Anda di halaman 1dari 46

PPKN

 Pancasila dirumuskan oleh para pendiri Negara yang memuat nilai- nilai luhur untuk menjadi
dasar Negara. Sebagai gambaran, di dalam tata nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut
sebagai nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktis.

3 tata nilai utama pancasila , meliputi :


1) nilai dasar : Asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kurang lebih mutlak. Nilai dasar
berasal dari nilai-nilai kultural atau budaya yang berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri, yaitu
yang berakar dari kebudayaan, sesuai dengan UUD 1945 yang mencerminkan hakikat nilai
kultural.

2) nilai instrumental : Pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, biasanya dalam wujud nilai social atau
norma hukum, yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga-lembaga yang sesuai dengan
kebutuhan tempat dan waktu.
3) Nilai praktis : Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini merupakan
bahan ujian, apakah nilai dasar dan nilai instrumental sungguh-sungguh hidup dalam masyarakat
atau tidak.

 Nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Berikut nilai-nilai penyelenggaraannya:

 Pengakuan adanya causa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
 Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya.
 Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi diwajibkan memeluk agama sesuai
hukum yang berlaku.
 Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.
 Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, toleransi antarumat
dan dalam beragama.
 Negara memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga dan menjadi
mediator ketika terjadi konflik antar agama.

Nilai Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Berikut nilai-nilai penyelenggaraannya:

 Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan karena manusia
mempunyai sifat universal.
 Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, hal ini juga bersifat universal.
 Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. Hal ini berarti yang dituju
masyarakat Indonesia adalah keadilan dan peradaban yang tidak pasif. Perlu pelurusan
dan penegakan hukum yang kuat jika terjadi penyimpangan, karena keadilan harus
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai Sila Persatuan Indonesia


Nilai-nilai penyelenggaraannya sebagai berikut:

 Nasionalisme
 Cinta bangsa dan tanah air
 Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa
 Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan, dan perbedaan warna
kulit.
 Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggulangan.

Nilai Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai-nilai penyelenggaraannya sebagai berikut:

 Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrassi dalam arti umum, yaitu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
 Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu
diadakan tindakan bersama. Di sini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan
outusan bersama secara bulat.
 Dalam melakukan putusan diperlukan kejujuran bersama. Hal yang perlu diingat bahwa
keputusasn bersama dilakukan secara bulat sebagai konsekuensi adanya kejujuran
bersama.
 Perbedaan secara umum demokrasi di negara barat dan di negara Indonesia, yaitu terletak
pada permusyawaratan rakyat.
Nilai Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Beriku nilai-nilainya:

 Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan berkelanjutan.
 Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut
potensi masing-masing.
 Melindungi yang lemah agar kelompok warga massyarakat dapat bekerja sesuai dengan
bidangnya.

 A.Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

1.Pengertian Wilayah Negara


Secara umum,yang dimaksud dengan wilayah Negara adalah adalah bagian muka bumi daerah
tempat tinggal, tempat hidup, dan sumber hidup warga Negara dari Negara tersebut.Wilayah
Negara adalah tempat tinggal,tempat hidup, dan sumber kehidupan warga Negara yang meliputi
daratan,lautan, dan ruang udara,dimana suatu Negara memiliki kedaulatan penuh atas wilayah
negaranya,meliputi tanah air(sungai dan laut),dan udara. Dalam UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Pasal 25A disebutkan bahwa”Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah
Negara kepulauan yang berarti Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya
ditetapkan dengan undang-undang”. Kesimpulannya,wilayah Negara adalah salah satu unsur
Negara yang terdiri atas daerah tempat tinggal, warga Negara atau penduduk, dan sumber
kehidupan warga Negara,meliputi daratan, perairan,kepulauan,dan laut territorial beserta sumber
kekayaan yang terkandung didalamnya.
2.Ruang Lingkup Wiayah Negara
Indonesia memiliki posisi yang strategis karena terletak diantara dua benua (Asia dan Australia)
dan dua samudra (Pasifik dan Hindia),serta terletak di daerah khatulistiwa.Secara iklim,menurut
Charles Ramage(1969)kepulauan Indonesia merupakan bagian terbesar dari benua
maritime,selain Filipina dan Papua Nugini.
3.Batas Wilayah Indonesia
Secara politis,batas Negara adalah garis kedaulatan yang terdidi atas daratan,lautan, dan
termasuk potensi yang berada di perit bumi.Perbatasan merupakan salah satu manifestasi
penting dalam suatu Negara dan bukan hanya suatu garis imajiner di atas permukaaan
bumi,melainkan suatu garis yang memisahkan satu daerah dengan daerah lainnya.

 B.Kedudukan Warga Negara dan Penduduk Indonesia


1.Pengertian Warga Negara
Warga Negara atau dalam bahasa Inggris disebut citizen, dalam bahasa Yunani yakni civics
(asal kata civicus) yang berarti penduduk asli.Menurut Aristoteles yang disebut warga Negara
adalah orang yang secara aktif ikut mengambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara,yaitu
orang yang bias berperan sebagai orang yang diperintah dan orang yang bisa berperan sebagai
yang memerintah.Pengertian Kewarganegaraan dibagi menjadi dua yaitu :

a.Kewarganegaraan dalam Arti Yuridis


Ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-orang dengan Negara
b.Kewarganegaraan dalam Arti Sosiologis
Tidak ditandai dengan ikatan hukum, namun ikatan emosional,seperti ikatan perasaan,dan lain-
lain.
2.Kedudukan Warga Negara dalam Negara
a.Penentuan warga Negara
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan kepada sisi kelahiran dikenal dua asa yaitu Ius
Soli dan Ius Sanguinis.Ius artinya hukum atau dalil.Soli berasal dari kata Solum yang artinya
negari atau tanah.Songuilis berasal dari kata Sanguis yang artinya darah.
b.Warga Negara Indonesia
Orang yang dapat menjadi Warga Negara Indonesia aadalah:

1.Orang-orang bangsa Indonesia Asli


2.Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi warga Negara.

Asas-asas yang dipakaidalam UUD No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia meliputi:
1.Asas Kewarganegaraan Umum,yaitu asas ius sanguinis dan asas ius soli.
2.Asas Kewarganegaraan khusus,yaitu asas kepentingan nasional,asas Perlindungan
maksimum,asas persamaan di dalam hukum dan pemerintah,asas kebenaran substantive,asas
nondiskriminatif,asas pengakuan dan penghormatan terhadap HAM,asasketerbukaan dan asas
publisitas
Hilangnya Kewarganegaraan Indonesia
Seseorang kehilangan kewarganegaraan Indonesia, jika terjadi hal-hal sbb:
1.Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri:
2.Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain,sedangkan orang yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu;
3.Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari presiden, dan sebagainya.

 Pengertian Suprastruktur dan Infrastruktur Sistem Politik Indonesia

Untuk mengetahui perbedaan dan fungsi suprastruktur dan infrastruktur, simak pengertian dan
penjelasannya berikut ini.
Pengertian dan contoh suprastruktur politik
Dilansir dari E-modul Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas X Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (2019), suprastruktur politik adalah suatu organisasi atau lembaga resmi yang
dibentuk berlandaskan konstitusi yang berlaku.

Yang dimaksud konstitusi adalah kumpulan aturan dalam pemerintahan dalam sebuah negara.
Suprastruktur politik di Indonesia yaitu Trias Politica atau terbagi dalam tiga kekuasaan.
Komponen suprastruktur politik di Indonesia terdiri dari lembaga legislatif, eksekutif, dan
yudikatif.
Ketiga fungsi pemerintahan tersebut berperan dalam membuat kebijaksanaan negara.
Berikut contoh lembaga tinggi negara yang termasuk suprastruktur politik, seperti dikutip dari
Modul Pembelajaran SMA PPKn Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020).

 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
 Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
 Presiden/Wakil Presiden
 Mahkamah Agung (MA)
 Mahkamah Konstitusi
 Komisi Yudisial
 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
 Pengertian dan contoh infrastruktur politik
Infrastruktur politik adalah kelompok-kelompok kekuatan politik dalam masyarakat yang turut
berpartisipasi secara aktif.
Di Indonesia infrastruktur politik meliputi keseluruhan kebutuhan yang diperlukan dalam bidang
politik dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas yang berkenaan dengan proses pemerintahan
negara.

Pada dasarnya organisasi-organisasi yang tidak termasuk dalam birokrasi pemerintahan


merupakan kekuatan infrastruktur politik. Artinya setiap organisasi non-pemerintah termasuk
kekuatan infrastruktur politik.
Di Indonesia banyak sekali organisasi atau kelompok yang menjadi kekuatan infrastruktur politik.
Jika diklasifikasikan terdapat empat kekuatan, yaitu:

 Partai politik
 Kelompok kepentingan (Interest Group)
 Kelompok penekan (Pressure Group)
 Media komunikasi politik.
Perbedaan Suprastruktur dan Infrastruktur Politik

Berikut ini beberapa perbedaan antara suprastruktur dan infrastruktur politik.

 Suprastruktur politik disebut sebagai struktur politik pemerintah atau struktur politik
kenegaraan, sedangkan infrastruktur politik disebut juga struktur politik kemasyarakatan.
 Suprastruktur politik merupakan proses kekuasaan pemerintahan, sedangkan infrastruktur
politik prosesnya dari non-pemerintahan.
 Suprastruktur politik mengacu pada lembaga yang membuat aturan-aturan negara,
sedangkan infrastruktur politik lebih mengarah pada pengelompokan warga negara
sebagai kekuatan sosial politik.
 Contoh suprastruktur politik yaitu lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Sementara
contoh infrastruktur politik yaitu media massa, partai politik, tokoh-tokoh politik,
kelompok kepentingan (interest group), serta lembaga swadaya masyarakat.

 Lembaga-Lembaga Negara menurut UUD 1945

1. Majelis Permusyarawatan Rakyat (MPR)


MPR terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) yang dipilih melalui pemilihan umum (Pemilu) dan diatur lebih lanjut dengan undang-
undang.
Dikutip dari situs resmi MPR, berikut tugas dan wewenang MPR:

 Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar.


 Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilu dalam sidang paripurna
MPR.
 Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) untuk
memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah
presiden dan atau wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di
dalam sidang paripurna MPR.
 Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.
 Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam
puluh hari.
 Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam
masa jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon presiden dan wakil
presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya,
sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari.
 Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR adalah salah satu lembaga-lembaga negara menurut UUD 1945 yang memiliki tugas dan
wewenang dalam fungsi legislasi, anggaran, pengawasan, dan lainnya. Berikut tugas dan
wewenang DPR yang dikutip dari laman resmi DPR.
Tugas dan wewenang DPR terkait fungsi legislasi:

 Menyusun program legislasi nasional (Prolegnas).


 Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU).
 Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat dan
daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan SDA dan SDE
lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah).
 Membahas RUU yang diusulkan oleh presiden ataupun DPD.
 Menetapkan UU bersama dengan presiden.
 Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang diajukan
Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU
 Tugas dan wewenang DPR terkait fungsi anggaran:
 Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan presiden).
 Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak,
pendidikan dan agama.
 Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
yang disampaikan oleh BPK.
 Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun terhadap
perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara.
 Tugas dan wewenang DPR terkait fungsi pengawasan:
 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan pemerintah.
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD (terkait
pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan
agama).

Tugas dan wewenang DPR lainnya:

 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.


 Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan perang ataupun
membuat perdamaian dengan Negara lain; (2) mengangkat dan memberhentikan anggota
Komisi Yudisial.
 Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian amnesti dan abolisi;
(2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar lain.
 Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
 Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim agung yang akan
ditetapkan menjadi hakim agung oleh presiden.
 Memilih tiga orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke Presiden.
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
DPD mempunyai fungsi legislasi, pengawasan, dan penganggaran yang dijalankan dalam
kerangka fungsi representasi. Merujuk dari laman resmi DPD RI, berikut tugas dan wewenang
DPD di Indonesia.:

 Mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi


daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
 Membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan
sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta perimbangan keuangan pusat
dan daerah.
 Memberi pertimbangan atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan
agama. Serta memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK.
 Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara, pajak, pendidikan dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya
itu kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
 Penyusunan Program Legislasi Nasional (Prolegnas) yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
 Pemantauan dan evaluasi rancangan Peraturan daerah (Raperda) dan Peraturan daerah
(Perda).
4. Lembaga Eksekutif Presiden
Lembaga eksekutif adalah lembaga yang diberi kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang.
Kedudukan lembaga eksekutif dipegang oleh kepala pemerintahan yakni presiden, wakilnya,
serta menteri-menteri.
Berdasarkan UUD, berikut tugas dan wewenang Presiden sebagai kepala negara pemerintahan:

 Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara
(Undang-Undang Pasal 10).
 Memilih dan memutuskan pengangkatan duta dan konsul (Undang-Undang Pasal 13 ayat
1).
 Menerima dan menempatkan duta negara lain dengan memerhatikan pertimbangan dari
Dewan perwakilan Rakyat (Undang-Undang Pasal 13 ayat 1).
 Memegang kekuasaan pemerintahan (Undang-Undang Dasar Pasal 4 ayat 1).
 Menetapkan peraturan pemerintahan untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya (Undang-Undang Pasal 3 ayat 2).
 Mengangkat dan memberhentikan para menteri (Undang-Undang Pasal 17 ayat 2).
 Mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi
Undang-Undang (Undang-Undang Pasal 2 ayat 4).
 Merancang Undang-Undang yang mengatur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang diajukan presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memerhatikan
pertimbangan DPD (Undang-Undang Pasal 23 ayat 2).
 Meresmikan anggota BPK yang dipilih DPR dengan memerhatikan pertimbangan DPD
(Undang-Undang Pasal 23F ayat 1).
 Memberikan persetujuan dan menetapkan Hakim Agung yang pencalonannya diusulkan
oleh Komisi Yudisial dan DPR (Undang-Undang Pasal 24A ayat 3).
 Mengangkat dan memberhentikan anggota yudisial dengan persetujuan DPR *Undang-
Undang Pasal 24B ayat 3).
 Menetapkan anggota hakim konstitusi di MK yang diajukan oleh MA, DPR, dan Presiden
(Undang-Undang Pasal 24C ayat 3).
5. Lembaga Eksekutif Wakil Presiden
Mengutip dari buku Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem UUD 1945, berikut adalah
tugas yang diemban oleh wakil presiden.

 Membantu Presiden dalam melaksanakan kewajibannya.


