Anda di halaman 1dari 20

A.

Nilai Nilai dan Moral Dalam Konstitusi Negara


1. Nilai Normatif
Suatu konstitusi yang telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi tersebut bukan
hanya berlaku dalam arti hukum, akan tetapi juga merupakan suatu kenyataan yang hidup dalam arti
sepenuhnya diperlukan dan efektif. Dengan kata lain, konstitusi itu dilaksanakn secara murni dan
konsekuen.
2. Nilai Nominal
Konstitusi yang mempunyai nilai nominal berarti secara hukum konstitusi itu berlaku, tetapi
kenyataannya kurang sempurna, sebab pasal-pasal tertentu dari konstitusi tersebut dalam kenyataannya
tidak berlaku.
3. Nilai Semantik
Suatu konstitusi mempunyai nilai semantik jika konstitusi tersebut secara hukum tetap berlaku, namun
dalam kenyataannya adalah sekedar untuk memberikan bentuk dari temapat yang telah ada, dan
dipergunakan untuk melaksanakan kekuasaan politik. Jadi, konstitusi hanyalah sekedar istilah saja
sedangkan pelaksanaannya hanya dimaksudkan untuk kepentingan pihak penguasa.

B. Nilai-nilai ( Ideal, Praktis, dan Instrumental ) dalam Pancasila


1. Pengertian Nilai Ideal, nilai-nilai dasar yang mempunyai sifat tetap (tidak berubah), nilai-nilai ini
terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
2. Pengertian Nilai Instrumental, penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar atau nilai ideal secara lebih
kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945 dan peraturan lainnya.
3. Nilai Praktis, nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sila ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa


Nilai Ideal : Ketuhanan
Nilai Instrumental : Pasal 28 Pasal 29
Nilai Praksis :
1. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing.
2. Percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.
3. Tidak melakukan penistaan dari suatu agama seperti melakukan pembakaran rumah rumah
ibadah.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
5. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.

Sila ke 2 Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


Nilai Ideal :Kemanusiaan
Nilai Instrumental : Pasal 142 28 A 28B
Nilai Praksis :
Prilaku/pengamalan yang memcerminkan sila ke 2
1. Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa
membedakan.
2. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti acara acara bakti sosial, memberikan
bantuan kepada panti panti asuhan sebagai bentuk kemanusiaan peduli akan sesama.

Sila ke 3 Persatuan Indonesia


Nilai Ideal : Persatuan
Nilai Instrumental : Pasal 25A, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 36A, pasal 36B
Nilai Praksis :
1. Mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Membina hubungan baik dengan semua unsur bangsa
3. Memajukan pergaulan demi peraturan bangsa.
4. Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan Indonesia.
5. Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi arau golongan.

Sila ke 4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan


Perwakilan
Nilai Ideal :Kerakyatan
Nilai Instrumental :Pasal 2, Pasal 3, Pasal 6 ayat 2, Pasal 19
Nilai Praksis :
1. Menghindari aksi “Walk Out” dalam suatu musyawarah.
2. Menghargai hasil musyawarah. Ikut serta dalam pemilihan umum, pilpres, dan pilkada.
3. Memberikan kepercayaan kepada wakil wakil rakyat yang telah terpilih dan yang menjadi
wakil rakyat juga harus mampu membawa aspirasi rakyat.
4. Tidak memaksakan kehendak kita kepada orang lain.
5. Menghormati dan menghargai pendapat orang lain.

Sila ke 5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Nilai Ideal :Keadilan
Nilai Instrumental :Pasal 33, Pasal 34
Nilai Praksis
1. Suka melakukan perbuatan dalam rangka mewujudkan kemajuan dan keadilan sosial.
2. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Tidak bersifat boros, dan suka bekerja keras
7. Tidak bergaya hidup mewah.

C. Pembukaan UUD 1945


1. Makna
 Alinea Pertama
 Keteguhan Bangsa Indonesia dalam membela kemerdekaan melawan
 penjajah dalam segala bentuk.
 Pernyataan subjektif bangsa Indonesia untuk menentang dan manghapus
 penjajahan di atas dunia.
 Pernyataan objektif bangsa Indonesia bahwa penjajahan tidak sesuai
 dengan perikemanusiaan dan peri keadilan.
 Pemerintah Indonesia mendukung kemerdekaan bagi setiap bangsa
 Indonesia untuk berdiri sendiri
 Alinea Kedua
 Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia merupakan hasil
 perjuangan pergerakan melawan penjajah.
 Adanya momentum yang harus dimanfaatkan untuk menyatakan
 kemerdekaan.
 Bahwa kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan, tetapi harus diisi dengan
 mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
 makmur. Memuat cita-cita Negara Indonesia, yaitu: Merdeka, bersatu, berdaulat,
 adil dan makmur.
 Alinea ketiga
 Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita adalah berkat
 rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
 Keinginan yang didambakan oleh segenap Bangsa Indonesia terhadap
 suatu kehidupan yang berkesinambungan antara kehidupan material dan
 spiritual, dan kehidupan di dunia maupun akhirat.
 Adanya Pengukuhan pernyataan Proklamasi
 Alinea Keempat
 Terkandung fungsi dan sekaligus tujuan Negara Indonesia, Yaitu:
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
Memajukan kesejahteraan umum;
Mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia
Yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.
 Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang disusun dalam Suatu UUD 1945.
 Sistem pemerintahan Negara, yaitu berdasarkan kedaulatan Rakyat (demokrasi).
 Dasar Negara : Pancasila

2. POKOK PIKIRAN
1. Pokok Pikiran Pertama
Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar
asas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Pokok Pikiran Kedua
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Pokok pikiran ini
menempatkan suatu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai dalam Pembukaan, dan merupakan suatu
kuasa finalis (sebab tujuan), sehingga dapat menentukan jalan serta aturan-aturan mana yang harus
dilaksanakan dalam Undang-Undang Dasar untuk sampai pada tujuan itu yang didasari dengan bekal
persatuan.
3. Pokok Pikiran Ketiga
Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan.
Pokok pikiran ini dalam ‘pembukaan’ mengandung konsekuensi logis bahwa sistem negara yang
terbentuk dalam Undang-Undang Dasar harus berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan berdasarkan
permusyawaratan/perwakilan
4. Pokok Pikiran Keempat
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Hal ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa, yang mengandung pengertian
taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab yang
mengandung pengertian menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia atau nilai kemanusiaan yang

D. UPAYA PEMAJUAN, PENGHORMATAN, DAN PENEGEKAN HAM


1. Pengertian HAM
Sebagai hak-hak dasar yang dimiliki setiap manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugrah dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Berikut ini beberapa pengertian hak asasi manusia yang dikemukakan oleh para ahli:
 John Locke, hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat pada manusia dan tidak
dapat diganggu gugat atau sifatnya mutlak.
 Koentjoro Poerbapranoto, hak yang sifatnya asasi yaitu dimiliki manusia menurut kodratnya
dan sifatnya suci.
 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hokum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.

