Pancasila dirumuskan oleh para pendiri Negara yang memuat nilai- nilai luhur untuk menjadi
dasar Negara. Sebagai gambaran, di dalam tata nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut
sebagai nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktis.
2) nilai instrumental : Pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, biasanya dalam wujud nilai social atau
norma hukum, yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga-lembaga yang sesuai dengan
kebutuhan tempat dan waktu.
3) Nilai praktis : Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini merupakan
bahan ujian, apakah nilai dasar dan nilai instrumental sungguh-sungguh hidup dalam masyarakat
atau tidak.
Pengakuan adanya causa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya.
Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi diwajibkan memeluk agama sesuai
hukum yang berlaku.
Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.
Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, toleransi antarumat
dan dalam beragama.
Negara memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga dan menjadi
mediator ketika terjadi konflik antar agama.
Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan karena manusia
mempunyai sifat universal.
Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, hal ini juga bersifat universal.
Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. Hal ini berarti yang dituju
masyarakat Indonesia adalah keadilan dan peradaban yang tidak pasif. Perlu pelurusan
dan penegakan hukum yang kuat jika terjadi penyimpangan, karena keadilan harus
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Nasionalisme
Cinta bangsa dan tanah air
Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa
Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan, dan perbedaan warna
kulit.
Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggulangan.
Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrassi dalam arti umum, yaitu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu
diadakan tindakan bersama. Di sini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan
outusan bersama secara bulat.
Dalam melakukan putusan diperlukan kejujuran bersama. Hal yang perlu diingat bahwa
keputusasn bersama dilakukan secara bulat sebagai konsekuensi adanya kejujuran
bersama.
Perbedaan secara umum demokrasi di negara barat dan di negara Indonesia, yaitu terletak
pada permusyawaratan rakyat.
Nilai Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Beriku nilai-nilainya:
Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan berkelanjutan.
Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut
potensi masing-masing.
Melindungi yang lemah agar kelompok warga massyarakat dapat bekerja sesuai dengan
bidangnya.
Asas-asas yang dipakaidalam UUD No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia meliputi:
1.Asas Kewarganegaraan Umum,yaitu asas ius sanguinis dan asas ius soli.
2.Asas Kewarganegaraan khusus,yaitu asas kepentingan nasional,asas Perlindungan
maksimum,asas persamaan di dalam hukum dan pemerintah,asas kebenaran substantive,asas
nondiskriminatif,asas pengakuan dan penghormatan terhadap HAM,asasketerbukaan dan asas
publisitas
Hilangnya Kewarganegaraan Indonesia
Seseorang kehilangan kewarganegaraan Indonesia, jika terjadi hal-hal sbb:
1.Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri:
2.Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain,sedangkan orang yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu;
3.Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari presiden, dan sebagainya.
Untuk mengetahui perbedaan dan fungsi suprastruktur dan infrastruktur, simak pengertian dan
penjelasannya berikut ini.
Pengertian dan contoh suprastruktur politik
Dilansir dari E-modul Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas X Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (2019), suprastruktur politik adalah suatu organisasi atau lembaga resmi yang
dibentuk berlandaskan konstitusi yang berlaku.
Yang dimaksud konstitusi adalah kumpulan aturan dalam pemerintahan dalam sebuah negara.
Suprastruktur politik di Indonesia yaitu Trias Politica atau terbagi dalam tiga kekuasaan.
Komponen suprastruktur politik di Indonesia terdiri dari lembaga legislatif, eksekutif, dan
yudikatif.
Ketiga fungsi pemerintahan tersebut berperan dalam membuat kebijaksanaan negara.
Berikut contoh lembaga tinggi negara yang termasuk suprastruktur politik, seperti dikutip dari
Modul Pembelajaran SMA PPKn Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020).
Partai politik
Kelompok kepentingan (Interest Group)
Kelompok penekan (Pressure Group)
Media komunikasi politik.
Perbedaan Suprastruktur dan Infrastruktur Politik
Suprastruktur politik disebut sebagai struktur politik pemerintah atau struktur politik
kenegaraan, sedangkan infrastruktur politik disebut juga struktur politik kemasyarakatan.
Suprastruktur politik merupakan proses kekuasaan pemerintahan, sedangkan infrastruktur
politik prosesnya dari non-pemerintahan.
Suprastruktur politik mengacu pada lembaga yang membuat aturan-aturan negara,
sedangkan infrastruktur politik lebih mengarah pada pengelompokan warga negara
sebagai kekuatan sosial politik.
Contoh suprastruktur politik yaitu lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Sementara
contoh infrastruktur politik yaitu media massa, partai politik, tokoh-tokoh politik,
kelompok kepentingan (interest group), serta lembaga swadaya masyarakat.
Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara
(Undang-Undang Pasal 10).
Memilih dan memutuskan pengangkatan duta dan konsul (Undang-Undang Pasal 13 ayat
1).
Menerima dan menempatkan duta negara lain dengan memerhatikan pertimbangan dari
Dewan perwakilan Rakyat (Undang-Undang Pasal 13 ayat 1).
Memegang kekuasaan pemerintahan (Undang-Undang Dasar Pasal 4 ayat 1).
Menetapkan peraturan pemerintahan untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya (Undang-Undang Pasal 3 ayat 2).
Mengangkat dan memberhentikan para menteri (Undang-Undang Pasal 17 ayat 2).
Mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi
Undang-Undang (Undang-Undang Pasal 2 ayat 4).
Merancang Undang-Undang yang mengatur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang diajukan presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memerhatikan
pertimbangan DPD (Undang-Undang Pasal 23 ayat 2).
Meresmikan anggota BPK yang dipilih DPR dengan memerhatikan pertimbangan DPD
(Undang-Undang Pasal 23F ayat 1).
Memberikan persetujuan dan menetapkan Hakim Agung yang pencalonannya diusulkan
oleh Komisi Yudisial dan DPR (Undang-Undang Pasal 24A ayat 3).
Mengangkat dan memberhentikan anggota yudisial dengan persetujuan DPR *Undang-
Undang Pasal 24B ayat 3).
Menetapkan anggota hakim konstitusi di MK yang diajukan oleh MA, DPR, dan Presiden
(Undang-Undang Pasal 24C ayat 3).
5. Lembaga Eksekutif Wakil Presiden
Mengutip dari buku Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem UUD 1945, berikut adalah
tugas yang diemban oleh wakil presiden.
Merujuk pada website resmi Mahkamah Agung, lembaga politik ini memiliki fungsi peradilan,
fungsi pengawasan, fungsi mengatur, fungsi nasehat, fungsi administratif, dan fungsi lain-lain.
Berikut tugas dan wewenangnya:
Merujuk pada situs Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, berikut tugas yang wajib
dilaksanakan oleh Mahkamah Konstitusi.
Ketiga hal tersebut secara nyata sudah ada dan memiliki potensi untuk terus bertumbuh. Selain
itu, memiliki potensi untuk terus berkembang. Serta hidup sesuai dengan potensi dari daerah
tertentu.
c. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab
Prinsip otonomi daerah yang bertanggung jawab ini memiliki makna dalam suatu sistem
penyelenggaraan pemerintahan. Prinsip ini harus disesuaikan serta diperhatikan. Mengenai
tujuan dan maksud dari pemberian otonomi.
