Anda di halaman 1dari 13

1.

tokoh perumus Pancasila

Tokoh-tokoh perumus Pancasila beserta rumusan dan tanggalnya adalah sebagai berikut:

1. Soekarno: Soekarno adalah salah satu tokoh perumus Pancasila. Ia lahir pada tanggal 6 Juni 1901.
Soekarno menyampaikan usulan rumusan dasar negara pada tanggal 1 Juni 1945. Usulan tersebut
berbentuk Philosophische Grondslag atau Weltanschauung dan dinamakan Pancasila. Rumusan
Pancasila yang diajukan oleh Soekarno terdiri dari lima sila, yaitu:

- Ketuhanan Yang Maha Esa

- Kemanusiaan yang adil dan beradab

- Persatuan Indonesia

- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Moh. Yamin: Moh. Yamin juga merupakan salah satu tokoh perumus Pancasila. Ia menyampaikan
usulan rumusan dasar negara secara tertulis dan lisan pada tanggal 29 Mei 1945. Usulan lisan yang
disampaikan oleh Moh. Yamin terdiri dari lima peri, yaitu:

- Peri Kebangsaan

- Peri Kemanusiaan

- Peri Ketuhanan

- Peri Kerakyatan

- Kesejahteraan Rakyat

Sedangkan usulan tertulisnya terdiri dari lima asas, yaitu:

- Ketuhanan Yang Maha Esa

- Kebangsaan persatuan Indonesia

- Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab

- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan

- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3. Soepomo: Soepomo juga merupakan tokoh perumus Pancasila. Ia menyampaikan usulan rumusan
dasar negara pada tanggal 31 Mei 1945. Usulan yang disampaikan oleh Soepomo terdiri dari lima poin,
yaitu:
- Persatuan (Unitarisme)

- Kekeluargaan

- Keseimbangan lahir dan batin

- Musyawarah

- Keadilan rakyat

Rumusan Pancasila ini kemudian ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dalam sidang pengesahan UUD 1945

2.pandangan kelompok nasionalisme islam dan nasionalisme sekuler

Kelompok nasionalisme Islam dan nasionalisme sekuler memiliki pandangan yang berbeda dalam hal
konsep negara, identitas nasional, dan peran agama dalam kehidupan masyarakat. Berikut adalah
gambaran umum dari pandangan kedua kelompok tersebut:

1. Kelompok Nasionalisme Islam:

Kelompok nasionalisme Islam mengedepankan pandangan bahwa agama Islam harus menjadi landasan
utama dalam pembentukan negara dan identitas nasional. Mereka meyakini bahwa negara yang ideal
adalah negara yang berdasarkan pada prinsip-prinsip Islam dan menjalankan hukum-hukum syariah.
Kelompok ini menekankan pentingnya agama dalam kehidupan pribadi dan masyarakat, serta
menganggap bahwa negara harus menjadi wadah untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam segala aspek
kehidupan.

2. Kelompok Nasionalisme Sekuler:

Kelompok nasionalisme sekuler, di sisi lain, berpendapat bahwa negara harus bersifat netral dalam hal
agama dan tidak memberikan perlakuan khusus kepada agama tertentu. Mereka menganggap bahwa
negara seharusnya berdasarkan pada prinsip-prinsip sekuler, seperti pemisahan agama dan negara,
kebebasan beragama, dan kesetaraan hak-hak individu tanpa memandang agama. Kelompok ini
menekankan pentingnya pluralisme dan kebebasan dalam masyarakat, serta menolak dominasi agama
dalam urusan negara.

Perlu dicatat bahwa pandangan dalam kelompok-kelompok ini dapat bervariasi dan tidak dapat
digeneralisasi sepenuhnya. Terdapat spektrum pandangan yang luas di dalam setiap kelompok,
tergantung pada konteks sejarah, budaya, dan pemahaman individu dalam kelompok tersebut.