HAM meemeiliki beberapa ciri khusus, yaitu sebagai berikut:


1. Hakiki (ada pada setiap diri manusia sebagai mahkluk tuhan)
2. Universal, artinya hak itu berelaku untuk semua orang dimana saja, tanpa memandang status, ras,
harga diri, jender atau perbedaan lainnya.
3. Permanen dan tidak dapat dicabut, artinya hak itu tetap selama manusia itu hidup dan tidak dapat
dihapuskan oleh siapapun.
4. Tak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah hak sipil atau hak
politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Macam-macam HAM
 hak asasi pribadi (personal right), misalnya hak kemerdekaan memeluk agama dan beribadah
menurut agama masinng-masing, menyatakan pendapat, berorganisasi dan sebagainya
 hak asasi ekonomi (property right), misalnya hak kebebasan memiliki sesuatu, membeli dan
menjual sesuatu mengadakan kontrak atau perjanjian, dan lain sebagainya.
 hak asasi politik (political right), misalnya hak untuk diakui dalam kedudukan sebagai warga
negara yang sederajat, ikut serta dalam pemeerintah, hak memilih dan dipilih, mendirikan partai
politik atau organisasi, mengajukan kritik dan sebagainya.
 hak asasi sosial dan kebudayaan (social dan cultural right), misalnya hak kebebasan
memilih dan mendapatkan pendidikan, mengembangan kebudayaan dan lain sebagainya.
 hak memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (right of legal
equality).
 hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata peradilan dan perlindungan hukum
(procedural right), misalnya hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam peradilan,
pembelaan hukum, penerapan asas pradga tak bersalah, dan sebagainya.

Penegakan HAM dalam Perundang-undangan


1. Tujuan: melindungi martabat manusia
2. HAM dalam UUD 1945
 HAM dalam batang tubuh UUD 1945 diatur secara khusus dalam pasal 28A-28J.
 Secara umum HAM di Indonesia diatiur dalam pasal 27-34 UUD 1945
 Hak asasi manusia dalam TAP MPR No. XVII/MPR/1998: memuat piagam HAM serta
pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap HAM.
 HAM dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN. Dimuat dalam arah
penyelenggaraan Negara, yaitu: mewujudkan kehidupan yang demokratis, berkeadilan sosial,
melindungi HAM.
 Keppres No. 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNASHAM),
yang bertugas untuk melaksanakan penyuluhan, pengkajian, pemantauan, penelitian dan
mediasi tentang HAM.
 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM yang terdiri dari XI Bab dan 106 pasal.
 PP no. 2 Tahun 2002 tentang tata cara perlindungan terhadap korban dan saksi dalam
pelanggaran HAM yang berat
 PP No. 3 Tahun 2002 tentang kompensasi, restitusi dan rehabilitasi terhadap korban
pelanggaran HAM berat.

Sistem Hukum dan Peradilan Nasional


Peran serta dalam upaya perjuangan, penghormata dn penegakan ham di indonesia
Peran serta masyarakat dalam penegakan HAM di Indonesia.
Kewajiban dasar manusia \Indonesia terhadap HAM sesuai dengan UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia, pada bab VI adalah sebagai berikut:
1. setiap orang yang berada di wilayah negera Republik Indonesia wajib patuh terhadap peraturan
perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum internasional mengenai HAM yang telah
diterima oleh negara Republik Indonesia (pasal 67).
2. Setiap orang wajib menghormati HAM orang lain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (pasal 69 ayat 1).
3. Setiap HAM seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk menghormati
hak-hak orang lain secara timbal balik (pasal 69 ayat 2).
4. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
prertimbangan moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis (pasal
70).
peran serta pemerintah dalampenegakan HAM di Indonesia
kewajiban dan tanggung jawab pemerintah terhadap HAM sesuai dengan UU No. 39 1999 tentang
HAM adalah sebagai berikut:
1. pemerintah wajib bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak
asasi manusia, sesuai peraturan perundang-undangan, dan hukum internasional tentang HAM yang
diterima oleh negara Republik Indonesia (pasal 71).
2. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah meliputi langkah implementasi yang efektif dalam
hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang lain (pasal 72).
Peran KOMNAS HAM alat perjuangan penegakkan HAM diIndonesia
1. komnas HAM dibentuk dengan tujuan:
2. mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
pancasila, UUD 1945, dan piagam PBB, serta deklarasi universal Hak Asasi Manusia.
3. Meningkatkan perlindungan dan penegakkan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai kehidupan.
Hasilnya adalah disusunnya kategori pelanggaran HAM sebagai berikut:
1. pembunuhan besar-besaran (genocide) yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, etnis, kelompok
agama seperti berikut:
 pembunuhan terhadap anggota kelompok, atau suku atau ras yang mengakibatkan kemusnahan
secara fisik, baik seluruh maupun sebagian.
 Memaksakan atau mencegah kelahiran kelompok tertentu dengan cara memindahkan atau
membunuhnya.
1. rasialisme resmi (politik apartheid), yaitu suatu perlakuan politik terhadap etnis, suku bangsa lain
berdasarkan perbedaan ras dan warna kulit merupakan kejahatan internasional
2. terosisme resmi berskala besar
3. pemerintahan totaliter
4. penolakan secara sadar untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
5. perusakan kualitas lingkungan (ecocide)
6. kejahatan perang

b. Pelanggaran HAM danpenangannya


yang termasuk jeni pelanggaran HAM berat adalah sebagai berikut:
1. kejahatan genocide
2. kejahatan terhadap kemanusiaan
pembunhan besar-besaran (genocide) yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, etnis, kelompok
agama seperti berikut:
1. pembunuhan terhadap anggota kelompok, atau suku atau ras yang mengakibatkan kemusnahan
secara fisik, baik seluruh maupun sebagian.
2. Memaksakan atau mencegah kelahiran kelompok tertentu dengan cara memindahkan atau
membunuhnya.
Sedangkan kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian daari
serangan yang meluas atau sistematik, yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil berupa hal-hal sebagai berikut:
1. pembunuhan
2. pemusnahan dan penyiksaan
3. perbudakan
4. pengusiran dan pemindahan penduduk secara paksa
5. perampasan kemerdekaan yang melanggar hukum internasional
6. perkosaan/perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau
sterilisasi secara paksa, dan bentuk kekerasan seksual lainnya.
7. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham
politik, ras, ebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional.
8. Penghilangan kearganegaraan seseorang secara paksa.