 Menggantikan Presiden hingga habis masa periodenya, apabila Presiden meninggal dunia,
berhenti, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya selama masa jabatan yang telah
ditetapkan.
 Memerhatikan secara khusus serta menampung masalah yang memerlukan penanganan,
utamanya yang menyangkut kesejahteraan rakyat.
 Melakukan pengawasan operasional pembangunan dengan bantuan departemen, lembaga
non departemen, inspektur jenderal departemen yang bersangkutan, serta deputi
pengawasan dari lembaga non departemen yang bersangkutan.
6. Mahkamah Agung (MA)

Merujuk pada website resmi Mahkamah Agung, lembaga politik ini memiliki fungsi peradilan,
fungsi pengawasan, fungsi mengatur, fungsi nasehat, fungsi administratif, dan fungsi lain-lain.
Berikut tugas dan wewenangnya:

 Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, MA merupakan pengadilan kasasi yang bertugas


membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan
kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI
diterapkan secara adil, tepat dan benar.
 MA berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir semua
sengketa tentang kewenangan mengadili, permohonan peninjauan kembali putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34
Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985), dan semua sengketa yang timbul
karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal perang Republik Indonesia
berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-undang Mahkamah
Agung No 14 Tahun 1985).
 Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan di bawah Undang-undang tentang
hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materi) bertentangan dengan peraturan
dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14
Tahun 1985).
 Melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan
peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan
diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan
yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam
memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan
Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
 Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan
perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa,
mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan meminta
keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi
peringatan, teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim
(Pasal 32 Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985), serta terhadap
Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-
undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
 Mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan
apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang
Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum
yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang
No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
 Membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara
yang sudah diatur Undang-Undang.
 Memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum
kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14
Tahun 1985). MA memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam
rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung
No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI
Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk
memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga
rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai
rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya.
 Meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan di semua lingkungan
peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun
1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-
undang No.14 Tahun 1985 tentang MA).
 Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan
Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun
1970 secara organisatoris, administratif dan finansial sampai saat ini masih berada di
bawah Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang
Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan di bawah kekuasaan MA.
 Mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan
Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang
No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
7. Mahkamah Konstitusi (MK)

Merujuk pada situs Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, berikut tugas yang wajib
dilaksanakan oleh Mahkamah Konstitusi.

 Menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas hukum.


 Menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945.
 Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD 1945.
 Memutus pembubaran partai politik.
 Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.
 Memberikan keputusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan atau Wakil Presiden telah
melanggar hukum, melakukan perbuatan tercela, atau tidak memenuhi persyaratan
sebagai Presiden dan atau Wakil Presiden sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945.
8. Komisi Yudisial (KY)
Berikut adalah sederet tugas dan wewenang yang dilaksanakan oleh Komisi Yudisial yang diatur
oleh Undang-Undang yang dikutip dari laman Komisi Yudisial.

 Melakukan pendaftaran calon hakim agung.


 Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung
 Menetapkan calon hakim agung.
 Mengajukan calon hakim agung ke DPR.
 Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim.
 Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman
Perilaku.
 Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan pelanggaran
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup.
 Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim.
 Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan,
kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran
martabat hakim.
 Mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim.
 Meminta bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penyadapan dan
merekam pembicaraan dalam hal adanya dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau
Pedoman Perilaku Hakim oleh Hakim.

 penyelenggaraan Otonomi Daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi,


peran-serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman

Adapun prinsip otonomi daerah adalah sebagai berikut:


a. Prinsip otonomi seluas-luasnya
Prinsip otonomi seluas luasnya memiliki arti bahwa suatu daerah akan diberikan sebuah
wewenang. Kewenangan tersebut dipakai untuk mengatur serta mengurus urusan rumah
tangganya sendiri. Kewenangan ini juga membuat daerah dapat mengatur pemerintahannya
sendiri.
Akan tetapi, harus tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Seperti ketika sebuah
hal menjadi kewenangan pemerintah pusat. Maka pemerintah daerah harus mengikuti aturan dari
undang-undang tersebut.
b. Prinsip otonomi nyata
Berdasarkan prinsip otonomi nyata, suatu daerah akan diberikan sebuah wewenang. Kewenangan
tersebut digunakan untuk menangani urusan-urusan dari pemerintahan. Urusan tersebut
didasarkan dari sebuah tugas, wewenang serta kewajiban.

Ketiga hal tersebut secara nyata sudah ada dan memiliki potensi untuk terus bertumbuh. Selain
itu, memiliki potensi untuk terus berkembang. Serta hidup sesuai dengan potensi dari daerah
tertentu.
c. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab
Prinsip otonomi daerah yang bertanggung jawab ini memiliki makna dalam suatu sistem
penyelenggaraan pemerintahan. Prinsip ini harus disesuaikan serta diperhatikan. Mengenai
tujuan dan maksud dari pemberian otonomi.
Tujuan-tujuan yang akan dicapai menurut prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah
mampu dan dapat memberdayakan daerahnya masing-masing. Ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dari masyarakat yang luas.

 Kewenangan Pemerintah Daerah: Apa Saja Wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten


atau Kota?
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 14 Ayat 2, urusan pemerintah daerah
kabupaten/kota berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi di daerah yang bersangkutan.
Kemudian, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 14 Ayat 1 mengatur berbagai urusan
yang menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota sebagai berikut.

 Perencanaan dan pengendalian pembangunan


 Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
 Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
 Penyediaan sarana dan prasarana umum
 Penanganan bidang kesehatan
 Penyelenggaraan pendidikan
 Penanggulangan masalah sosial
 Pelayanan bidang ketenagakerjaan
 Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah
 Pengendalian lingkungan hidup
 Pelayanan pertanahan
 Pelayanan kependudukan dan catatan sipil
 Pelayanan administrasi umum pemerintahan
 Pelayanan administrasi penanaman modal
 Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya
 Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
Kewenangan Pemerintah Daerah: Provinsi
Kewenangan pemerintah daerah provinsi sama dengan kewenangan pemerintah daerah
kabupaten/kota, namun bedanya tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal
13 Ayat 1.
Kemudian, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 13 Ayat 1. Di bawah ini tercantum
poin-poinnya.

 Urusan pemerintahan yang lokasinya berada di lintas daerah kabupaten/kota


 Urusan pemerintahan yang penggunanya berada di lintas daerah kabupaten/kota
 Urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya berada di lintas daerah
kabupaten/kota
 Urusan pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan
oleh daerah provinsi.
Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Bidang Pendidikan
Melansir dari situs Kemdikbud, kewenangan pemerintah daerah dalam bidang pendidikan
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Hal-hal tersebut meliputi pendidikan
anak usia dini, pendidikan nonformal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Poin-poin dalam bidang pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.

 Manajemen pendidikan
 Kurikulum
 Akreditasi
 Pendidik dan tenaga kependidikan
 Perizinan pendidikan
 Bahasa dan sastra

 kewajiban utama pemerintahan daerah kabupaten atau kota


 Perencanaan dan pengendalian pembangunan. Pemerintah daerah berhak untuk
mengendalikan pembangunan yang ada di daerahnya supaya bisa tepat sasaran.
 Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang.
 Pelaksanaan ketertiban umum dan kesejahteraan masyarakat.
 Penyediaan fasilitas publik.
 Penanganan bidang kesehatan.
 Pelaksanaan pendidikan. Pemecahan masalah sosial.
 Pelayanan bidang ketenagakerjaan. Fasilitasi untuk pengembangan koperasi, usaha kecil
dan menengah.
 Pengendalian terhadap lingkungan hidup.
 Pelayanan pertanahan.
 Pelayanan untuk urusan kependudukan, dan catatan sipil.
 Pelayanan administrasi umum urusan pemerintahan dan untuk penanaman modal
Pelaksanaan pelayanan dasar lainnya. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh
peraturan perundang-undangan.

 faktor-faktor Pembentuk dan Penghambat Integrasi Nasional

Faktor-Faktor Pembentuk Integrasi Nasional


1. Perasaan Senasib dan Seperjuangan
Satu di antara faktor pendukung integrasi nasional yang paling utama ialah adanya perasaan
senasib dan seperjuangan. Hal tersebut muncul saat masa penjajahan, di mana warga Indonesia
bersatu untuk merdeka karena dilandasi keinginan yang sama, tanpa memedulikan suku, agama,
ras, dan golongan.
2. Keinginan untuk Bersatu
Satu di antara peristiwa yang menunjukkan keinginan persatuan Indonesia adalah Sumpah
Pemuda pada 28 Oktober 1928. Warga Indonesia ingin bersatu dalam semangat perjuangan yang
sama, sesuai cita-cita nasional.
3. Rasa Cinta Tanah Air
Faktor yang memengaruhi integrasi nasional juga karena adanya rasa cinta tanah air di kalangan
Bangsa Indonesia. Hal itu dibuktikkan saat masa perjuangan dalam merebut, menegakkan, dan
mengisi kemerdekaan Republik Indonesia sampai sekarang.

4. Wujud Ideologi Nasional


Integrasi nasional menjadi wujud dari ideologi nasional yang telah disepakati bersama. Lewat
ideologi Pancasila, Indonesia yang mempunyai banyak perbedaan atau keragaman bisa tetap
bersatu.
Hal itu dikarenakan nilai-nilai Pancasila yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

5. Budaya Gotong Royong


Faktor pembentuk integrasi nasional bisa timbul adanya budaya gotong royong. Seperti
diketahui, budaya gotong royong merupakan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia secara turun
temurun sejak dulu dan tetap dipertahankan hingga sekarang.
6. Antisipasi Ancaman Asing
Integrasi nasional juga penting untuk mengantisipasi ancaman dari luar. Bentuk ancaman dari
luar tersebut bisa berupa pengambilan wilayah atau pulau paling luar di Indonesia.
 Faktor-faktor penghambat Integrasi Nasional
1. Masyarakat Indonesia beraneka ragam
Faktor penghambat integrasi nasional yang pertama adalah beraneka ragamnya masyarakat
Indonesia, mulai macam-macam kelompok suku, agama, ras, dan golongan lainnya.
Bahkan tercatat ada ribuan suku bangsa di Indonesia, yang membuat integrasi nasional menjadi
terhambat karena mencoloknya perbedaan yang ada.
2. Wilayah Indonesia yang Luas

Wilayah negara Indonesia yang begitu luas juga dapat menghambat integrasi nasional. Seperti
diketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau dan
dipisahkan lautan luas.
3. Kuatnya Paham Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah fanatisme suku bangsa yang mempersepsikan kebudayaan yang dimiliki
lebih baik dari kebudayaan lainnya. Hal ini membuat tiap suku di Indonesia menganggap bahwa
budayanya lebih baik dari suku lain.
Kondisi tersebut bisa menjadi ancaman integrasi nasional.
4. Tidak Meratanya Pembangunan

Dengan wilayah negara Indonesia yang begitu luas, tantangan dalam melakukan integrasi
nasional ialah adanya ketimpangan pembangunan. Daerah di pulau Jawa dan Indonesia bagian
barat mungkin cenderung lebih maju pembangunannya daripada wilayah Indonesia timur.
Hal tersebut dapat menimbulkan rasa tidak puas bagi sebagian pihak.
5. Budaya Asli Mulai Tergerus
Mulai tergerusnya budaya asli Indonesia juga bisa menghambat integrasi nasional. Lemahnya
nilai-nilai budaya bangsa terjadi akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun tidak langsung.

 Ancaman integrasi sosial budaya dari dalam

Ancaman terhadap integrasi nasional bidang sosial budaya dari dalam didorong oleh faktor-
faktor sebagai berikut:

 Isu kemiskinan
 Isu kebodohan
 Isu keterbelakangan
 Isu ketidakadilan
Isu-isu tersebut dapat menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan dalam bangsa Indonesia,
antara lain:

 Separatisme
 Terorisme
 Kekerasan
 Bencana akibat perbuatan manusia
Adanya isu-isu yang mejadi faktor pendorong ancaman terhadap integrasi nasional tersebut akan
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme dan patriotisme.
Ancaman integrasi sosial budaya dari luar
Penyebab ancaman terhadap integrasi sosial budaya dari luar adalah pengaruh negatif
globalisasi. Berikut ini beberapa pengaruh negatif globalisasi terhadap integrasi sosial budaya:

 Munculnya gaya hidup konsumtif


Dampak negatif globalisasi adalah munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengonsumsi
barang-barang dari luar negeri.

 Munculnya sifat hedonisme


Hedonisme adalah paham yang menganggap kenikmatan pribadi sebagai suatu nilai hidup
tertinggi. Hedonisme berakibat membuat manusia suka memaksakan diri untuk mencapai
kepuasan dan kenikmatan pribadinya meski harus melanggar norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Perilaku hedonisme yang dikhawatirkan merebak pada masyarakat adalah mabuk-
mabukan, pergaulan bebas, foya-foya dan lain-lain.

 Munculnya sikap individualisme


Sikap individualisme adalah sikap selalu mementingkan diri sendiri serta memandang orang lain
itu tidak ada dan tidak bermakna. Sikap individualisme dapat menimbulkan ketidakpedulian
terhadap orang lain. Misalnya sikap menghardik pengemis, pengamen dan sebagainya.

 Munculnya gejala westernisasi


Westernisasi adalah gaya hidup yang selalu berorientasi kepada budaya barat tanpa diseleksi
terlebih dahulu. Misalnya meniru model pakaian yang biasa dipakai orang-orang barat yang
sebenarnya bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat Indonesia.
Contoh perempuan memakai rok mini, lelaki memakai anting-anting, dan sebagainya.

 Semakin memudarnya kepribadian luhur bangsa


Pengaruh negatif globalisasi di bidang sosial budaya dapat terlihat dari semakin memudarnya
semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian dan kesetiakawanan sosial.
 Semakin lunturnya nilai agama
Dampak negatif globalisasi pada bidang sosial budaya yaitu semakin lunturnya nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.

 Bentuk Ancaman di Bidang Pertahanan dan Keamanan

1. Agresi dan Invasi


Suatu negara yang melakukan agresi terhadap negara lain adalah ancaman bagi kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa Indonesia.

Invasi merupakan bentuk agresi berskala paling besar dengan menggunakan kekuatan militer
bersenjata yang dikerahkan untuk menyerang dan menduduki wilayah Indonesia.
2. Pelanggaran wilayah
Bentuk lain dari ancaman militer yang peluang terjadinya cukup tinggi adalah tindakan
pelanggaran wilayah (wilayah laut, ruang udara, dan daratan) Indonesia oleh negara lain.
Konsekuensi Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas dan terbuka berpotensi terjadinya
pelanggaran wilayah
3. Pemberontakan bersenjata
Pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Indonesia yang sah merupakan bentuk ancaman
militer yang dapat merusak kewibawaan negara dan jalannya roda pemerintahan.

4. Sabotase dan spionase


Indonesia memiliki sejumlah objek vital nasional dan instalasi strategis yang rawan terhadap aksi
sabotase sehingga harus dilindungi oleh segenap bangsa.
Kegiatan spionase dilakukan oleh agen-agen rahasia dalam mencari dan mendapatkan rahasia
pertahanan suatu negara dari negara lain.
5. Aksi terror
Aksi terror merupakan bentuk kegiatan terorisme yang mengancam keselamatan bangsa dengan
cara menebarkan rasa ketakutan yang berlebih hingga menimbulkan korban tanpa mengenal rasa
perikemanusiaan.

