Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF, PERNAFASAN, DAN


PENCERNAAN

Muhammad Kemal H F1G019043

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Anatomi dan Fisiologi Saraf ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Dosen mata kuliah
anatomi fisiologi sistem saraf, pernafasan, dan pencernaan Universitas Bengkulu,
dr. Ike Sulistiyowati, M.Biomed yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan saya mengenai Anatomi dan Fisiologi Saraf. Saya
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Saya menyadari bahwa makalah ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan makalah ini akan saya terima. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang membaca

Bengkulu, 10 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………….i
Daftar isi………………………………………………………..............................ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………........……….............1
B. Rumusan Masalah………………………………………............................2
C. Tujuan……………………………………………………………………..2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi……………………………………………………3
B. Struktur dan Susunan Sistem Saraf Manusia……………………………..6
C. Potensial Aksi dan
Sinaps………………………………………………...12
D. Sistem Saraf
Otonom……………………………………………………..17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………20
B. Saran…………………………………………………………………......20

Daftar pustaka………………………………………....…………………………21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anatomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bentuk dan
susunan tubuh, secara keseluruhan maupun bagian-bagian, serta hubungan alat
tubuh satu dengan yang lain. Berasal dari kata Ana yang berarti
Bagian/memisahkan, dan Tomi yang berarti Iris/potong. Sedangkan Fisiologi
adalah Ilmu yang mempelajari faal atau fungsi tiap jaringan tubuh atau bagian dari
alat-alat tubuh. Berasal dari kata fisis yang berarti Alam/cara kerja, dan logos
yang berarti Ilmu Pengetahuan.
Anatomi-fisiologi sendiri adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang susunan atau potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh tersebut bekerja.
Penegetahuan ini penting dimiliki oleh mahasiswa Farmasi supaya
mahasiswa mampu menegtahui dengan baik bagaimmana tubuh bekerja.
Bagaimana kondisi kerja ideal tubuh manusia. Perlu diketahui karea reaksi obat
obatan yang akan menjadi focus mahasiswa farmasi sangat berkaitan erat dengan
anatomi dan fisiologis manusia. Agar mahasiswa paham betul supaya tidak terjadi
kesalahan perawatan dan medikasi.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan
masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Masalah yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Apa itu Anatomi dan Fisiologi?
2. Apa itu Struktur dan Susunan Sistem Saraf Manusia?
3. Apa itu Potensial Aksi dan Sinaps?
4. Apa itu Sistem Saraf Otonom?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Anatomi dan Fisiologi?
2. Untuk mengetahui Struktur dan Susunan Sistem Saraf Manusia?
3. Untuk mengetahui Potensial Aksi dan Sinaps?
4. Untuk mengetahui Sistem Saraf Otonom?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anatomi dan Fisiologi
A.1 Pengertian Anatomi
Anatomi (berasal dari bahasa Yunani ἀνατομία anatomia, dari ἀνατέμνειν
anatemnein, yang berarti memotong) adalah cabang dari biologi yang mempelajari
struktur dan organisasi dari bagian-bagian tubuh makhluk hidup yang saling
berhubungan satu sama lain. (Pearce, 2016)

A.1.1 Terminolgi Anatomi


Posisi anatomi adalah istilah anatomi yang digunakan untuk
menggambarkan lokasi didasarkan pada tubuh yang diposisikan dalam apa yang
disebut posisi anatomi standar. Posisi ini adalah di mana seseorang berdiri, kaki
terbuka, dengan telapak tangan ke depan dan ibu jari menghadap ke luar.
Menggunakan posisi anatomi standar mengurangi kebingungan. Ini berarti bahwa
terlepas dari posisi tubuh, posisi struktur di dalamnya dapat digambarkan tanpa
ambiguitas. tubuh dibagi menjadi beberapa wilayah. Di bagian depan, batangnya
disebut sebagai "thorax" dan "abdomen". Punggung sebagai area umum adalah
area dorsum atau punggung, dan punggung bawah adalah daerah lumbus atau
lumbar. Bilah bahu adalah daerah skapula dan tulang dada adalah daerah sternal.
Daerah perut adalah daerah antara dada dan panggul. Payudara disebut juga
daerah mammae, ketiak sebagai ketiak dan ketiak, dan pusar sebagai umbilikus
dan pusar. Panggul adalah batang tubuh bagian bawah, di antara perut dan paha.
Selangkangan, tempat paha bergabung dengan batang, adalah area inguen dan
inguinal. tubuh dibagi menjadi beberapa wilayah. Di bagian depan, batangnya
disebut sebagai "dada" dan "perut". Punggung sebagai area umum adalah area
dorsum atau punggung, dan punggung bawah adalah daerah lumbus atau lumbar.
Bilah bahu adalah daerah skapula dan tulang dada adalah daerah sternal. Daerah
perut adalah daerah antara dada dan panggul. Payudara disebut juga daerah
mammae, ketiak sebagai ketiak dan ketiak, dan pusar sebagai umbilikus dan
pusar. Panggul adalah batang tubuh bagian bawah, di antara perut dan paha.