Perkara pelanggaran HAM berat dilakukan berdasarkan ketentuan hukum acara pidana. Penyidikan
dilakukan oleh Jaksa Agung dengan disertai surat perintah dan alasan penangkapan, kecuali tertangkap
tangan. Penahanan untuk pemeriksaan dibidang pengadilan HAM dapat dilakukan paling lam 90 hari,
jangka waktu itu dapat diperpanjang paling lama 30 hari oleh pengadilan negeri sesuai dengan daerah
hukumnya.penahanan di pengadilan tinggi dilakukan paling lama 60 hari, dapat diperpanjang 30 hari,
dan penahanan di Mahkamah Agung paling lama 60 hari dan dapat diperpanjang 30 hari.

1. Perilaku upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakkan HAM


a) Dalam lingkungan masyarakat
 Menjunjung tinggi harga diri manusia dan bangsa
 Kesamaan harga diri antar pribadi
 Tidak mencampur urusan pribadiorang lain
 Tidak mencela dan menghina kekurangan orang lain
 Saling menghargai antar sesama manusia
b) Dalam lingkungan bangsa dan negara
 Mengentskan kemiskinan agar menjadi manusia yang layak
 Gerakan orang tua asuh
 Mengefektifkan wajib belajar 12 tahun
 Bagi perusahaan besar perlu menjadi bapak angkat bagi pengrajin kecil.
1. Hambatan Penegakan HAM
a) Faktor kondisi sosial-budaya
 Stratifikasi-status sosil (tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, keturunan, ekonomi, dll).
 Norma adat/budaya lokal.
b). Faktor komunikasi dan informasi.
 Letak geografis Indonesia yang luas
 Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yg blm terbangun secara baik di seluruh wilayah
Indonesia.
 Sistem informasi maupun perangkatnya dan SDM yang masi terbatas.
c). Faktor kebijakan pemerintah
 Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yg sama tentan pentingnya jaminan HAM.
 Lemahnya pengawasan legislatif maupun kontrol sosial oleh masyarakat.
d). Faktor perangkat Perundangan
e). Faktor aparat dan penindakannya.

1. Tantangan Penegakan HAM


Pemerintah Indonesia (Presiden Soeharto) pada saat berpidato di PBB dlm Konferensi Dunia ke-2
(Juni 1992) dgn Judul ”Drklarasi Indonesia Tentang HAM” sebagai berikut :
 Prinsip Universilitas; bahwa adanya hak-hak asasi manusia bersifat fundamental dan memiliki
keberlakuan universal.
 Prinsip Pembangunan; kemajuan pembangunan nasional dpt membantu tercapainya tujuan
meningkatkan demokrasi dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
 Prinsi Kesatuan; hak asasi perseorangan dan hak asasi masyarakat/bangsa secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.
 Prinsip Objektivitas; penilaian terhadap pelaksanaan hak-hak asasi pada suatu negara oleh pihak
luar hanya menonjolkan salah satu jenis hak asasi dan mengabaikan hak-hak asasi manusia lainnya.
 Prinsip Keseimbangan; keseimbangan dan keselarasan antara hak-hak perseorangan dan hak-hak
masyarakat/bangsa.
 Prinsip Kompetensi Nasional; penerapan dan perlindungan HAM merupakan tanggungjawab
Nasional.
 Prinsip Negara Hukum; bahwa jaminan terhadap HAM dlm suatu negara dituangkan dalam aturan-
aturan hukum (tertulis dan tidak tertulis).

1. Instrumen Hukum Internasional HAM
Beberapa instrumen hukum tentang Hak Asasi Manusia internasional pasca Universal Declaration of
Human Rights ( UDHR), antara lain:
1. Tahun 1958 lahir konvensi tentang hak-hak politik perempuan
2. Tahun 1966. covenanats of human rights telah teratifikasi oleh negara-negara anggota PBB
3. Tahun 1976 tentang konvensi internasional hak-hak khusus
4. Tahun 1984 konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan
5. Tahun 1990 konvesi tentang hak-hak anak
6. Tahun 1993 tentang konvensi anti apartheid
7. Tahun 1998 tentang konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau hukuman lain yang kejam,
tidak manusiawi, dan merendahkan martabat manusia.
8. Tahun 1999 tentang konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial.

2. Instrumen Yuridis Hak Asasi Manusia


Perjanjiian nasional mengenai hak ekonomi, social dan budaya mulai berlaku tanggal 3 Januari 1976.
perjanjian ini berupaya meningkatkan dan melindungi tiga kategori hak, yaitu:
1. hak untuk bkerja dalam kondisi yang adil dan menguntungkan
2. hak atas perlindungan sosial, standar hidup yang pantas, standar kesejahteraan fisik dan mental
tertinggi yang bisa dicapai
3. hak atas pendidikan dan ha untuk menikmati manfaat kebebasan kebudayaan dan kemajuan ilmu
pengetahuan.