3.nilai nilai Pancasila (tentang nilai dasar dan instrumental)

Pancasila memiliki nilai-nilai dasar dan instrumental yang menjadi landasan utama dalam pembentukan
negara dan kehidupan masyarakat Indonesia. Berikut adalah nilai-nilai dasar dan instrumental Pancasila:
1. Nilai-nilai Dasar Pancasila:

a. Ketuhanan Yang Maha Esa: Mengakui dan mempercayai adanya Tuhan yang Maha Esa. Nilai ini
menekankan pentingnya keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Kemanusiaan yang adil dan beradab: Menghormati dan menghargai martabat serta hak asasi
manusia. Nilai ini menekankan pentingnya perlakuan yang adil, menghormati keberagaman, dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

c. Persatuan Indonesia: Mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Nilai ini
menekankan pentingnya persatuan dalam keberagaman, menghormati perbedaan, dan mengutamakan
kepentingan bersama.

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan:


Mengedepankan prinsip demokrasi, keadilan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan. Nilai ini
menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan yang berdampak
pada kehidupan bersama.

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: Mewujudkan keadilan sosial dan kesetaraan bagi
seluruh rakyat Indonesia. Nilai ini menekankan pentingnya distribusi yang adil, kesempatan yang sama,
dan perlindungan terhadap kepentingan masyarakat yang lemah.

2. Nilai-nilai Instrumental Pancasila:

a. Gotong Royong: Semangat kerjasama dan saling membantu dalam masyarakat. Nilai ini menekankan
pentingnya solidaritas dan kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama.

b. Kepedulian Sosial: Sikap empati dan perhatian terhadap kebutuhan dan kesejahteraan sesama. Nilai
ini menekankan pentingnya kepedulian dan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat yang
membutuhkan.

c. Toleransi: Menghargai perbedaan agama, suku, budaya, dan pandangan dalam masyarakat. Nilai ini
menekankan pentingnya menghormati dan menerima keberagaman sebagai kekayaan bangsa.

d. Musyawarah dan Mufakat: Pengambilan keputusan melalui dialog, diskusi, dan mencapai mufakat
bersama. Nilai ini menekankan pentingnya menghargai pendapat dan mengutamakan kesepakatan
bersama.

e. Kemandirian: Semangat untuk mandiri dalam berpikir, bertindak, dan mengembangkan potensi diri
serta bangsa. Nilai ini menekankan pentingnya kemampuan diri dalam menghadapi tantangan dan
mencapai kemajuan.

Nilai-nilai dasar dan instrumental Pancasila ini menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.

4.Undang undang tentang sila kemanusiaan


Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menekankan pentingnya menghormati martabat dan hak asasi
manusia, serta mendorong perlakuan yang adil dan beradab dalam kehidupan bermasyarakat. Prinsip-
prinsip ini tercermin dalam berbagai undang-undang di Indonesia yang menjamin hak-hak asasi
manusia, kesetaraan, keadilan, dan perlindungan terhadap kemanusiaan.

Namun, nilai-nilai Sila Kemanusiaan tercermin dalam berbagai pasal dalam UUD 1945, seperti:

1. Pasal 27 ayat (1): "Setiap orang berhak untuk memeluk agama dan beribadat menurut agamanya
sendiri, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali."

2. Pasal 28 ayat (1): "Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat."

3. Pasal 28D ayat (1): "Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum."

4. Pasal 28I ayat (2): "Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi."

Pasal-pasal ini menegaskan pentingnya menghormati martabat dan hak asasi manusia, serta
memberikan perlindungan terhadap kemanusiaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Selain itu, nilai-nilai Sila Kemanusiaan juga tercermin dalam berbagai undang-undang di Indonesia yang
mengatur tentang hak asasi manusia, perlindungan anak, perlindungan perempuan, kesetaraan gender,
dan keadilan sosial.

5.Lambang Lambang Sila

Setiap Sila dalam Pancasila memiliki lambang yang melambangkan nilai dan makna dari masing-masing
Sila. Berikut adalah lambang-lambang Sila Pancasila beserta penjelasannya:

1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Lambang: Gambar tangan yang menggenggam api dengan latar belakang bintang.

Penjelasan: Lambang ini melambangkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber
kehidupan, cahaya, dan kebijaksanaan. Tangan yang menggenggam api melambangkan manusia yang
mencari cahaya dan petunjuk dari Tuhan.

2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Lambang: Gambar dua manusia yang saling berpegangan tangan.

Penjelasan: Lambang ini melambangkan persaudaraan, persatuan, dan kesatuan antara sesama
manusia. Melalui persaudaraan, manusia dapat mencapai keadilan dan beradab dalam hubungan
bermasyarakat.
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

Lambang: Gambar padi dan kapas yang menyatu.