3
Selangkangan, tempat paha bergabung dengan batang, adalah area inguen dan
inguinal. (Betts, dkk. 2013)
Bidang anatomi adalah bidang yang melalui tubuh dalam posisi anatomi:
Bidang median: bidang yang membagi tepat tubuh menjadi bagian kanan dan kiri.
Bidang sagital: bidang yang membagi tubuh menjadi dua bagian dari titik tertentu
(tidak membagi tepat dua bagian). Bidang ini sejajar dengan bidang median.
Bidang horizontal: bidang yang terletak melintang melalui tubuh (bidang X-Y).
Bidang ini membagi tubuh menjadi bagian atas (superior) dan bawah
(inferior).Bidang koronal: bidang vertikal yang melalui tubuh, letaknya tegak
lurus terhadap bidang median atau sagital. membagi tubuh menjadi bagian depan
(frontal) dan belakang (dorsal). Superior(=atas) atau kranial: lebih dekat pada
kepala. Contoh: Mulut terletak superior terhadap dagu. inferior(=bawah) atau
kaudal: lebih dekat pada kaki. Contoh: Pusar terletak inferior terhadap payudara.
Anterior(=depan): lebih dekat ke depan. Contoh: Lambung terletak anterior
terhadap limpa. Posterior(=belakang): lebih dekat ke belakang. Contoh: Jatung
terletak posterior terhadap tulang rusuk. Superfisial: lebih dekat ke/di permukaan.
Contoh: Otot kaki terletak superfisial dari tulangnya. Profunda: lebih jauh dari
permukaan. Contoh: Tulang hasta dan pengumpil terletak lebih profunda dari otot
lengan bawah. Medial(=dalam)): lebih dekat ke bidang median. Contoh: Jari
manis terletak medial terhadap jari jempol. Lateral(=luar): menjauhi bidang
median. Contoh: Telinga terletak lateral terhadap mata. Proksimal(=atas): lebih
dekat dengan batang tubuh atau pangkal. Contoh: Siku terletak proksimal
terhadap telapak tangan. Distal(=bawah): lebih jauh dari batang tubuh atau
pangkal. Contoh: Pergelangan tangan terletak distal terhadap siku. (Cook, 2012)
Fleksi adalah gerak menekuk atau membengkokkan. Ekstensi adalah
gerakan untuk meluruskan. Contoh: gerakan ayunan lutut pada kegiatan gerak
jalan. Gerakan ayunan ke depan merupakan (ante)fleksi dan ayunan ke belakang
disebut (retro)fleksi/ekstensi. Ayunan ke belakang lebih lanjut disebut
hiperekstensi. Adduksi adalah gerakan mendekati tubuh. Abduksi adalah gerakan
menjauhi tubuh. Contoh: gerakan membuka tungkai kaki pada posisi istirahat di
tempat merupakan gerakan abduksi (menjauhi tubuh). Bila kaki digerakkan

4
kembali ke posisi siap merupakan gerakan adduksi (mendekati tubuh). Elevasi
merupakan gerakan mengangkat, depresi adalah gerakan menurunkan. Contohnya:
Gerakan membuka mulut (elevasi) dan menutupnya (depresi)juga gerakan pundak
keatas (elevasi) dan kebawah (depresi) Inversi adalah gerak memiringkan telapak
kaki ke dalam tubuh. Eversi adalah gerakan memiringkan telapak kaki ke luar.
Juga perlu diketahui untuk istilah inversi dan eversi hanya untuk wilayah di
pergelangan kaki. Supinasi adalah gerakan menengadahkan tangan. Pronasi
adalah gerakan menelungkupkan. Juga perlu diketahui istilah supinasi dan pronasi
hanya digunakan untuk wilayah pergelangan tangan saja (Swartz, 2010)

A.2 Pengertian Fisiologi


Fisiologi adalah ilmu yang bertujuan menjelaskan berbagai factor fisik dan
kimiawi yang bertanggung jawab atas asal usul,perkembangan dan kemajuan
hidup. Fisiologi manusia berupaya menjelaskan berbagai karakteristik spesifik
dan mekanisme pada tubuh maanusia yang membuatnya menjadi makhluk hidup.
(Guyton dan Hall, 2014)

A.2.1 Sistem Organ


Ada 11 sistem organ dalam tubuh manusia dengan fungsi yang khusus.
Sistem pernapasan untuk bernapas: pertukaran oksigen dan karbon dioksida
terdiri dari hidung, mulut, sinus, faring, laring, trakea, bronkus, paru-paru dan
diafragma.
Sistem pencernaan untuk pencernaan: pemecahan dan penyerapan nutrisi,
ekskresi limbah padat. Terdiri dari gigi, lidah, kelenjar ludah, kerongkongan,
lambung, hati, kandung empedu, pankreas, usus kecil, usus besar, rektum dan
anus
Sistem kardiovaskular untuk mengedarkan darah untuk mengangkut nutrisi,
limbah, hormon, O2, CO2, dan membantu dalam menjaga pH dan suhu darah,
Terdiri dari jantung, arteri, vena, kapiler

5
Sistem kemih untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, memurnikan
darah dan mengeluarkan limbah cair (urine). Terdiri dari ginjal, ureter, kandung
kemih dan uretra
Sistem integumen sebagai eksterior integral tubuh dan regulasi termal. Terdiri
dari kulit, rambut, kelenjar eksokrin, lemak, dan kuku
Sistem rangka, sebagai pendukung dan perlindungan structural, produksi sel
darah terdiri dari tulang, tulang rawan, ligamen dan tendon.
Sistem otot pergerakan tubuh, produksi panas. terdiri dari otot rangka, otot polos
dan otot jantung
Sistem endokrin komunikasidi dalam tubuh menggunakan hormon yang dibuat
oleh kelenjar endokrin. Terdiri dari hipotalamus, hipofisis, kelenjar pineal, tiroid,
paratiroid dan kelenjar adrenal, ovarium, testis
Sistem limfatik mengembalikan cairan (getah bening) ke aliran darah, membantu
respon imun, membentuk sel darah putih. Terdiri dari kelenjar getah bening,
pembuluh getah bening, amandel, limpa, timus
Sistem saraf penginderaan dan pemrosesan informasi, mengendalikan aktivitas
tubuh. Terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, saraf, organ sensorik (misalnya
penglihatan, penciuman, rasa, pendengaran)
Sistem reproduksi organ seks yang terlibat dalam reproduksi. Terdiri dari
ovarium, tuba fallopi, rahim, vagina, kelenjar susu, penis, testis, vas deferens,
vesikula seminalis dan prostat (Wakim, dkk. 2020)

B. Struktur dan Susunan Sistem Saraf Manusia


Struktur dan Klasifikasi sistem sel saraf pada manusia dapat dilihat dari
morfologi dan fungsinya.
Bagian utama sel saraf:

a) Dendrit, fungsinya adalah mendapatkan pesan dari sel saraf lainnya


dan akan mengirimkan pesan tersebut ke bagian badan sel.
b) Badan Sel, bertugas dalam upaya menjaga neuron agar tetap hidup.
Badan sel juga mempunyai peran inti pada proses penentuan apakah
neuron harus mengirimkan pesan-persan kepada neuron-neuron
lainnya.