3. UU No. 26 Tahun 2000 Pengadilan HAM


Di lingkungan peradilan umum ada peradilan khusus HAM. Kedudukan pengadilan HAM berat di
daerah yang daerah hukumnya meliputi hukum pengadilan negeri yang bersangkutan. Peradilan HAM
memiliki wewenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat,
termasuk yang dilakukan diluar teritorial wilayah ngara Republik Indonesia. Pelanggaran hak asasi
berat merupakan extra ordinary crime dan berdampak secara luas, bai pada tingkat nasional maupun
internasional dan bukan merupakan tindak pidana yang diatur dalam KUHP serta menimbulkan
kerugian baik materiil maupun immaterial yang mengakibatkan rasa tidak aman, baik terhadap
perseorangan maupun masyarakat.
4. Perlindungan Hak Asasi Manusia Universal
Jenis kejahatan yang disepakati ICC, antara lain:
1. Pemusnahan, misal terhadap kelompok etnis atau penganut agama tertentu (The Crime of
Genocide)
2. Kejahatan melawan kemanusiaan (Crime Against humanity)
3. Penyerangan suatu bangsa atau Negara terhadap Negara lain. (The Crime of Aggression)
4. Kejahatan perang. (War Crimes)

E. Hubungan Internasional
Hubungan Internasional, setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional dan internasional yang
dilakukan oleh pemerintah di tingkat pusat dan daerah atau lembaga.
1. Asas Hubungan Internasional pacta sunt servanda
 Asas Teritorial, berdasarkkan pada kekuasaan negara atasservanda
 Asas kebangsaan, pada kekuasaan negara terhadap warganya Asas kepentingan umum
2. Subjek Hukum HI
 Negara
 Tahta suci
 Organisasi internasional
 Palang merah internasional
 Pemberontakan dan pihak dalam sengketa
 Individu atau orang perseorangan
3. Sumber Hukum Pelaksanaan HI
 Pancasila sila kedua
 Pembukaan UUD RI 1945 alinea 4
 Pasal 11 dan pasal 13
 Peraturan perundang undangan UU No.37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar
 Negeri dan UU No.24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasinal
4. Bentuk HI yang dilakukan Indonesia
 Bilateral, antara dua negara
Jepang dalam pendidikan
Cina dalam perdagangan
Timor leste dalam
 Regional, antar negara negara dalam satu wilayah
ASEAN, Mitreka Satata
AFTA – perdagangan
NAFTA
Uni Eropa
MEA
OPEC
ECC
ASC
 Multilateral, lebih dari 2 negara dan 2 wilayah
PBB
UNESCO – pendidikan dan budaya
FAO – pangan dan pertanian
ILO – buruh
WB – Bank Dunia
WHO – kesehatan
WIPO – hak atas kekayaan intelektual
UNICEF – anak anak
WTO – perdagangan
5. Arti penting HI
 Sebagai sarana memenuhi kebutuhan pokok warga negara
 Membantu dalam penyelesaian konflik
 Menjalin hubungan sosial kemanusiaan
 Dapat diakui sebagai masyarakat internasional
 Pangsa pasar internasional
Perjanjian Internasional
1. Pengertian
 Oppenheimer-Lauterpacht , suatu persetujuuan antarnegara yang menimbulkan hak dan
kewajiban diantara pihak terkait.
 Schwarzenberbger, suatu persetujuan antara subjek subjek hukum internasinal yang
menimbulkan kewajiban yang mengikat dalam hukum internasional
 Mochtar K, perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih dengan tujuan untuk
menciptakan akibat hukum tertentu
 Konvensi Wina 1969, perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih yang bertujuan
untuk mengadakan akibat hukum tertentu
2. Fungsi
 Saranaa utama yang oraktis bagi transaksi dan komunikasi antarsubjek
 Sumber hukum internasional
 Pengembangan kerja sama internasional secara damai dan efisien
3. Asas
 Courtesy, saaling menghormati dan saling menjaga kehormatan negara
 Bonafides, perjanjian yang dilakukan harus didasari oleh iktikad yang baik
4.Jenis jenis
 Traktat, paaling formal
 Konvensi, persetujuan yangboenting tetapi tidak bersifat politik
 Protokol, tidak resmi , tentang masalah tambahan
 Persetujuan, seperti traktat kintrak antar pemerintah yang relatif tidak penting bersifat
administratif
 Statuta, konstitusi lembaga kumpulan aturan hukum instrumen tambahan.
 Piagam, pendirian badan dengan fungsi administratif
 Deklarasi, suatu masalah bidang politik ekonomi hukum bersifat politik
 Modus vivendi, versifat sementara
5.Tahapan
 Perundingan
 Penandatanganan
 Penesahan

Kedudukan Perwakilan Diplomatik


1. Pengertian
Lembaga kenegaraan di luar negeri yang bertugas dalam membina hubungan politik dengan negara
lain
2. Tugas dan fungsi
a. Tugas
 Mrlaksanaakan perundingan
 Meneropong keadaan
 Memberikan perlindungan
b. Fungsi
 Mewakili negara
 Melindungi kepentingan negara di negara penerima
 Mengadakan persetujuan dengan pemerinta Memberi keterangan tentang kondisi negara
penerima
 Memelihara hubungan persahabatan
3. Perangkat Perwakilan Diplomatik
 Duta Besar Berkuasa Penuh Ambassador
 Duta Gerzant
 Menteri Residen
 Kuasa Udaha Charge ddaffair
 Atase pertahanaan, teknis
4. Hak hak
 Inviolability tidaak dapat diganggu gugat
 Immunity, kekebalan
Perwakilan konsuler
1. Macam macam
Konsul jendral
Konsul
Konsul muda
Pelaaksana konsuler
Pegawai konsuler

F. Hak dan Kewajiban


Warga Negara
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Pasal 28
”Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”
Pasal 28 A
(1) Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28 B
(1) Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
(2) Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta hak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C
(1) Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar nya, Hak untuk
mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan
budaya
(2) Hak untuk mengajukan diri dalam memperjuangkan haknya secara kolektif.
Pasal 28 D
(1) Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang
sama di depan hukum.
(2) Hak utnuk bekerja dan mendapat imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan
kerja
(3) Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
(4) Hak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28 E
(1) Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih pekerjaannya,
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
untuk kembali.
(2) Hak kebebasan untuk meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya.
(3) Hak kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28 F
(1) Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi.
Pasal 28 G
(1) Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda, Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi manusia.
(2) Hak untuk bebeas dari penyiksaan (torture) dan perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia.
Pasal 28 H
(1) Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat, Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan .
(2) Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus guna mencapai persamaan dan keadilan
(3) Hak atas jaminan sosial
(4) Hak atas milik pribadi yang tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 28 I
(1) Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (retroaktif)
(2) Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminasi atas dasar apapun dan berhak mendapat perlindungan
dari perlakuan diskriminatif tersebut
(3) Hak atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional.
Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan dan melindungi hak asasi dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketetiban
umum.

AGAMA
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu.

