda. 2012. Sifat Tanah Terkompaksi Akibat


Pemberian Cacing Tanah Dan Bahan Organik. jurnal. Dinas Kehutanan dan
Perkebunan

.
LAMPIRAN

Lk

Hhh
Penambahan asam Menghomogenkan
sulfat pekat pa larutan

Penambahan aquadest, asam Semua sampel tanah yang


fosfat dan natrium floride telah di beri larutan kimia
Tambah 10 tetes Titrasi dengan ferrous
Indikator dyphenilamine amoium sulfat

Anda mungkin juga menyukai