6
c) Akson, Akson mempunyai peran dalam mengirimkan pesan dari
bagian tubuh sel ke neuron lain, atau pun ke bagian otot dan juga sel
kelenjar. Pada umumnya, bagian ujung akson mempunyai cabang yang
akan menjadi ranting, yang biasa disebut dengan terminal akson.
(Guyton dan Hall, 2014)
Komponen sel saraf terdiri dari:

a) Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh


kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
b) Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari
berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat
sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
c) Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah
diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada
manusia adalah otot dan kelenjar. (Asriwati, 2017)

Berdasarkan fungsinya sel saraf dapat dibagi

a) Sel saraf Sensorik adalah jenis sel saraf yang berguna untuk
menghantarkan semangat dari reseptor di tubuh ke sistem saraf pusat
b) Sel Saraf Motorik adalah jenis sel saraf yang berguna untuk
menghantarkan rangsang dari sel sistem saraf pusat ke sel otot atau
kelenjar sehingga tubuh menanggapi rangsangan selanjutnya dengan
bergerak atau membuahkan suatu product sekresi. Sel saraf motorik
biasanya mempunyai dendrit yang pendek dengan akson yang sangat
panjang.
c) Sel saraf konektor / intermediet / asosiasi ini merupakan jenis sel saraf
yang berguna untuk menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf
sensori atau berhubungan dengan sel saraf lain yang terkandung di
dalam sistem saraf pusat. Serabut saraf, akson dan dendrit dari sel ini
bergabung dalam satu selubung dan bakal membentuk urat saraf
sedang badan selnya berkumpul di satu tempat untuk membentuk
ganglion saraf. (Guyton dan Hall, 2014)

Sistem saraf terdiri dari 2 bagian utama;

a) Sistem saraf pusat memegang segala kendali dan pengaturan atas kerja
jaringan saraf hingga kepada sel saraf. meliputi otak hingga sumsum
tulang belakang.
b) System saraf tepi Saraf tepi adalah sel-sel saraf yang terletak di luar
pusat saraf. Saraf tepi terdapat di seluruh tubuh, baik otot, kelenjar,
tulang, bahkan sel-sel tubuh. Saraf tepi adalah perluasan atau
percabangan dari otak dan sumsum tulang belakang. Saraf tepi
merupakan alat penyampai rangsang tubuh ke pusat saraf untuk
direspons. Sistem saraf tepi dibagi dalam dua sistem, yaitu sistem saraf

7
kraniospinal (Kranial berasal dar belakang otak, dan spinal berasal dari
tulanng belakang) dan sistem saraf otonom.

(Al, 2007)

B.1 Sel Glia (Neuroglia)


Glia, juga disebut sel glial atau neuroglia, adalah sel non-neuronal di
sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) dan sistem saraf tepi yang
tidak menghasilkan impuls listrik. Sel ini mempertahankan homeostasis,
membentuk mielin, dan memberikan dukungan dan perlindungan untuk neuron.
Dalam sistem saraf pusat, sel glia termasuk astrosit, oligodendrosit, mikroglia, dan
sel ependim. dan di dalam sistem saraf tepi sel glial termasuk sel Schwann dan
sel satelit. (Fields, dkk. 2014)

B.1.2 Jenis Neuroglia

a) Astroglia/astrosit yang terbagi menjadi dua yaitu astrosit protoplasma


dan astrosit fibrosa. Keduanya berperan dalam
memelihara homeostasis internal pembuluh darah otak melalui
pembentukan sawar darah otak . Ketika sistem saraf pusat mengalami
cedera, astrosit bertanggung jawab untuk pembentukan jaringan
parut gliosis.

b) Oligodendroglia/oligodendrosit berperan sebagai pembentuk selubung


mielin dari neuron di sistem saraf pusat. Pada sistem saraf pusat,
pembentukan selubung mielin oleh oligodendrosit yang merupakan
salah satu sel yang terdiferensiasi secara khusus dan hanya dapat
ditemukan di otak dan medula spinalis. Oligodendrosit bisa dikatakan
memiliki fungsi serupa dengan sel Schwann yang bisa ditemukan
di sistem saraf tepi. Akan tetapi oligodendrosit tidak
memiliki neurolema, yaitu membran plasma dari sel Schwann
layaknya "sel Schwann" dan tidak memiliki kemampuan untuk
regenerasi, sehingga kerusakan pada sistem saraf pusat sering kali
menyebabkan kecacatan permanen.

8
c) Mikroglia merupakan bentuk diferensiasi dari makrofag di sistem saraf
pusat dan berperan dalam proses fagositosis di otak. Mikroglia akan
aktif disaat terjadi proses inflamasi ataupun proses degeneratif yang
mempengaruhi sistem saraf pusat

d) Sel Ependim melapisi bagian dalam rongga berisi cairan di SSP. Sel
ependium merupakan sel yang mempunyai silia, gerakan dari silia ini
ikut berperan dalam mengalirkan cairan serebrospinal di seluruh

ventrikel otak.ependim
e) Sel Schwan adalah glia utama dari sistem saraf perifer (PNS). Sel glia
berfungsi untuk mendukung neuron dan di PNS, juga termasuk sel
satelit, sel yang menyelubungi olfaktorius, glia enterik dan glia yang
berada di ujung saraf sensorik, seperti sel darah Pacinian.

f) Sel Satelit adalah adalah sel glia yang menutupi permukaan badan sel
neuron di ganglia sistem saraf tepi.

