2. Tujuan negara
Melindungi seluruh rakyat Indonesia dan tanah airnya
Tujuan utama negara Indonesia adalah perlindungan yang tertuang dalam
Undang-undang Dasar 1945 alinea keempat. Hal ini meliputi perlindungan bagi
seluruh komponen di Indonesia, seperti rakyatnya, kekayaan alam, kebudayaan,
dan nilai-nilai negara. Dalam pemenuhan hak sebagai warga negara, hukum
negara Indonesia memberikan parameter atau ukuran subjek hukum yang
dilindungi, dan hak warga negara telah dicantumkan dalam Undang-undang Dasar
1945, seperti hak asasi manusia, hak terhadap perlindungan hukum yang sama,
hak memperoleh pendidikan, dan hak memiliki sesuatu.
Fungsi Konstitusi
Fungsi konstitusi menurut guru besar hukum tata negara Jimly Asshiddiqie,
adalah
1. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.
2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga
negara
4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun
kegiatan penyelenggaraankekuasaannegara.
5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli
(yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
6. Fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan
identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation), serta sebagai center of
ceremony.
7. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam
arti sempit hanya di bidang politik maupun dalam arti luas mencakup bidang
sosial dan ekonomi.
8. Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembaruan masyarakat
3. Perubahan konstitusi
Sistem Perubahan Konstitusi Dalam sistem ketatanegaraan modern, ada dua
sistem yang berkembang dalam perubahan konstitusi, yaitu:
a. Renewal atau Pembaruan
Renewal atau pembaruan adalah sistem perubahan konstitusi secara
keseluruhan sehingga yang diberlakukan kemudian adalah konstitusi yang
benar-benar baru. Negara yang menganut sistem ini adalah Jerman, Perancis,
Belanda.
b. Amandemen atau Perubahan
Amandemen atau perubahan adalah perubahan konstitusi dengan tetap
memberlakukan konstitusi yang asli. Hasil perubahan tersebut merupakan
bagian atau lampiran yang menyertai konstitusi yang asli.
C. Sistem politik dan ketatanegaraan indonesia
1. KELEMBAGAAN NEGARA PASCA PERUBAHAN UNDANG UNDANG
1945
Perubahan UUD 1945 dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda
Sidang MPR dari 1999 hingga 2002 . Perubahan pertama dilakukan dalam Sidang
Umum MPR Tahun 1999. Arah perubahan pertama UUD 1945 adalah membatasi
kekuasaan Presiden dan memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) sebagai lembaga legislatif.
Perubahan kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR Tahun 2000. Perubahan
kedua menghasilkan rumusan perubahan pasal-pasal yang meliputi masalah
wilayah negara dan pembagian pemerintahan daerah, menyempumakan perubahan
pertama dalam hal memperkuat kedudukan DPR, dan ketentuan¬-ketentuan
terperinci tentang HAM.
Perubahan ketiga ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR 2001. Perubahan tahap
ini mengubah dan atau menambah ketentuan-ketentuan pasal tentang asas-asas
landasan bemegara, kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara,
serta ketentuan-ketentuan tentang Pemilihan Umum. Sedangkan perubahan
keempat dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR Tahun 2002.
Perubahan Keempat tersebut meliputi ketentuan tentang kelembagaan negara dan
hubungan antarlembaga negara, penghapusan Dewan Pertimbangan Agung
(DPA), pendidikan dan kebudayaan, perekonomian dan kesejahteraan sosial, dan
aturan peralihan serta aturan tambahan.
Empat tahap perubahan UUD 1945 tersebut meliputi hampir keseluruhan materi
UUD 1945. Naskah asli UUD 1945 berisi 71 butir ketentuan, sedangkan
perubahan yang dilakukan menghasilkan 199 butir ketentuan. Dari sisi kualitatif,
perubahan UUD 1945 bersifat sangat mendasar karena mengubah prinsip
kedaulatan rakyat yang semula dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR menjadi
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Hal itu menyebabkan semua
lembaga negara dalam UUD 1945 berkedudukan sederajat dan melaksanakan
kedaulatan rakyat dalam lingkup wewenangnya masing-masing. Perubahan lain
adalah dari kekuasaan Presiden yang sangat besar (concentration of power and
responsibility upon the President) menjadi prinsip saling mengawasi dan
mengimbangi (checks and balances). Prinsip-prinsip tersebut menegaskan cita
negara yang hendak dibangun, yaitu negara hukum yang demokratis.