Dosen Pengampu :
FITRI YUNIARTI, M.Pd
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu unsur mutlak pembentuk negara adalah rakyat atau bangsa. Disini
bangsa atau rakyat merupakan bagian saja dari pengategorian ummat manusia. Selain
bangsa, pengategorian manusia juga telah melahirkan berbagai kelompok maanusia.
Misalnya dari segi adat istiadat dan bahasa dikenal dengan berbgai kelompok suku
bangsa Jawa, Arab, Melayu dan malaysia. Apabila bangsa dipersolakan lebih jauh
muncul dua konsep lain dipermukaan, yakni suku bangsa dan ras. Suku bangsa
merupakan pengelompokan masyarakat berdasarknn pengalaman ciri-ciri, fisik biologis,
seperti warna kulit, bentuk wajah, bentuk rambut dan perawakan. Suatu suku bangsa
dapat memiliki lebih dari satu negara, seperti suku bangsa arab yang terkelompokkan
menjadi lebih dari sepuluh negara Arab. Demikian juga ras tidak hanya terdiri dari satu
negara karena realitas menunjukan tidak ada satu raspun di dunia yang memiliki satu
negara saja. Sebaliknya, suatu negara juga dapat tidak terdiri atas beberapa satu bangsa
dan ras, seperti Indonesia dan Amerika.
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini
telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu
pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak
sosial” baru antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan
bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan
konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang
otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis.
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik dan bahkan menjadi pokok
dari kekuasaan politik. Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai
kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan
menertibkan gejala- gejala kekuasaan dalam masyarakat.
2
Oleh sebab itu, negara mempunyai karakter untuk dapat memaksakan
kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat
menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu. Untuk mencapai hal itu, maka
negara menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai di mana kekuasaan dapat
digunakan dalam kehidupan bersama itu. Dengan demikian, negara dapat
mengintegrasikan dan membimbing kegiatan-kegiatan sosial dari warganya untuk
mencapai tujuan bersama. Tujuan bersama tersebut menjadi dasar dari segenap
aparatur negara dalam menjalankan tugas. Tujuan negara menjadi kompos penunjuk
jalan bagi pemerintah negara tersebut dan juga menjadi barometer bagi pengukur
sejauh mana pemerintah berhasil menjalankan pekerjaannya.1
Setiap negara, pasti memiliki tujuan tertentu. Tujuan negara inilah yang menjadi
pedoman bagaimana negara disusun serta bagaimana kehidupan rakyatnya diatur.
Tujuan dari tiap-tiap negara dipengaruhi oleh tempat, sejarah pembentukan, dan
pengaruh dari penguasa negara yang bersangkutan.Dengan mengetahui tujuan negara,
kita juga dapat mengetahui sifat organisasi negara dan legitimasi kekuasaan negara
tersebut.
1
Isharyanto. 2006. Ilmu negara. Oase Pustaka. Karanganyar. Hlm.82-83
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang seperti di kemukana di atas, maka rumusan
masalah dalam malakah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian negara dan bangsa?
2. Bagaimana sejarah negara dan bangsa?
3. Bagaimana teori terjadinya negara dan bangsa?
4. Apa saja teori tujuan dalam negara dan bangsa?
5. Apa saja teori fungsi dalam negara dan bangsa?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Secara historis pengertian Negara senantiasa berkembang sesuai dengan
kondisi masyarakat pada saat ini. Pengertian tentang Negara telah banyak di
definisikan oleh para ahli filsuf Yunani Kuno, para ahli abad pertengahan, sampai
abad modern. Beberapa pendapat tersebut antara lain:
a. Pendapat Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah komunitas keluarga dan
kumpulan keluarga yang sejahtera demi kehidupan yang sempurna dan
berkecukupan.
b. Jean Bodin (Schmandt, 2002), negara sebagai pemerintahan yang tertata
dengan baik dari beberapa keluarga serta kepentingan bersama mereka oleh
kekuasaan berdaulat.
c. Riger Soltau, (Budiardjo, 2007; Agustino, 2007; Kaelan dan Achmad Zubaidi,
2007), negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan
persoalan bersama atas nama masyarakat.
d. Robert M. Mac Iver (Soehino,1998;Agustino,2007), negara adalah asosiasa
yang menyelenggarakan penertiban dalam suatu wilayah berdasarkan sistem
hukum diselenggarakan oleh pemerintah diberi kekuasaan memeksa.