(Baehr, 2005)

B.2 Sistem Saraf Pusat

9
Sistem saraf pusat (SSP) adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari
otak (Ensefalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). SSP dinamai
demikian karena ia mengintegrasikan informasi dan koordinat yang diterima serta
mempengaruhi aktivitas semua bagian tubuh hewan simetris bilateral dan di
dalamnya berisi sebagian besar sistem saraf. (Farlex, 2012)

B.2.1 Otak
Bersama saraf tulang belakang, otak berperan sebagai pusat kendali tubuh
dan menyusun sistem saraf pusat (SSP). Sistem saraf inilah yang kemudian
bekerja sama dengan sistem saraf tepi untuk memberi kemampuan manusia dalam
melakukan berbagai aktivitas, seperti berjalan, berbicara, bernapas, hingga makan
dan minum.
Otak memiliki 3 bagian utama, yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil
(cerebellum), dan batang otak (brainstem). Berikut ini penjelasannya:
Otak besar (cerebrum)
Cerebrum merupakan bagian terbesar dari otak. Cerebrum terbagi menjadi
2 bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Belahan otak kanan berfungsi untuk
mengontrol pergerakan di sisi kiri tubuh dan belahan otak kiri mengontrol gerakan
di sisi kanan tubuh. Permukaan luar cerebrum disebut cerebral cortex. Bagian ini
merupakan area otak di mana sel saraf membuat koneksi yang disebut sinaps.
Sinaps merupakan sistem saraf yang mengendalikan aktivitas otak. Sementara
bagian dalam cerebrum mengandung sel-sel saraf berselubung (mielin) yang
berperan dalam menyampaikan informasi antara otak dan saraf tulang belakang.
Otak besar dibagi lagi menjadi 4 bagian, yaitu:
Lobus frontal (bagian depan) yang mengendalikan gerakan, ucapan, perilaku,
memori, emosi, dan kepribadian. Bagian otak ini juga berperan dalam fungsi
intelektual, seperti proses berpikir, penalaran, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, dan perencanaan.
Lobus parietal (atas) yang mengendalikan sensasi, seperti sentuhan, tekanan,
nyeri, dan suhu. Lobus ini juga mengendalikan orientasi spasial atau pemahaman
tentang ukuran, bentuk, dan arah.

10
Lobus temporal (samping) yang mengendalikan indra pendengaran, ingatan, dan
emosi. Lobus temporal kiri juga berperan dalam fungsi bicara.
Lobus oksipital (belakang) yang mengendalikan fungsi penglihatan.
Otak kecil (cerebellum)
Otak kecil terletak di bawah otak besar pada bagian belakang otak,
tepatnya di bawah lobus oksipital. Sama seperti otak besar, otak kecil juga
memiliki 2 belahan. Otak kecil bertanggung jawab dalam mengendalikan gerakan,
menjaga keseimbangan, serta mengatur posisi dan koordinasi gerakan tubuh.
Bagian otak ini juga berperan dalam mengendalikan gerakan halus, seperti
menulis dan melukis.
Batang otak (brainstem). Batang otak adalah seikat jaringan saraf di dasar otak.
Fungsinya sebagai stasiun pemancar yang menghubungkan otak besar ke saraf
tulang belakang, serta mengirim dan menerima pesan antara berbagai bagian
tubuh dan otak. Batang otak terdiri dari 3 struktur utama, yakni otak tengah, pons,
dan medulla oblongata. Otak tengah adalah pusat pengatur gerakan otot mata,
sedangkan pons terlibat dalam koordinasi gerakan mata dan otot wajah,
pendengaran, dan keseimbangan.
Bagian Penting Otak Lainnya
Selain ketiga struktur utama di atas, terdapat bagian-bagian otak lainnya yang
tidak kalah penting, yaitu: Cairan serebrospinal, Meninges, Corpus Callosum,
Talamus, Hipotalamus, kelenjar pituitari (kelenjar hipofisis),Ventrikel , Kelenjar
pineal, Saraf kranial, Sistem limbik
(Adrian, 2020)

B.2.2 Medula Spinalis


Sumsum tulang belakang adalah struktur tubular panjang dan tipis yang
terdiri dari jaringan saraf, yang memanjang dari medula oblongata di batang otak
ke daerah lumbal kolom vertebral. Itu membungkus kanal sentral dari sumsum
tulang belakang, yang berisi cairan serebrospinal. Otak dan sumsum tulang
belakang bersama-sama membentuk sistem saraf pusat (SSP). Pada manusia,
sumsum tulang belakang dimulai dari tulang oksipital, melewati foramen magnum

11
dan memasuki kanal tulang belakang di awal vertebra serviks. Sumsum tulang
belakang memanjang ke antara vertebra lumbal pertama dan kedua, di mana ia
berakhir. Kolom tulang belakang yang menutupi melindungi sumsum tulang
belakang yang relatif lebih pendek. Panjangnya sekitar 45 cm (18 inci) pada pria
dan sekitar 43 cm (17 inci) pada wanita. Diameter sumsum tulang belakang
berkisar dari 13 mm (1⁄2 in) di daerah serviks dan lumbar hingga 6,4 mm (1⁄4 in)
di daerah toraks.