Tujuan-tujuan yang akan dicapai menurut prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah
mampu dan dapat memberdayakan daerahnya masing-masing. Ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dari masyarakat yang luas.
Manajemen pendidikan
Kurikulum
Akreditasi
Pendidik dan tenaga kependidikan
Perizinan pendidikan
Bahasa dan sastra
Wilayah negara Indonesia yang begitu luas juga dapat menghambat integrasi nasional. Seperti
diketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau dan
dipisahkan lautan luas.
3. Kuatnya Paham Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah fanatisme suku bangsa yang mempersepsikan kebudayaan yang dimiliki
lebih baik dari kebudayaan lainnya. Hal ini membuat tiap suku di Indonesia menganggap bahwa
budayanya lebih baik dari suku lain.
Kondisi tersebut bisa menjadi ancaman integrasi nasional.
4. Tidak Meratanya Pembangunan
Dengan wilayah negara Indonesia yang begitu luas, tantangan dalam melakukan integrasi
nasional ialah adanya ketimpangan pembangunan. Daerah di pulau Jawa dan Indonesia bagian
barat mungkin cenderung lebih maju pembangunannya daripada wilayah Indonesia timur.
Hal tersebut dapat menimbulkan rasa tidak puas bagi sebagian pihak.
5. Budaya Asli Mulai Tergerus
Mulai tergerusnya budaya asli Indonesia juga bisa menghambat integrasi nasional. Lemahnya
nilai-nilai budaya bangsa terjadi akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun tidak langsung.
Ancaman terhadap integrasi nasional bidang sosial budaya dari dalam didorong oleh faktor-
faktor sebagai berikut:
Isu kemiskinan
Isu kebodohan
Isu keterbelakangan
Isu ketidakadilan
Isu-isu tersebut dapat menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan dalam bangsa Indonesia,
antara lain:
Separatisme
Terorisme
Kekerasan
Bencana akibat perbuatan manusia
Adanya isu-isu yang mejadi faktor pendorong ancaman terhadap integrasi nasional tersebut akan
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme dan patriotisme.
Ancaman integrasi sosial budaya dari luar
Penyebab ancaman terhadap integrasi sosial budaya dari luar adalah pengaruh negatif
globalisasi. Berikut ini beberapa pengaruh negatif globalisasi terhadap integrasi sosial budaya:
Invasi merupakan bentuk agresi berskala paling besar dengan menggunakan kekuatan militer
bersenjata yang dikerahkan untuk menyerang dan menduduki wilayah Indonesia.
2. Pelanggaran wilayah
Bentuk lain dari ancaman militer yang peluang terjadinya cukup tinggi adalah tindakan
pelanggaran wilayah (wilayah laut, ruang udara, dan daratan) Indonesia oleh negara lain.
Konsekuensi Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas dan terbuka berpotensi terjadinya
pelanggaran wilayah
3. Pemberontakan bersenjata
Pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Indonesia yang sah merupakan bentuk ancaman
militer yang dapat merusak kewibawaan negara dan jalannya roda pemerintahan.
Kesetiaan menjadi tonggak utama dalam menciptakan persatuan serta kesatuan suatu negara.
Rasa setia kawan atau solidaritas dapat menjadi kekuatan tersendiri untuk mewujudkan tujuan
dan cita-cita nasional.
2. Asas Kejujuran
Kejujuran dalam berpikir serta bertindak menjadi sebuah asas wawasan nusantara yang sangat
penting. Berani berpikir dan bertindak hanya yang sesuai dengan fakta serta kenyataan, wajib
dilakukan demi tercapainya kemajuan.
3. Asas Kesamaan Tujuan
Mempunyai tujuan serta kepentingan yang sama. Sebagai contoh, di masa kemerdekaan saat
semua rakyat Indonesia melakukan berjuang bersama-sama mengusir para penjajah.
4. Asas Keadilan
Seluruh elemen masyarakat mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan keadilan dan
mewujudkan tujuan serta cita-cita nasional tidak boleh merugikan pihak tertentu maupun
mengutamakan kepentingan kelompok atau golongan sendiri. Hal ini berlaku dalam segala aspek
kehidupan bernegara, baik keadilan secara hukum, ekonomi, politik, serta sosial.
5. Asas Kerja Sama
Dengan adanya kesadaran pada tujuan serta kepentingan yang sama akan menciptakan
kerjasama antar elemen masyarakat. Kerjasama serta koordinasi tersebut dapat dilaksanakan
atas dasar kesetaraan agar terciptanya efektivitas dalam mencapai tujuan bersama.
Sebab kebersamaan dan gotong royong ini akan memudahkan serta meringankan suatu
pekerjaan termasuk dalam menghadapi tantangan terhadap implementasi wawasan nusantara.
Menghargai keberagaman suku, agama, dan budaya dalam membangun kebijakan politik
yang adil dan merata untuk semua rakyat Indonesia.
Mengembangkan hubungan yang baik antarnegara di kawasan Asia Tenggara, yang
didasarkan pada prinsip-prinsip perdamaian, saling menghormati, dan saling
menguntungkan.
Membangun kesadaran nasional yang kuat, sehingga rakyat Indonesia memiliki kesadaran
dan kebanggaan atas identitas dan sejarah bangsa.
Memperkuat sistem demokrasi dan keadilan sosial di Indonesia, sehingga seluruh rakyat
Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik
dan ekonomi negara.
Menjaga keutuhan wilayah Indonesia dan merawat lingkungan hidup secara berkelanjutan,
sehingga generasi sekarang dan yang akan datang dapat menikmati sumber daya alam
yang ada di Indonesia.
b. Bidang Ekonomi
Meningkatkan kemandirian ekonomi Indonesia dengan memperkuat sektor-sektor
ekonomi yang berpotensi besar, seperti pertanian, perikanan, industri, pariwisata, dan
sumber daya alam.
Mendorong kerja sama ekonomi dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Asia
Timur.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan dan pelatihan.
Membangun sarana dan prasarana yang memadai dan terintegrasi di seluruh wilayah
Indonesia untuk mempercepat pengembangan sektor-sektor ekonomi yang tertinggal.
Menjaga keberlanjutan lingkungan hidup dan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi
berkelanjutan.
c. Bidang Sosial Budaya
Memperkuat sistem hukum dan keadilan yang adil dan merata, dengan mengembangkan
kebijakan hukum yang adil.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses hukum dan kebijakan publik.
Mendorong pendekatan restorative justice dalam sistem hukum.
Meningkatkan penerapan hukum dan tata kelola yang baik, dengan memperkuat
kelembagaan, pemeriksaan, dan pengawasan di sektor publik dan swasta.
Menghormati dan melindungi hak-hak minoritas, dengan mengembangkan kebijakan yang
inklusif dan mendukung keberagaman budaya dan agama.
e. Bidang Pertahanan dan Keamanan
Hakiki: Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki oleh semua individu sejak lahir. Ini
berlaku tanpa memandang status, suku, jenis kelamin, atau perbedaan lainnya12.
Universal: Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang, tanpa terkecuali. Ini mencakup
seluruh umat manusia dan tidak terbatas pada batasan geografis atau budaya12.
Tidak dapat dicabut: Hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau diserahkan kepada pihak
lain. Ini merupakan hak yang melekat pada setiap individu2.
