Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mochammad Sofyan Adi Styawan

NIM : 231222019154920
Prodi : Teknik Sipil (Reg. B)
MK : Pendidikan Pancasila

Pancasila Sebagai Kategori Tematis dan Kategori Operatif

1. Makna Pancasila dalam Kategori Tematis dan Operatif


a) Pancasila sebagai kategori tematis
Dalam konteks ini, Pancasila adalah objek atau tema besar yang terdiri
dari serangkaian ide-ide pokok yang berada di hadapan kita. Ide-ide ini
menjadi dasar bagi prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang mencakup kehidupan
kita sehari-hari.
b) Pancasila sebagi kategori operatif
Ini adalah langkah-langkah atau pelaksanaan dari ide-ide pokok yang
terdapat dalam Pancasila. Bagaimana kita menerapkan nilai-nilai tersebut
dalam praktik kehidupan sehari-hari. Seperti bagaimana kita beragama
dengan baik dan bagaimana berkemanusiaan yang berkeadaban.
Jadi, Pancasila jika dikaji secara teoritis masuk ke kategori tematis
sedangkan pelaksanaannya masuk ke dalam kategori operatif.

2. Pembahasan Mendalam Mengenai Setiap Sila Pancasila


A. Sila I Ketuhanan yang Maha Esa
Pancasila sebagai dasar negara menegaskan hubungan antara Tuhan
dan manusia, agama dan negara. Agama dan negara sejatinya tidak bisa
dipisahkan karena negara merupakan kesepakatan masyarakat, sedangkan
agama adalah nilai-nilai yang sudah hidup di masyarakat sendiri sebelum
adanya negara.
Dengan sila Ketuhanan yang Maha Esa ini jelas tidak ada tempat untuk:
 Atheisme : Paham yang menolak adanya Tuhan
 Politeisme : Kepercayaan pada banyak Tuhan atau dewa
 Panteisme : Paham yang menganggap segala sesuatu sebagai
Tuhan
Negara Indonesia juga bukan negara profan atau sekuler, ialah negara
yang sama sekali tidak menghiraukan masalah keagamaan dan ketuhanan
(negara kafir).
Tuhan yang Maha Esa itu benar ada :
 Sebab akibat : Dunia dengan segala isinya sebagai suatu akibat, dan
sebab yang pertama adalah Tuhan yang Maha Esa.
 Adanya suara hati : Suara hati itu bersifat relatif transendental dan
berasal dari sesuatu yang absolut transendental ialah Tuhan yang
Maha Esa.
 Suku bangsa di Indonesia mengakui andanya suatu realitas yang
maha tinggi dengan adanya sebutan yang bermacam-macam seperti :
Tuhan, Allah, Hyang Widi, Sang Widi Wase, Pangeran.

B. Sila II Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Manusia adalah makhluk yang luar biasa dengan kemampuan untuk
berubah dari baik menjadi buruk atau sebaliknya, karena manusia memiliki
akal, sistem multisistem, dan memiliki kehendak yang merdeka.
Manusia ditempatkan pada keseluruhan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan dengan kesadaran untuk mengemban kodratnya sebagai
makhluk pribadi dan sosial. Manusia adalah pribadi yaitu manusia itu mandiri
dan menjadi penanggung jawab perbuatan-perbuatannya yang sadar.
Manusia sekaligus sebagai makhluk sosial, yang hidup bermasyarakat, dan
menjadi bagian dari masyarakat dimulai dari dia ada sampai akhir hayatnya.
Kemanusiaan yang adil artinya mau memberikan kepada orang lain apa
yang menjadi haknya, maka dengan perumusan kemanusiaan yang adil jelas
bahwa hak asasi kita junjung tinggi dan tidak boleh mengambil hak orang lain
secara paksa ataupun tanpa aturan, karena semua sudah memiliki haknya
masing-masing.
Kemanusiaan yang beradab artinya dengan budinya mampu mengemban
kodrat alam semesta termasuk kodrat manusia sendiri secara harmonis,
dengan demikian manusia mampu memanusiakan alam semesta.

C. Sila III Persatuan Indonesia


Perikemanusiaan yang sesungguhnya mencakup seluruh umat manusia
kenyataannya harus dihayati dalam hubungan manusia dengan kesatuan
yang dengan proses lambat laun ditumbuhkan oleh sejarah. Menunjukkan
bahwa membentuk diri kita masing-masing sebagai manusia yang konkrit
dengan perasaan semangat dan watak tertentu sehingga timbul rasa
persatuan.
Sila yang mengandung makna bahwa setiap warga negara Indonesia
harus menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa, karena syarat
adanya bangsa adalah keinginan untuk bersatu. Jadi, bangsa adalah
sekumpulan manusia yang ingin bersatu yang mau hidup bersama-sama
sebagai satu kesatuan. Faktor utama yang menentukan pembentukan bangsa
adalah: genetis, geografis, historis, dan psikologis.
Jika bangsa itu merdeka berdaulat sudah dengan sendirinya kebangsaan
menjadi dasar kenegaraan. Dengan demikian Indonesia merupakan kesatuan
politik, kesatuan ekonomis, dan kesatuan sosial budaya

D. Sila IV Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyarawatan/Perwakilan
Istilah internasional dari kerakyatan adalah demokrasi. Demokrasi
Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dijiwai dan diintegrasikan dengan
sila-sila lainnya. Dalam menggunakan hak-hak demokrasi harus selalu
disertai dengan rasa tanggung jawab terhadap Tuhan yang Maha Esa dan
dijunjung tinggi sebagai nilai kemanusiaan dengan harapan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ciri khas demokrasi Pancasila ini kekeluargaan, yang kita kembangkan
dalam masyarakat modern baik dalam politik, ekonomi, maupun kebudayaan.
Kemudian di dalamnya terkandung sikap dasar bahwa kepentingan dan
keselamatan bersama (masyarakat di dalam negara) yang didahulukan bukan
kepentingan kelompoknya.

E. Sila V Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Masalah sosial ini luas dan kompleks dengan beberapa aspek meliputi:
ekonomi, kemasyarakatan, hukum, kejiwaan, moral, dan politik. Keadilan
dibagi menjadi 3 yaitu: keadilan komutatif (timbal balik), keadilan distributif
(keadilan pembagi), dan keadilan hukum (legal).
Keadilan secara subyektif adalah kebiasaan baik jiwa yang mendorong
manusia untuk memberikan apa yang menjadi haknya kepada setiap orang.
Keadilan dalam artian obyektif adalah situasi di mana semua orang
memeroleh apa yang menjadi haknya.
Intinya keadilan merupakan hak-hak dalam masyarakat terpenuhi sesuai
dengan porsinya masing-masing, yang mana keadilan juga dapat menjaga
dan mengusahakan supaya ada keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Dengan demikian jelas betapa pentingnya keadilan untuk bangsa dan negara.

3. Kesimpulan
Dalam setiap sila Pancasila, ada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang harus
diimplementasikan secara konkrit dalam kehidupan sehari-hari. Ini memerlukan
komitmen untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik. Dengan memahami dan
menerapkan Pancasila sebagai kategori tematis dan operatif, Indonesia dapat
mencapai tujuan persatuan, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya.

Anda mungkin juga menyukai