PERTAHAHAN DAN KEAMANAN NEGARA


Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara
sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan
negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di
dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-
undang

G. Menelusuri Dinamika Demokrasi dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan


Bernegara

Makna Demokrasi
Kata demokrasi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat,
dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat.
Kata ini kemudian diserap menjadi salah satu kosakata dalam bahasa Inggris yaitu democracy.
Dalam pandangan Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat.

Prinsip-Prinsip Demokrasi

menurut Alamudi sebagaimana dikutip oleh Sri Wuryan dan Syaifullah dalam bukunya yang
berjudul Ilmu Kewarganegaraan (2006:84), suatu negara dapat disebut berbudaya demokrasi apabila
memiliki soko guru demokrasi sebagai berikut:
a. Kedaulatan rakyat.
b. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah.
c. Kekuasaan mayoritas.
d. Hak-hak minoritas.
e. Jaminan hak-hak asasi manusia.
f. Pemilihan yang bebas dan jujur.
g. Persamaan di depan hukum.
h. Proses hukum yang wajar.
i. Pembatasan pemerintahan secara konstitusional.
j. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik.
k. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama dan mufakat

B. Penerapan Demokrasi di Indonesia


Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila
1. Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa.
2. Demokrasi dengan kecerdasan.
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat.
4. Demokrasi dengan rule of law. yaitu kekuasaan negara Republik Indonesia itu harus
mengandung, melindungi, serta mengembangkan kebenaran hukum (legal truth). kekuasaan
negara itu memberikan keadilan hukum (legal justice). kekuasaan negara itu menjamin
kepastian hukum (legal security). kekuasaan negara itu mengembangkan manfaat atau
kepentingan hukum (legal interest)
5. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara.
6. Demokrasi dengan hak asasi manusia
7. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka.
8. Demokrasi dengan otonomi daerah.
9. Demokrasi dengan kemakmuran.
10. Demokrasi yang berkeadilan sosial.

Demokrasi Pancasila mengandung beberapa nilai moral yang bersumber dari


Pancasila, yaitu:
a. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
c. Pelaksanaan kebebasan yang dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
diri sendiri dan orang lain.
d. Mewujudkan rasa keadilan sosial.
e. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.
f. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan.
g. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan negara kita, semua konstitusi yang pernah berlaku
menganut prinsip demokrasi. Hal ini dapat dilihat misalnya:
a. Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (sebelum diamandemen) berbunyi “kedaulatan adalah di tangan
rakyat, dan dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”.
b. Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (setelah diamandemen)
berbunyi “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar”.
c. Dalam konstitusi Republik Indonesia Serikat, Pasal 1:
• Ayat (1) berbunyi “Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu
negara hukum yang demokrasi dan berbentuk federasi”
• Ayat (2) berbunyi “Kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat”
d. Dalam UUDS 1950 Pasal 1:
• Ayat (1) berbunyi “ Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara
hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan”
• Ayat (2) berbunyi “Kedaulatan Republik Indonesia adalah ditangan rakyat dan dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan rakyat”

indikator-indikator suatu sistem pemerintahan adalah sistem yang demokratis


1. Akuntabilitas
2. Rotasi kekuasaan
3. Rekruitmen politik yang terbuka
4. Pemilihan Umum
5. Pemenuhan hak-hak dasar

a. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1945-1949

Akuntabilitas, Maklumat pemerintah tanggal 1 November 1945, 3 November 1945, 14 November 1945
Rotasi kekuasaan, Pada masa ini mengindikasikan keinginan kuat dari para pemimpin Negara untuk
membentuk emerintahan demokraris.
Rekruitmen politik, Dengan maklumat wapres, memungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik
yang menjadi peletak dasar bagi sistem kepartaian.
Pemilihan Umum,Pemilu belum dapat dilaksanakan
Pemenuhan hak-hak dasar,Pemberian hak-hak politik secara menyeluruh

b. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1949-1959

Akuntabilitas, Indikatornya menurut ahli hokum tata Negara ini ada 5 aspek.
Rotasi kekuasaan, Kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sebesar-besarnya
untuk berkembang secara makaimal.
Rekruitmen politik,Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi
dalam proses politik yang berjalan.
Pemilihan Umum,Pemilihan umum hanya dilaksanakan satu kali yaitu pada tahun 1955, tetapi pemilu
tersebut benar-benar dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.
Pemenuhan hak-hak dasar,Dapat merasakan hak-hak dasar tidak dikurangi sama sekali, meskipun
tidak semua warga dapat memanfaatkannya dengan maksimal.

c. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1959-1965

Akuntabilitas, Telah terjadi pemasangan HAM yaitu hak sipil dan politik, seperti hak untuk berserikat,
berkumpul, mengeluarkan pendapat pikiran dan tulisan.
Rotasi kekuasaan,Sentralisasi kekuasaan yang semakin dominan dalam proses hubunganantara
pemerintah pusat dan daerah.
Rekruitmen politik,Rekruitmen dilakukan dengan tertutup.
Pemilihan Umum,Menguburnya sistem kepartaian.
Pemenuhan hak-hak dasar,Hak dasar manusia menjadi lemah.

d. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1965-1998

Akuntabilitas,Sikap akomodatif terdapat tuntutan yang berkaitan dengan penegakan HAM.


Rotasi kekuasaan,Rotasi kekuasaan legislatif hampir tidak pernah dilakukan.
Rekruitmen politik.,Sistem rekruitmen dilakukan secara tertutup.
Pemilihan Umum,Pemilu yang terjadi kecurangan.
Pemenuhan hak-hak dasar,Hak dasar manusia masih lemah.

e. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1998 - sekarang

Akuntabilitas,Masa orde baru yang berlawanan dengan pemajuan dan perlindungan HAM.
Rotasi kekuasaan,Rotasi kekuasaan dilakukan dari mulai pemerintahan pusat sampai tingkat desa.
Rekruitmen politik., Sistem rekruitmen dilakukan secara terbuka
Pemilihan Umum,Pemilu yang dilaksanakan jauh lebih demokratis.
Pemenuhan hak-hak dasar,Hak dasar rakyat terjamin.