Dalam perspektif Pancasila, ciri-ciri Hak Asasi Manusia (HAM) meliputi prinsip-prinsip berikut:
Kesetaraan: Setiap individu memiliki hak yang sama di hadapan hukum dan tidak boleh
didiskriminasi atas dasar apapun, termasuk suku, agama, ras, atau jenis kelamin.
Keadilan Sosial: Hak untuk memperoleh perlakuan yang adil dan layak dari negara dan
masyarakat, termasuk hak atas pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan perlindungan
sosial.
Kemerdekaan: Hak untuk berpendapat, berserikat, dan berkumpul secara damai tanpa
takut akan penindasan atau represi dari pemerintah atau pihak lainnya.
Kesejahteraan: Hak untuk hidup layak dan berkembang secara optimal, termasuk hak atas
pekerjaan, makanan, perumahan, dan lingkungan yang sehat.
Kebebasan Beragama: Hak untuk memiliki keyakinan agama atau kepercayaan spiritual
tanpa paksaan, serta hak untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Perlindungan Hukum: Hak untuk dilindungi oleh hukum dan sistem peradilan yang adil,
serta hak untuk mendapatkan akses terhadap keadilan tanpa pandang bulu.
Partisipasi Politik: Hak untuk berpartisipasi dalam proses politik dan pemerintahan,
termasuk hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, serta hak untuk
menyampaikan pendapat dan kritik terhadap kebijakan pemerintah.
Kemandirian: Hak untuk menentukan nasib sendiri tanpa campur tangan yang tidak sah
dari pihak lain, termasuk hak untuk menentukan pilihan hidup, pekerjaan, dan keputusan
pribadi lainnya.
Ciri-ciri ini mencerminkan nilai-nilai dasar Pancasila yang mengutamakan keadilan, kesetaraan,
kemerdekaan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ada beberapa penyebab umum terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di Indonesia. Berikut adalah beberapa di
antaranya:
Sebagai sebuah falsafah dan ideologi dasar negara Indonesia, Pancasila memberikan landasan
yang kuat untuk penghormatan dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Namun,
dalam praktiknya, masih terjadi kasus pelanggaran HAM yang bertentangan dengan prinsip-
prinsip Pancasila. Berikut adalah contoh-contoh kasus pelanggaran HAM dalam perspektif
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara:
Penganiayaan Terhadap Aktivis dan Pembela HAM: Tindakan represif terhadap aktivis,
pembela HAM, atau jurnalis yang berusaha menyuarakan keadilan dan kebenaran dapat
dianggap sebagai pelanggaran HAM yang melanggar prinsip kebebasan berekspresi dan
hak untuk menyampaikan pendapat dalam Pancasila.
Pelanggaran Hak Ekonomi dan Sosial: Kasus ketidakadilan dalam distribusi sumber daya
ekonomi, perlakuan diskriminatif terhadap kelompok miskin atau marginal, serta
penindasan terhadap pekerja yang berupaya untuk memperjuangkan hak-hak buruh
adalah contoh pelanggaran HAM yang bertentangan dengan prinsip kesejahteraan sosial
dalam Pancasila.
Pelanggaran Hak Masyarakat Adat: Penjajahan atas tanah adat, pengusiran, atau
penganiayaan terhadap masyarakat adat yang berusaha mempertahankan hak-hak
tradisional dan lingkungan hidupnya juga dapat dianggap sebagai pelanggaran HAM yang
melanggar prinsip kedaulatan rakyat dan keadilan sosial dalam Pancasila.
Pelanggaran Terhadap Hak Anak: Kasus eksploitasi anak, pelecehan seksual terhadap
anak, atau ketidakadilan dalam sistem pendidikan anak merupakan contoh pelanggaran
HAM yang melanggar prinsip perlindungan terhadap generasi muda dalam Pancasila.
Ketidakadilan dalam Sistem Peradilan: Pelanggaran HAM juga terjadi ketika terdapat
ketidakadilan dalam sistem peradilan, seperti penyalahgunaan kekuasaan, ketidaknetralan
aparat penegak hukum, atau penggunaan hukum untuk menyuarakan kepentingan politik
tertentu, yang bertentangan dengan prinsip keadilan dalam Pancasila.
Dalam setiap kasus pelanggaran HAM, penting bagi negara dan masyarakat untuk berupaya
menegakkan nilai-nilai Pancasila serta mendorong adanya penegakan hukum yang adil dan
berkeadilan. Dengan demikian, hak-hak dasar setiap individu dapat dihormati dan dilindungi
sesuai dengan semangat persatuan dan keadilan dalam Pancasila.
Kedaulatan Rakyat: Prinsip ini tercermin dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang
menyatakan bahwa kekuasaan negara berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sesuai
dengan konstitusi. Kedaulatan rakyat menekankan bahwa kekuasaan berasal dari rakyat
dan untuk kepentingan rakyat.
Ketuhanan Yang Maha Esa: Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa negara
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Prinsip ini mengakui keberadaan Tuhan sebagai
landasan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Keadilan Sosial: Prinsip keadilan sosial tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menegaskan tujuan negara Indonesia adalah menciptakan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Prinsip ini menekankan pentingnya pembangunan yang merata dan
kesempatan yang sama bagi setiap warga negara.
Persatuan Indonesia: Prinsip persatuan Indonesia tercermin dalam Pasal 27 ayat (1) UUD
1945 yang menjamin setiap warga negara Indonesia mempunyai hak untuk berserikat,
berkumpul, dan menyatakan pendapatnya secara tertib dan damai. Hal ini menunjukkan
pentingnya persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Musyawarah dan Mufakat: Prinsip musyawarah dan mufakat tercermin dalam berbagai
pasal UUD 1945 yang menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam
pengambilan keputusan yang penting bagi negara. Prinsip ini mencerminkan semangat
demokrasi deliberatif di mana keputusan diambil melalui diskusi dan kesepakatan
bersama.
Kesetaraan: Prinsip kesetaraan tercermin dalam berbagai pasal UUD 1945 yang menjamin
hak-hak asasi setiap individu tanpa memandang suku, agama, ras, atau jenis kelamin.
Kesetaraan di dalam UUD 1945 menegaskan bahwa semua warga negara memiliki hak
yang sama di hadapan hukum.
Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila yang sesuai dengan UUD 1945 menggarisbawahi pentingnya
partisipasi rakyat, keadilan sosial, persatuan, musyawarah, dan kesetaraan dalam sistem politik
dan pemerintahan Indonesia. Prinsip-prinsip ini menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara
demokratis yang berdaulat dan berkeadilan.
Perubahan Sistem Politik: Sejarah Indonesia telah melihat perubahan dalam sistem politik,
termasuk masa Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. Setiap periode ini mengalami
dinamika politik yang berbeda, termasuk dalam hal partisipasi politik, kebebasan
berekspresi, dan mekanisme pemilihan umum.
Tantangan dan Krisis: Sejak kemerdekaan, Indonesia juga telah menghadapi berbagai
tantangan dan krisis yang mempengaruhi stabilitas politik dan kemajuan demokrasi.
Tantangan ini dapat berupa krisis ekonomi, konflik sosial, atau ketegangan politik yang
mempengaruhi kualitas demokrasi dan keadilan.