6. Ancaman keamanan laut dan udara


Kondisi geografis Indonesia meliputi wilayah perairan dan udara yang bisa dilalui transportasi
dunia yang padat, baik transportasi maritim maupun dirgantara.
Hal tersebut tentu akan berimplikasi terhadap tingginya potensi gangguan ancaman keamanan
laut dan udara.
7. Konflik komunal
Konflik komunal adalah gangguan keamanan dalam negeri yang terjadi antarkelompok
masyarakat itu sendiri.

 Asas Wawasan Nusantara


Asas wawasan nusantara merupakan kaidah atau ketentuan dasar yang wajib dipatuhi, dilakukan,
serta dijaga oleh seluruh elemen masyarakat agar tercipta perdamaian serta keseimbangan di
Indonesia. Secara keseluruhan ada 6 asas wawasan nusantara yang wajib kamu pahami,
diantaranya:
1. Asas Solidaritas
Solidaritas adalah perasaan emosional dan moral yang terbentuk pada hubungan antar individu
atau kelompok berdasarkan rasa saling percaya, kesamaan tujuan dan cita-cita, adanya
kesetiakawanan dan rasa sepenanggungan.
Sikap solidaritas sendiri merupakan bentuk kepedulian terhadap orang lain. Sikap solidaritas
sudah selayaknya dijalankan oleh seluruh masyarakat Indonesia, tanpa membeda-bedakan dari
dan kepada siapa.

Kesetiaan menjadi tonggak utama dalam menciptakan persatuan serta kesatuan suatu negara.
Rasa setia kawan atau solidaritas dapat menjadi kekuatan tersendiri untuk mewujudkan tujuan
dan cita-cita nasional.
2. Asas Kejujuran
Kejujuran dalam berpikir serta bertindak menjadi sebuah asas wawasan nusantara yang sangat
penting. Berani berpikir dan bertindak hanya yang sesuai dengan fakta serta kenyataan, wajib
dilakukan demi tercapainya kemajuan.
3. Asas Kesamaan Tujuan
Mempunyai tujuan serta kepentingan yang sama. Sebagai contoh, di masa kemerdekaan saat
semua rakyat Indonesia melakukan berjuang bersama-sama mengusir para penjajah.
4. Asas Keadilan
Seluruh elemen masyarakat mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan keadilan dan
mewujudkan tujuan serta cita-cita nasional tidak boleh merugikan pihak tertentu maupun
mengutamakan kepentingan kelompok atau golongan sendiri. Hal ini berlaku dalam segala aspek
kehidupan bernegara, baik keadilan secara hukum, ekonomi, politik, serta sosial.
5. Asas Kerja Sama
Dengan adanya kesadaran pada tujuan serta kepentingan yang sama akan menciptakan
kerjasama antar elemen masyarakat. Kerjasama serta koordinasi tersebut dapat dilaksanakan
atas dasar kesetaraan agar terciptanya efektivitas dalam mencapai tujuan bersama.
Sebab kebersamaan dan gotong royong ini akan memudahkan serta meringankan suatu
pekerjaan termasuk dalam menghadapi tantangan terhadap implementasi wawasan nusantara.

 Contoh Peranan Masyarakat dalam Implementasi Wawasan Nusantara


Bidang Politik

 Menghargai keberagaman suku, agama, dan budaya dalam membangun kebijakan politik
yang adil dan merata untuk semua rakyat Indonesia.
 Mengembangkan hubungan yang baik antarnegara di kawasan Asia Tenggara, yang
didasarkan pada prinsip-prinsip perdamaian, saling menghormati, dan saling
menguntungkan.
 Membangun kesadaran nasional yang kuat, sehingga rakyat Indonesia memiliki kesadaran
dan kebanggaan atas identitas dan sejarah bangsa.
 Memperkuat sistem demokrasi dan keadilan sosial di Indonesia, sehingga seluruh rakyat
Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik
dan ekonomi negara.
 Menjaga keutuhan wilayah Indonesia dan merawat lingkungan hidup secara berkelanjutan,
sehingga generasi sekarang dan yang akan datang dapat menikmati sumber daya alam
yang ada di Indonesia.
b. Bidang Ekonomi
 Meningkatkan kemandirian ekonomi Indonesia dengan memperkuat sektor-sektor
ekonomi yang berpotensi besar, seperti pertanian, perikanan, industri, pariwisata, dan
sumber daya alam.
 Mendorong kerja sama ekonomi dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Asia
Timur.
 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan dan pelatihan.
 Membangun sarana dan prasarana yang memadai dan terintegrasi di seluruh wilayah
Indonesia untuk mempercepat pengembangan sektor-sektor ekonomi yang tertinggal.
 Menjaga keberlanjutan lingkungan hidup dan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi
berkelanjutan.
c. Bidang Sosial Budaya

 Memperkuat toleransi antarumat beragama, antarsuku, dan antarkelompok dalam


kehidupan sehari-hari.
 Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keberagaman budaya, bahasa, dan adat
istiadat di Indonesia, dengan cara mempromosikan budaya lokal dan memperkenalkannya
ke tingkat nasional dan internasional.
 Membangun kesadaran tentang kepentingan menjaga lingkungan hidup dan
keanekaragaman hayati.
 Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan di Indonesia, dengan cara
mengembangkan sistem pendidikan dan kesehatan yang merata.
 Mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial, budaya, dan seni untuk
mempererat hubungan sosial dan membangun kebangsaan.
d. Bidang Hukum

 Memperkuat sistem hukum dan keadilan yang adil dan merata, dengan mengembangkan
kebijakan hukum yang adil.
 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses hukum dan kebijakan publik.
 Mendorong pendekatan restorative justice dalam sistem hukum.
 Meningkatkan penerapan hukum dan tata kelola yang baik, dengan memperkuat
kelembagaan, pemeriksaan, dan pengawasan di sektor publik dan swasta.
 Menghormati dan melindungi hak-hak minoritas, dengan mengembangkan kebijakan yang
inklusif dan mendukung keberagaman budaya dan agama.
e. Bidang Pertahanan dan Keamanan

 Melibatkan masyarakat dalam program-program kesadaran dan kesiapsiagaan nasional.


 Membangun kerja sama antara lembaga-lembaga pertahanan dan keamanan, serta
pemerintah daerah dan masyarakat.
 Meningkatkan kapasitas dalam bidang intelijen, dengan mengembangkan sistem intelijen
yang efektif dan berkelanjutan.
 Meningkatkan kemampuan dalam bidang pertahanan, dengan mengembangkan sistem
pertahanan yang kuat dan terintegrasi, serta membangun sumber daya manusia yang
berkualitas di bidang pertahanan.
 Meningkatkan kerja sama regional dan internasional dalam menghadapi ancaman
keamanan.
 Hak Asasi Manusia (HAM) memiliki ciri-ciri khusus yang relevan dalam perspektif
Pancasila:

 Hakiki: Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki oleh semua individu sejak lahir. Ini
berlaku tanpa memandang status, suku, jenis kelamin, atau perbedaan lainnya12.
 Universal: Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang, tanpa terkecuali. Ini mencakup
seluruh umat manusia dan tidak terbatas pada batasan geografis atau budaya12.
 Tidak dapat dicabut: Hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau diserahkan kepada pihak
lain. Ini merupakan hak yang melekat pada setiap individu2.

Dalam perspektif Pancasila, ciri-ciri Hak Asasi Manusia (HAM) meliputi prinsip-prinsip berikut:

 Kesetaraan: Setiap individu memiliki hak yang sama di hadapan hukum dan tidak boleh
didiskriminasi atas dasar apapun, termasuk suku, agama, ras, atau jenis kelamin.
 Keadilan Sosial: Hak untuk memperoleh perlakuan yang adil dan layak dari negara dan
masyarakat, termasuk hak atas pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan perlindungan
sosial.
 Kemerdekaan: Hak untuk berpendapat, berserikat, dan berkumpul secara damai tanpa
takut akan penindasan atau represi dari pemerintah atau pihak lainnya.
 Kesejahteraan: Hak untuk hidup layak dan berkembang secara optimal, termasuk hak atas
pekerjaan, makanan, perumahan, dan lingkungan yang sehat.
 Kebebasan Beragama: Hak untuk memiliki keyakinan agama atau kepercayaan spiritual
tanpa paksaan, serta hak untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.
 Perlindungan Hukum: Hak untuk dilindungi oleh hukum dan sistem peradilan yang adil,
serta hak untuk mendapatkan akses terhadap keadilan tanpa pandang bulu.
 Partisipasi Politik: Hak untuk berpartisipasi dalam proses politik dan pemerintahan,
termasuk hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, serta hak untuk
menyampaikan pendapat dan kritik terhadap kebijakan pemerintah.
 Kemandirian: Hak untuk menentukan nasib sendiri tanpa campur tangan yang tidak sah
dari pihak lain, termasuk hak untuk menentukan pilihan hidup, pekerjaan, dan keputusan
pribadi lainnya.
Ciri-ciri ini mencerminkan nilai-nilai dasar Pancasila yang mengutamakan keadilan, kesetaraan,
kemerdekaan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

 Ada beberapa penyebab umum terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di Indonesia. Berikut adalah beberapa di
antaranya:

 Ketidakstabilan Politik: Perubahan regime atau ketidakstabilan politik seringkali menjadi


pemicu pelanggaran HAM. Situasi politik yang tidak stabil dapat menciptakan keadaan di
mana hak-hak individu diabaikan atau bahkan dilanggar demi kepentingan politik.
 Ketidaksetaraan Sosial: Ketidaksetaraan dalam akses terhadap sumber daya dan
kesempatan, seperti pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan, dapat menyebabkan
pelanggaran HAM. Kelompok-kelompok yang kurang beruntung seringkali menjadi korban
pelanggaran hak-hak mereka.
 Korupsi: Korupsi dalam sistem pemerintahan dapat mengarah pada penyalahgunaan
kekuasaan dan pelanggaran HAM. Korupsi dapat mengakibatkan penyalahgunaan dana
publik, diskriminasi dalam pelayanan publik, dan pengabaian terhadap hak-hak dasar
warga negara.
 Ketidakmampuan Hukum: Lemahnya sistem peradilan dan penegakan hukum dapat
menyebabkan pelanggaran HAM. Kurangnya independensi dan transparansi dalam sistem
peradilan dapat memungkinkan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat
penegak hukum.
 Konflik Bersenjata: Konflik bersenjata seringkali menyebabkan pelanggaran HAM yang
serius, termasuk pembunuhan massal, pemaksaan pengungsian, dan penyiksaan. Konflik
bersenjata juga dapat menciptakan ketidakstabilan sosial dan politik yang memperburuk
situasi HAM.
 Eksploitasi Ekonomi: Eksploitasi ekonomi, seperti perbudakan modern, perdagangan
manusia, dan kerja paksa, merupakan bentuk pelanggaran HAM yang serius. Orang-orang
rentan seperti anak-anak, perempuan, dan migran sering menjadi korban eksploitasi
ekonomi ini.
 Toleransi Terhadap Kekerasan: Budaya toleransi terhadap kekerasan, termasuk kekerasan
dalam rumah tangga, kekerasan seksual, dan kekerasan terhadap anak-anak, juga dapat
menyebabkan pelanggaran HAM. Kurangnya kesadaran dan penindakan terhadap pelaku
kekerasan membuat korban menjadi rentan.
 Tidak Adanya Pendidikan HAM yang Memadai: Kurangnya pemahaman dan kesadaran
tentang HAM di kalangan masyarakat dan aparat pemerintah juga dapat menyebabkan
pelanggaran HAM. Pendidikan HAM yang memadai penting untuk mendorong
penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak individu
 Memperbaiki dan mencegah pelanggaran HAM memerlukan komitmen bersama dari
semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, dan lembaga internasional, untuk
memastikan bahwa hak-hak dasar setiap individu dihormati dan dilindungi.

 Sebagai sebuah falsafah dan ideologi dasar negara Indonesia, Pancasila memberikan landasan
yang kuat untuk penghormatan dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Namun,
dalam praktiknya, masih terjadi kasus pelanggaran HAM yang bertentangan dengan prinsip-
prinsip Pancasila. Berikut adalah contoh-contoh kasus pelanggaran HAM dalam perspektif
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara:

 Pelanggaran Kebebasan Beragama: Kasus diskriminasi terhadap minoritas agama,


penolakan pembangunan tempat ibadah, atau tindakan kekerasan terhadap kelompok
agama minoritas merupakan contoh pelanggaran HAM yang melanggar prinsip kebebasan
beragama dalam Pancasila.

 Penganiayaan Terhadap Aktivis dan Pembela HAM: Tindakan represif terhadap aktivis,
pembela HAM, atau jurnalis yang berusaha menyuarakan keadilan dan kebenaran dapat
dianggap sebagai pelanggaran HAM yang melanggar prinsip kebebasan berekspresi dan
hak untuk menyampaikan pendapat dalam Pancasila.

 Pelanggaran Hak Ekonomi dan Sosial: Kasus ketidakadilan dalam distribusi sumber daya
ekonomi, perlakuan diskriminatif terhadap kelompok miskin atau marginal, serta
penindasan terhadap pekerja yang berupaya untuk memperjuangkan hak-hak buruh
adalah contoh pelanggaran HAM yang bertentangan dengan prinsip kesejahteraan sosial
dalam Pancasila.

 Pelanggaran Hak Masyarakat Adat: Penjajahan atas tanah adat, pengusiran, atau
penganiayaan terhadap masyarakat adat yang berusaha mempertahankan hak-hak
tradisional dan lingkungan hidupnya juga dapat dianggap sebagai pelanggaran HAM yang
melanggar prinsip kedaulatan rakyat dan keadilan sosial dalam Pancasila.

 Pelanggaran Terhadap Hak Anak: Kasus eksploitasi anak, pelecehan seksual terhadap
anak, atau ketidakadilan dalam sistem pendidikan anak merupakan contoh pelanggaran
HAM yang melanggar prinsip perlindungan terhadap generasi muda dalam Pancasila.
 Ketidakadilan dalam Sistem Peradilan: Pelanggaran HAM juga terjadi ketika terdapat
ketidakadilan dalam sistem peradilan, seperti penyalahgunaan kekuasaan, ketidaknetralan
aparat penegak hukum, atau penggunaan hukum untuk menyuarakan kepentingan politik
tertentu, yang bertentangan dengan prinsip keadilan dalam Pancasila.

 Dalam setiap kasus pelanggaran HAM, penting bagi negara dan masyarakat untuk berupaya
menegakkan nilai-nilai Pancasila serta mendorong adanya penegakan hukum yang adil dan
berkeadilan. Dengan demikian, hak-hak dasar setiap individu dapat dihormati dan dilindungi
sesuai dengan semangat persatuan dan keadilan dalam Pancasila.

Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah sebagai berikut:

 Kedaulatan Rakyat: Prinsip ini tercermin dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang
menyatakan bahwa kekuasaan negara berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sesuai
dengan konstitusi. Kedaulatan rakyat menekankan bahwa kekuasaan berasal dari rakyat
dan untuk kepentingan rakyat.

 Ketuhanan Yang Maha Esa: Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa negara
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Prinsip ini mengakui keberadaan Tuhan sebagai
landasan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 Keadilan Sosial: Prinsip keadilan sosial tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menegaskan tujuan negara Indonesia adalah menciptakan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Prinsip ini menekankan pentingnya pembangunan yang merata dan
kesempatan yang sama bagi setiap warga negara.

 Persatuan Indonesia: Prinsip persatuan Indonesia tercermin dalam Pasal 27 ayat (1) UUD
1945 yang menjamin setiap warga negara Indonesia mempunyai hak untuk berserikat,
berkumpul, dan menyatakan pendapatnya secara tertib dan damai. Hal ini menunjukkan
pentingnya persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 Musyawarah dan Mufakat: Prinsip musyawarah dan mufakat tercermin dalam berbagai
pasal UUD 1945 yang menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam
pengambilan keputusan yang penting bagi negara. Prinsip ini mencerminkan semangat
demokrasi deliberatif di mana keputusan diambil melalui diskusi dan kesepakatan
bersama.

 Kesetaraan: Prinsip kesetaraan tercermin dalam berbagai pasal UUD 1945 yang menjamin
hak-hak asasi setiap individu tanpa memandang suku, agama, ras, atau jenis kelamin.
Kesetaraan di dalam UUD 1945 menegaskan bahwa semua warga negara memiliki hak
yang sama di hadapan hukum.
Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila yang sesuai dengan UUD 1945 menggarisbawahi pentingnya
partisipasi rakyat, keadilan sosial, persatuan, musyawarah, dan kesetaraan dalam sistem politik
dan pemerintahan Indonesia. Prinsip-prinsip ini menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara
demokratis yang berdaulat dan berkeadilan.

 Dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) mencakup perubahan, perkembangan, dan tantangan
yang terjadi dalam pelaksanaan sistem demokrasi berdasarkan prinsip-prinsip Pancasila di
Indonesia. Berikut adalah beberapa aspek utama dari dinamika tersebut:

 Perkembangan Institusi Demokrasi: Sejak pembentukan UUD 1945, Indonesia telah


mengalami perkembangan dalam memperkuat institusi-institusi demokrasi seperti
lembaga legislatif (DPR), eksekutif (Presiden), dan yudikatif (Mahkamah Konstitusi). Proses
ini mencerminkan evolusi demokrasi Pancasila dalam rangka membangun pemerintahan
yang berdasarkan prinsip kekuasaan rakyat.

 Perubahan Sistem Politik: Sejarah Indonesia telah melihat perubahan dalam sistem politik,
termasuk masa Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. Setiap periode ini mengalami
dinamika politik yang berbeda, termasuk dalam hal partisipasi politik, kebebasan
berekspresi, dan mekanisme pemilihan umum.

 Tantangan dan Krisis: Sejak kemerdekaan, Indonesia juga telah menghadapi berbagai
tantangan dan krisis yang mempengaruhi stabilitas politik dan kemajuan demokrasi.
Tantangan ini dapat berupa krisis ekonomi, konflik sosial, atau ketegangan politik yang
mempengaruhi kualitas demokrasi dan keadilan.

 Partisipasi Masyarakat Sipil: Dinamika demokrasi Pancasila juga tercermin dalam peran
masyarakat sipil yang semakin aktif dalam memperjuangkan hak-hak demokratis,
mengawasi kinerja pemerintah, dan memperjuangkan keadilan sosial. Organisasi non-
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan media massa memainkan peran penting
dalam mendorong akuntabilitas dan transparansi pemerintah.

 Pengembangan Hak Asasi Manusia: Perkembangan demokrasi Pancasila juga mencakup


pengembangan hak asasi manusia (HAM) sebagai bagian integral dari sistem demokrasi.
Peningkatan perlindungan HAM dan penegakan keadilan merupakan indikator penting dari
dinamika demokrasi yang sehat.

 Penguatan Sistem Hukum: Penguatan sistem hukum dan penegakan hukum yang efektif
menjadi bagian penting dari dinamika demokrasi Pancasila. Hal ini termasuk memastikan
independensi lembaga peradilan, penegakan hukum yang adil, dan perlindungan terhadap
hak-hak individu dan kelompok.

Dengan demikian, dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan UUD 1945 mencakup berbagai
perubahan, perkembangan, dan tantangan yang mempengaruhi pelaksanaan sistem politik
berdasarkan prinsip-prinsip Pancasila di Indonesia. Upaya untuk memperkuat demokrasi
Pancasila memerlukan komitmen bersama dari semua pihak untuk memastikan partisipasi
masyarakat yang aktif, perlindungan hak asasi manusia, dan penegakan hukum yang adil.

 Sistem hukum Indonesia sesuai UUD 1945


Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,
sistem hukum di negara Indonesia sesuai UUD 1945 yang membutuhkan lembaga peradilan
untuk mengawasi berjalannya hukum. Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa hukum
merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam
masyarakat.
Hukum juga meliputi lembaga-lembaga (institutions) dan proses-proses yang mewujudkan
berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan.

Berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 3 berbunyi "Negara Indonesia adalah
negara hukum". Konsekuensinya adalah segala kehidupan kenegaraan selalu berdasarkan kepada
hukum. Untuk menjaga dan mengawasi hukum berjalan dengan efektif maka dibentuklah
lembaga peradilan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lembaga adalah badan (organisasi) yang tujuannya
melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.
Peradilan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas negara menegakkan hukum
dan keadilan. Lembaga peradilan sebagai sarana bagi masyarakat untuk mendapatkan keadilan
dan perlakuan yang semestinya di depan hukum.
Tugas warga negara adalah menampilkan sikap positif terhadap proses perlindungan dan
penegakan hukum di Indonesia.

Sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) didasarkan pada prinsip-prinsip Pancasila dan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam UUD 1945. Berikut adalah beberapa poin penting
yang menjelaskan sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan UUD 1945:

 Kedudukan Hukum di Indonesia: Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menetapkan bahwa Negara
Indonesia berdasarkan atas hukum. Artinya, hukum merupakan landasan utama dalam
menjalankan kehidupan bernegara dan berbangsa, serta menentukan segala tindakan dan
kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan warga negara.

 Kemerdekaan Peradilan: Pasal 24 UUD 1945 menjamin kemerdekaan lembaga peradilan


untuk menjalankan kekuasaan kehakiman. Hal ini menegaskan pentingnya independensi
lembaga peradilan dalam menegakkan keadilan, tanpa adanya campur tangan dari
kekuatan politik atau pihak lainnya.

 Fungsi Peradilan: Lembaga peradilan memiliki fungsi utama untuk menegakkan hukum
dan keadilan. Melalui proses peradilan, hakim memiliki kewenangan untuk memutuskan
perkara secara adil dan objektif berdasarkan hukum yang berlaku.

 Hak Asasi Manusia dan Perlindungan Hukum: Pasal 28 UUD 1945 mengatur tentang
perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM) dan hak untuk mendapatkan
perlindungan hukum yang adil. Ini menunjukkan komitmen negara dalam menjaga dan
melindungi hak-hak dasar setiap individu, serta memastikan adanya akses terhadap
keadilan di dalam sistem peradilan.

 Sistem Hukum Ganda: Indonesia memiliki sistem hukum ganda yang terdiri dari hukum
adat, hukum agama, dan hukum positif. Hukum positif, yang merupakan produk dari
peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah, merupakan sumber utama
hukum di Indonesia. Namun, hukum adat dan hukum agama juga diakui dan diberlakukan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan tertentu.

 Kedudukan Mahkamah Konstitusi: Pasal 24B UUD 1945 menetapkan kedudukan


Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga yang berwenang mengadili perselisihan hasil
pemilihan umum dan hasil pengujian undang-undang terhadap UUD 1945. Mahkamah
Konstitusi bertugas memastikan bahwa setiap undang-undang yang diberlakukan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945.

Dengan demikian, sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan UUD 1945
mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi Pancasila, kemerdekaan peradilan, perlindungan HAM,
serta kewenangan lembaga-lembaga peradilan dalam menjalankan fungsi-fungsinya secara
independen dan adil demi terciptanya keadilan bagi seluruh warga negara

 Perilaku sesuai hukum di Indonesia


Hukum dibuat untuk dipatuhi. Maka, diperlukan ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum
yang berlaku. Hal itu merupakan konsep nyata dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam
perilaku yang sesuai dengan sistem hukum yang berlaku. Pembentukan hukum harus
memperlihatkan kesadaran hukum masyrakat. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat
dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dalam bentuk tindakan (action) dan pendidikan
(education).

Perilaku yang sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia sesuai dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah perilaku yang
mematuhi prinsip-prinsip hukum yang tercantum dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia. Berikut adalah beberapa contoh perilaku yang sesuai
dengan hukum berdasarkan UUD 1945:

 Patuh terhadap Hukum: Warga negara Indonesia diwajibkan untuk mematuhi semua
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, baik itu hukum positif, hukum
adat, maupun hukum agama yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

 Hormat terhadap Hak Asasi Manusia: Perilaku yang menghormati hak asasi manusia sesuai
dengan ketentuan UUD 1945, termasuk hak-hak dasar seperti hak atas hidup, kebebasan
beragama, kebebasan berekspresi, hak atas pendidikan, dan hak atas keadilan yang adil.

 Partisipasi dalam Proses Demokrasi: Warga negara diharapkan untuk aktif berpartisipasi
dalam proses demokrasi, termasuk hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum,
hak untuk menyampaikan pendapat, dan hak untuk berorganisasi sesuai dengan
ketentuan UUD 1945.

 Menjaga Kedamaian dan Keharmonisan: Perilaku yang mendukung perdamaian,


keharmonisan, dan kerukunan antarwarga negara serta antarkeragaman budaya, agama,
dan etnis sesuai dengan semangat persatuan Indonesia yang diamanatkan dalam UUD
1945.

 Taat terhadap Kewajiban Hukum: Warga negara diharapkan untuk taat terhadap kewajiban
hukum, termasuk kewajiban membayar pajak, menghormati hak milik orang lain, menjaga
keamanan dan ketertiban umum, serta mematuhi aturan-aturan yang berlaku di
masyarakat.

 Berkontribusi dalam Pembangunan Negara: Perilaku yang berkontribusi dalam


pembangunan negara, baik itu melalui partisipasi dalam kegiatan ekonomi, sosial, budaya,
maupun pendidikan, sesuai dengan semangat gotong royong dan kebersamaan yang
diwujudkan dalam Pancasila dan UUD 1945.

 Menghormati Kedaulatan Negara: Perilaku yang menghormati kedaulatan negara dan


menjaga keutuhan wilayah negara Indonesia, serta menolak segala bentuk upaya yang
bertujuan untuk merusak persatuan dan kesatuan bangsa sesuai dengan prinsip UUD
1945.

Dengan mematuhi perilaku-perilaku di atas, seseorang akan dapat menjalani kehidupan yang
sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia sesuai dengan prinsip-prinsip yang tercantum
dalam UU

 Indonesia dalam hubungan internasional


Berdasarkan undang-undang no.32 tahun 1999, telah dijelaskan pengertian mengenai hubungan
internasional. Hubungan internasional adalah kegiatan yang menyangkut aspek regional dan
internasional yang dilakukan oleh pemerintah di tingkat pusat dan daerah, lembaga negara,
badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, LSM atau warga negara.

Bagi bangsa indonesia, hubungan internasional memiliki arti penting antara lain :
1. Pembentukan satu negara republik indonesia yang demokratis.
2. Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur secara material ataupun spiritual.
3. Pembentukan satu persahabatan yang baik antara republik indonesia dan semua negara di
dunia.
4. Mmpertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara.
5. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar.
6. Meningkatkan perdamaian internasional.
7. Meningkatkan persaudaraan segala bangsa.Pola hubungan internasional yang dibangun
bangsa indonesia dapat dilihat dari kebijakan politk luar negeri indonesia. Kebijakan politik luar
negeri indonesia menerapkan prinsip politik luar negeri yang bebas aktif dan diabdikan bagi
kepentingan nasional. Bebas artinya bahwa bangsa indonesua bebas menjalin hubungan dan
kerja sama dengan bangsa mana pun di dunia. Aktif artinya bahwa bangsa indonesia selalu
berusaha secara aktif dalam usaha menciptakan perdamaian dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Sebagaimana diatur dalam alinea keempat
pembukaan UUD 1945 dan pasal 11 UUD 1945.

Peran Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui hubungan internasional


sangatlah penting dan bervariasi. Berikut adalah beberapa peran yang dimainkan oleh Indonesia
dalam upaya menciptakan perdamaian dunia:

 Mediator dan Penengah Konflik: Sebagai negara yang memiliki politik luar negeri bebas
aktif, Indonesia sering kali berperan sebagai mediator dan penengah dalam konflik
antarnegara. Contohnya adalah peran Indonesia dalam proses perdamaian di Kamboja,
Aceh, dan beberapa konflik di Timor Leste.

 Aktivis Perdamaian Internasional: Indonesia secara konsisten mendukung upaya-upaya


untuk mewujudkan perdamaian dunia, baik melalui partisipasi dalam forum-forum
internasional seperti PBB, ASEAN, dan Gerakan Non-Blok, maupun dengan mendukung
inisiatif-inisiatif perdamaian global.

 Diplomasi Kerjasama Regional: Indonesia aktif dalam diplomasi kerjasama regional untuk
membangun stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya, misalnya
melalui ASEAN, Forum Kerjasama Asia Timur, dan berbagai forum regional lainnya.

 Pemeliharaan Kedamaian di Kawasan: Indonesia berperan dalam menjaga perdamaian dan


stabilitas di kawasan Asia Tenggara, khususnya melalui upaya-upaya diplomasi, kerjasama
keamanan, dan penyelesaian konflik di wilayah tersebut.

 Pemberdayaan Perdamaian dan Pengembangan Kapasitas: Indonesia juga aktif dalam


upaya pemberdayaan perdamaian dan pembangunan kapasitas di negara-negara
berkembang, termasuk melalui dukungan terhadap program-program perdamaian,
pembangunan, dan rekonsiliasi.

 Penegakan Hukum Internasional: Indonesia berkomitmen untuk mendukung penegakan


hukum internasional dan menghormati kedaulatan negara-negara lain sesuai dengan
prinsip-prinsip hukum internasional yang berlaku.