H. penyelenggaraan pemerintahan pusat dan daerah


1. Tujuan Negara
a. Teori Plato, untuk memajukan kesusilaan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk
sosial.
b.Teori Negara Kekuasaan, menghimpun dan memperbesar kekuasaan negara agar tercipta
kemakmuran, kebesaran, kehormatan dan kesejahteraan rakyat.
c.Teori Teokratis (Kedaulatan Tuhan) untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman serta tentram
dengan taat kepada dan di bawah pimpinan Tuhan Thomas Aquinas dan Agustinus.
d.Teori Negara Polisi, semata-mata menjaga keamanan dan ketertiban negara serta pelindung hak
serta kebebasan warganya. Immanuel Kant.
e.Teori Negara Hukum, menyelenggarakan ketertiban hukum dengan berdasarkan dan berpedoman
pada hukum. Krabbe.
f.Teori Negara Kesejahteraan, untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Mr. Kranenburg.
KEKUASAAN MENURUT TRIASPOLITIKA
A. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang
1. DPR pasal 19-22

Fungsi
Legislasi dilaksanakan untuk membentik UU bersama presiden
Anggaran, membahas dan memberikan persetujuan atau tidak terhadap RUU APBN yang diajukan
oleh presiden.
Pengawasan, pengawasan terhadap pelaksanaan UU dan APBN

Tugas dan Wewenang


Menyerap, menghimpun , menindaklanjuti aspirasi rakyat
Memberi persetujuan kepada presiden dalam menyatakan perang dan membuat perdamaian dengan
negara lain.
Memberikan pertimbangan kepada [residen dalam pemberian amnesti dan abolisi serta mengangkat
duta besar dan penerimaan duta besar.
Memilih anggota BPK dengan pertimnagan DPD.
Memberikan persetujuan kepada KY mengenai calon hakim.
Memilih 3 calon hakim konstitusional dan diajukan ke presiden.

Hak
Hak Interpelasi, hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijkan
pemerintah yang penting, strategis dan meluas.
Hak Angket, hak DPR memnjelaskan pelaksanaan suatu UU dana tau kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan hal penting, strategis dan meluas.
Hak Imunitas, kekebalan hokum dimana setiap anggota DPR tidak dapat dituntut atas pernyataan
atau pendapat dalam rapat rapat
Hak Menyatakan Pendapat,
2. MPR, pasal 2 dan 3

Tugas dan Wewenang


Mengubah dan menetapkan UUD
Memilih dan melantik Presiden dan Wapres hasil pemilu
Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan presiden dan atau wapres dalam masa jabatannya.
Melantik wapres menjadi presiden

Hak
Mengajukan usul pengubahan pasal UUD RI 1945
Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan
Memilih dan dipilih
Membela diri
Imunitas
Protokoler
Keuangan dan administrative

3. DPD pasal 22c dan 22d

Fungsi

Legislasi, Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan berkaitan dengan legislasi tertentu
Pengawasan, Pengawasan atas pelaksanaan UU tertentu
Pertimbangan, memberikan pertimbangan kepada DPR
Tugas dan Wewenang
Dapat mengajukan RUU kepada DPR
Ikut membahas RUU
Memberikan pertimbangan kepada DPR
Melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU
Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara oleh BPK

B. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang, termasuk kekuasaan


untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undangundang.
1. Presiden, Pasal 4-15

Sebagai Kepala Negara


Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AU dan AL pasal 10
Mengangkat duta dan konsul pasal 13
Menerima penempatan duta negara lain atas pertimbangan DPR

Sebagai Kepala Pemerintahan


Memegang kekuasaan pemerintahan pasal 4
Menetapkan perraturan pemerintah untuk menjalankan UU
Mengangkat dan memberhentikan Menteri
Mengesahkan RUU yang telah disetujui bersama
Meresmikan anggota BPK dan hakim agung
Mengangkat dan memberhentikan anggota yudisial
Menetapkan anggota hakim konstitusi

Wewenang
Berhak mengajukan RUU kepada DPR
Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
Menyatakan keadaan bahaya
Memberi grasi dan rehabilitasi dengan pertimbangan MA
Memberi amnesti dan abolisi dengan pertimbangan DPR
2. Wapres

Tugas
Mendampingi Presiden menjalankan tugasnya di negara lain
Membantu presiden menjalankan tugas sehari hari
Memperhatikan secara khusus, menampung segala masalah masalah dan mengusahakan pemecahan
terkait kesejahteraan rakyat
Melakukan pengawasan pembangunan operasinal denfan bantuan departemen.

Wewenang
Sebagai Wakil dari presiden, mewakili presiden dalam melaksanakan tugas dan kewajiban serta
wewenang jabatan atas kuasa presiden
Sebagai pembantu presiden, membentu presiden menjalankan UU
Sebagai pengganti presiden

C. Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undangundang, termasuk kekuasaan


untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-undang.
1. MA pasal 24A
Menangani tingkat kasasi dan peninjauan kembali terhadap peradilan
Menguji perUU dibawah UU terhadap UU
Menyatakan tidak sah perUU dibawah UU atas alasan bertentangan dengan perUU yang lebih tinggi
Putusan mengenai tidak sahnya perUU sesuai no.2
PerUU yang tidak sah memiliki kekuata hokum mengikat
Memberikan pertimbangan hkum kepada presiden dalam permohonan grasi dan rehabilitasi
2. MK pasal Pasal 24C
Menguji UU terhadap UUD
Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara
Memutuskan pembubaran parpol
Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilu
3. KY Pasal 24B
Melakukan pemantauan dan pengawaan terhadap perilaku hakim
Menerima laporan dari masyarakat terkait pelanggaran ode etik hakim
Mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim

D. Kekuasaan Eksaminatif, kekuasaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas


pengelolan dan tanggung jawab keuangan negara
BPK pasal 23E-23G

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL

A. PENGERTIAN HUKUM, SISTEM, dan SISTEM HUKUM

1. Pengertian Sistem
Sistem adalah kesatuan yang uth dari suatu rangkaian yang kait mengkait satu sama lain
Unsur: - seperangkat komponen, elemen, bagian
- saling berkaitan dan tergantung
- kesatuan yang terintegrasi
- memiliki peranan dan tujuan tertentu
- interaksi antar sistem membentuk sistem lain yang lebih besar

2. Pengertian Hukum
Pengertian Hukum menurut Kamus Bahasa Indonesia:
1. peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa,
pemerintah atau otoritas.
2. undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan masyarakat.
3. patokan (kaidah, ketentuan).
4. keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan, vonis.
Pengertian Hukum menurut para ahli:
a. Prof. Dr. Van Kan
Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan
manusia di dalam Masyarakat.
b. Utrecht
Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu
masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan
tindakan dari pemerintah.
c. J. C. T Simorangkir Dan Woerjono Sastropranoto
Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa dan dibuat Oleh badan-badan resmi yang
berwajib, yang menentukan tingkah laku dalam lingkungan masyarakat.