Bangsa merupakan salah satu bagian saja dari kategori-kategori pengolompokan
dari sudut pandang politik. Saat ini bangsa dalam ilmu negara tidak lagi di batasi
sebagai sekumpulan manusia yang terikat dalam ikatan negara ataupun berada di bawah
satu pemerintah, dengan kata lain, bukanlah organisasi atau lembaga kekuasaan yang
menjadi ukuran untuk suatu bangsa, melainkan bangsalah yang menjadi ukuran untuk
menentukan sebuah organisasi atau lembaga kekuasaan. Pada perjanjian Versailles telah
disepakati dan ditegaskan oleh banyak negara bahwa sebuah negara harus memenuhi
atas nasionalitas, yakni negara harus memenuhi asas nasionalitas yakni negara harus
berdasarkan atas bangsa dan negara hendaklah merupakan bangsa yang disusun dalam
suatu organisasi/negara.
Sedangkan pengertian bangsa menurut para ahli sebagai berikut:
a. Ernest Renan (1823-1892), bangsa adalah “satu jiwa yang melekat pada
sekelompok manusia yang merasa dirinya bersatu karena mempunyai nasib
dan penderitaan yang sama pada masa lampau dan mempunyai cita-cita yang
sama tentang masa depan”.
6
b. Rothenbucher, bangsa adalah “segolongan manusia yang mempunyai perasaan
termasuk dalam golongan yang sama”.
c. Kranenburg, bangsa adalah “setiap individu anggota masyarakat pada
umumnya sadar berkeinginan untuk mengorganisir secara merdeka, sadar akan
perasaan seia-sekata, dan sadar akan keberatanya untuk hidup bersama dengan
golongan lain dalam satu organisasi atau negara”.
Pandangan ini menegaskan bahwa suatu bangsa, pertama-pertama dipersatukan
oleh hal-hal yang bersifat ideal, yaitu persamaan nasib dan cita-cita kemudian hal-hal
yang lebih bersifat psikis yakni perasaan, kesadaran dan kehendak bukan oleh hal-hal
yang bersifat fisikal, seperti ras, agama, suku, bahasa dan adat-istiadat.
7
itu sangat beraneka ragam, baik latar belakang budaya seperti bahasa, adat kebiasaan
serta nilai-nilai yang dimilikinya. Oleh karena itu terbentuknya bangsa dan negara
Indonesia melalui suatu proses yang cukup panjang.
Sejak masa sebelum bangsa asing menjajah Indonesia, seperti masa kejayaan
kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan kerajaan-kerajaan lainnya. Kemudian
datanglah bangsa asing ke Indonesia maka bangsa Indonesia saat itu bertekad untuk
membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa, sebagai unsur pokok negara
melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Isi sumpah itu merupakan suatu tekad untuk
mewujudkan unsur-unsur negara yaitu satu nusa (wilayah) negara, satu bangsa
(rakyat), dan satu bahasa, sebagai bahasa pengika dan komunikasi antar warga
negara, dan dengan sendirinya setelah kemerdekaan kemudian dibentuklah suatu
pemerintahan negara.