Partisipasi Masyarakat Sipil: Dinamika demokrasi Pancasila juga tercermin dalam peran
masyarakat sipil yang semakin aktif dalam memperjuangkan hak-hak demokratis,
mengawasi kinerja pemerintah, dan memperjuangkan keadilan sosial. Organisasi non-
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan media massa memainkan peran penting
dalam mendorong akuntabilitas dan transparansi pemerintah.
Penguatan Sistem Hukum: Penguatan sistem hukum dan penegakan hukum yang efektif
menjadi bagian penting dari dinamika demokrasi Pancasila. Hal ini termasuk memastikan
independensi lembaga peradilan, penegakan hukum yang adil, dan perlindungan terhadap
hak-hak individu dan kelompok.
Dengan demikian, dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan UUD 1945 mencakup berbagai
perubahan, perkembangan, dan tantangan yang mempengaruhi pelaksanaan sistem politik
berdasarkan prinsip-prinsip Pancasila di Indonesia. Upaya untuk memperkuat demokrasi
Pancasila memerlukan komitmen bersama dari semua pihak untuk memastikan partisipasi
masyarakat yang aktif, perlindungan hak asasi manusia, dan penegakan hukum yang adil.
Berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 3 berbunyi "Negara Indonesia adalah
negara hukum". Konsekuensinya adalah segala kehidupan kenegaraan selalu berdasarkan kepada
hukum. Untuk menjaga dan mengawasi hukum berjalan dengan efektif maka dibentuklah
lembaga peradilan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lembaga adalah badan (organisasi) yang tujuannya
melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.
Peradilan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas negara menegakkan hukum
dan keadilan. Lembaga peradilan sebagai sarana bagi masyarakat untuk mendapatkan keadilan
dan perlakuan yang semestinya di depan hukum.
Tugas warga negara adalah menampilkan sikap positif terhadap proses perlindungan dan
penegakan hukum di Indonesia.
Sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) didasarkan pada prinsip-prinsip Pancasila dan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam UUD 1945. Berikut adalah beberapa poin penting
yang menjelaskan sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan UUD 1945:
Kedudukan Hukum di Indonesia: Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menetapkan bahwa Negara
Indonesia berdasarkan atas hukum. Artinya, hukum merupakan landasan utama dalam
menjalankan kehidupan bernegara dan berbangsa, serta menentukan segala tindakan dan
kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan warga negara.
Fungsi Peradilan: Lembaga peradilan memiliki fungsi utama untuk menegakkan hukum
dan keadilan. Melalui proses peradilan, hakim memiliki kewenangan untuk memutuskan
perkara secara adil dan objektif berdasarkan hukum yang berlaku.
Hak Asasi Manusia dan Perlindungan Hukum: Pasal 28 UUD 1945 mengatur tentang
perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM) dan hak untuk mendapatkan
perlindungan hukum yang adil. Ini menunjukkan komitmen negara dalam menjaga dan
melindungi hak-hak dasar setiap individu, serta memastikan adanya akses terhadap
keadilan di dalam sistem peradilan.
Sistem Hukum Ganda: Indonesia memiliki sistem hukum ganda yang terdiri dari hukum
adat, hukum agama, dan hukum positif. Hukum positif, yang merupakan produk dari
peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah, merupakan sumber utama
hukum di Indonesia. Namun, hukum adat dan hukum agama juga diakui dan diberlakukan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan tertentu.
Dengan demikian, sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan UUD 1945
mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi Pancasila, kemerdekaan peradilan, perlindungan HAM,
serta kewenangan lembaga-lembaga peradilan dalam menjalankan fungsi-fungsinya secara
independen dan adil demi terciptanya keadilan bagi seluruh warga negara
Perilaku yang sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia sesuai dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah perilaku yang
mematuhi prinsip-prinsip hukum yang tercantum dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia. Berikut adalah beberapa contoh perilaku yang sesuai
dengan hukum berdasarkan UUD 1945:
Patuh terhadap Hukum: Warga negara Indonesia diwajibkan untuk mematuhi semua
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, baik itu hukum positif, hukum
adat, maupun hukum agama yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
Hormat terhadap Hak Asasi Manusia: Perilaku yang menghormati hak asasi manusia sesuai
dengan ketentuan UUD 1945, termasuk hak-hak dasar seperti hak atas hidup, kebebasan
beragama, kebebasan berekspresi, hak atas pendidikan, dan hak atas keadilan yang adil.
Partisipasi dalam Proses Demokrasi: Warga negara diharapkan untuk aktif berpartisipasi
dalam proses demokrasi, termasuk hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum,
hak untuk menyampaikan pendapat, dan hak untuk berorganisasi sesuai dengan
ketentuan UUD 1945.
Taat terhadap Kewajiban Hukum: Warga negara diharapkan untuk taat terhadap kewajiban
hukum, termasuk kewajiban membayar pajak, menghormati hak milik orang lain, menjaga
keamanan dan ketertiban umum, serta mematuhi aturan-aturan yang berlaku di
masyarakat.
Dengan mematuhi perilaku-perilaku di atas, seseorang akan dapat menjalani kehidupan yang
sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia sesuai dengan prinsip-prinsip yang tercantum
dalam UU
Bagi bangsa indonesia, hubungan internasional memiliki arti penting antara lain :
1. Pembentukan satu negara republik indonesia yang demokratis.
2. Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur secara material ataupun spiritual.
3. Pembentukan satu persahabatan yang baik antara republik indonesia dan semua negara di
dunia.
4. Mmpertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara.
5. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar.
6. Meningkatkan perdamaian internasional.
7. Meningkatkan persaudaraan segala bangsa.Pola hubungan internasional yang dibangun
bangsa indonesia dapat dilihat dari kebijakan politk luar negeri indonesia. Kebijakan politik luar
negeri indonesia menerapkan prinsip politik luar negeri yang bebas aktif dan diabdikan bagi
kepentingan nasional. Bebas artinya bahwa bangsa indonesua bebas menjalin hubungan dan
kerja sama dengan bangsa mana pun di dunia. Aktif artinya bahwa bangsa indonesia selalu
berusaha secara aktif dalam usaha menciptakan perdamaian dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Sebagaimana diatur dalam alinea keempat
pembukaan UUD 1945 dan pasal 11 UUD 1945.
Mediator dan Penengah Konflik: Sebagai negara yang memiliki politik luar negeri bebas
aktif, Indonesia sering kali berperan sebagai mediator dan penengah dalam konflik
antarnegara. Contohnya adalah peran Indonesia dalam proses perdamaian di Kamboja,
Aceh, dan beberapa konflik di Timor Leste.
Diplomasi Kerjasama Regional: Indonesia aktif dalam diplomasi kerjasama regional untuk
membangun stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya, misalnya
melalui ASEAN, Forum Kerjasama Asia Timur, dan berbagai forum regional lainnya.
Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam menciptakan perdamaian dunia melalui
partisipasinya dalam berbagai organisasi internasional. Beberapa peran Indonesia dalam upaya
menciptakan perdamaian dunia melalui organisasi internasional antara lain:
Peran dalam PBB: Sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia aktif
berperan dalam upaya menciptakan perdamaian dunia melalui partisipasi dalam berbagai
forum, misalnya Dewan Keamanan, Majelis Umum, dan Badan Ekonomi dan Sosial PBB.