Penjelasan: Lambang ini melambangkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari
berbagai suku, agama, dan budaya. Padi melambangkan sektor pertanian dan kapas melambangkan
sektor industri, yang menyatu melambangkan kerja sama dan persatuan dalam mencapai kemajuan
bangsa.

4. Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permasyarakatan
Perwakilan

Lambang: Gambar bintang dengan lima sudut yang terhubung.

Penjelasan: Lambang ini melambangkan sistem demokrasi yang berdasarkan pada hikmat kebijaksanaan
dalam pengambilan keputusan. Bintang dengan lima sudut melambangkan lima sila yang saling
terhubung dan saling mendukung dalam mencapai keadilan dan kebersamaan.

5. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Lambang: Gambar rantai yang terbuka.

Penjelasan: Lambang ini melambangkan keadilan sosial yang diperjuangkan untuk seluruh rakyat
Indonesia. Rantai yang terbuka melambangkan kebebasan, kesetaraan, dan kesempatan yang sama bagi
semua warga negara.

Lambang-lambang Sila Pancasila ini menggambarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar
negara Indonesia dan menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat.

6.timeline pengesahan uud

Berikut adalah timeline lengkap pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945) dari sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
hingga kemerdekaan Indonesia:

1. 28 Mei 1945: BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia untuk
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2. 29 Mei - 1 Juni 1945: Sidang BPUPKI pertama diadakan di Jakarta. Sidang ini membahas dasar negara
Indonesia yang akan menjadi landasan bagi kemerdekaan.

3. 1 Juni 1945: Sidang BPUPKI menghasilkan rumusan dasar negara yang dinamakan "Pancasila" yang
terdiri dari lima sila.
22 Juni 1945: membahas Rancangan Undang-Undang Dasar, Pembentukan Badan Penyelidik Konstitusi
(BPK), Pembahasan mengenai konsep negara

4. 10 Juli - 17 Juli 1945: Sidang BPUPKI kedua diadakan di Jakarta. Sidang ini membahas rancangan UUD
dan pembentukan Badan Penyelidik Konstitusi (BPK).

13 Juli 1945 membahas tentang lambang negara, negara Kesatuan

14 Juli 1945 menambahkan 5 pasal peralihan dan 1 pasal aturan tambahan

15 Juli 1945 pembahasan Rancangan UUD

5. 9 Agustus - 18 Agustus 1945: Sidang BPUPKI ketiga dan terakhir diadakan di Jakarta. Sidang ini
membahas dan mengesahkan UUD 1945 sebagai dasar negara Indonesia. UUD 1945 ditandatangani oleh
anggota BPUPKI, termasuk Soekarno dan Hatta.

6. 17 Agustus 1945: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan Hatta di Jakarta. UUD 1945
menjadi konstitusi negara Indonesia yang berlaku sejak saat itu.

7. 18 Agustus 1945: Sidang BPUPKI ketiga dan terakhir diadakan di Jakarta. Sidang ini membahas dan
mengesahkan UUD 1945 sebagai dasar negara Indonesia. UUD 1945 ditandatangani oleh anggota
BPUPKI, termasuk Soekarno dan Hatta.

Pengesahan UUD 1945 oleh BPUPKI merupakan langkah awal dalam proses perjuangan menuju
kemerdekaan Indonesia. Proses pengesahan ini melibatkan perdebatan dan diskusi yang intens antara
para anggota BPUPKI untuk menyusun dasar negara yang sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai
kemerdekaan Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan, perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan terus


berlanjut melawan penjajah Belanda dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Pada 27 Desember 1949,
Belanda mengakui kedaulatan Indonesia dan UUD 1945 secara resmi dinyatakan sebagai konstitusi
negara Indonesia.