Prinsip-prinsip negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung
di dalam Pembukaan UUD 1945. Kita dapat mempelajari serta menelaah dokumen
kenegaraan Indonesia, diantaranya adalah Pembukaan UUD 1945 terutama pada alenea
satu sampai tiga yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Alinea I, menjelaskan tentang
latar belakang terbentuknya negara dan bengsa Indonesia, yaitu tentang kemerdekaan
adalah hak kodrat segala bangsa di dunia yang sadar dan bangkit melawan penjajah, dan
penjajahan itu tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan oleh karena itu
harus dihapuskan. Alinea ke II menjelaskan tentang perjalanan perjuangan bangsa
Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan, alinea III menjelaskan tentang
kedudukan kodrat manusia Indonesia sebagai bangsa yang religious yang kemudian
pernyataan kemerdekaan.
Pengertian bangsa dalam istilah “suku bangsa” berbeda dengan pengertian
bangsa dalam istilah “negara-bangsa”. Bangsa dalam istilah negara-bangsa mencakup
jumlah kelompok masyaraakat (berbagai jumlah suku dan ras) yang lebih luas dari pada
bangsa dalam istilah suku bangsa. Kesamaan identitas kultural dalam suku bangsa lebih
sempit cakupanya dari pada identitas kultural dalam negara-bangsa. Pengertian bangsa
dalam istilah negara-bangsa ini tampaknya persis seperti pengertian bangsa yang di
uraikan sebelumnya. Pengertian “negara” dalam istilah negara-bangsa juga sama
dengan pengertian negara yang di uraikan sebelumnya.
8
Hubungan negara dan bangsa yang melahirkan istilah negara-bangsa dapat
diketahui dari aspek kesadaran dan hasrat suatu bangsa untuk bernegara. Dr. Friederich
Herts mengemukakan bahwa kesaadaran bernegara dari suatu bangsa atau natie
mengandung empat unsur yaitu:
1. Hasrat untuk mencapai kesatuan bangsa.
2. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan bangsa.
3. Hasrat untuk mencapai keaslian bangsa.
4. Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.
Menurut Hirano Ken’ichiro, proses pembentukan negara-bangsa ada dua mode
utama yaitu:
1. Model ortodoks yang bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk
untuk kemudian bangsa itu membentuk suatu negara tersendiri. Setelah negara-
bangsa ini terbentuk, kemudian suatu rezim politik (konstitusi) dirumuskan dan
ditetapkan dan sesuai dengan pilihan rezim politik itu, dikembangkan sejumlah
bentuk partisipasi politik warga masyarakat dalam kehidupan negara-baangsa.
2. Model mutakhir yang berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yang
terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduknya merupakan
kumpulan sejumlah kelompok suku bangsa dan ras.
Dibalik adanya kegunaan dalam menggambarakan secara sederhana proses
pembentukan negara-bangsa yang dalam kenyataanya bersifat rumit, kedua model di
atas mengandung tiga kekurangan pokok. Pertama, kedua model ini memandang proses
pembentukan negara-bangsa dari kemajemukan suku bangsa saja. Padahal,
permasalahan integrasi nasioanal juga disebabkan kemajemukan agama, ras dan
kesenjangan sosial ekonomi. Kedua, faktor penjajahan tidak dimasukan kedalam model-
model tersebut. Ketiga, dalam keyataan tidak hanya terdapat dua model proses
pembentukan negara-bangsa, tetapi terdapat juga model, ketiga seperti kasus indonesia
dalam proses pembentukan bangsa baru, yang mulai berlangsung jauh sebelum negara
terbentuk. Satu diantaranya yang terpenting adalah sumpah pemuda 1928.
9
2.3 Teori Terjadinya Negara dan Bangsa
a. Teori Teokrasi, menurut teori ini, negara berdasarkan kehendak Tuhan. Paham
ini muncul bahwa keyakinan keagamaan bahwa Tuanlah maha pencipta di langit
dan bumi, pemegang kekuasaan tertinggi, tiada kekuasaan di dunia ini yang
tidak berasal dari tuhan, termasuk negara. Penganut teori ini Thomas Aquinas,
Agustinus, FJ. Sthal, maupun Hegel.
b. Teori Organik, teori ini pertama kali diperkenalakan oleh tinggal di wilayah
geografis saja, tapi negara harus ada ikatan yang muncul yaitu keadilan. Negara
muncul karena ada kebutuhan yang sangat banyak dan beragam.