Indonesia juga seringkali menyuarakan pandangan-pandangannya tentang isu-isu
perdamaian dan keamanan global.
Peran dalam Gerakan Non-Blok: Indonesia adalah salah satu pendiri Gerakan Non-Blok
(GNB) dan memiliki peran penting dalam menjaga solidaritas dan kesatuan dalam gerakan
ini. Melalui GNB, Indonesia berusaha untuk mengedepankan prinsip-prinsip perdamaian,
kedaulatan nasional, dan non-intervensi.
Peran dalam ASEAN: Sebagai anggota pendiri dan salah satu negara terbesar di ASEAN,
Indonesia memainkan peran penting dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan
Asia Tenggara. Melalui ASEAN, Indonesia berupaya untuk membangun kerjasama
ekonomi, politik, dan keamanan yang saling menguntungkan untuk menciptakan
perdamaian di kawasan tersebut.
Peran dalam Organisasi Islam Internasional: Indonesia juga berperan dalam organisasi-
organisasi internasional yang bertujuan untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi
antarumat beragama, seperti Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Liga Negara-Negara
Arab.
Peran dalam Forum Kerjasama Asia Timur: Sebagai anggota forum kerjasama regional
seperti ARF (Forum Regional ASEAN), Indonesia berupaya untuk membangun keamanan
dan stabilitas di kawasan Asia Timur dengan berdialog dan bekerja sama dengan negara-
negara lain di kawasan tersebut.
Melalui peran-peran dalam berbagai organisasi internasional tersebut, Indonesia berusaha untuk
menjadi kekuatan yang aktif dalam menciptakan perdamaian dunia, mempromosikan kerjasama
antarbangsa, dan mengatasi berbagai tantangan keamanan global.
Ancaman terhadap ideologi di Indonesia dapat berasal dari berbagai faktor dan pihak.
Berikut adalah beberapa contoh ancaman terhadap ideologi di Indonesia:
Ekstremisme Agama:
Salah satu ancaman utama terhadap ideologi di Indonesia adalah ekstremisme agama, di
mana kelompok-kelompok ekstremis mencoba untuk menerapkan interpretasi yang
radikal terhadap ajaran agama dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dapat mengancam
prinsip-prinsip Pancasila yang menghormati keragaman agama dan keyakinan.
Ideologi Anti-Pancasila:
Ancaman terhadap ideologi di Indonesia juga datang dari gerakan atau paham yang secara
terang-terangan menentang atau menolak prinsip-prinsip Pancasila sebagai ideologi
negara. Paham-paham ini bisa berasal dari dalam maupun luar negeri dan berpotensi
mengganggu fondasi ideologis negara.
Pemerintah Indonesia secara aktif melakukan berbagai langkah untuk menghadapi dan
menanggulangi ancaman-ancaman tersebut melalui kebijakan-kebijakan yang proaktif,
penegakan hukum yang tegas, pendidikan dan dialog antarumat beragama, serta kerja sama
dengan masyarakat sipil dan negara-negara lain dalam upaya pencegahan ekstremisme dan
radikalisme.
Ancaman terhadap politik di Indonesia dapat berasal dari berbagai faktor dan pihak, baik dari
dalam negeri maupun luar negeri. Berikut adalah beberapa contoh ancaman terhadap politik di
Indonesia:
Pengaruh Eksternal:
Ancaman politik juga bisa datang dari campur tangan negara-negara atau pihak asing
dalam urusan politik dalam negeri Indonesia. Campur tangan ini bisa berupa pengaruh
dalam pemilihan umum, upaya untuk mempengaruhi kebijakan politik, atau mendukung
gerakan-gerakan separatisme dan radikalisme.
Radikalisasi Politik:
Ancaman politik juga bisa datang dari radikalisasi politik, di mana kelompok-kelompok
ekstremis mencoba untuk mengubah sistem politik dan tata pemerintahan secara drastis
sesuai dengan agenda mereka sendiri.
Pemerintah Indonesia dan berbagai lembaga terkait terus berupaya untuk mengatasi ancaman-
ancaman tersebut melalui kebijakan-kebijakan yang proaktif, penegakan hukum yang tegas,
pendidikan politik yang inklusif, dan upaya-upaya lainnya untuk memperkuat demokrasi,
keadilan, dan stabilitas politik di Indonesia.
Ancaman terhadap ekonomi di Indonesia dapat berasal dari berbagai faktor internal maupun
eksternal yang dapat mengganggu stabilitas dan pertumbuhan ekonomi negara. Berikut adalah
beberapa contoh ancaman terhadap ekonomi di Indonesia:
Krisis Ekonomi Global: Indonesia rentan terhadap dampak dari krisis ekonomi global
seperti krisis keuangan, resesi ekonomi, atau fluktuasi harga komoditas global. Krisis
tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional, dan
stabilitas sektor keuangan di Indonesia.
Bencana Alam dan Perubahan Iklim: Indonesia sering mengalami bencana alam seperti
gempa bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi yang dapat menyebabkan
kerugian ekonomi yang besar dan mengganggu aktivitas ekonomi.
Penurunan Daya Saing: Ancaman terhadap daya saing ekonomi Indonesia, baik di tingkat
regional maupun global, dapat mengurangi peluang ekspansi perdagangan internasional,
investasi asing, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pemerintah Indonesia dan berbagai pemangku kepentingan terus berupaya untuk mengatasi
ancaman-ancaman tersebut melalui kebijakan-kebijakan ekonomi yang proaktif, peningkatan
kualitas infrastruktur, peningkatan transparansi dan akuntabilitas, serta dukungan terhadap
sektor-sektor ekonomi yang potensial untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif
dan berkelanjutan.
Kesenjangan Sosial-Ekonomi:
Ketidakadilan dalam distribusi kekayaan dan peluang dapat menyebabkan ketegangan
sosial dan konflik di masyarakat. Kesenjangan sosial-ekonomi antara kelompok-kelompok
tertentu juga dapat mengancam kerukunan dan solidaritas sosial.
Ancaman terhadap pertahanan dan keamanan di Indonesia dapat berasal dari berbagai faktor,
termasuk ancaman internal dan eksternal yang dapat mengganggu stabilitas negara dan
keamanan nasional. Berikut adalah beberapa contoh ancaman terhadap pertahanan dan
keamanan di Indonesia:
Konflik Separatis:
Beberapa daerah di Indonesia masih menghadapi konflik separatis yang berpotensi
mengancam integritas wilayah negara dan keamanan nasional. Upaya-upaya separatis
tersebut dapat menimbulkan ketegangan sosial, kekacauan politik, dan gangguan
terhadap aktivitas ekonomi.
Kriminalitas Transnasional:
Kriminalitas transnasional seperti perdagangan narkoba, perdagangan manusia, pencucian
uang, dan perompakan laut dapat mengancam keamanan nasional dan stabilitas ekonomi.
Kelompok-kelompok kriminal tersebut dapat beroperasi secara lintas batas dan
menimbulkan kerugian besar bagi negara.