Sistem Hukum adalah satu kesatuan hukum yang berlaku pada suatu negara tertentu yang dipatuhi dan
ditaati oleh setiap warganya.

 Unsur-unsur Hukum :
a. Peraturan atas kaidah-kaidah tingkah laku manusia
b. Peraturan dibuat oleh lembaga yang berwenang membuatnya
c. Peraturan bersifat memaksa
d. Peraturan mempunyai sanksi yang tegas

 Ciri-ciri Hukum :
a. Adanya perintah dan larangan
b. Perintah dan Larangan harus ditaati oleh setiap orang
 Tujuan Hukum, juga dapat dirinci yaitu :
1. Untuk mewujudkan keadilan
2. Untuk mengatur tata tertib masyarakat secara damai
3. Melindungi kepentingan manusia dalam masyarakat
4. Untuk menjamin adanya ebahagiaan hidup Manusia
5. Untuk mengadakan pembaruan masyarakat

 Fungsi Hukum :
1. Untuk menyelesaika pertikaian
2. Memberikan jaminan dan kepastian Hukum
3. Menata kehidupan masyarakat agar terib dalam pergaulan hidup
4. Memelihara dan mempertahankan aturan tata tertib dalam msyarakat
5. Menciptakan rasa tanggung jawab terhadap perbuatan anggota masyarakat dan penguasa.

 Sifat Hukum:
-mengatur
-memaksa

B. TATA HUKUM INDONESIA


Tata Hukum Indonesia merupakan keseluruhan peraturan hukum yang diciptakan oleh negara dan
berlaku bagi seluruh masyarakat indonesia berpedoman pada undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, dan pelaksanaan tata hukum tersebut dapat dipaksakan oleh alat-alat negara
yang diberi kekuasaan.

C. PENGGOLONGAN HUKUM
• Berdasarkan Wujudnya
- Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk tulisan dan dicantumkan dalam
berbagai peraturan negara.
- Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam keyakinan masyarakat
tertentu (hukum adat). Alam praktik ketatanegaraan hukum tidak tertulis disebut konvensi (Contoh:
pidato kenegaraan presiden setiap tanggal 16 Agustus)

• Berdasarkan Ruang atau Wilayah Berlakunya


- Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu saja (hukum adat Manggarai-
Flores, hukum adat Ende Lio-Flores, Batak, Jawa Minangkabau, dan sebagainya.
- Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di negara tertentu (hukum Indonesia, Malaysia, Mesir
dan sebagainya).
- Hukum internasional, yaiu hukum yang mengatur hubungan antara dua negara atau lebih (hukum
perang, hukum perdata internasional, dan sebagainya).

• Berdasarkan Waktu yang Diaturnya


- Hukum yang berlaku saat ini (ius constitutum); disebut juga hukum positif
- Hukum yang berlaku pada waktu yang akan datang (ius constituendum).
- Hukum antarwaktu, yaitu hukum yang mengatur suatu peristiwa yang menyangkut hukum yang
beraku saat ini dan hukum yang berlaku pada masa lalu.

• Berdasarkan Pribadi yang Diaturnya


- Hukum satu golongan, yaitu hukum yang mengatur dan berlaku hanya bagi golongan tertentu saja.
- Hukum semua golongan, yaitu hukum yang mengatur dan berlaku bagi semua golongan.
- Hukum antargolongan yaitu hukum yang mengatur dua orang atau lebih yang masing-masingnya
tunduk pada hukum yang berbeda.

• Berdasarkan Isi Masalah yang Diaturnya


Berdasarkan isi masalah yang diaturnya, hukum dapat dibedakan menjadi: hukum publik dan hukum
privat.

- Hukum Publik, yaitu hukum yang mengaur hubungan antara warga negara dan negara yang
menyangkut kepentingan umum. Dalam arti formal, hukum publik mencakup Hukum Tata Negara
Hukum Administrasi Negara, hukum Pidana dan Hukum Acara.
a. Hukum Tata Negara
b. Hukum Administrasi Negara
c. Hukum Pidana
d. Hukum Acara

- Hukum Privat (Hukum Perdata), adalah hukum yang mengatur kepentingan orang-perorangan.
Perdata, berarti warga negara pribadi, atau sipil. Sumber pokok hukum perdata adalah Buergelijk
Wetboek (BW). Dalam arti luas hukum privat (perdata) mencakup juga Hukum Dagang dan hukum
Adat. Hukum Perdata dapat dibagi sebagai berikut:
a. Hukum Perorangan
b. Hukum Keluarga
c. Hukum Kekayaan
d. Hukum Waris
e. Hukum Dagang (Bersumber dari Wetboek Van Koopehandel)
f. Hukum Adat

D. SUMBER HUKUM
Adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan memaksa
a. Sumber Hukum Materil
-keyakinan
-individu
-umum
b. Sumber Hukum Formal
- UU
- Kebiasaan
-Yurisprudensi
-Traktat
-Doktrin Hukum

E.PERANAN LEMBAGA-LEMBAGA PERADILAN

1. Klasifikasi Lembaga Peradilan


Dalam UU no. 4 thn 2004, diuraikan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh pengadilan dalam
empat lingkungan peradilan yaitu :
a. Peradilan umum, berwenang menyelesaikan perkara perdata dan perkara pidana.
b. Peradilan Agama, berwenang menyelesaikan perkara perdata dibidang tertentu atas permohonan
orang yang beragama islam.
c. Peradilan militer, berwenang menyelesaikan perkara pidana militer/tentara.
d. Peradilan Tata Usaha Negara, bew\rwenang menyelesaikan perkara tata usaha Negara/administrasi
Negara.