7.Macam macam konstitusi

Berikut adalah beberapa macam-macam konstitusi beserta penjelasan singkat mengenai masing-masing:

1. Konstitusi Tertulis: Konstitusi tertulis adalah konstitusi yang dituangkan dalam bentuk dokumen
tertulis yang secara jelas dan rinci mengatur struktur pemerintahan, hak-hak asasi, dan kewenangan
lembaga negara. Contoh konstitusi tertulis adalah Konstitusi Amerika Serikat dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Konstitusi Tidak Tertulis: Konstitusi tidak tertulis adalah konstitusi yang tidak dituangkan dalam satu
dokumen tertulis tunggal, tetapi berasal dari berbagai sumber hukum, kebiasaan, dan praktek yang
diakui sebagai dasar negara. Contoh konstitusi tidak tertulis adalah konstitusi Inggris yang berdasarkan
kebiasaan dan praktek parlementer.
3. Konstitusi Fleksibel: Konstitusi fleksibel adalah konstitusi yang dapat diubah atau diamendemen
dengan cara yang relatif mudah. Perubahan konstitusi dapat dilakukan melalui proses legislatif biasa
atau melalui mekanisme khusus yang ditentukan dalam konstitusi itu sendiri. Contoh konstitusi fleksibel
adalah konstitusi Britania Raya.

4. Konstitusi Kaku: Konstitusi kaku adalah konstitusi yang sulit diubah dan memerlukan prosedur yang
rumit dan ketat untuk melakukan perubahan atau diamendemen. Perubahan konstitusi biasanya
memerlukan persetujuan yang lebih tinggi, seperti melalui referendum atau sidang khusus. Contoh
konstitusi kaku adalah konstitusi Amerika Serikat.

5. Konstitusi Sintetis: Konstitusi sintetis adalah konstitusi yang dihasilkan melalui proses penggabungan
atau sintesis dari berbagai sumber hukum atau model konstitusi yang ada. Konstitusi sintetis
mencerminkan pengaruh dari berbagai negara atau sistem hukum. Contoh konstitusi sintetis adalah
konstitusi Jepang yang menggabungkan unsur-unsur dari sistem hukum Barat dan tradisi hukum Jepang.

6. Konstitusi Analitis: Konstitusi analitis adalah konstitusi yang secara terperinci mengatur struktur
pemerintahan, kekuasaan, dan hak-hak asasi dengan menggunakan bahasa yang sangat rinci dan teknis.
Konstitusi analitis cenderung lebih panjang dan mendetail. Contoh konstitusi analitis adalah konstitusi
India.

Setiap jenis konstitusi memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri sesuai dengan konteks dan
kebutuhan negara tersebut. Konstitusi bertujuan untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara
serta melindungi hak-hak asasi warga negara.

8.peluang dan tantangan penerapan pancasila

Penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi Indonesia memiliki peluang yang besar untuk
membangun kesatuan, keadilan, dan kemajuan dalam masyarakat. Namun, penerapannya juga
dihadapkan pada beberapa tantangan. Berikut adalah beberapa peluang dan tantangan dalam
penerapan Pancasila:

Peluang:

1. Identitas Nasional: Pancasila sebagai ideologi negara dapat menjadi landasan yang kuat untuk
membangun identitas nasional yang kuat dan menyatukan beragam suku, agama, dan budaya di
Indonesia.

2. Keberagaman: Pancasila menghargai dan menghormati keberagaman dalam masyarakat. Ini


memberikan peluang untuk membangun masyarakat yang inklusif, menghormati hak asasi manusia, dan
mendorong kerukunan antarumat beragama dan budaya.

3. Pembangunan Sosial dan Ekonomi: Pancasila memiliki prinsip-prinsip yang mendorong pembangunan
sosial dan ekonomi yang adil dan berkelanjutan. Prinsip seperti gotong royong, keadilan sosial, dan
kesejahteraan bersama dapat menjadi pijakan untuk mengatasi kesenjangan sosial dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
4. Kepemimpinan dan Tata Kelola: Pancasila menekankan prinsip-prinsip kepemimpinan yang jujur, adil,
dan berintegritas. Ini memberikan peluang untuk membangun sistem tata kelola yang baik, mengurangi
korupsi, dan meningkatkan efisiensi pemerintahan.

Tantangan:

1. Interpretasi yang Beragam: Pancasila sebagai konsep yang luas dan abstrak dapat diinterpretasikan
secara beragam oleh individu atau kelompok. Tantangannya adalah mencapai pemahaman dan
konsensus yang sama mengenai makna dan implementasi Pancasila.

2. Perbedaan Ideologi: Terdapat perbedaan ideologi dan pandangan politik di masyarakat yang dapat
menjadi tantangan dalam menerapkan Pancasila secara konsisten. Perbedaan ini dapat memunculkan
konflik dan perpecahan dalam masyarakat.

