2). Sikap-sikap mana yang perlu dikembangkan dalam menghadapai pluralitas dan keberagaman
agama di Indonesia?
Kesadaran beragama mesti didasarkan pada semangat humanisme. Yakni kesadaran untuk menghormati
dan mengapresiasi manusia yang beragama itu sendiri dan bukan sekedar menghormati agama. Dengan
rumusan lain yang perlu dikedepankan adalah hormat terhadap setiap orang lepas dari keyakinan yang
dimiliki. Percaya bahwa setiap agama tidak memonopoli seluruh kebenaran. Kebenaran dalam agama-
agama terlalu luas untuk dipahami oleh setiap insan beragama. Dengan demikian kita pun tidak bisa
menghakimi keselamatan orang yang beragama lain. Karena hak menghakimi itu ada pada Allah dan bukan
pada manusia. Menghakimi orang beragama lain sama dengan mengambil wewenang Allah secara tidak
terhormat. Maka yang perlu dikembangkan adalah sikap:
1. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
2. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing.
3. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
4. Kesadaran bahwa frase Ketuhanan Yang Maha Esa bukan berarti warga Indonesia harus memiliki
agama monoteis namun frasa ini menekankan ke-esaan dalam beragama.
5. Mengandung makna adanya Causa Prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
6. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya.
7. Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan dan iman warga negara dan mediator
ketika terjadi konflik agama.
8. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah menurut agama
masing-masing.
3. Jelaskanlah pendapat anda terhadap beberapa kasus yang selalu muncul di Indonesia yakni
kesulitan yang dialami sebagian agama minoritas dalam mendirikan tempat ibadat dan beribadat
menurut kepercayaan mereka. Bagaimana tanggapan anda?
4. Di tengah perkembangan dunia global yang didominasi oleh industri, teknologi, dan pandangan-
pandangan post-religion, apakah menurut pendapat anda Indonesia justru mampu melawan arus
umum tersebut dan tidak kehilangan identitas religiusnya? Apakah menurut pendapat anda, bangsa
Indonesia tetap menjadi bangsa yang religius? Berilah argumentasi anda secukupnya.
2. Sebutkanlah beberapa upaya konkret untuk mencegah lunturnya kebudayaan Indonesia dalam
percaturan kebudayaan global.
4. Menurut pendapat anda, manakah kelebihan dan kelemahan kebudayaan Indonesia jika
dibandingkan dengan kebudayaan asing lain? Berilah argumentasi anda secukupnya!
Dalam organisasi atau kelompok diskusi, pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama, musyawarah
yang dilandasi oleh asas kekeluargaan, menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan sebagai hasil
dari musyawarah, menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah, serta tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain.
3. Mengapa korupsi disebut "melanggar nilai-nilai moral'? dan mengapa korupsi disebut
merupakan suatu "kejahatan kemanusiaan?". Berilah argumentasi anda secukupnya.
Disebut melangar nilai-nilai moral karena mengambil apa yang menjadi hak orang lain (entah secara sah
atau tidak sah) sehingga orang lain tidak bisa hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki martabat
yang luhur (misalnya miskin: tidak cukup makan, pendidikan, kesehatan, dll..). Korupsi melanggar hak
asasi manusia untuk memperoleh kesejahteraan, keadilan, dan kebaikan kita sebagai manusia.
4. Tingkat korupsi yang tinggi di Indonesia menghambat terwujudnya keadilan dan kesejahteraan
sosial sebagai cita-cita negara Indonesia. Apa yang dimaksud dengan 'keadilan sosial'? Apa
perbedaan antara keadilan individual dan keadilan sosial?
Keadilan individual: keadilan yang pelaksanaannya bergantung pada kehendak baik atau buruk masing-
masing individu,
Keadilan sosial: keadilan yang pelaksanannya bergantung pada struktur sosial, ekonomi, politik, dan
budaya. Contoh: kemsikinan kelompok masyarakat ( sosial: aspirasi, kondidi kehidupan tidak diperhatikan.
Ekonomi: modal untuk usaha tidak mereka dapatkan..Politik: aspirasi mereka tidak didengar, suara mereka
dipakai kalau mereka dibutuhkan dan setelah itu dilepas..; Budaya: nrimo sehingga tidak merasa perbaikan
nasih sebagai hak mereka.
1. Mengapa pendidikan Pancasila bagi kaum milenial merupakan sesuatu yang penting dan relevan?
Pancasila mengndung nilai-nilai individual dan sosial,
Teknonlogisasi dam globalisasi dapat membuat kaum milenial tercerabut dari akar kultural yang dimiliki
bangsa Indonesia (Pancasila sebagai Kristalisasi nilai-nilai kebudayaan Indonesia). Internet bisa ‘menipu’
dan ‘memanipulasi’ fakta sejarah, …inividualistik mengancam keberagaman, googlelisasi dapat melupakan
akar sejarah; terjebak dalam superficial dari pada substansi dan kedalaman, Bahkan nilai-nilai ke-
Indonesiaan tidak lagi menarik, atraktif, dan memudar. Atas nama kebebasan….mereka boleh melakukan
apa pun kebebasan mutlak (liberalism) dan radikalisme tanpa mau bertanggung jawab atas resiko (Ingat
demo mahasiswa yang berujung rusuh tetapi mahasiswa menolak menjadi pelaku atau bertanggung jawab
terhdap efek dari demontrasi. Sama saja dengan pengadilan sengketa pilpres.. pengggungat ingin hakim
membukatikan kebenaran gugatan pada hal prinsipnya, penggugat yang harus membuktikan dalil
gugatannya)..Terpapar paham liberalism mutlak,
2. Menurut pendapat anda metode pendidikan Pancasila seperti apa yang perlu digunakan dalam
pendidikan Pancasila sehingga sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik kaum milenial.
Mesti merupakan perbaduan anntara 3 unsur ini: konseptual/teoretis (pemahaman), empiris, praktis, empiris
(tindakan dan kasus praktis), dan reflektif (otonomi, penentuan sikap sendiri, integritas moral, tidak mudah
begitu saja percaya pada informasi hoax). Radikalisme misalnya perlu diatasi melalui hukum tetapi
deradikalisasi mestinya berangkat dari pemahaman ajaran yang tepat…
Dalam tataran praktis, kreatif dan inovasi, terlibat dalam kehidupan politik, tidak apatis terhadap politik
(apatis) karena tujuan akhirnya demi kebaikan semua masyarakat; perlu membangun kesadaran dan
imaginasi sosial..
3. Di tengah perkembangan teknologi internet yang semakin intens, kita seolah-olah semakin
menjadi warga global (dunia) dimana sekat-sekat antar kelompok atau negara semakin hilang.
Dewasa ini, apakah anda lebih merasa diri sebagai warga global atau sebagai warga negara
Indonesia yang terus berkiprah dalam lingkup global meskipun tetap berpegang teguh pada nilai-
nilai Pancasila?
*******