 Penanggulangan Terorisme dan Ekstremisme: Indonesia turut berperan dalam upaya


internasional untuk menanggulangi terorisme dan ekstremisme, baik melalui kerjasama
dengan negara-negara lain maupun dengan aktif berpartisipasi dalam forum-forum
internasional terkait.
Melalui peran-peran tersebut, Indonesia berupaya untuk menjadi kekuatan yang konstruktif
dalam menciptakan perdamaian dunia, membangun kerjasama internasional yang harmonis, dan
mengatasi berbagai tantangan keamanan global demi kepentingan bersama umat manusia.

Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam menciptakan perdamaian dunia melalui
partisipasinya dalam berbagai organisasi internasional. Beberapa peran Indonesia dalam upaya
menciptakan perdamaian dunia melalui organisasi internasional antara lain:

 Peran dalam PBB: Sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia aktif
berperan dalam upaya menciptakan perdamaian dunia melalui partisipasi dalam berbagai
forum, misalnya Dewan Keamanan, Majelis Umum, dan Badan Ekonomi dan Sosial PBB.
Indonesia juga seringkali menyuarakan pandangan-pandangannya tentang isu-isu
perdamaian dan keamanan global.

 Peran dalam Gerakan Non-Blok: Indonesia adalah salah satu pendiri Gerakan Non-Blok
(GNB) dan memiliki peran penting dalam menjaga solidaritas dan kesatuan dalam gerakan
ini. Melalui GNB, Indonesia berusaha untuk mengedepankan prinsip-prinsip perdamaian,
kedaulatan nasional, dan non-intervensi.

 Peran dalam ASEAN: Sebagai anggota pendiri dan salah satu negara terbesar di ASEAN,
Indonesia memainkan peran penting dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan
Asia Tenggara. Melalui ASEAN, Indonesia berupaya untuk membangun kerjasama
ekonomi, politik, dan keamanan yang saling menguntungkan untuk menciptakan
perdamaian di kawasan tersebut.

 Peran dalam Organisasi Islam Internasional: Indonesia juga berperan dalam organisasi-
organisasi internasional yang bertujuan untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi
antarumat beragama, seperti Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Liga Negara-Negara
Arab.

 Peran dalam Forum Kerjasama Asia Timur: Sebagai anggota forum kerjasama regional
seperti ARF (Forum Regional ASEAN), Indonesia berupaya untuk membangun keamanan
dan stabilitas di kawasan Asia Timur dengan berdialog dan bekerja sama dengan negara-
negara lain di kawasan tersebut.

 Peran dalam Organisasi Kemanusiaan Internasional: Indonesia juga berperan dalam


organisasi kemanusiaan internasional seperti Palang Merah dan Palang Bulan Merah
Internasional, serta Badan PBB seperti UNICEF dan UNHCR, yang bertujuan untuk
membantu korban konflik, bencana alam, dan keadaan darurat lainnya.

Melalui peran-peran dalam berbagai organisasi internasional tersebut, Indonesia berusaha untuk
menjadi kekuatan yang aktif dalam menciptakan perdamaian dunia, mempromosikan kerjasama
antarbangsa, dan mengatasi berbagai tantangan keamanan global.
 Ancaman terhadap ideologi di Indonesia dapat berasal dari berbagai faktor dan pihak.
Berikut adalah beberapa contoh ancaman terhadap ideologi di Indonesia:

 Ekstremisme Agama:
Salah satu ancaman utama terhadap ideologi di Indonesia adalah ekstremisme agama, di
mana kelompok-kelompok ekstremis mencoba untuk menerapkan interpretasi yang
radikal terhadap ajaran agama dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dapat mengancam
prinsip-prinsip Pancasila yang menghormati keragaman agama dan keyakinan.

 Gerakan Radikalisasi Ideologi:


Gerakan-gerakan yang melakukan radikalisasi ideologi tertentu, baik itu ideologi politik,
agama, maupun ideologi lainnya, dapat mengancam stabilitas ideologis negara.
Radikalisasi ideologi sering kali memicu polarisasi sosial dan politik yang dapat
mengancam kerukunan dan persatuan nasional.

 Penyebaran Paham Radikal melalui Media Sosial:


Perkembangan teknologi informasi dan media sosial telah memudahkan penyebaran
paham radikal dan ekstremis di Indonesia. Paham-paham tersebut dapat memengaruhi
pemikiran dan keyakinan masyarakat, bahkan memicu tindakan kekerasan atau intoleransi
terhadap kelompok lain.

 Ideologi Anti-Pancasila:
Ancaman terhadap ideologi di Indonesia juga datang dari gerakan atau paham yang secara
terang-terangan menentang atau menolak prinsip-prinsip Pancasila sebagai ideologi
negara. Paham-paham ini bisa berasal dari dalam maupun luar negeri dan berpotensi
mengganggu fondasi ideologis negara.

 Propaganda Ekstremisme dan Radikalisme:


Propaganda yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstremis dan radikalisme melalui
berbagai media, termasuk internet, buku, dan ceramah-ceramah, dapat mempengaruhi
pemikiran dan sikap masyarakat terhadap ideologi yang dianutnya.

 Ancaman dari Kelompok-Kelompok Separatis:


Beberapa kelompok separatis di Indonesia juga dapat mengancam ideologi negara dengan
mencoba untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
menggantikannya dengan ideologi yang berbeda.

Pemerintah Indonesia secara aktif melakukan berbagai langkah untuk menghadapi dan
menanggulangi ancaman-ancaman tersebut melalui kebijakan-kebijakan yang proaktif,
penegakan hukum yang tegas, pendidikan dan dialog antarumat beragama, serta kerja sama
dengan masyarakat sipil dan negara-negara lain dalam upaya pencegahan ekstremisme dan
radikalisme.
Ancaman terhadap politik di Indonesia dapat berasal dari berbagai faktor dan pihak, baik dari
dalam negeri maupun luar negeri. Berikut adalah beberapa contoh ancaman terhadap politik di
Indonesia:

 Ketegangan Politik Antarpartai:


Ketegangan politik antarpartai dapat mengganggu stabilitas politik di Indonesia.
Persaingan politik yang intens antarpartai sering kali memicu konflik dan polarisasi dalam
masyarakat serta menghambat proses pembuatan keputusan yang efektif di lembaga
legislatif.

 Pengaruh Eksternal:
Ancaman politik juga bisa datang dari campur tangan negara-negara atau pihak asing
dalam urusan politik dalam negeri Indonesia. Campur tangan ini bisa berupa pengaruh
dalam pemilihan umum, upaya untuk mempengaruhi kebijakan politik, atau mendukung
gerakan-gerakan separatisme dan radikalisme.

 Korupsi dan Nepotisme:


Korupsi dan nepotisme merupakan ancaman serius terhadap politik di Indonesia. Praktik-
praktik tersebut dapat merusak integritas institusi politik, mengurangi kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah, dan menghambat pembangunan politik yang sehat dan
transparan.

 Ketidakstabilan Politik Lokal:


Ketidakstabilan politik di tingkat lokal, seperti konflik antarwilayah, konflik
antarkelompok, atau konflik kepentingan, dapat merembet menjadi ketegangan politik
nasional dan mengganggu stabilitas politik secara keseluruhan.

 Penggunaan Politik Identitas:


Ancaman politik juga bisa datang dari penggunaan politik identitas, seperti agama, suku,
atau etnis, untuk memperoleh dukungan politik. Hal ini dapat memicu konflik antarwarga
dan memperlebar kesenjangan sosial serta mengganggu stabilitas politik.

 Pemilu dan Penyelenggaraan Demokrasi:


Proses pemilihan umum (Pemilu) yang tidak transparan, adil, dan jujur dapat mengancam
legitimasi pemerintah dan memicu ketegangan politik di Indonesia. Penyalahgunaan
kekuasaan, penipuan, intimidasi, atau kekerasan dalam proses pemilu dapat mengganggu
stabilitas politik dan keamanan.

 Radikalisasi Politik:
Ancaman politik juga bisa datang dari radikalisasi politik, di mana kelompok-kelompok
ekstremis mencoba untuk mengubah sistem politik dan tata pemerintahan secara drastis
sesuai dengan agenda mereka sendiri.

Pemerintah Indonesia dan berbagai lembaga terkait terus berupaya untuk mengatasi ancaman-
ancaman tersebut melalui kebijakan-kebijakan yang proaktif, penegakan hukum yang tegas,
pendidikan politik yang inklusif, dan upaya-upaya lainnya untuk memperkuat demokrasi,
keadilan, dan stabilitas politik di Indonesia.

Ancaman terhadap ekonomi di Indonesia dapat berasal dari berbagai faktor internal maupun
eksternal yang dapat mengganggu stabilitas dan pertumbuhan ekonomi negara. Berikut adalah
beberapa contoh ancaman terhadap ekonomi di Indonesia:

 Krisis Ekonomi Global: Indonesia rentan terhadap dampak dari krisis ekonomi global
seperti krisis keuangan, resesi ekonomi, atau fluktuasi harga komoditas global. Krisis
tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional, dan
stabilitas sektor keuangan di Indonesia.

 Ketidakstabilan Makroekonomi: Ketidakstabilan makroekonomi, seperti inflasi yang tinggi,


deflasi, atau fluktuasi nilai tukar mata uang, dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan
meningkatkan ketidakpastian bagi pelaku usaha dan investor.

 Korupsi dan Penyalahgunaan Kekuasaan: Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan oleh


pejabat pemerintah atau pengusaha dapat merusak iklim investasi, menghambat
pertumbuhan ekonomi, dan merugikan kepentingan masyarakat luas.

 Ketidakpastian Kebijakan: Ketidakpastian kebijakan pemerintah, terutama terkait dengan


kebijakan fiskal, moneter, dan regulasi bisnis, dapat mengganggu kepercayaan investor
dan menghambat investasi serta pertumbuhan ekonomi.

 Ketegangan Politik: Ketegangan politik dan konflik antarpartai dapat mengganggu


stabilitas ekonomi dan mengurangi kepercayaan investor terhadap prospek investasi di
Indonesia.

 Bencana Alam dan Perubahan Iklim: Indonesia sering mengalami bencana alam seperti
gempa bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi yang dapat menyebabkan
kerugian ekonomi yang besar dan mengganggu aktivitas ekonomi.

 Ketidaksetaraan Sosial-Ekonomi: Ketidaksetaraan sosial-ekonomi, seperti kesenjangan


pendapatan yang besar antara kelompok masyarakat, dapat menyebabkan ketidakstabilan
sosial, konflik, dan ketegangan politik yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi.

 Penurunan Daya Saing: Ancaman terhadap daya saing ekonomi Indonesia, baik di tingkat
regional maupun global, dapat mengurangi peluang ekspansi perdagangan internasional,
investasi asing, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pemerintah Indonesia dan berbagai pemangku kepentingan terus berupaya untuk mengatasi
ancaman-ancaman tersebut melalui kebijakan-kebijakan ekonomi yang proaktif, peningkatan
kualitas infrastruktur, peningkatan transparansi dan akuntabilitas, serta dukungan terhadap
sektor-sektor ekonomi yang potensial untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif
dan berkelanjutan.

 Ancaman terhadap sosial budaya di Indonesia


dapat berasal dari berbagai faktor yang dapat mengganggu keharmonisan dan kerukunan
antarwarga serta merusak nilai-nilai budaya dan identitas nasional. Berikut adalah beberapa
contoh ancaman terhadap sosial budaya di Indonesia:

 Konflik Etnis dan Agama:


Konflik etnis dan agama dapat mengancam stabilitas sosial dan keberagaman budaya di
Indonesia. Ketegangan antarkelompok yang berbeda etnis atau agama bisa memicu
konflik sosial dan memperlebar jurang pemisahan di antara mereka.

 Intoleransi dan Radikalisme:


Tumbuhnya sikap intoleransi dan radikalisme di kalangan sebagian masyarakat dapat
mengancam kerukunan antarwarga dan mengganggu kebebasan beragama serta
kebebasan berekspresi, yang merupakan nilai-nilai dasar dalam budaya Indonesia.

 Globalisasi dan Pengaruh Budaya Asing:


Globalisasi membawa pengaruh budaya asing yang dapat mengancam keberagaman
budaya dan keaslian tradisi lokal di Indonesia. Dominasi budaya asing dalam media,
hiburan, dan gaya hidup dapat menggeser nilai-nilai budaya tradisional.

 Kesenjangan Sosial-Ekonomi:
Ketidakadilan dalam distribusi kekayaan dan peluang dapat menyebabkan ketegangan
sosial dan konflik di masyarakat. Kesenjangan sosial-ekonomi antara kelompok-kelompok
tertentu juga dapat mengancam kerukunan dan solidaritas sosial.

 Urbanisasi dan Perubahan Pola Hidup:


Proses urbanisasi dan modernisasi membawa perubahan dalam pola hidup dan nilai-nilai
budaya tradisional. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya identitas lokal dan merosotnya
nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun.

 Perusakan Lingkungan dan Warisan Budaya:


Perusakan lingkungan dan warisan budaya, seperti hutan, laut, dan situs-situs bersejarah,
dapat mengancam keberlangsungan tradisi budaya serta menyebabkan hilangnya warisan
budaya yang penting bagi identitas nasional.

 Kemunduran Pendidikan dan Kualitas Moral:


Kemunduran dalam sistem pendidikan dan kurangnya pembinaan moral dapat
menyebabkan penurunan apresiasi terhadap nilai-nilai budaya, serta meningkatkan
kecenderungan perilaku destruktif dan merusak.
Pemerintah Indonesia dan berbagai pihak terkait, termasuk lembaga swadaya masyarakat dan
pemimpin masyarakat adat, terus berupaya untuk mengatasi ancaman-ancaman tersebut melalui
upaya-upaya seperti promosi kerukunan antarwarga, pendidikan karakter, pelestarian warisan
budaya, dan pembangunan kesejahteraan yang inklusif.

Ancaman terhadap pertahanan dan keamanan di Indonesia dapat berasal dari berbagai faktor,
termasuk ancaman internal dan eksternal yang dapat mengganggu stabilitas negara dan
keamanan nasional. Berikut adalah beberapa contoh ancaman terhadap pertahanan dan
keamanan di Indonesia:

 Terorisme dan Ekstremisme:


Kelompok-kelompok teroris dan ekstremis yang beroperasi di dalam maupun di luar
negeri dapat menjadi ancaman serius terhadap keamanan dalam negeri. Serangan
terorisme dan upaya-upaya radikalisasi dapat mengganggu stabilitas sosial, keamanan
publik, dan citra negara di mata dunia.

 Konflik Separatis:
Beberapa daerah di Indonesia masih menghadapi konflik separatis yang berpotensi
mengancam integritas wilayah negara dan keamanan nasional. Upaya-upaya separatis
tersebut dapat menimbulkan ketegangan sosial, kekacauan politik, dan gangguan
terhadap aktivitas ekonomi.