Pemerintah Indonesia, bersama dengan aparat keamanan dan lembaga terkait lainnya, terus
berupaya untuk mengatasi ancaman-ancaman tersebut melalui langkah-langkah preventif,
penegakan hukum yang tegas, kerjasama internasional, dan pembangunan kapasitas pertahanan
yang kuat untuk menjaga kedaulatan negara dan keamanan
Dalam menghadapi berbagai ancaman terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan di Indonesia, pemerintah dan berbagai lembaga terkait telah
mengembangkan berbagai strategi dan pendekatan. Berikut adalah beberapa strategi yang
dapat digunakan dalam menghadapi ancaman tersebut:
Membangun ketangguhan masyarakat dan infrastruktur terhadap bencana alam dan krisis
kemanusiaan. Ini termasuk perencanaan penanggulangan bencana, pendidikan mitigasi bencana,
pembangunan infrastruktur tangguh, dan penyediaan bantuan kemanusiaan yang cepat dan
efektif.
Strategi-strategi ini harus dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan oleh pemerintah,
lembaga terkait, masyarakat sipil, dan sektor swasta untuk mencapai tujuan yang diinginkan
dalam menjaga keutuhan, keamanan, dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi pendorong persatuan dan kesatuan bangsa
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), antara lain:
Pancasila:
Pancasila sebagai ideologi negara mengedepankan nilai-nilai universal seperti
kemanusiaan, persatuan, keadilan, demokrasi, dan kerakyatan. Pancasila menjadi landasan
bersama bagi semua warga Indonesia, tanpa memandang perbedaan.
Kesemuanya, faktor-faktor ini saling berinteraksi dan saling mendukung dalam memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sebagai satu entitas negara yang kokoh dan berdaulat.
Meskipun terdapat berbagai faktor yang menjadi pendorong persatuan dan kesatuan bangsa
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), namun juga terdapat faktor-faktor yang dapat
menjadi penghambat dalam mencapai persatuan dan kesatuan yang kuat. Berikut adalah
beberapa faktor penghambat persatuan dan kesatuan bangsa di Indonesia:
Konflik Horisontal:
Konflik antarsuku, antaragama, atau antarkepentingan politik di berbagai daerah di
Indonesia dapat mengganggu stabilitas dan persatuan bangsa.
Sentimen Separatis:
Adanya gerakan separatisme di beberapa daerah di Indonesia dapat mengancam kesatuan
wilayah dan menyebabkan ketegangan politik dan sosial.
Kesenjangan Sosial-Ekonomi:
Kesenjangan ekonomi dan sosial antara daerah kaya dan miskin, serta antara kelompok
masyarakat, dapat menyulitkan terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa.
Ketidakadilan Hukum:
Ketidakadilan dalam sistem hukum dan penegakan hukum yang selektif dapat mengurangi
kepercayaan masyarakat terhadap negara dan melemahkan kesatuan nasional.
Pengaruh Asing:
Campur tangan pihak asing dalam urusan dalam negeri Indonesia, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mengganggu stabilitas politik dan sosial serta mengancam
kedaulatan negara.
Untuk mengatasi faktor-faktor penghambat tersebut, diperlukan upaya yang terkoordinasi dan
terpadu dari pemerintah, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan untuk memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mempromosikan nilai-nilai kebhinekaan, keadilan, dan
kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hak dan kewajiban warga negara memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai makna hak dan kewajiban warga
negara dalam konteks tersebut:
Makna hak dan kewajiban warga negara menunjukkan bahwa setiap individu memiliki peran yang
sama pentingnya dalam membangun dan memelihara kehidupan berbangsa dan bernegara yang
adil, sejahtera, dan demokratis. Hak memberikan kebebasan dan perlindungan terhadap individu,
sementara kewajiban mengingatkan bahwa kebebasan itu haruslah dibatasi oleh tanggung jawab
kepada masyarakat dan negara. Dengan pemenuhan hak dan kewajiban yang seimbang,
diharapkan tercipta hubungan yang harmonis antara individu, masyarakat, dan negara dalam
upaya mencapai kemajuan bersama.
Sebagai contoh kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, berikut adalah beberapa contoh:
Semua contoh di atas menunjukkan bahwa pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
negara dapat merusak tatanan sosial, politik, dan ekonomi negara serta mengancam kestabilan
dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, penting untuk terus
mempromosikan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara serta menegakkan aturan
hukum untuk menjaga keutuhan dan kemajuan negara.
Kedaulatan Hukum:
Prinsip kedaulatan hukum menekankan bahwa negara berdasarkan hukum (rechtsstaat),
artinya segala tindakan pemerintah dan warga negara harus sesuai dengan hukum yang
berlaku. Dalam konteks ini, hukum menjadi supremasi yang harus dijunjung tinggi oleh
semua pihak.
Keadilan:
Keadilan menjadi pijakan utama dalam penegakan hukum di Indonesia. Hal ini mencakup
prinsip bahwa setiap individu memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan
setara di hadapan hukum, tanpa diskriminasi berdasarkan status sosial, ekonomi, agama,
atau kelompok lainnya.
Perlindungan Hak Asasi Manusia:
Perlindungan hak asasi manusia (HAM) merupakan komitmen fundamental dalam sistem
hukum Indonesia. Penegakan hukum harus memastikan bahwa hak-hak dasar setiap
individu dihormati dan dilindungi, termasuk hak atas kebebasan, kesetaraan, keadilan,
dan martabat manusia.
Ketentuan Konstitusi:
Konstitusi Republik Indonesia, terutama Undang-Undang Dasar 1945, menjadi landasan
utama dalam sistem hukum Indonesia. Penegakan hukum haruslah selaras dengan
ketentuan-ketentuan konstitusi, yang menjamin hak-hak warga negara serta mengatur
struktur dan fungsi pemerintahan.
Kepastian Hukum:
Prinsip kepastian hukum (legal certainty) menekankan bahwa hukum harus jelas, terbuka,
dan dapat diprediksi sehingga setiap individu dapat mengetahui hak dan kewajibannya
secara pasti. Ini menciptakan lingkungan yang stabil dan dapat dipercaya untuk aktivitas
hukum dan ekonomi.
Kerjasama Internasional:
Indonesia juga terlibat dalam kerjasama internasional dalam bidang penegakan hukum,
seperti ekstradisi, penanganan kejahatan lintas batas, dan pengembangan kapasitas
lembaga penegak hukum. Ini bertujuan untuk memperkuat sistem peradilan dan
penegakan hukum di tingkat global.
Hakikat ini menunjukkan bahwa perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia bertujuan
untuk menciptakan sistem hukum yang adil, efektif, dan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi
dan supremasi hukum. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut, diharapkan terwujudnya
masyarakat yang berkeadilan dan berkedaulatan hukum.
Lembaga penegak hukum memiliki peran yang sangat penting dalam menjamin keadilan dan
kedamaian dalam suatu negara. Berikut adalah beberapa peran utama lembaga penegak
hukum dalam konteks tersebut:
Penegakan Hukum:
Peran utama lembaga penegak hukum adalah untuk menegakkan hukum dan mengambil
tindakan terhadap pelanggar hukum. Ini mencakup penyelidikan, penuntutan, dan
penahanan terhadap pelaku kejahatan serta memberikan sanksi yang sesuai.