10
Menurut Lord Shang tujuan utama dari negara adalah satu pemerintahan yang
berkuasa penuh terhadap rakyat dengan jalan melemahkan dan membodohkan rakyat.
Teori ini didasarkan atas pendapat bahwa menurut Lord Shang pada setiap negara selalu
terdapat dua subjek yang saling berhadapan dan saling bertentangan, yaitu pemerintah
dan rakyat, artinya kalau rakyat yang kuat, kaya dan pintar, maka negara akan lemah,
sedangkan sebaliknya bila rakyat lemah, bodoh dan miskin, negara akan kuat. Ia
menyatakan bahwa dalam bahasa asing “a week people means a strong state and a
strong state means a weak people. There fore a country, wich has the right way, a
concerned with weaking people” (rakyat lemah berarti negara kuat dan negara kuat
berarti rakyat lemah. Dari itu nagara mempunyai tujuan yang betul, hendaklah bertindak
melemahkan rakyat). Tujuan ini hanya bisa dicapai dengan hanya menyiapkan militer
yang kuat, berdisiplin dan bersedia menghadapi segala kemungkinan. Di balik itu,
kebudayaan adalah merupakan neraka, apabila dalam suatu negara terdapat hal-hal yang
berikut ini, yakni adat istiadat, musik, nyanyian, sejarah, kebaikan, moral kesusilaan,
hormat p a d a orang tua, kewajiban persaudaraan, kebijaksanaan, maka raja tidak akan
dapat lagi mengerahkan rakyat, bencana kehancuran negara tidak bisa dihindarkan.
Sebaliknya menurut Lord Shang korbankanlah “kebudayaan rakyat”, untuk kekuasaan
negara.
2
Isharyanto. 2006. Ilmu negara. Oase Pustaka. Karanganyar. Hlm.84
11
Jadi, inti dari ajaran Shang Yang adalah tujuan negara itu sendiri adalah
mengumpulkan kekuasaan yang sebesar-besarnya. Selanjutnya menurut Shang Yang
perbedaan yang tajam antara negara dan rakyat akan membentuk kekuasaan negara.
Yang dimana tujuan itu dapat dicapai dengan menyiapkan tentara yang kuat,
berdisiplin dan bersedia menghadapi segala bentuk ancaman.
3 I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara Sejarah, Konsep dan Kajian Kenegaraan, Ctk. Pertama, Setara
Press,Malang, 2012, hlm. 50-52.
12
Dante adalah seorang ahli filsafat (filosof) dan penyair. Hidup antara tahun
1265- 1321, kelahiran kota Florence di Italia. Sebagai penyair ia juga mempunyai
pengaruh politik di negaranya, Dante seorang anti Paus dan berpendirian Paus hanya
berdaulat dalam bidang kerohanian saja, sekalipun diakuinya bahwa negara juga
bertugas menganjurkan keagamaan.
Teori Dante mengenai tujuan negara, ditulis dalam bukunya yang berjudul “Die
Monarchia” dimana dikatakan bahwa tujuan negara adalah: “menciptakan perdamaian
dunia”. Dengan jalan menciptakan undang-undang yang seragam bagi seluruh umat
manusia. Kekuasaan sebaliknya berada ditangan raja atau berpusat ditangan raja atau
kaisar, supaya perdamaian dan keamanan terjamin. Menurut Dante, perlu dihindari
setiap peperangan dan perpecahan guna memperoleh ketentraman. Dan secara tersirat
sesungguhnya, tujuan negara bagi Dante adalah menciptakan “Kerajaan Dunia”
(World Emperium). Inti dari ajaran Dante, tujuan negara adalah menciptakan
perdamaian dunia. Karena itu, diperlukan undang-undang yang seragam bagi umat
manusia guna mencapai tujuan tersebut.4
Untuk melayani masyarakat, pemerintah tidsk boleh diikat secara baku oleh
undang-undang. Pemerintah harus memiliki kebebasan yang memadaiuntuk dapat
4
Isharyanto. 2006. Ilmu negara. Oase Pustaka. Karanganyar.