3. Ketidaksetaraan dan Ketimpangan: Pancasila menekankan keadilan sosial, namun ketimpangan sosial
dan ekonomi yang ada di masyarakat dapat menjadi tantangan dalam mencapai tujuan tersebut.
Memastikan kesetaraan dan keadilan bagi semua warga negara adalah tantangan yang perlu diatasi.

4. Ancaman Ekstremisme dan Radikalisme: Pancasila menghargai keberagaman dan mengedepankan


perdamaian, namun adanya ancaman ekstremisme dan radikalisme dapat mengganggu implementasi
nilai-nilai Pancasila. Menghadapi dan menangani ancaman tersebut menjadi tantangan yang penting.

5. Implementasi yang Konsisten: Penting untuk menjaga konsistensi dalam implementasi Pancasila
dalam kebijakan dan tindakan pemerintah. Tantangannya adalah memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila
diterapkan secara konsisten dan tidak hanya menjadi slogan belaka.

Untuk mengatasi tantangan ini, partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah,
lembaga pendidikan, agama, dan masyarakat sipil, sangat penting. Dengan kerja sama yang baik,
penerapan Pancasila dapat memberikan manfaat positif bagi pembangunan dan kemajuan Indonesia.

9.kronologi pemberontakan pki

Berikut adalah kronologi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) secara singkat beserta
tanggalnya:

1. 30 September 1965: Terjadi peristiwa Gerakan 30 September (G30S) yang melibatkan sekelompok
anggota militer yang terafiliasi dengan PKI. Mereka melakukan upaya kudeta dengan menyerang dan
membunuh sejumlah perwira tinggi militer yang tidak terlibat dalam peristiwa tersebut.

2. Oktober 1965: Pemerintah Orde Lama menuduh PKI sebagai dalang di balik G30S. Pemerintah
melancarkan operasi penumpasan terhadap anggota PKI dan simpatisan di berbagai daerah.

3. 1 Oktober 1965: Letnan Jenderal Soeharto mengambil alih kekuasaan sebagai Panglima Komando
Operasi Tertinggi (Pangkopkamtib) dan memimpin operasi penumpasan PKI.
4. Oktober - Desember 1965: Terjadi pembantaian massal terhadap anggota PKI dan simpatisan di
berbagai wilayah di Indonesia.

5. Maret 1966: Soeharto menjadi Presiden Indonesia setelah mengambil alih kekuasaan dari Presiden
Soekarno.

6. 1966 - 1967: Pemerintah Soeharto melancarkan kampanye anti-PKI yang meliputi penganiayaan,
penahanan, dan pembubaran partai tersebut.

7. 1967: PKI dinyatakan sebagai organisasi yang terlarang dan aktivitasnya dilarang di Indonesia.

Peristiwa pemberontakan PKI dan penumpasan yang terjadi setelahnya memiliki dampak yang signifikan
terhadap politik dan kehidupan sosial di Indonesia. Peristiwa ini mengubah arah politik Indonesia,
menghilangkan pengaruh PKI, dan meningkatkan peran militer dalam pemerintahan.

10.Tata urutan perundang undangan

Tata urutan perundangan undang-undang di Indonesia mengikuti hierarki yang diatur dalam UU No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Berikut adalah tata urutan
perundangan undang-undang yang berlaku di Indonesia:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945): UUD 1945 merupakan
konstitusi tertinggi yang menjadi dasar negara dan landasan bagi pembentukan peraturan perundang-
undangan di Indonesia.

2. Undang-Undang: Undang-Undang (UU) adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh


Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), atau Presiden dengan
persetujuan DPR. UU memiliki kekuatan hukum tertinggi di negara ini.

3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu): Perppu adalah peraturan perundang-


undangan yang dikeluarkan oleh Presiden dalam keadaan mendesak dan harus segera diatur sebelum
dibahas oleh DPR. Perppu memiliki kekuatan hukum yang sama dengan UU, tetapi harus disetujui oleh
DPR dalam waktu tertentu agar dapat berlaku secara tetap.

4. Peraturan Pemerintah: Peraturan Pemerintah (PP) adalah peraturan perundang-undangan yang


dibentuk oleh Pemerintah dengan persetujuan DPR. PP digunakan untuk mengatur lebih lanjut
pelaksanaan UU.