 Pemberontakan dan Gerilya:


Ancaman dari gerakan pemberontakan dan gerilya, baik dari kelompok bersenjata maupun
kelompok kriminal bersenjata, dapat menyebabkan ketidakstabilan di daerah-daerah
tertentu dan menimbulkan kerugian besar bagi keamanan nasional.

 Kriminalitas Transnasional:
Kriminalitas transnasional seperti perdagangan narkoba, perdagangan manusia, pencucian
uang, dan perompakan laut dapat mengancam keamanan nasional dan stabilitas ekonomi.
Kelompok-kelompok kriminal tersebut dapat beroperasi secara lintas batas dan
menimbulkan kerugian besar bagi negara.

 Spionase dan Intelijen Asing:


Ancaman spionase dan kegiatan intelijen asing dapat mengancam keamanan nasional dan
kedaulatan negara. Penyusupan agen asing dan pencurian informasi sensitif dapat
membahayakan kepentingan nasional dan keamanan negara.

 Ancaman Militer Asing:


Meskipun Indonesia tidak memiliki ancaman militer langsung dari negara lain, namun
keberadaan konflik di sekitar wilayah Indonesia, seperti konflik di Laut China Selatan,
dapat mengancam keamanan maritim dan stabilitas regional.

 Krisis Kemanusiaan dan Bencana Alam:


Ancaman dari krisis kemanusiaan dan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan
gunung berapi, dan banjir besar dapat mengganggu keamanan nasional dan menimbulkan
kerugian besar bagi masyarakat serta infrastruktur negara.

Pemerintah Indonesia, bersama dengan aparat keamanan dan lembaga terkait lainnya, terus
berupaya untuk mengatasi ancaman-ancaman tersebut melalui langkah-langkah preventif,
penegakan hukum yang tegas, kerjasama internasional, dan pembangunan kapasitas pertahanan
yang kuat untuk menjaga kedaulatan negara dan keamanan

 Dalam menghadapi berbagai ancaman terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan di Indonesia, pemerintah dan berbagai lembaga terkait telah
mengembangkan berbagai strategi dan pendekatan. Berikut adalah beberapa strategi yang
dapat digunakan dalam menghadapi ancaman tersebut:

 Penguatan Kesadaran Ideologi Pancasila:


Mendorong pemahaman yang kuat tentang ideologi Pancasila sebagai dasar negara dan
menjadikannya sebagai landasan dalam segala aspek kehidupan. Ini dapat dilakukan melalui
pendidikan, kampanye publik, dan pembinaan nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat.

 Demokratisasi dan Good Governance:


Meningkatkan kualitas demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik untuk mengatasi
ancaman terhadap politik, korupsi, dan keadilan. Ini termasuk penegakan hukum yang adil,
transparansi dalam pengambilan keputusan, dan partisipasi masyarakat dalam proses politik.

 Pembangunan Ekonomi yang Inklusif:


Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan untuk mengurangi
kesenjangan sosial-ekonomi dan mengatasi ancaman terhadap ekonomi. Ini termasuk
pembangunan infrastruktur, penciptaan lapangan kerja, pemberdayaan ekonomi masyarakat
lokal, dan pengurangan kemiskinan.

 Penguatan Kerukunan Sosial dan Kebudayaan:


Mendorong dialog antaragama, antarsuku, dan antarkelompok untuk memperkuat kerukunan
sosial dan keberagaman budaya. Ini termasuk promosi toleransi, penghormatan terhadap
perbedaan, dan pelestarian warisan budaya dan tradisi lokal.

 Penegakan Hukum dan Keamanan Nasional:


Memperkuat penegakan hukum dan keamanan nasional untuk melindungi warga negara dan
kepentingan nasional dari ancaman terorisme, kriminalitas, separatisme, dan konflik. Ini
melibatkan peningkatan kapasitas aparat keamanan, intelijen, dan pengawasan perbatasan.

 Pembangunan Pertahanan yang Kokoh:


Meningkatkan kapasitas pertahanan negara untuk menjaga kedaulatan wilayah dan menghadapi
ancaman militer maupun nonmiliter. Ini termasuk modernisasi alutsista (alat utama sistem
senjata), pembinaan sumber daya manusia (SDM), dan kerjasama pertahanan regional dan
internasional.

 Penguatan Resilience terhadap Bencana:

Membangun ketangguhan masyarakat dan infrastruktur terhadap bencana alam dan krisis
kemanusiaan. Ini termasuk perencanaan penanggulangan bencana, pendidikan mitigasi bencana,
pembangunan infrastruktur tangguh, dan penyediaan bantuan kemanusiaan yang cepat dan
efektif.

 Diplomasi dan Kerjasama Internasional:


Meningkatkan diplomasi dan kerjasama internasional untuk mengatasi ancaman lintas batas dan
tantangan global. Ini melibatkan kerjasama dalam bidang keamanan regional, perdagangan
internasional, penanggulangan terorisme, dan isu-isu lingkungan global.

Strategi-strategi ini harus dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan oleh pemerintah,
lembaga terkait, masyarakat sipil, dan sektor swasta untuk mencapai tujuan yang diinginkan
dalam menjaga keutuhan, keamanan, dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

 Terdapat beberapa faktor yang menjadi pendorong persatuan dan kesatuan bangsa
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), antara lain:

 Bhinneka Tunggal Ika:


Konsep Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tapi tetap satu) menjadi prinsip yang
mengakui dan menghormati keberagaman budaya, suku, agama, dan bahasa di Indonesia.
Konsep ini memperkuat kesadaran akan persatuan dalam keberagaman.

 Pancasila:
Pancasila sebagai ideologi negara mengedepankan nilai-nilai universal seperti
kemanusiaan, persatuan, keadilan, demokrasi, dan kerakyatan. Pancasila menjadi landasan
bersama bagi semua warga Indonesia, tanpa memandang perbedaan.

 Undang-Undang Dasar 1945:


Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengatur prinsip-prinsip dasar negara dan menjaga
kesatuan wilayah serta kedaulatan NKRI. UUD 1945 menjadi landasan hukum yang
mengikat semua warga negara Indonesia.

 Kesatuan Bahasa Indonesia:


Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan yang dipergunakan secara luas di seluruh
wilayah Indonesia. Bahasa Indonesia memainkan peran penting dalam komunikasi
antarwarga negara dari berbagai latar belakang budaya dan suku.
 Perjuangan Bersama Mempertahankan Kemerdekaan:
Perjuangan bersama selama masa perang kemerdekaan melawan penjajah telah
memperkuat semangat persatuan dan kesatuan di kalangan masyarakat Indonesia.

 Momentum Sejarah Bersama:


Berbagai peristiwa sejarah penting seperti proklamasi kemerdekaan, Konferensi Asia-
Afrika di Bandung, serta perjuangan bersama dalam mengatasi krisis politik dan ekonomi
telah memperkuat kesadaran akan persatuan dan keutuhan NKRI.

 Pembangunan dan Kesejahteraan Bersama:


Upaya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan yang dilakukan oleh pemerintah di
seluruh wilayah Indonesia juga menjadi faktor pendorong persatuan dan kesatuan bangsa.

 Kesadaran Akan Ancaman Terhadap Persatuan dan Kesatuan:


Kesadaran akan ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa, baik dari dalam
maupun luar negeri, juga memperkuat semangat untuk menjaga keutuhan NKRI.

Kesemuanya, faktor-faktor ini saling berinteraksi dan saling mendukung dalam memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sebagai satu entitas negara yang kokoh dan berdaulat.

Meskipun terdapat berbagai faktor yang menjadi pendorong persatuan dan kesatuan bangsa
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), namun juga terdapat faktor-faktor yang dapat
menjadi penghambat dalam mencapai persatuan dan kesatuan yang kuat. Berikut adalah
beberapa faktor penghambat persatuan dan kesatuan bangsa di Indonesia:

 Perbedaan Identitas dan Kepentingan Lokal:


Adanya perbedaan identitas suku, agama, budaya, dan kepentingan lokal dapat
menyulitkan terciptanya kesatuan di antara masyarakat Indonesia.

 Konflik Horisontal:
Konflik antarsuku, antaragama, atau antarkepentingan politik di berbagai daerah di
Indonesia dapat mengganggu stabilitas dan persatuan bangsa.

 Radikalisme dan Ekstremisme:


Meningkatnya radikalisme dan ekstremisme agama atau ideologi dapat mengancam
kerukunan sosial dan persatuan bangsa, karena memicu polarisasi dan konflik di
masyarakat.

 Sentimen Separatis:
Adanya gerakan separatisme di beberapa daerah di Indonesia dapat mengancam kesatuan
wilayah dan menyebabkan ketegangan politik dan sosial.
 Kesenjangan Sosial-Ekonomi:
Kesenjangan ekonomi dan sosial antara daerah kaya dan miskin, serta antara kelompok
masyarakat, dapat menyulitkan terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa.

 Ketidakadilan Hukum:
Ketidakadilan dalam sistem hukum dan penegakan hukum yang selektif dapat mengurangi
kepercayaan masyarakat terhadap negara dan melemahkan kesatuan nasional.

 Korupsi dan Kriminalitas:


Korupsi dan kriminalitas yang merajalela dapat merusak integritas pemerintah dan
lembaga negara, serta mengganggu pembangunan dan stabilitas sosial.

 Ketidakefektifan Pemerintahan dan Birokrasi:


Ketidakefektifan pemerintahan dan birokrasi yang lamban dan tidak responsif terhadap
kebutuhan masyarakat dapat menimbulkan ketidakpuasan dan memicu ketegangan sosial.

 Propaganda dan Disinformasi:


Penyebaran propaganda dan disinformasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
dapat memicu konflik dan memperburuk polarisasi di masyarakat.

 Pengaruh Asing:
Campur tangan pihak asing dalam urusan dalam negeri Indonesia, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mengganggu stabilitas politik dan sosial serta mengancam
kedaulatan negara.

Untuk mengatasi faktor-faktor penghambat tersebut, diperlukan upaya yang terkoordinasi dan
terpadu dari pemerintah, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan untuk memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mempromosikan nilai-nilai kebhinekaan, keadilan, dan
kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hak dan kewajiban warga negara memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai makna hak dan kewajiban warga
negara dalam konteks tersebut:

 Hak Warga Negara:


Hak warga negara adalah hak-hak yang dimiliki oleh setiap individu yang diakui dan
dijamin oleh negara sesuai dengan konstitusi dan peraturan perundang-undangan. Hak-
hak ini mencakup hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Contoh hak warga negara
antara lain hak atas kebebasan berpendapat, hak untuk memilih dan dipilih dalam
pemilihan umum, hak atas pekerjaan dan pendidikan, hak atas perlindungan hukum, dan
lain sebagainya. Hak-hak ini menjadi dasar penting dalam memastikan kesejahteraan dan
keadilan bagi seluruh warga negara.
 Kewajiban Warga Negara:
Kewajiban warga negara adalah tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh setiap individu
sebagai bagian dari keanggotaannya dalam suatu negara. Kewajiban ini bertujuan untuk
menjaga stabilitas, keamanan, dan keberlangsungan negara serta kepentingan bersama
masyarakat. Kewajiban warga negara dapat berupa kewajiban membayar pajak, mengikuti
aturan hukum, menjaga keamanan dan ketertiban, serta berpartisipasi aktif dalam
pembangunan dan kehidupan politik negara. Dengan memenuhi kewajiban-kewajiban ini,
warga negara turut berkontribusi dalam pembentukan dan pemeliharaan tatanan sosial
dan politik yang berkeadilan dan demokratis.

Makna hak dan kewajiban warga negara menunjukkan bahwa setiap individu memiliki peran yang
sama pentingnya dalam membangun dan memelihara kehidupan berbangsa dan bernegara yang
adil, sejahtera, dan demokratis. Hak memberikan kebebasan dan perlindungan terhadap individu,
sementara kewajiban mengingatkan bahwa kebebasan itu haruslah dibatasi oleh tanggung jawab
kepada masyarakat dan negara. Dengan pemenuhan hak dan kewajiban yang seimbang,
diharapkan tercipta hubungan yang harmonis antara individu, masyarakat, dan negara dalam
upaya mencapai kemajuan bersama.

 Sebagai contoh kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, berikut adalah beberapa contoh:

 Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM):


Kasus pelanggaran HAM seperti penahanan tanpa proses hukum yang adil, penyiksaan,
atau diskriminasi terhadap kelompok minoritas adalah contoh nyata dari pelanggaran hak
warga negara. Tindakan-tindakan ini melanggar hak asasi manusia yang dijamin oleh
konstitusi dan peraturan internasional.

 Ketidakpatuhan Terhadap Hukum dan Aturan:


Pengabaian terhadap hukum dan aturan yang berlaku seperti menyalahi peraturan lalu
lintas, melakukan korupsi, atau menyebarluaskan hoaks merupakan contoh dari
pengingkaran kewajiban warga negara. Tindakan-tindakan semacam ini merusak tatanan
sosial dan hukum yang telah ditetapkan untuk menjaga keamanan dan keadilan.

 Tidak Memenuhi Kewajiban Pajak:


Ketidakpatuhan dalam membayar pajak atau melakukan pengemplangan pajak merupakan
pengingkaran terhadap kewajiban warga negara untuk berkontribusi dalam pembangunan
negara. Hal ini dapat merugikan negara dan menghambat pembangunan ekonomi serta
pelayanan publik.

 Ketidakhadiran dalam Proses Demokrasi:


Tidak menggunakan hak untuk memilih dalam pemilihan umum atau tidak berpartisipasi
dalam proses politik negara merupakan contoh pengingkaran kewajiban warga negara
untuk berkontribusi dalam pembentukan kebijakan publik dan pembangunan negara.
 Penghambatan Proses Kepolisian dan Hukum:
Menghalangi proses penegakan hukum dan kepolisian, seperti memberikan suap kepada
petugas penegak hukum atau menghalangi penyelidikan atas tindak pidana, merupakan
contoh pelanggaran yang serius terhadap hukum dan kewajiban warga negara untuk
menjaga ketertiban dan keadilan.

 Sikap Intoleransi dan Diskriminasi:


Menunjukkan sikap intoleransi terhadap perbedaan suku, agama, ras, atau pandangan
politik serta melakukan tindakan diskriminatif terhadap kelompok minoritas adalah contoh
dari pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban untuk menjaga keberagaman dan
kerukunan sosial.

Semua contoh di atas menunjukkan bahwa pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
negara dapat merusak tatanan sosial, politik, dan ekonomi negara serta mengancam kestabilan
dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, penting untuk terus
mempromosikan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara serta menegakkan aturan
hukum untuk menjaga keutuhan dan kemajuan negara.

 Penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara memerlukan pendekatan yang komprehensif dan
terpadu dari pemerintah, lembaga penegak hukum, masyarakat sipil, dan seluruh pemangku
kepentingan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menangani
pelanggaran tersebut:

 Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan Hukum:


Pemerintah perlu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajiban warga
negara melalui program-program pendidikan hukum, kampanye sosial, dan pembelajaran
yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Ini dapat dilakukan melalui penyuluhan,
seminar, workshop, dan media massa.

 Penguatan Institusi Penegak Hukum:


Institusi penegak hukum seperti kepolisian, jaksa, dan lembaga peradilan perlu diperkuat
dalam hal kapasitas, independensi, dan akuntabilitas. Hal ini termasuk pelatihan bagi
petugas hukum, peningkatan sarana dan prasarana, serta pemberian sanksi tegas
terhadap pelanggar hukum.

 Penegakan Hukum yang Tegas dan Adil:


Penegakan hukum terhadap pelanggaran hak dan kewajiban warga negara harus dilakukan
secara tegas, adil, dan tanpa pandang bulu. Pelaku pelanggaran harus dikenakan sanksi
yang sesuai dengan hukum yang berlaku, tanpa adanya intervensi politik atau tekanan dari
pihak-pihak tertentu.

 Perlindungan Korban Pelanggaran:


Korban pelanggaran hak harus diberikan perlindungan dan pemulihan yang memadai
sesuai dengan hukum. Ini termasuk memberikan akses terhadap keadilan, pemulihan
psikologis, rehabilitasi, dan kompensasi yang layak.
 Penguatan Sistem Peradilan Alternatif:
Selain melalui proses peradilan konvensional, pemerintah juga perlu memperkuat sistem
peradilan alternatif seperti mediasi, arbitrase, dan restorative justice untuk menangani
konflik secara damai dan menghindari proses peradilan yang panjang dan biaya tinggi.

 Kerjasama dengan LSM dan Masyarakat Sipil:


Pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi
masyarakat sipil lainnya dalam upaya penegakan hukum dan advokasi hak asasi manusia.
Kerjasama ini dapat memperkuat pemantauan terhadap pelanggaran hak serta
memberikan bantuan hukum bagi korban.

 Penguatan Sistem Pengaduan Publik:


Pemerintah perlu memperkuat sistem pengaduan publik yang transparan dan responsif
terhadap pelanggaran hak dan kewajiban warga negara. Sistem ini harus mudah diakses
oleh masyarakat dan memberikan jaminan perlindungan bagi pelapor.

 Pendidikan dan Pembinaan Masyarakat:


Selain penegakan hukum, penting juga untuk melakukan pendidikan dan pembinaan
masyarakat tentang nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan keadilan. Ini dapat dilakukan
melalui program-program pendidikan kewarganegaraan, dialog antaragama, dan kegiatan
sosial kemasyarakatan.

Dengan mengimplementasikan langkah-langkah tersebut secara komprehensif dan


berkelanjutan, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang
hak dan kewajiban warga negara serta memperkuat penegakan hukum dan keadilan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

 Hakikat perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia mencakup prinsip-prinsip dasar


yang menjadi landasan bagi sistem peradilan dan penegakan hukum di negara ini. Berikut
adalah beberapa hal yang mencerminkan hakikat dari perlindungan dan penegakan hukum di
Indonesia:

 Kedaulatan Hukum:
Prinsip kedaulatan hukum menekankan bahwa negara berdasarkan hukum (rechtsstaat),
artinya segala tindakan pemerintah dan warga negara harus sesuai dengan hukum yang
berlaku. Dalam konteks ini, hukum menjadi supremasi yang harus dijunjung tinggi oleh
semua pihak.

 Keadilan:
Keadilan menjadi pijakan utama dalam penegakan hukum di Indonesia. Hal ini mencakup
prinsip bahwa setiap individu memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan
setara di hadapan hukum, tanpa diskriminasi berdasarkan status sosial, ekonomi, agama,
atau kelompok lainnya.
 Perlindungan Hak Asasi Manusia:
Perlindungan hak asasi manusia (HAM) merupakan komitmen fundamental dalam sistem
hukum Indonesia. Penegakan hukum harus memastikan bahwa hak-hak dasar setiap
individu dihormati dan dilindungi, termasuk hak atas kebebasan, kesetaraan, keadilan,
dan martabat manusia.

 Ketentuan Konstitusi:
Konstitusi Republik Indonesia, terutama Undang-Undang Dasar 1945, menjadi landasan
utama dalam sistem hukum Indonesia. Penegakan hukum haruslah selaras dengan
ketentuan-ketentuan konstitusi, yang menjamin hak-hak warga negara serta mengatur
struktur dan fungsi pemerintahan.

 Kepastian Hukum:
Prinsip kepastian hukum (legal certainty) menekankan bahwa hukum harus jelas, terbuka,
dan dapat diprediksi sehingga setiap individu dapat mengetahui hak dan kewajibannya
secara pasti. Ini menciptakan lingkungan yang stabil dan dapat dipercaya untuk aktivitas
hukum dan ekonomi.

 Transparansi dan Akuntabilitas:


Proses penegakan hukum haruslah transparan dan akuntabel, di mana tindakan-tindakan
yang diambil oleh aparat penegak hukum dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat. Hal ini meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan dan
penegakan hukum.

 Independensi dan Profesionalisme:


Institusi-institusi penegak hukum, seperti kepolisian, jaksa, dan lembaga peradilan, harus
menjunjung tinggi prinsip independensi dan profesionalisme. Mereka harus bekerja secara
netral dan objektif tanpa adanya intervensi politik atau tekanan eksternal.

 Kerjasama Internasional:
Indonesia juga terlibat dalam kerjasama internasional dalam bidang penegakan hukum,
seperti ekstradisi, penanganan kejahatan lintas batas, dan pengembangan kapasitas
lembaga penegak hukum. Ini bertujuan untuk memperkuat sistem peradilan dan
penegakan hukum di tingkat global.

Hakikat ini menunjukkan bahwa perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia bertujuan
untuk menciptakan sistem hukum yang adil, efektif, dan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi
dan supremasi hukum. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut, diharapkan terwujudnya
masyarakat yang berkeadilan dan berkedaulatan hukum.

 Lembaga penegak hukum memiliki peran yang sangat penting dalam menjamin keadilan dan
kedamaian dalam suatu negara. Berikut adalah beberapa peran utama lembaga penegak
hukum dalam konteks tersebut:
 Penegakan Hukum:
Peran utama lembaga penegak hukum adalah untuk menegakkan hukum dan mengambil
tindakan terhadap pelanggar hukum. Ini mencakup penyelidikan, penuntutan, dan
penahanan terhadap pelaku kejahatan serta memberikan sanksi yang sesuai.

 Perlindungan Hak Asasi Manusia:


Lembaga penegak hukum bertanggung jawab untuk melindungi hak asasi manusia (HAM)
sesuai dengan konstitusi dan peraturan internasional. Mereka harus memastikan bahwa
setiap individu memiliki hak yang diakui dan dihormati, serta memberikan perlindungan
terhadap pelanggaran HAM.

 Pencegahan Kejahatan:
Selain menindak kejahatan yang sudah terjadi, lembaga penegak hukum juga memiliki
peran dalam mencegah terjadinya kejahatan. Ini dilakukan melalui kegiatan pengawasan,
patroli, dan kerja sama dengan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menangani potensi
kejahatan.

 Penyelidikan dan Pengungkapan Kasus:


Lembaga penegak hukum bertugas untuk melakukan penyelidikan secara menyeluruh
terhadap kasus-kasus kejahatan, mengumpulkan bukti, dan mengungkap kebenaran di
balik kasus-kasus tersebut. Hal ini penting untuk menegakkan keadilan dan memastikan
bahwa pelaku kejahatan diadili dengan adil.

 Pengawasan dan Penegakan Kepatuhan:


Lembaga penegak hukum juga memiliki peran dalam mengawasi kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku. Mereka harus memastikan bahwa semua pihak,
termasuk individu, perusahaan, dan lembaga, mematuhi hukum dan menjalankan
kewajibannya dengan benar.

 Penyediaan Bantuan Hukum:


Lembaga penegak hukum juga memberikan bantuan hukum kepada masyarakat yang
membutuhkan, terutama bagi mereka yang tidak mampu secara finansial untuk
memperoleh akses ke sistem peradilan. Ini penting untuk memastikan bahwa semua
individu memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan perlakuan yang adil di
hadapan hukum.

 Kerjasama Internasional:
Lembaga penegak hukum dapat berperan dalam kerjasama internasional untuk menangani
kejahatan lintas batas, seperti perdagangan manusia, narkotika, dan terorisme. Kerjasama
ini melibatkan pertukaran informasi, ekstradisi, dan koordinasi tindakan antar-negara
untuk mengatasi ancaman kejahatan yang lintas negara.

Melalui peran-peran ini, lembaga penegak hukum berkontribusi secara signifikan dalam menjaga
keadilan, keamanan, dan kedamaian dalam suatu negara. Dengan menjalankan tugas-tugas
mereka dengan profesionalisme, independensi, dan akuntabilitas, mereka dapat membantu
membangun masyarakat yang berkeadilan dan berkedamaian bagi semua warganya.
 Dinamika pelanggaran hukum di Indonesia melibatkan berbagai faktor yang kompleks dan
beragam, yang berkembang seiring dengan perubahan sosial, ekonomi, politik, dan budaya di
dalam negeri. Berikut adalah beberapa aspek dinamika pelanggaran hukum di Indonesia:

 Korupsi:
Korupsi merupakan salah satu bentuk pelanggaran hukum yang cukup merajalela di
Indonesia. Faktor-faktor seperti rendahnya transparansi, lemahnya penegakan hukum, dan
budaya suap yang masih mendarah daging menjadi pemicu utama terjadinya korupsi di
berbagai level pemerintahan dan sektor swasta.

 Ketidaksetaraan Akses terhadap Hukum:


Masih adanya kesenjangan ekonomi dan sosial di masyarakat menyebabkan banyak orang
tidak mampu mengakses sistem peradilan secara layak. Hal ini dapat menyebabkan
ketidakadilan hukum, di mana orang kaya cenderung memiliki akses yang lebih baik
terhadap sistem hukum daripada orang miskin.

 Kekerasan dan Kejahatan:


Kriminalitas, termasuk tindak kekerasan, pencurian, narkotika, dan kejahatan lainnya,
menjadi masalah serius yang memengaruhi keamanan dan ketertiban di Indonesia. Faktor-
faktor seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan ketidakhadiran kehadiran negara dalam
wilayah yang terpencil menjadi pemicu utama terjadinya kejahatan.

 Pelanggaran Hak Asasi Manusia:


Meskipun ada kemajuan dalam perlindungan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia, masih
terjadi pelanggaran HAM, baik oleh pihak pemerintah maupun non-pemerintah. Ini bisa
termasuk penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan, diskriminasi, dan pembatasan
kebebasan berpendapat.

 Perubahan Sosial dan Budaya:


Perubahan sosial dan budaya, seperti urbanisasi, globalisasi, dan perkembangan teknologi
informasi, juga memengaruhi dinamika pelanggaran hukum di Indonesia. Contohnya,
meningkatnya penggunaan media sosial dapat menjadi platform untuk penyebaran hoaks
dan ujaran kebencian.

 Ketidakstabilan Politik:
Ketidakstabilan politik, konflik antarkepentingan politik, dan polarisasi masyarakat juga
dapat mempengaruhi dinamika pelanggaran hukum. Politisasi aparat penegak hukum dan
penggunaan hukum sebagai alat untuk mencapai tujuan politik juga dapat merusak
independensi dan integritas lembaga hukum.

 Pola Kultural dan Nilai Sosial:


Beberapa pelanggaran hukum di Indonesia dapat dipengaruhi oleh pola kultural dan nilai
sosial tertentu, seperti toleransi terhadap praktik korupsi atau kekerasan dalam rumah
tangga. Budaya patrimonialisme dan nepotisme juga dapat memengaruhi penegakan
hukum di tingkat lokal.
 Kemajuan Hukum dan Penegakan Hukum:
Di sisi lain, terdapat kemajuan dalam bidang hukum dan penegakan hukum di Indonesia,
termasuk pembentukan lembaga antikorupsi, peningkatan transparansi, dan reformasi
peradilan. Namun, masih diperlukan upaya yang lebih besar untuk memperkuat lembaga
penegak hukum dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum.

Dinamika pelanggaran hukum di Indonesia merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor
internal dan eksternal yang kompleks. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang
komprehensif dan berkelanjutan dari pemerintah, lembaga hukum, masyarakat sipil, dan semua
pemangku kepentingan untuk meningkatkan penegakan hukum, mendorong keadilan, dan
memperkuat supremasi hukum di seluruh negeri.

 Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap negara dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan
semangat persatuan dalam keberagaman. Berikut adalah beberapa pengaruh positifnya:

 Peningkatan Akses dan Distribusi Informasi:


Kemajuan IPTEK, terutama dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK), telah
membuka akses yang lebih luas terhadap informasi bagi masyarakat, termasuk informasi
tentang keberagaman budaya, tradisi, dan kepercayaan. Hal ini membantu meningkatkan
pemahaman, toleransi, dan penghargaan terhadap keberagaman budaya di dalam negara.

 Koneksi dan Komunikasi Antarindividu:


Teknologi komunikasi memungkinkan interaksi dan pertukaran antarindividu dari
berbagai latar belakang budaya dan agama. Ini memperkuat jaringan sosial yang inklusif
dan membantu memperkuat hubungan antarwarga negara yang berbeda-beda.

 Kolaborasi dalam Riset dan Inovasi:


Kemajuan IPTEK mendorong kolaborasi lintasbudaya dalam riset dan inovasi. Tim ilmuwan
dan peneliti dari berbagai latar belakang dapat bekerja bersama untuk memecahkan
masalah-masalah kompleks dan mengembangkan solusi inovatif yang bermanfaat bagi
masyarakat secara luas.

 Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan:


IPTEK berperan penting dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Inovasi
teknologi membantu meningkatkan efisiensi dalam produksi, memperluas pasar,
menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan produktivitas, yang semuanya
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

 Peningkatan Akses Kesehatan dan Pendidikan:


Teknologi kesehatan dan pendidikan telah memberikan akses yang lebih luas terhadap
layanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas bagi masyarakat, termasuk di daerah
terpencil. Hal ini membantu mengurangi disparitas kesehatan dan pendidikan antarwilayah
dan antarkelompok masyarakat.
 Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan:
IPTEK juga berperan dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Teknologi
lingkungan membantu memonitor dan mengelola lingkungan secara efektif, mendorong
praktik-praktik yang ramah lingkungan, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
pelestarian alam bagi keberlanjutan lingkungan.