Fungsi sumsum tulang belakang terutama dalam transmisi sinyal saraf dari
korteks motorik ke tubuh, dan dari serat aferen neuron sensorik ke korteks
sensorik. Ini juga merupakan pusat untuk mengkoordinasikan banyak refleks dan
berisi busur refleks yang dapat mengontrol refleks secara independen. Itu juga
merupakan lokasi kelompok interneuron tulang belakang yang membentuk sirkuit
saraf yang dikenal sebagai generator pola pusat. Sirkuit ini bertanggung jawab
untuk mengontrol instruksi motorik untuk gerakan ritmis seperti berjalan. (Maton,
dkk. 1993)

B.3 Sistem Saraf Tepi


SST terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang
belakang. Fungsi utama PNS adalah untuk menghubungkan SSP ke anggota
badan dan organ, yang pada dasarnya berfungsi sebagai penghubung antara otak
dan sumsum tulang belakang dan seluruh tubuh. Berbeda dengan SSP, SSP tidak
dilindungi oleh tulang belakang dan tengkorak, atau oleh sawar darah-otak, yang
membuatnya terkena racun dan cedera mekanis. Sistem saraf tepi dibagi menjadi
sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Dalam sistem saraf somatik, saraf
kranial adalah bagian dari PNS dengan pengecualian saraf optik (saraf kranial II),
bersama dengan retina. Saraf kranial kedua bukanlah saraf tepi yang sebenarnya
tetapi saluran diencephalon. Ganglia saraf kranial berasal dari SSP. Namun,
sepuluh akson saraf kranial yang tersisa melampaui otak dan karena itu dianggap
sebagai bagian dari SST. Sistem saraf otonom melakukan kontrol tak sadar atas
otot polos dan kelenjar. Hubungan antara SSP dan organ memungkinkan sistem

12
berada dalam dua keadaan fungsional yang berbeda: simpatis dan parasimpatis.
(White, 2008)

C. Potensial Aksi dan Sinaps


C.1 Potensial Aksi
Yang dimaksud dengan potensial aksi adalah ketika potensi membran dari lokasi
sel tertentu dengan cepat naik dan turun depolarisasi ini kemudian menyebabkan
lokasi yang berdekatan sama-sama terdepolarisasi. Potensi aksi terjadi pada
beberapa jenis sel hewan, yang meliputi neuron, sel otot, sel endokrin, sel glomus,
dan di beberapa sel tanaman. (Hodgkin dan Huxley, 1952)
C.1.1 Tahapan Potensial Aksi
a. Tahap Polarisasi
Meruapakan tahapan potensial membran istirahat sebelum adanya
potensial aksi. Pada membran negatif sebesar -900 mV. Pada sebuah
sel meskipun dalam keadaan istirahat masih terdapat beda potensial
diantara kedua sisi membrane
b. Tahap Depolarisasi
Bila sel yang istirahat diberi rangsangan dengan level yang cukup
maka sel tersebut akan berubah ke keadaan aktif. Dalam keadaan aktif
potensial membran sel mengalami perubahan dari negatif menjadi
positif di sisi dalam. Keadaan inilah yang dinamakan depolarisasi.
Kejadian ini dimulai dari satu titik di permukaan membran dan akan
merambat ke seluruh permukaan membran. Pada tahap ini membran
sangat permeabel sangat reaktif terhadap ion Na+ sehingga kanal Na+
terbuka sehingga Na+ akan masuk kedalam sehingga potensial
membran meningkat sehingga terjadi overshoot jika potensial berada
diatas 0.
c. Tahap Repolarisasi
Dalam keadaan repolarisasi, potensial membran berubah dari positif di
sisi dalam menuju kembali ke negatif di sisi dalam. Tahapan
Repolarisasi diawali dari suatu titik dan merambat ke seluruh
permukaan membran sel. Bila seluruh membran sel sudah bermuatan
negatif di sisi dalam, maka dikatakan sel dalam keadaan istirahat atau
keadaan polarisai kembali dan siap untuk menerima rangsangan
berikutnya. Pada tahap ini kanal Na+ mulai tertutup, kanal ion K+
terbuka dan ion K+ keluar sehingga membran potensial kembali ke
fase istirahat.

13
d. Tahap Hiperpolarisasi
Jika repolarisasi berlebihan, keadaan potensial membran berada di
bawah nilai normal sehinggan ion Na+ dan K+, kembali pada keadaan
normal dan membran sudah selesai melakukan transport zat.

(Tamam dan Suprayogi, 2020)

C.1.2 Mekanisme Potensial Aksi

Gambar Mekanisme Potensial Aksi

1. Membran Potensial istirahat


2. Stimulus Depolarisasi
3. Membran depolarisasi ke ambang gerbang na+, kanal tebuka dan Na+
memasuki sel kanal K+ terbuka perlahan
4. Na+ masuk dengan cepat dan mendepolarisasi sel
5. Kanal Na+ tertutup dan kanal K+ terbuka
6. K+ bergerak dari sel menuju cairan ekstrasel
7. Kanal K+ masih terbuka dan K+ tambahan meninggalkan sel.
Menyebabkan hiperpolarisasi
8. Gerbang kanal K+ tertutup Sebagian K+ masuk melalui celah kanal.
9. Sel telah Kembali ke membrane potensial istirahat

(Pranoto, 2020)

C.2 Sinaps dan Neurotransmiter

14
Dalam sistem saraf, sinaps adalah struktur yang memungkinkan neuron
(atau sel saraf) untuk meneruskan sinyal listrik atau kimiawi ke neuron lain atau
ke sel efektor target. (Foster, 1897)

Gambar Jenis-Jenis Sel Sinaps (Blausen.com staff, 2014)

Neurotransmiter adalah pembawa pesan kimiawi yang mengirimkan pesan


dari sel saraf melintasi sinaps ke sel target. Targetnya bisa sel saraf lain, atau sel
otot, atau sel kelenjar. Neurotransmiter adalah bahan kimia yang dibuat oleh sel
saraf khusus untuk mengirimkan pesan. (Lodish, dkk. 2000)
Tipe-tipe neurotransmitter berdasarkan cara kerjanya:
Neurotransmitter eksitasi (excitatory)
Neurotransmitter eksitasi bekerja dengan mendorong neuron target untuk
melakukan sebuah aksi. Beberapa contoh neurotransmitter eksitasi yang terkenal
adalah epinephrine dan norepinephrine.
Neurotransmitter inhibisi (inhibitory)
Neurotransmiter ini dapat menghambat aktivitas neuron, sehingga berkebalikan
dengan cara kerja neurotransmitter eksitasi. Salah contoh neurotransmitter inhibisi
adalah serotonin.