Pencegahan Kejahatan:
Selain menindak kejahatan yang sudah terjadi, lembaga penegak hukum juga memiliki
peran dalam mencegah terjadinya kejahatan. Ini dilakukan melalui kegiatan pengawasan,
patroli, dan kerja sama dengan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menangani potensi
kejahatan.
Kerjasama Internasional:
Lembaga penegak hukum dapat berperan dalam kerjasama internasional untuk menangani
kejahatan lintas batas, seperti perdagangan manusia, narkotika, dan terorisme. Kerjasama
ini melibatkan pertukaran informasi, ekstradisi, dan koordinasi tindakan antar-negara
untuk mengatasi ancaman kejahatan yang lintas negara.
Melalui peran-peran ini, lembaga penegak hukum berkontribusi secara signifikan dalam menjaga
keadilan, keamanan, dan kedamaian dalam suatu negara. Dengan menjalankan tugas-tugas
mereka dengan profesionalisme, independensi, dan akuntabilitas, mereka dapat membantu
membangun masyarakat yang berkeadilan dan berkedamaian bagi semua warganya.
Dinamika pelanggaran hukum di Indonesia melibatkan berbagai faktor yang kompleks dan
beragam, yang berkembang seiring dengan perubahan sosial, ekonomi, politik, dan budaya di
dalam negeri. Berikut adalah beberapa aspek dinamika pelanggaran hukum di Indonesia:
Korupsi:
Korupsi merupakan salah satu bentuk pelanggaran hukum yang cukup merajalela di
Indonesia. Faktor-faktor seperti rendahnya transparansi, lemahnya penegakan hukum, dan
budaya suap yang masih mendarah daging menjadi pemicu utama terjadinya korupsi di
berbagai level pemerintahan dan sektor swasta.
Ketidakstabilan Politik:
Ketidakstabilan politik, konflik antarkepentingan politik, dan polarisasi masyarakat juga
dapat mempengaruhi dinamika pelanggaran hukum. Politisasi aparat penegak hukum dan
penggunaan hukum sebagai alat untuk mencapai tujuan politik juga dapat merusak
independensi dan integritas lembaga hukum.
Dinamika pelanggaran hukum di Indonesia merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor
internal dan eksternal yang kompleks. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang
komprehensif dan berkelanjutan dari pemerintah, lembaga hukum, masyarakat sipil, dan semua
pemangku kepentingan untuk meningkatkan penegakan hukum, mendorong keadilan, dan
memperkuat supremasi hukum di seluruh negeri.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap negara dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan
semangat persatuan dalam keberagaman. Berikut adalah beberapa pengaruh positifnya:
Pemberdayaan Masyarakat:
IPTEK memberdayakan masyarakat melalui akses yang lebih besar terhadap pengetahuan
dan sumber daya, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam proses
pembangunan, pengambilan keputusan, dan pemanfaatan peluang ekonomi dan sosial.
Dengan demikian, kemajuan IPTEK memiliki dampak positif yang signifikan dalam memperkuat
semangat Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia, yang menghargai keberagaman budaya, agama,
dan suku bangsa sebagai kekayaan dan kekuatan negara. Ini menunjukkan bahwa IPTEK dapat
menjadi alat yang efektif dalam memperkuat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman.
Meskipun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) membawa banyak manfaat,
namun juga dapat memiliki beberapa dampak negatif terhadap negara dalam bingkai
Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan semangat persatuan dalam keberagaman. Berikut
adalah beberapa pengaruh negatifnya:
1. Polarisasi dan Fragmentasi Masyarakat: Perkembangan teknologi informasi, terutama
media sosial, dapat memperkuat polarisasi dan fragmentasi masyarakat. Berita palsu
(hoaks), propaganda, dan narasi yang memecah-belah dapat dengan mudah menyebar,
memperdalam kesenjangan dan konflik antarberbagai kelompok masyarakat.
2. Krisis Identitas dan Nilai Budaya: Globalisasi dan penetrasi budaya luar melalui media
massa dan teknologi dapat mengancam identitas dan nilai-nilai budaya lokal. Hal ini dapat
mengakibatkan krisis identitas dan kehilangan jati diri masyarakat lokal, serta
meningkatkan risiko konflik budaya dan agama.
Sikap selektif dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
bingkai Bhinneka Tunggal Ika mengacu pada pendekatan yang bijaksana dalam
memanfaatkan dan mengatur kemajuan teknologi agar sesuai dengan nilai-nilai keberagaman
dan persatuan dalam masyarakat Indonesia. Berikut adalah beberapa prinsip yang dapat
menjadi dasar bagi sikap selektif tersebut:
1. Penguatan Kebijakan Regulasi: Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan regulasi
yang cermat untuk mengatur penggunaan dan pengembangan teknologi agar sesuai
dengan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini termasuk pembentukan undang-undang
yang melindungi hak asasi manusia, privasi, kebebasan berekspresi, dan keberagaman
budaya.
2. Promosi Inovasi Lokal: Sikap selektif dapat mencakup dukungan terhadap inovasi lokal
yang memperkuat keberagaman budaya dan mempromosikan nilai-nilai lokal. Pemerintah
dapat memberikan insentif dan dukungan bagi pengembangan teknologi yang
berlandaskan pada nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
3. Pendidikan dan Kesadaran Teknologi: Pendidikan tentang dampak teknologi dan
kesadaran akan pentingnya penggunaan teknologi secara bertanggung jawab dapat
membantu masyarakat untuk mengadopsi sikap selektif. Dengan pemahaman yang lebih
baik tentang implikasi sosial, budaya, dan ekonomi dari teknologi, masyarakat dapat
membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam menghadapi kemajuan teknologi.
4. Perlindungan Terhadap Kesenjangan Digital: Sikap selektif juga mencakup upaya untuk
mengurangi kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta antara
kelompok masyarakat yang berbeda. Pemerintah dapat memberikan akses yang lebih
merata terhadap teknologi dan memastikan bahwa semua orang memiliki kesempatan
yang sama untuk memanfaatkan kemajuan teknologi.
5. Penghormatan Terhadap Keanekaragaman Budaya: Dalam menghadapi kemajuan
teknologi, penting untuk menghormati dan mempertahankan keanekaragaman budaya
Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong pengembangan teknologi yang
memperkuat identitas budaya, bahasa, dan tradisi lokal, serta melindungi warisan budaya
dari pengaruh globalisasi yang merusak.
6. Pemantauan Terhadap Dampak Negatif: Pemerintah dan masyarakat perlu melakukan
pemantauan terhadap dampak negatif dari kemajuan teknologi, termasuk dampak
terhadap lingkungan, kesehatan, ekonomi, dan sosial budaya. Langkah-langkah mitigasi
harus diambil untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dan meminimalkan risiko
negatifnya.
Dengan mengadopsi sikap selektif yang bijaksana dalam menghadapi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, Indonesia dapat memanfaatkan potensi positif teknologi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sambil tetap memperkuat nilai-nilai Bhinneka Tunggal
Ika yang menjadi landasan persatuan dan keberagaman bangsa.
Hakikat dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menggambarkan esensi dan
karakteristik inti dari negara Indonesia. Berikut adalah penjelasan tentang hakikat NKRI:
1. Kesatuan: NKRI adalah negara yang bersifat kesatuan, di mana seluruh wilayah Indonesia
merupakan bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari satu kesatuan negara. Prinsip
kesatuan ini menghindarkan adanya pemisahan wilayah atau otonomi yang berlebihan di
tingkat daerah yang dapat mengancam persatuan bangsa.