5. Peraturan Presiden: Peraturan Presiden (Perpres) adalah peraturan perundang-undangan yang


dikeluarkan oleh Presiden dalam rangka pelaksanaan UU. Perpres mengatur kebijakan dan tata cara
pelaksanaan UU.

6. Peraturan Menteri: Peraturan Menteri (Permen) adalah peraturan perundang-undangan yang


dikeluarkan oleh Menteri untuk mengatur lebih lanjut pelaksanaan UU atau PP di bidang tugasnya.
7. Peraturan Daerah: Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mengatur urusan pemerintahan daerah sesuai
dengan kewenangan yang diberikan oleh UU.

Tata urutan perundangan undang-undang ini menggambarkan hierarki dan tingkatan kekuatan hukum
dari peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. UU sebagai produk hukum tertinggi
harus diikuti dan dilaksanakan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih rendah dalam hierarki
tersebut.

11.pihak yang berwenang merubah, menambah, mengubah, mengurang dan mencabut aturan

Pihak yang berwenang untuk merubah, menambah, mengubah, mengurangi, dan mencabut aturan di
Indonesia tergantung pada jenis peraturan perundang-undangan yang dimaksud. Berikut adalah pihak-
pihak yang memiliki kewenangan tersebut:

1. Undang-Undang: Untuk merubah, menambah, mengubah, mengurangi, dan mencabut Undang-


Undang, kewenangan berada pada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). MPR memiliki kewenangan untuk mengubah dan menambah UUD 1945, sedangkan DPR
memiliki kewenangan untuk mengubah, menambah, mengubah, mengurangi, dan mencabut UU.

2. Peraturan Pemerintah: Untuk merubah, menambah, mengubah, mengurangi, dan mencabut


Peraturan Pemerintah (PP), kewenangan berada pada Presiden dengan persetujuan DPR. Presiden
memiliki kewenangan untuk mengeluarkan PP yang mengatur lebih lanjut pelaksanaan UU.

3. Peraturan Presiden: Untuk merubah, menambah, mengubah, mengurangi, dan mencabut Peraturan
Presiden (Perpres), kewenangan berada pada Presiden. Presiden dapat mengeluarkan Perpres untuk
mengatur kebijakan dan tata cara pelaksanaan UU.

4. Peraturan Menteri: Untuk merubah, menambah, mengubah, mengurangi, dan mencabut Peraturan
Menteri (Permen), kewenangan berada pada Menteri yang memiliki wewenang di bidang terkait.
Menteri dapat mengeluarkan Permen untuk mengatur lebih lanjut pelaksanaan UU atau PP di bidang
tugasnya.

5. Peraturan Daerah: Untuk merubah, menambah, mengubah, mengurangi, dan mencabut Peraturan
Daerah (Perda), kewenangan berada pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di tingkat daerah.
DPRD memiliki kewenangan untuk mengeluarkan Perda yang mengatur urusan pemerintahan daerah
sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh UU.

Pihak-pihak yang disebutkan di atas memiliki kewenangan dan wewenang untuk melakukan perubahan,
penambahan, perubahan, pengurangan, dan pencabutan aturan sesuai dengan tugas dan kewenangan
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

12.hierarki peraturan perundang-undangan dan hubungan antar regulasi


Hierarki peraturan perundang-undangan mengacu pada tingkatan kekuatan hukum dari berbagai jenis
regulasi. Hubungan antar regulasi mencakup interaksi dan keterkaitan antara peraturan perundang-
undangan yang berbeda. Berikut adalah hierarki peraturan perundang-undangan dan hubungan antar
regulasi di Indonesia:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945):

UUD 1945 merupakan konstitusi tertinggi di Indonesia. Seluruh peraturan perundang-undangan harus
sesuai dengan ketentuan dan prinsip yang terdapat dalam UUD 1945.

2. Undang-Undang (UU):

UU adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan Presiden. UU memiliki kekuatan hukum
tertinggi di negara ini.

3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu):

Perppu adalah peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Presiden dalam keadaan
mendesak dan harus segera diatur sebelum dibahas oleh DPR. Perppu memiliki kekuatan hukum yang
sama dengan UU, tetapi harus disetujui oleh DPR dalam waktu tertentu agar dapat berlaku secara tetap.