15
Beberapa neurotransmitter dapat bekerja sebagai eksitasi maupun inhibisi. Contoh
dari neurotransmitter ini yaitu dopamin dan asetilkolin.
Neurotransmitter modulator
Neurotransmitter modulator, atau sering disebut sebagai neuromodulator,
merupakan neurotransmitter yang dapat memengaruhi neuron dalam jumlah besar
pada satu waktu. Selain itu, neurotransmitter modulator juga dapat berkomunikasi
dengan neurotransmitter lainnya.
(Putra, Utari, 2019)

C.3 Gerak
Gerak biasa merupakan gerakan yang disadari, contoh gerak biasa
diantaranya saat kita melangkahkan kaki menuju sebuah tempat, berlari, menyapu
dan lain sebagainya. Mekanisme terjadinya hantaran impuls pada gerak biasa
dimulai dari reseptor sebagai penerima rangsang. Impuls tersebut kemudian
dihantarkan menuju neuron sensorik untuk kemudian diolah otak. Respons dari
otak kemudian dihantarkan ke efektor oleh saraf motorik sehingga terjadilah
Gerakan
Rangsang → Reseptor → Neuron Sensorik → Saraf Penghubung → otak →
Saraf Penghubung → Neuron Motorik → Efektor
Gerak refleks adalah gerakan yang tidak disadari atau gerakan yang baru
disadari setelah gerakan tersebut terjadi. Gerak refleks ini merupakan gerakan
yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon langsung setelah adanya
rangsangan.
Mekanisme hantaran impuls pada gerak refleks mirip dengan gerak biasa akan
tetapi impuls pada gerak refleks tidak melalui pengolagan oleh pusat saraf.
Neuron yang ada di otak hanya berperan sebagai konektor saja . Terdapat dua
jenis neuron konektor yaitu neuron konektor di otak dan neuron konektor di
susmsum tulang belakang.
Rangsang → Reseptor → Neuron Sensorik → Konektor (Otak/Sumsum
Tulang Belakang) → Neuron Motorik → Efektor

16
Jalan pendek yang ditempuh oleh rangsang mengakibatkan gerak refleks yang
disebut dengan lengkung refleks. Jenis refleks tergantung pada saraf
penghubungnya apakah itu terdapat di sumsum tulang belakang atau di otak. Jika
refleksnya hanya melibatkan sumsum tulang belakang maka disebut dengan
Refleks cerebellar. Contok gerak refleks melalui neuron konektor otak
diantaranya: pupil mata akan mengecil, jika terkena cahaya terang. Contoh gerak
refleks melalui neuron konektor sumsum tulang belakang, diantaranya: kaki
terangkat ketika lutut dipukul.
(Manis, 2017)

D. Sistem Saraf Otonom


Sistem saraf otonom adalah divisi dari sistem saraf tepi yang memasok
otot polos dan kelenjar, dan dengan demikian memengaruhi fungsi organ dalam.
Sistem saraf otonom adalah sistem kontrol yang bertindak sebagian besar tanpa
disadari dan mengatur fungsi tubuh, seperti detak jantung, pencernaan, laju
pernapasan, respons pupil, buang air kecil, dan gairah seksual. (Smith, Thews.
1989)
Sistem saraf otonom dibagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis. Divisi simpatis muncul dari sumsum tulang belakang di daerah
toraks dan lumbar, berakhir di sekitar L2-3. Pembelahan parasimpatis memiliki
"aliran keluar" kraniosakral, yang berarti bahwa neuron dimulai pada saraf kranial
(khususnya saraf okulomotor, saraf wajah, saraf glossopharyngeal dan saraf
vagus) dan sumsum tulang belakang sakral (S2-S4).

D.1 Sistem Saraf Simpatis


Sistem saraf simpatis terdiri dari sel-sel dengan tubuh di kolom abu-abu lateral
dari T1 ke L2 / 3. Badan sel ini adalah neuron GVE (eferen visceral umum) dan
merupakan neuron preganglionik. Ada beberapa lokasi di mana neuron
preganglionik dapat bersinaps untuk neuron postganglioniknya:

17
Ganglia paravertebral (3) dari rantai simpatis (ini berjalan di kedua sisi badan
vertebral), ganglia serviks (3), ganglia toraks (12) dan ganglia lumbal rostral (2
atau 3), ganglia lumbal kaudal dan ganglia sakralis
Ganglia prevertebralis (ganglion seliaka, ganglion aortikorenal, ganglion
mesenterika superior, ganglion mesenterika inferior)
Sel kromaffin dari medula adrenal (ini adalah satu-satunya pengecualian untuk
aturan jalur dua neuron: sinapsis langsung eferen ke badan sel target)
Ganglia ini menyediakan neuron postganglionik tempat persarafan organ target
mengikuti. Contoh saraf splanchnic (visceral) adalah:

Saraf jantung serviks dan saraf visceral toraks, yang bersinaps dalam rantai
simpatis
Saraf splanknikus toraks (lebih besar, lebih kecil, paling sedikit), yang bersinaps
di ganglia prevertebralis
Saraf splanknikus lumbal, yang bersinaps di ganglia prevertebralis
Saraf splanknikus sakralis, yang bersinaps di pleksus hipogastrik inferior
Ini semua mengandung saraf aferen (sensorik) juga, yang dikenal sebagai neuron
GVA (general visceral afferent).
(Dorland, 2012)