Kekusaan kehakiman menurut organisasinya adalah terdiri atas :


a. Mahkamah Agung sebagai badan peradilan Negara tertinggi dilingkungan kekuasaan kehakiman.
b. Badan-badan kehakiman yang dibagi atas :

Peradilan umum yang mencakup :


1. pengadilan negeri tingkat 1
2. pengadilan negeri tingkat banding
3. pengadilan negeri tingkat kasai oleh mahkamah agung
Perdailan militer yang mencakup :
1. mahkamah militer
2. mahkamah militer tinggi
3. mahkamah militer utama

2.Perangkat Lembaga Peradilan


• Pengadilan Umum
1. Pengadilan Negeri
2. Pengadilan Tinggi
3. Mahkamah Agung

• Peradilan agama
1. Pengadilan Agama
2. Pengadilan Tinggi Agama

• Peradilan Tata Usaha negara


1.Pengadilan Tata Usaha Negara
2. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

• Pengadilan Militer
Pengadilan Militer hanya mengadili tindak pidana, yang khususnya bagi :
1. Anggota TNI dan POLRI.
2. Seseorang yang menurut Undang-Undang dapat dipersamakan dengan anggota TNI dan POLRI
3. Anggota jawatan atau Golongan yang dapat dipersamakan dengan TNI dan POLRI menurut UU.
4. Tidak termasuk 1, 2, 3 tetapi menurut keputusan Menhankam yang ditetapkan dengan persetujuan
Menteri Hukum dan HAM harus diadili oleh Pengadilan Militer.

• Pengadilan Tata Usaha Negara


Kehadiran Pengadilan Tata Usaha Negara di Indonesia terbilang baru, hal tersebut dapat kita lihat dari
perundangan yang mengaturnya, berdasarkan UU. No. 5 Tahun 1986 dengan Peraturan Pemerintah
No.7 Tahun 1991 sebagai perundangan yang pertama di bidang ini di Indonesia.
Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan badan yang berwenang memeriksa dan memutus semua
sengketa tata usaha negara dalam tingkat pertama.

3.Tingkatan Lembaga Peradilan


a) Pengadilan Tingkat Pertama (Pengadilan Negeri)
b) Pengadilan tingkat Kedua
c) Kasasi oleh mahkamah agung

4.Peran Lembaga Peradilan


a) Lingkungan Peradilan Umum
b) Lingkungan Peradilan Agama
c) Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara
d) Lingkungan Perdilan Militer
e) Mahkamah Konstitusi

F. SANKSI NORMA
A. Norma Agama adalah norma mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sanksinya: mendapat dosa
B. Norma Kesusilaan adalah petunjuk hidup yang berasal dari akhlak atau dari hati nurani sendiri
tentang apa yang lebih baik dan apa yang buruk.
Sanksinya: akan dikucilkan orang lain
C. Norma Kesopanan adalah petunjuk hidup yang mengatur bagaimana seseorang harus bertingkah
laku dalam kehidupan bermasyarakat .
Sanksinya: akan dicemoohkan oleh masyarakat dalam pergaulan .
D. Norma Hukum adalah himpunan petunjuk hidup atau peraturan-peraturan oleh pemerintah.
Sanksinya: dipenjara atau denda.
G. UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
1.Pengertian korupsi
Korupsi adalah mengambil secara tidak jujur perbendaharaan milik publik atau barang yang diadakan
dari pajak yang dibayarkan masyarakat untuk kepentingan memperkaya dirinya sendiri.
Korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi suatu jabatan secara sengaja
untuk memperoleh keuntungan berupa status, kekayaan atau uang untuk perorangan, keluarga dekat
atau kelompok sendiri
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:
• perbuatan melawan hukum;
• penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
• memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
• merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

2.Sejarah Pemberantasan korupsi di Indonesia


Pemberantasan korupsi di Indonesia dapat dibagi dalam 3 periode, yaitu pada masa Orde Lama, Orde
Baru, dan Orde Reformasi.

• Orde Lama
Dasar Hukum: KUHP (awal), UU 24 tahun 1960
Antara 1951 - 1956 isu korupsi mulai diangkat oleh koran lokal seperti Indonesia Raya yang dipandu
Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. Pemberitaan dugaan korupsi Ruslan Abdulgani menyebabkan
koran tersebut kemudian di bredel. Kasus 14 Agustus 1956 ini adalah peristiwa kegagalan
pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia, dimana atas intervensi PM Ali Sastroamidjoyo,
Ruslan Abdulgani, sang menteri luar negeri, gagal ditangkap oleh Polisi Militer.

• Orde Baru
Dasar Hukum: UU 3 tahun 1971
Korupsi orde baru dimulai dari penguasaan tentara atas bisnis-bisnis strategis.

• Reformasi
Dasar Hukum: UU 31 tahun 1999, UU 20 tahun 2001
Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh beberapa institusi:
1. Tim Tastipikor (Tindak Pidana Korupsi)
2. Komisi Pemberantasan Korupsi
3. Kepolisian
4. Kejaksaan
5. BPKP
6. Lembaga non-pemerintah: Media massa Organisasi massa (mis: ICW)

3. Dasar hukum Pemberantasan Korupsi


a) Pancasila sila kelima yaitu, “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
b) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
c) Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
d) Undang-Undang RI Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
e) Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 31
tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi
f) Undang-Undang RI Nomor 30 tahun 2002 tentang Korupsi Tindak Pidana Korupsi
g) Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta masyarakat
dan Pemberian penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

4.Klasifikasi Perbuatan Korupsi


a. Korupsi yang dilakukan oleh orang perseorangan atau korporasi
b. Korupsi yang dilakukan oleh pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
c. Korupsi yang dilakukan oleh pegawai negeri atau penyelenggara negara
5.Macam-Macam Gerakan Anti Korupsi
a. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
b. Indonesia Corruption Watch (ICW)
c. Transparency International (TI)

6.Peran Serta Masyarakat Dalam Pemberantasan Korupsi


1. Menanamkan aspirasi,semangat ,dan spirit nasional yang positif dengan mengutamakan kepentingan
nasional,kejujuran serta pengabdian pada bangsa dan negara melalui sistem pendidikan formal, non-
formal, dan pendidikanagama.
2. Melakukan sistem penerimaan pegawai berdasarkan perinsip achievement atau keterampilan teknis
dan tidak lagiberdasarkan norma ascription yang dapat membuka peluang berkembangnya nepotisme.
(Rekruitmen pejabatsecara adil dan terbuka).
3. Para pemimpin dan pejabat selalu dihimbau untuk memberikan keteladanan, dengan mematuhi pola
hidupsederhana, dan memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. (Pengawasan dari atasan terkait
semakinditingkatkan)
4. Memiliki kelancaran layanan administrasi pemerintah, untuk para pegawai selalu diusahakan
kesejahteraan yang

Anda mungkin juga menyukai