2. Republik: NKRI adalah negara republik, yang berarti pemerintahan negara dijalankan oleh
wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui pemilihan umum secara demokratis. Prinsip
republik menekankan bahwa kekuasaan tertinggi berada pada rakyat, dan pemerintahan
berdasarkan konstitusi yang demokratis.
3. Kedaulatan: NKRI memiliki kedaulatan yang mutlak atas wilayahnya, yang berarti negara
memiliki hak dan wewenang penuh untuk mengatur urusan dalam negeri maupun
hubungan luar negeri sesuai dengan kepentingan nasional. Kedaulatan ini meliputi
kekuasaan pemerintah dalam menjalankan fungsi-fungsi negara seperti legislasi,
eksekutif, dan yudikatif.
4. Kedaulatan Rakyat: Prinsip kedaulatan rakyat mengandung makna bahwa kekuasaan
tertinggi dalam negara berada pada rakyat. Rakyat memiliki hak untuk menentukan masa
depan dan pembangunan negara melalui pemilihan umum secara bebas dan adil serta
melalui partisipasi dalam pembentukan kebijakan negara.
5. Bhinneka Tunggal Ika: Konsep Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan moto negara
Indonesia menggambarkan semangat persatuan dalam keberagaman. Meskipun terdiri
dari beragam suku, agama, bahasa, dan budaya, Indonesia tetap bersatu sebagai satu
bangsa di bawah satu bendera dan satu negara.
6. Kepatuhan terhadap Hukum: NKRI mendasarkan sistemnya pada hukum yang berlaku
secara adil dan merata bagi seluruh warga negara. Negara menghormati supremasi hukum
dan memastikan penegakan hukum yang efektif untuk menjaga ketertiban dan keadilan di
masyarakat.
7. Pancasila: Sebagai ideologi negara, Pancasila menjadi landasan bagi NKRI. Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia yang terdiri dari lima sila, yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Pancasila menjadi pedoman dalam
pembentukan dan pelaksanaan kebijakan negara serta dalam menjaga keselarasan dan
harmoni antara berbagai kepentingan dan nilai-nilai di masyarakat.
Hakikat NKRI mencerminkan komitmen Indonesia terhadap prinsip-prinsip persatuan, kedaulatan,
dan keadilan serta semangat untuk membangun negara yang adil, demokratis, dan bermartabat.
Dengan memegang teguh nilai-nilai ini, NKRI dapat terus berkembang dan memberikan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dinamika persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia telah mengalami berbagai perubahan dan
tantangan dari masa ke masa. Berikut adalah gambaran umum tentang dinamika tersebut dari
masa ke masa:
1. Era Pra-Kemerdekaan: Sebelum kemerdekaan, Indonesia merupakan wilayah yang terdiri
dari berbagai kerajaan, kesultanan, dan daerah yang memiliki identitas dan kepentingan
sendiri-sendiri. Dinamika pada masa ini terutama ditandai oleh perjuangan bersama
melawan penjajahan kolonial serta pergerakan nasional yang beragam, yang akhirnya
mengarah pada proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945.
2. Era Kemerdekaan dan Persatuan: Setelah kemerdekaan, Indonesia menghadapi
tantangan besar dalam mempersatukan berbagai entitas politik, budaya, dan agama
menjadi satu negara yang kokoh. Dinamika pada masa ini termasuk upaya untuk
menyatukan berbagai kepentingan lokal menjadi kesatuan nasional melalui pembentukan
Republik Indonesia dan pembangunan nasional.
3. Era Konflik dan Integrasi: Periode ini ditandai oleh berbagai konflik dan tantangan
terhadap persatuan dan kesatuan bangsa, termasuk pemberontakan regional, konflik antar
etnis, serta upaya untuk meruntuhkan negara secara internal maupun eksternal. Upaya
integrasi nasional yang intensif diarahkan pada memperkuat identitas nasional Indonesia
dan mengatasi ketimpangan serta ketidaksetaraan antarwilayah.
4. Era Reformasi: Pasca-Reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami transformasi besar
dalam berbagai aspek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Dinamika pada masa ini
mencakup upaya untuk memperkuat demokrasi, mengatasi konflik horizontal,
meningkatkan otonomi daerah, serta memperkuat prinsip persatuan dalam keberagaman.
5. Era Globalisasi: Dengan berkembangnya era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada
tantangan baru terhadap persatuan dan kesatuan bangsa, termasuk pengaruh budaya luar,
perubahan sosial ekonomi, dan dinamika politik global. Dinamika pada masa ini mencakup
upaya untuk menjaga identitas budaya dan nilai-nilai nasional dalam menghadapi arus
globalisasi yang dinamis.
Dari masa ke masa, dinamika persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia merupakan hasil dari
interaksi antara berbagai faktor internal dan eksternal yang kompleks. Meskipun menghadapi
berbagai tantangan, semangat persatuan dalam keberagaman serta komitmen untuk
membangun negara yang adil, demokratis, dan berdaulat tetap menjadi landasan utama bagi
bangsa Indonesia. Dengan menjaga dan memperkuat persatuan serta kesatuan, Indonesia dapat
terus maju sebagai bangsa yang besar dan kuat di panggung dunia.
Menjaga dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa merupakan tugas yang
penting bagi setiap warga negara dan pemerintah Indonesia. Berikut adalah beberapa upaya
yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini:
1. Pendidikan Nilai-Nilai Persatuan: Pendidikan merupakan kunci dalam membangun
kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Sekolah-sekolah dapat
memasukkan materi yang mengajarkan nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, serta
sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam kurikulumnya.
2. Promosi Toleransi dan Dialog Antarumat Beragama: Mendorong dialog antarumat
beragama dan mempromosikan toleransi adalah langkah penting dalam menjaga
kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Ini termasuk penyelenggaraan kegiatan
bersama antarumat beragama, dialog antaragama, dan kampanye anti-diskriminasi.
3. Penguatan Identitas Nasional: Memperkuat identitas nasional Indonesia melalui promosi
kebudayaan dan kearifan lokal serta penghormatan terhadap budaya daerah dan adat
istiadat merupakan langkah penting dalam membangun rasa kebanggaan dan persatuan
sebagai bangsa.
4. Pemerataan Pembangunan: Memastikan bahwa pembangunan ekonomi dan sosial merata
di seluruh wilayah Indonesia adalah kunci untuk mencegah ketidakpuasan dan konflik
yang dapat mengancam persatuan. Ini termasuk pengembangan infrastruktur, layanan
publik, dan peluang ekonomi di daerah-daerah terpencil.
5. Penguatan Keadilan Sosial: Memperkuat sistem yang adil dan merata dalam distribusi
kekayaan dan kesempatan merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan sosial dan
menghindari ketimpangan yang dapat mengancam persatuan bangsa.
6. Penegakan Hukum yang Adil: Menegakkan hukum secara adil dan merata kepada semua
warga negara tanpa pandang bulu adalah penting untuk memperkuat kepercayaan
masyarakat terhadap negara dan memastikan bahwa semua warga merasa diperlakukan
secara sama di hadapan hukum.