D.2 Sistem Saraf parasimpatis


Sistem saraf parasimpatis terdiri dari sel-sel dengan tubuh di salah satu
dari dua lokasi: batang otak (Saraf Cranial III, VII, IX, X) atau sumsum tulang
belakang sakral (S2, S3, S4). Ini adalah neuron preganglionik, yang bersinaps
dengan neuron postganglionik di lokasi berikut:
Ganglia parasimpatis kepala: Siliaris (saraf kranial III), Submandibular
(saraf kranial VII), Pterygopalatine (saraf kranial VII), dan Otic (saraf kranial IX)
Di dalam atau di dekat dinding organ yang diinervasi oleh Vagus (saraf kranial X)
atau saraf sakral (S2, S3, S4)
Ganglia ini menyediakan neuron postganglionik tempat persarafan organ target
mengikuti. Contohnya adalah:

18
Saraf splanknikus (viseral) parasimpatis postganglionik
Saraf vagus, yang melewati daerah dada dan perut, antara lain, jantung, paru-paru,
hati dan perut.
Saraf parasimpatis adalah cabang otonom atau visceral dari sistem saraf
tepi (PNS). Pasokan saraf parasimpatis muncul melalui tiga area utama:
Saraf kranial tertentu di kranium, yaitu saraf parasimpatis preganglionik (CN
III, CN VII, CN IX dan CN X) biasanya muncul dari nukleus spesifik di sistem
saraf pusat (SSP) dan sinaps di salah satu dari empat ganglia parasimpatis: silia,
pterygopalatine , otic, atau submandibular. Dari keempat ganglia ini, saraf
parasimpatis menyelesaikan perjalanannya ke jaringan target melalui cabang
trigeminal (saraf oftalmikus, saraf maksilaris, saraf mandibula).
Saraf vagus tidak berpartisipasi dalam ganglia kranial ini karena sebagian besar
serabut parasimpatisnya ditujukan untuk ganglia yang luas pada atau di dekat
jeroan dada (esofagus, trakea, jantung, paru-paru) dan jeroan perut (lambung,
pankreas, hati, ginjal, usus kecil, dan sekitar setengah dari usus besar). Persarafan
vagus berakhir di persimpangan antara midgut dan hindgut, tepat sebelum fleksi
limpa dari kolon transversal.
Badan sel saraf preganglionik eferen pelvis splanknikus akson mereka keluar
dari kolom vertebral sebagai S2-S4 saraf tulang belakang melalui foramina sakral.
Akson mereka terus menjauh dari SSP hingga sinaps di ganglion otonom.
Ganglion parasimpatis tempat sinaps neuron preganglionik ini akan dekat dengan
organ persarafan. Ini berbeda dengan sistem saraf simpatis, di mana sinapsis
antara saraf eferen pra dan pasca ganglionik umumnya terjadi di ganglia yang jauh
dari organ target. (Moore, dkk. 2007)

D.3 Refleks Viseral


GVA (kelenjar viseral aferens) adalah kelenjar, dan pembuluh darah ke
sistem saraf pusat. Mereka dianggap sebagai bagian dari sistem saraf viseral yang
terkait erat dengan sistem saraf otonom, tetapi 'sistem saraf viselar dan 'sistem
saraf otonom' bukanlah sinonim langsung dan kehati-hatian harus diberikan saat

19
menggunakan istilah ini. Berbeda dengan serabut eferen dari sistem saraf otonom,
serabut aferen tidak diklasifikasikan sebagai simpatis atau parasimpatis.
Serat GVA membuat nyeri yang dirujuk dengan mengaktifkan serat aferen
somatik umum di mana keduanya bertemu di kolom abu-abu posterior.
Saraf kranial yang mengandung serabut GVA termasuk saraf glossopharyngeal
(CN IX) dan saraf vagus (CN X). Umumnya, mereka tidak sensitif terhadap
pemotongan, penghancuran atau pembakaran; namun, ketegangan berlebihan pada
otot polos dan beberapa kondisi patologis menyebabkan nyeri viseral (nyeri alih).
(Susan, 2016)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anatomi adalah cabang dari biologi yang mempelajari struktur dan
organisasi dari bagian-bagian tubuh makhluk hidup yang saling berhubungan satu
sama lain. Fisiologi adalah ilmu yang bertujuan menjelaskan berbagai factor fisik
dan kimiawi yang bertanggung jawab atas asal usul,perkembangan dan kemajuan
hidup. Bagian utama sel saraf adalah Dendrit, Badan Sel, Akson, Yang dimaksud
dengan potensial aksi adalah ketika potensi membran dari lokasi sel tertentu
dengan cepat naik dan turun depolarisasi ini kemudian menyebabkan lokasi yang
berdekatan sama-sama terdepolarisasi. sinaps adalah struktur yang memungkinkan
neuron (atau sel saraf) untuk meneruskan sinyal listrik atau kimiawi ke neuron
lain atau ke sel efektor target. Neurotransmiter adalah pembawa pesan kimiawi
yang mengirimkan pesan dari sel saraf melintasi sinaps ke sel target. Targetnya
bisa sel saraf lain, atau sel otot, atau sel kelenjar. Neurotransmiter adalah bahan
kimia yang dibuat oleh sel saraf khusus untuk mengirimkan pesan. Sistem saraf
otonom adalah divisi dari sistem saraf tepi yang memasok otot polos dan kelenjar,
dan dengan demikian memengaruhi fungsi organ dalam. Sistem saraf otonom
adalah sistem kontrol yang bertindak sebagian besar tanpa disadari dan mengatur
fungsi tubuh, seperti detak jantung, pencernaan, laju pernapasan, respons pupil,
buang air kecil, dan gairah seksual.