13
mengambil inisiatif jika keadaan menghendaki. Jadi, untuk melayani masyarakat
pemerintah harus memiliki ruang kebebasan bertindak atas inisiatif sendiri sesuai
dengan situasi dan kondisi nyata. Kebebasan pemerintah atau aparat pemerintah untuk
bertindak atas inisiatif sendiri berdasarkan kenyataan seperti diuraikan di atas
disebutwewenang diskresi.5
Pendapat Mac Iver dapat dibaca dalam dua buah bukunya, yaitu: “Modern
State” dan “Web of Goverment”. Dalam bukunya “Modern State”, mengemukakan
bahwa, fungsi negara adalah ditinjau dari segi intern, artinya dilihat menurut kebutuhan
negara itu sendiri. Ia mengatakan fungsi negara dilihat dari kepentingan intern,
mencakup:
a. Memelihara ketertiban dan menghormati kepribadian warga negara yang
merupakan tugas negara secara positif maupun negatif. Tugas negara secara
posotif artinya negara melindungi dan mensejahterakan warga negaranya,
sedangkantugas negara yang negatif.
b. Perlindungan, fungsi ini perlu diperluas untuk perkembangan (development)
dan konservasi (conservation). Melalui fungsi perlindungan yang mencakup
pengembangan dan konservasi atau pelestarian, dan apabila negara dan
aparatnya menjalankan fungsi ini dengan baik, maka akan dapat dinikmati
oleh generasi yang akan datang.
5
Marcus Lukman, Eksistensi Peraturan Kebijakan dalam BAB
BidangIII
Perencanaan dan Pelaksanaan Rencana Pembangunan di
Daerah serta Dampaknya terhadap Pembangunan Materi Hukum Tertulis Nasional, Disertasi, dikutip dari Hotma P.
Sibuea, Ilmu Negara, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2014, hlm. 130-131.
PENUTUP
14
KESIMPULAN
Teori tujuan negara terbagi menjadi dua jaman, yakni jaman tua dan jaman
modern. Tokoh teori yang mengemukakan tujuan negara pada jaman tua adalah Shang
Yang, Nicollo Machiavelli dan Dante.
Inti dari ajaran shang yang adalah tujuan negara itu sendiri adalah
mengumpulkan kekuasaan yang sebesar-besarnya. Selanjutnya menurut Shang Yang
perbedaan yang tajam antara negara dan rakyat akan membentuk kekuasaan negara.
Yang dimana tujuan itu dapat dicapai dengan menyiapkan tentara yang kuat,
berdisiplin dan bersedia menghadapi segala bentuk ancaman.
Inti dari ajaran Machiavelli sebagai seorang ahli pemikir besar pada masa
jaman renaissance tentang tujuan Negara adalah mengusahakan terselenggaranya
ketertiban, keamanan dan ketentraman dan untuk mencapai tujuan tersebut seorang
raja harus mempunyai kekuasaan yang absolute dan Negara harus mengejar tujuan
dan kepentingannya dengan cara-cara yang paling tepat bahkan bila perlu dengan cara
yang sangat licik sekalipun, untuk itu ajaran Machiavelli menekankan dilepasnya
pemikiran-pemikiran moral dan kesusilaan dalam konteks azas-azas kenegaraan.
Inti dari ajaran Dante, tujuan negara adalah menciptakan perdamaian dunia.
Karena itu, diperlukan undang-undang yang seragam bagi umat manusia guna
mencapai tujuan tersebut
15
DAFTAR PUSTAKA
I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara Sejarah, Konsep dan Kajian Kenegaraan, Ctk.
Pertama, SetaraPress, Malang, 2012, hlm. 50-52.
16
17
18