 Pemberdayaan Masyarakat:
IPTEK memberdayakan masyarakat melalui akses yang lebih besar terhadap pengetahuan
dan sumber daya, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam proses
pembangunan, pengambilan keputusan, dan pemanfaatan peluang ekonomi dan sosial.

Dengan demikian, kemajuan IPTEK memiliki dampak positif yang signifikan dalam memperkuat
semangat Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia, yang menghargai keberagaman budaya, agama,
dan suku bangsa sebagai kekayaan dan kekuatan negara. Ini menunjukkan bahwa IPTEK dapat
menjadi alat yang efektif dalam memperkuat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman.

 Meskipun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) membawa banyak manfaat,
namun juga dapat memiliki beberapa dampak negatif terhadap negara dalam bingkai
Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan semangat persatuan dalam keberagaman. Berikut
adalah beberapa pengaruh negatifnya:
1. Polarisasi dan Fragmentasi Masyarakat: Perkembangan teknologi informasi, terutama
media sosial, dapat memperkuat polarisasi dan fragmentasi masyarakat. Berita palsu
(hoaks), propaganda, dan narasi yang memecah-belah dapat dengan mudah menyebar,
memperdalam kesenjangan dan konflik antarberbagai kelompok masyarakat.
2. Krisis Identitas dan Nilai Budaya: Globalisasi dan penetrasi budaya luar melalui media
massa dan teknologi dapat mengancam identitas dan nilai-nilai budaya lokal. Hal ini dapat
mengakibatkan krisis identitas dan kehilangan jati diri masyarakat lokal, serta
meningkatkan risiko konflik budaya dan agama.

3. Ketergantungan pada Teknologi Asing: Kemajuan IPTEK seringkali diimbangi dengan


ketergantungan pada teknologi asing, terutama dari negara-negara maju. Hal ini dapat
mengurangi kedaulatan teknologi dan ekonomi negara serta meningkatkan risiko
penyalahgunaan teknologi oleh pihak asing untuk kepentingan mereka sendiri.
4. Kesenjangan Digital dan Akses Tidak Merata: Meskipun teknologi memberikan akses
terhadap informasi dan layanan, masih ada kesenjangan digital yang signifikan di
Indonesia. Masyarakat di daerah terpencil atau kurang mampu sering kali tidak memiliki
akses yang sama terhadap teknologi, sehingga meningkatkan kesenjangan sosial dan
ekonomi.

5. Ketidakamanan Cyber dan Kriminalitas Online: Perkembangan teknologi juga membawa


risiko baru dalam bentuk kejahatan cyber, termasuk pencurian identitas, penipuan online,
dan serangan cyber. Ketidakamanan dalam dunia maya dapat mengancam stabilitas dan
keamanan negara.
6. Kerentanan terhadap Penyalahgunaan Data: Penggunaan teknologi juga meningkatkan
kerentanan terhadap penyalahgunaan data pribadi oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab, seperti pengumpulan data tanpa izin, pelanggaran privasi, dan
manipulasi data untuk kepentingan politik atau ekonomi.
7. Kerusakan Lingkungan: Beberapa kemajuan teknologi dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan yang serius, seperti polusi udara, pencemaran air, dan deforestasi. Hal ini
dapat mengancam keberlanjutan lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat.
8. Pengangguran Teknologi: Perkembangan teknologi juga dapat mengakibatkan
penggantian pekerjaan manusia oleh otomatisasi dan robotisasi, sehingga meningkatkan
angka pengangguran teknologi dan kesenjangan ekonomi antara mereka yang memiliki
keterampilan teknologi dan yang tidak.
Dengan demikian, sementara kemajuan IPTEK membawa banyak manfaat, penting untuk
diwaspadai bahwa ada juga dampak negatif yang perlu dikelola dengan bijaksana. Negara harus
dapat mengatasi tantangan ini dengan kebijakan yang tepat, pengaturan yang efektif, dan
pendidikan yang memadai untuk menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan prinsip-
prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

 Sikap selektif dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
bingkai Bhinneka Tunggal Ika mengacu pada pendekatan yang bijaksana dalam
memanfaatkan dan mengatur kemajuan teknologi agar sesuai dengan nilai-nilai keberagaman
dan persatuan dalam masyarakat Indonesia. Berikut adalah beberapa prinsip yang dapat
menjadi dasar bagi sikap selektif tersebut:
1. Penguatan Kebijakan Regulasi: Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan regulasi
yang cermat untuk mengatur penggunaan dan pengembangan teknologi agar sesuai
dengan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini termasuk pembentukan undang-undang
yang melindungi hak asasi manusia, privasi, kebebasan berekspresi, dan keberagaman
budaya.
2. Promosi Inovasi Lokal: Sikap selektif dapat mencakup dukungan terhadap inovasi lokal
yang memperkuat keberagaman budaya dan mempromosikan nilai-nilai lokal. Pemerintah
dapat memberikan insentif dan dukungan bagi pengembangan teknologi yang
berlandaskan pada nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
3. Pendidikan dan Kesadaran Teknologi: Pendidikan tentang dampak teknologi dan
kesadaran akan pentingnya penggunaan teknologi secara bertanggung jawab dapat
membantu masyarakat untuk mengadopsi sikap selektif. Dengan pemahaman yang lebih
baik tentang implikasi sosial, budaya, dan ekonomi dari teknologi, masyarakat dapat
membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam menghadapi kemajuan teknologi.
4. Perlindungan Terhadap Kesenjangan Digital: Sikap selektif juga mencakup upaya untuk
mengurangi kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta antara
kelompok masyarakat yang berbeda. Pemerintah dapat memberikan akses yang lebih
merata terhadap teknologi dan memastikan bahwa semua orang memiliki kesempatan
yang sama untuk memanfaatkan kemajuan teknologi.
5. Penghormatan Terhadap Keanekaragaman Budaya: Dalam menghadapi kemajuan
teknologi, penting untuk menghormati dan mempertahankan keanekaragaman budaya
Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong pengembangan teknologi yang
memperkuat identitas budaya, bahasa, dan tradisi lokal, serta melindungi warisan budaya
dari pengaruh globalisasi yang merusak.
6. Pemantauan Terhadap Dampak Negatif: Pemerintah dan masyarakat perlu melakukan
pemantauan terhadap dampak negatif dari kemajuan teknologi, termasuk dampak
terhadap lingkungan, kesehatan, ekonomi, dan sosial budaya. Langkah-langkah mitigasi
harus diambil untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dan meminimalkan risiko
negatifnya.
Dengan mengadopsi sikap selektif yang bijaksana dalam menghadapi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, Indonesia dapat memanfaatkan potensi positif teknologi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sambil tetap memperkuat nilai-nilai Bhinneka Tunggal
Ika yang menjadi landasan persatuan dan keberagaman bangsa.

 Hakikat dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menggambarkan esensi dan
karakteristik inti dari negara Indonesia. Berikut adalah penjelasan tentang hakikat NKRI:
1. Kesatuan: NKRI adalah negara yang bersifat kesatuan, di mana seluruh wilayah Indonesia
merupakan bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari satu kesatuan negara. Prinsip
kesatuan ini menghindarkan adanya pemisahan wilayah atau otonomi yang berlebihan di
tingkat daerah yang dapat mengancam persatuan bangsa.
2. Republik: NKRI adalah negara republik, yang berarti pemerintahan negara dijalankan oleh
wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui pemilihan umum secara demokratis. Prinsip
republik menekankan bahwa kekuasaan tertinggi berada pada rakyat, dan pemerintahan
berdasarkan konstitusi yang demokratis.

3. Kedaulatan: NKRI memiliki kedaulatan yang mutlak atas wilayahnya, yang berarti negara
memiliki hak dan wewenang penuh untuk mengatur urusan dalam negeri maupun
hubungan luar negeri sesuai dengan kepentingan nasional. Kedaulatan ini meliputi
kekuasaan pemerintah dalam menjalankan fungsi-fungsi negara seperti legislasi,
eksekutif, dan yudikatif.
4. Kedaulatan Rakyat: Prinsip kedaulatan rakyat mengandung makna bahwa kekuasaan
tertinggi dalam negara berada pada rakyat. Rakyat memiliki hak untuk menentukan masa
depan dan pembangunan negara melalui pemilihan umum secara bebas dan adil serta
melalui partisipasi dalam pembentukan kebijakan negara.
5. Bhinneka Tunggal Ika: Konsep Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan moto negara
Indonesia menggambarkan semangat persatuan dalam keberagaman. Meskipun terdiri
dari beragam suku, agama, bahasa, dan budaya, Indonesia tetap bersatu sebagai satu
bangsa di bawah satu bendera dan satu negara.
6. Kepatuhan terhadap Hukum: NKRI mendasarkan sistemnya pada hukum yang berlaku
secara adil dan merata bagi seluruh warga negara. Negara menghormati supremasi hukum
dan memastikan penegakan hukum yang efektif untuk menjaga ketertiban dan keadilan di
masyarakat.
7. Pancasila: Sebagai ideologi negara, Pancasila menjadi landasan bagi NKRI. Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia yang terdiri dari lima sila, yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Pancasila menjadi pedoman dalam
pembentukan dan pelaksanaan kebijakan negara serta dalam menjaga keselarasan dan
harmoni antara berbagai kepentingan dan nilai-nilai di masyarakat.
Hakikat NKRI mencerminkan komitmen Indonesia terhadap prinsip-prinsip persatuan, kedaulatan,
dan keadilan serta semangat untuk membangun negara yang adil, demokratis, dan bermartabat.
Dengan memegang teguh nilai-nilai ini, NKRI dapat terus berkembang dan memberikan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

 Dinamika persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia telah mengalami berbagai perubahan dan
tantangan dari masa ke masa. Berikut adalah gambaran umum tentang dinamika tersebut dari
masa ke masa:
1. Era Pra-Kemerdekaan: Sebelum kemerdekaan, Indonesia merupakan wilayah yang terdiri
dari berbagai kerajaan, kesultanan, dan daerah yang memiliki identitas dan kepentingan
sendiri-sendiri. Dinamika pada masa ini terutama ditandai oleh perjuangan bersama
melawan penjajahan kolonial serta pergerakan nasional yang beragam, yang akhirnya
mengarah pada proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945.
2. Era Kemerdekaan dan Persatuan: Setelah kemerdekaan, Indonesia menghadapi
tantangan besar dalam mempersatukan berbagai entitas politik, budaya, dan agama
menjadi satu negara yang kokoh. Dinamika pada masa ini termasuk upaya untuk
menyatukan berbagai kepentingan lokal menjadi kesatuan nasional melalui pembentukan
Republik Indonesia dan pembangunan nasional.
3. Era Konflik dan Integrasi: Periode ini ditandai oleh berbagai konflik dan tantangan
terhadap persatuan dan kesatuan bangsa, termasuk pemberontakan regional, konflik antar
etnis, serta upaya untuk meruntuhkan negara secara internal maupun eksternal. Upaya
integrasi nasional yang intensif diarahkan pada memperkuat identitas nasional Indonesia
dan mengatasi ketimpangan serta ketidaksetaraan antarwilayah.
4. Era Reformasi: Pasca-Reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami transformasi besar
dalam berbagai aspek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Dinamika pada masa ini
mencakup upaya untuk memperkuat demokrasi, mengatasi konflik horizontal,
meningkatkan otonomi daerah, serta memperkuat prinsip persatuan dalam keberagaman.
5. Era Globalisasi: Dengan berkembangnya era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada
tantangan baru terhadap persatuan dan kesatuan bangsa, termasuk pengaruh budaya luar,
perubahan sosial ekonomi, dan dinamika politik global. Dinamika pada masa ini mencakup
upaya untuk menjaga identitas budaya dan nilai-nilai nasional dalam menghadapi arus
globalisasi yang dinamis.
Dari masa ke masa, dinamika persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia merupakan hasil dari
interaksi antara berbagai faktor internal dan eksternal yang kompleks. Meskipun menghadapi
berbagai tantangan, semangat persatuan dalam keberagaman serta komitmen untuk
membangun negara yang adil, demokratis, dan berdaulat tetap menjadi landasan utama bagi
bangsa Indonesia. Dengan menjaga dan memperkuat persatuan serta kesatuan, Indonesia dapat
terus maju sebagai bangsa yang besar dan kuat di panggung dunia.

 Menjaga dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa merupakan tugas yang
penting bagi setiap warga negara dan pemerintah Indonesia. Berikut adalah beberapa upaya
yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini:
1. Pendidikan Nilai-Nilai Persatuan: Pendidikan merupakan kunci dalam membangun
kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Sekolah-sekolah dapat
memasukkan materi yang mengajarkan nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, serta
sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam kurikulumnya.
2. Promosi Toleransi dan Dialog Antarumat Beragama: Mendorong dialog antarumat
beragama dan mempromosikan toleransi adalah langkah penting dalam menjaga
kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Ini termasuk penyelenggaraan kegiatan
bersama antarumat beragama, dialog antaragama, dan kampanye anti-diskriminasi.
3. Penguatan Identitas Nasional: Memperkuat identitas nasional Indonesia melalui promosi
kebudayaan dan kearifan lokal serta penghormatan terhadap budaya daerah dan adat
istiadat merupakan langkah penting dalam membangun rasa kebanggaan dan persatuan
sebagai bangsa.
4. Pemerataan Pembangunan: Memastikan bahwa pembangunan ekonomi dan sosial merata
di seluruh wilayah Indonesia adalah kunci untuk mencegah ketidakpuasan dan konflik
yang dapat mengancam persatuan. Ini termasuk pengembangan infrastruktur, layanan
publik, dan peluang ekonomi di daerah-daerah terpencil.
5. Penguatan Keadilan Sosial: Memperkuat sistem yang adil dan merata dalam distribusi
kekayaan dan kesempatan merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan sosial dan
menghindari ketimpangan yang dapat mengancam persatuan bangsa.
6. Penegakan Hukum yang Adil: Menegakkan hukum secara adil dan merata kepada semua
warga negara tanpa pandang bulu adalah penting untuk memperkuat kepercayaan
masyarakat terhadap negara dan memastikan bahwa semua warga merasa diperlakukan
secara sama di hadapan hukum.

7. Partisipasi Aktif dalam Pembangunan: Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam


proses pembangunan dan pengambilan keputusan akan memperkuat rasa kepemilikan
terhadap negara dan meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab bersama dalam
memajukan bangsa.
8. Kerja Sama Antarlembaga dan Antarwilayah: Kerja sama antara pemerintah pusat dan
daerah, serta antarlembaga negara, termasuk partai politik, organisasi masyarakat, dan
lembaga swadaya masyarakat, diperlukan untuk memperkuat sinergi dalam menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa.
Melalui upaya-upaya ini, diharapkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dapat terus
dipertahankan dan diperkuat sebagai landasan bagi pembangunan negara yang adil, demokratis,
dan berdaulat.

Anda mungkin juga menyukai