B. Saran

20
Hendaknya edukasi mengenai anatomi dan fisiologi sistem saraf
dikenalkan kepada masyarakat ejak dini supaya masyarakat baik umum maupun
ynga ingin berkecimpung didunia medis mampu memahami dengan baik cara
merawat tubuhnya karena telah mengenal bagaimana cara tubuhnya bekerja.
Supaya dapat terwujud masyarakat Indonesia yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

1. Pearce, Evelyn Clare, 2016. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
2. Betts, J Gordon; Desaix, Peter; Johnson, Eddie; Johnson, Jody E; Korol,
Oksana; Kruse, Dean; Poe, Brandon; Wise, James; Womble, Mark D;
Young, Kelly A (February 26, 2016). Anatomy & Physiology. Houston:
OpenStax CNX. 1.6. Anatomical Terminology. [Diakses 11 November
2020].
3. Cook, Chad E. 2012. Orthopedic Manual Therapy: An Evidence Based
Approach (2nd ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Education.
4. Swartz, Mark H, 2010. Textbook of Physical Diagnosis: History and
Examination (6th ed.). Saunders/Elsevier
5. Guyton, Arthur J; Hall, John E, 2014. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi
12, Elsevier.
6. Wakim, Suzanne; Grewal, Mandeep (August 8, 2020). "Human Organs
and Organ Systems". [online]. Tersedia di:
<https://bio.libretexts.org/Bookshelves/Human_Biology/Book
%3A_Human_Biology_(Wakim_and_Grewal)/10%3A_Introduction_to_th
e_Human_Body/10.4%3A_Human_Organs_and_Organ_Systems >
[Diakses 10 November 2020].
7. Al, Martini, Frederic. 2007. Anatomy and Physiology' 2007 Ed.2007
Edition. Rex Bookstore, Inc. p. 288. ISBN 978-971-23-4807-5.
8. Fields, R. Douglas; Araque, Alfonso; Johansen-Berg, Heidi; Lim, Soo-
Siang; Lynch, Gary; Nave, Klaus-Armin; Nedergaard, Maiken; Perez,

21
Ray; Sejnowski, Terrence; Wake, Hiroaki (October 2014). "Glial Biology
in Learning and Cognition". The Neuroscientist. 20 (5): 426–431.
doi:10.1177/1073858413504465. ISSN 1073-8584. PMC 4161624. PMID
24122821.
9. M Baehr and M Frotscher. 2005. Duus' Topical Diagnosis in Neurology.
Thieme. ISBN 1-58890-215-3.
10. Farlex Partner Medical Dictionary, Farlex 2012.
11. Adrian, K., 2020. Mengenal Bagian Otak Dan Fungsinya Bagi Tubuh.
[online] Alodokter. Tersedia di: <https://www.alodokter.com/mengenal-
bagian-otak-dan-fungsinya-bagi-tubuh> [Diakses 10 November 2020].
12. Maton, Anthea; et al. (1993). Human biology and health (1st ed.).
Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall. pp. 132–144. ISBN 978-0-13-
981176-0.
13. James S. White (21 March 2008). Neuroscience. McGraw-Hill
Professional. pp. 1–. ISBN 978-0-07-149623-0.
14. Hodgkin, A. L., & Huxley, A. F. (1952). A quantitative description of
membrane current and its application to conduction and excitation in
nerve. The Journal of physiology, 117(4), 500–544.
https://doi.org/10.1113/jphysiol.1952.sp004764
15. Tamam, M. and Suprayogi, A., 2020. Mekanisme Potensial Aksi Dan
Potensial Membran Sel - Generasi Biologi. [online] Generasi Biologi.
Available at: <https://generasibiologi.com/2018/12/mekanisme-potensial-
aksi-dan-potensial-membran.html> [Accessed 6 October 2020].
16. Pranoto, T., 2020. Biolistrik; Proses Transmisi Impuls. [online]
Slideplayer.info. Available at: <https://slideplayer.info/slide/4878885/>
[Accessed 6 October 2020].
17. Salikun & Lukman Surya (2014). Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan,. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Penerbitan, Balitbang,
Kemendikbud.
18. Foster, M.; Sherrington, C.S. 1897. Textbook of Physiology, volume 3 (7th
ed.). London: Macmillan.
19. Blausen.com staff (2014). "Medical gallery of Blausen Medical 2014".
WikiJournal of Medicine 1 (2). DOI:10.15347/wjm/2014.010. ISSN 2002-
4436. –
20. Lodish, H.; Berk, A.; Zipursky, S.L. 2000. Molecular Cell Biology:
Section 21.4 Neurotransmitters, Synapses, and Impulse Transmission (4th
ed.). New York: W. H. Freeman.
21. Putra, A; Utari, R, 2020. Mengenal Neurotransmitter, Si Pembawa Pesan
Dalam Tubuh. [online] Sehatq. Tersedia di: <https://
https://www.sehatq.com/artikel/neurotransmitter-adalah-pembawa-pesan-
dalam-tubuh> [Diakses 10 November 2020].

22
22. Manis, S; 2020. Pengertian, Mekanisme Dan Urutan Serta Contoh Gerak
Biasa dan Gerak Refleks Lengkap. [online] Pelajaran. Tersedia di: <
https://www.pelajaran.co.id/2017/27/pengertian-mekanisme-dan-urutan-
serta-contoh-gerak-biasa-dan-gerak-refleks.html> [Diakses 10 November
2020].
23. Schmidt, A; Thews, G ,1989. Autonomic Nervous System. In Janig, W
(ed.). Human Physiology (2 ed.). New York, NY: Springer-Verlag
24. Dorland, 2012. Dorland's Illustrated Medical Dictionary (32nd ed.).
Elsevier Saunders. p. 1862.
25. Moore, Keith L.; Agur, A. M. R. 2007. Essential Clinical Anatomy (3rd
ed.). Lippincott Williams & Wilkins.
26. Susan, Standring (2016). Gray's anatomy : the anatomical basis of clinical
practice.

23

Anda mungkin juga menyukai