4. Peraturan Pemerintah (PP):

PP adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Pemerintah dengan persetujuan DPR. PP
digunakan untuk mengatur lebih lanjut pelaksanaan UU.

5. Peraturan Presiden (Perpres):

Perpres adalah peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Presiden dalam rangka
pelaksanaan UU. Perpres mengatur kebijakan dan tata cara pelaksanaan UU.

6. Peraturan Menteri (Permen):

Permen adalah peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Menteri untuk mengatur lebih
lanjut pelaksanaan UU atau PP di bidang tugasnya.

7. Peraturan Daerah (Perda):

Perda adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) untuk mengatur urusan pemerintahan daerah sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
UU.

Dalam hubungan antar regulasi, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan:
- Penafsiran: Jika terdapat ketidakjelasan atau perbedaan penafsiran antara regulasi, pengadilan atau
lembaga penegak hukum akan melakukan penafsiran untuk mencapai kejelasan dan konsistensi.

- Pengaturan Lebih Lanjut: Regulasi yang lebih tinggi memberikan wewenang kepada regulasi yang lebih
rendah untuk mengatur lebih rinci atau lebih spesifik.

- Penggantian dan Pembatalan: Regulasi yang lebih baru dapat menggantikan atau mencabut regulasi
yang lebih lama jika terdapat ketidaksesuaian atau perubahan kebijakan.

- Konsistensi: Regulasi harus konsisten satu sama lain. Jika terjadi konflik antara regulasi, pengadilan
atau lembaga penegak hukum akan mencari cara untuk menyelesaikan konflik tersebut dan memastikan
konsistensi dalam penerapan hukum.

Hierarki peraturan perundang-undangan dan hubungan antar regulasi penting untuk menjaga kejelasan,
konsistensi, dan efektivitas dalam sistem hukum suatu negara.

13.dinamika perumusan Pancasila

Perumusan Pancasila sebagai dasar ideologi negara Indonesia melalui sejumlah dinamika yang terjadi
sepanjang sejarah. Berikut adalah beberapa dinamika perumusan Pancasila:

1. Proses Perumusan: Pancasila diresmikan sebagai dasar negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus
1945 melalui sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Para tokoh nasional seperti Soekarno, Mohammad
Hatta, dan Ki Hadjar Dewantara berperan penting dalam merumuskan nilai-nilai Pancasila.

2. Pengaruh Budaya dan Agama: Perumusan Pancasila juga dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Indonesia
yang meliputi kearifan lokal, adat istiadat, dan tradisi keagamaan. Pengaruh Hindu-Buddha, Islam, dan
kearifan lokal Nusantara turut membentuk nilai-nilai dalam Pancasila.

3. Dialog dan Musyawarah: Proses perumusan Pancasila melibatkan dialog dan musyawarah antara
berbagai kelompok dan tokoh nasional. Diskusi dan perdebatan dilakukan untuk mencapai kesepakatan
mengenai nilai-nilai yang menjadi dasar Pancasila.

4. Pengaruh Ideologi: Selama proses perumusan Pancasila, terdapat pengaruh ideologi dari berbagai
paham politik dan filsafat, seperti nasionalisme, agama, sosialisme, dan demokrasi. Hal ini tercermin
dalam nilai-nilai Pancasila yang menggabungkan aspek-aspek tersebut.

5. Perkembangan Sejarah: Dinamika perumusan Pancasila juga dipengaruhi oleh konteks sejarah
Indonesia pada saat itu. Perjuangan melawan penjajah, perjuangan kemerdekaan, dan tantangan sosial-
politik pada masa itu ikut membentuk rumusan Pancasila.
6. Evolusi dan Pembaharuan: Seiring berjalannya waktu, Pancasila mengalami evolusi dan pembaharuan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan tuntutan zaman. Proses ini melibatkan perdebatan dan
penyempurnaan nilai-nilai Pancasila agar tetap relevan dan dapat mengakomodasi perubahan sosial dan
politik.

Dinamika perumusan Pancasila mencerminkan proses yang kompleks dalam mencapai kesepakatan
mengenai nilai-nilai dasar negara Indonesia. Pancasila terus berkembang dan menjadi landasan bagi
pembangunan bangsa, kehidupan bermasyarakat, dan sistem pemerintahan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai