Anda di halaman 1dari 9

FALSAFAH PENDIDIKAN PANCASILA

Pendidikan sebagai usaha memanusiakan manusia dimanapun ia berada dalam waktu tidak terputus dari generasi ke generasi. Pendidikan di Indonesia berakar pada pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Pancasila merupakan dasar pendidikan nasional seperti tercantum dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 2 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. A. Kajian Filsafat tentang Pancasila Kajian filsafat Pancasila berangkat dari pemahaman tentang lapangan filsafat yang mencakup: metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Pancasila terdiri dari lima sila yaitu: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan terakhir Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kajian filsafat tentang pancasila ini terdiri dari kajian metafisik, kajian epistemologi, dan kajian aksiologis terhadap pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

1. Kajian Metafisik Metafisika merupakan cabang filsafat yang membahas tentang hakikat yang tersimpul dibalik fenomena. Metafisika melampaui pengalaman, objeknya diluar hal yang dapat ditangkap pancaindera. Jadi kajian nmetafisik terhadap pancasila ialah berusaha mencari hakikat dari pancasila itu sendiri, mencari realita yang terdalam dari Pancasila. a. Ketuhanan Menurut Immanuel Kant (Sunoto, 1995), mencari hakikat Tuhan sulit untuk diketahui kalau hanya sekedar menggunakan rasio belaka, karena manusia dengan akalnya hanya mampu memahami fenomena belaka. Ia

tidak akan mungkin mengetahui apa yang ada dibalik fenomena itu. Tuhan Yang Maha Esa merupakan asas dan sumber ada (eksistensi) kemakhlukan dan kemestaan. Ketuhanan bersifat supranatural dan trans-sendetal, yang dihayati manusia dengan hati nurani (keyakinan, keimanan) yang supra rasional. Eksistensi Tuhan adalah hukum pertama (first principle), yaitu yang menyebabkan hukum-hukum yang lain. Dengan memahami sifat-sifat Tuhan, segala sesuatu yang berkaitan dengan kenegaraan, pemerintahan, kemasyarakatan maupun perorangan termasuk melaksanakan pendidikan harus sesuai dengan sifat-sifat Tuhan tersebut. Negara Indonesia bukan negara agama, tetapi negara bertuhan. Bung Karno pada tahun 1945, dalam Sunoto (2000:72) mengemukakan tentang ketuhanan sebagai berikut: Prinsip ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masingmasing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan, menyembah Tuhannya sendiri. Pancasila mengajarkan agar setiap manusia Indonesia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianutnya masing-masing. Pancasila menjamin hubungan antar manusia Indonesia dengan berbagai agama, hidup sejajar, aman, damai dalam menjalankan ajaran agama masing-masing.

b. Kemanusiaan Kemanusiaan bangsa Indonesia memiliki ciri khas, yaitu adil dan beradab. Adil dan beradab ditunjukkan dalam perilaku manusia yang tidak hanya mengutamakan dan mementingkan kehidupan jasmaniah dan lahiriah, tetapi juga kehidupan rohaniah batiniah. Manusia sebagai pribadi memiliki ketergantungan merupakan kodrat eksistensinya baik secara sosial budaya, psikologis, secara kondisional dengan alam semesta bahkan secara vertikal manusia memiliki ketergantungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

c. Persatuan Indonesia

Persatuan Indonesia, esensinya adalah satu. Persatuan Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam adat istiadat, budaya, bahasa, suku bangsa dan agama yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, tetapi bangsa Indonesia memiliki tanah air yang satu yaitu Indonesia, memiliki bangsa yang satu yaitu bangsa Indonesia, dan memiliki bahasa yang satu yaitu bahasa Indonesia. inilah yang disebut Bhineka Tunggal Ika.

d. Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan menunjukkan kebersamaan dalam memecahkan persoalan yang dihadapi rakyat itu sendiri. Pemecahan persoalan dilakukan dalam suatu musyawarah/perwakilan. Diharapkan persoalan dapat diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat. Dengan melakukan musyawarah dan mufakat tidak berarti harus mengesampingkan demokrasi. Demokrasi mengandung 2 aspek yaitu Pertama, rasa hormat terhadap harkat dan derajat sesama manusia (sesama rakyat). Kedua, rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama.

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Adil berarti seimbangnya antara hak dan kewajiban. Keadilan ini menyangkut hubungan dengan diri sendiri, dengan orang lain atau masyarakat, dengan alam sekitar, serta dengan Tuhan. Keadilan juga berlaku didalam Negara, misalkan antara Negara dengan warga negaranya, dan sebaliknya. Berbuat adil terhadap Tuhan berarti menyadari apa yang menjadi hak dan kewajibannya terhadap Tuhan.

2. Kajian Epistemologi

a. Manusia secara kodrati memiliki potensi untuk berpengetahuan,

mengolahnya dan mengembangkannya. Dengan akal budi manusia dapat membedakan pengetahuan yang benar dengan pengetahuan yang tidak benar, antara kebenaran dan ketidakbenaran b. Manusia berusaha mencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat diperolehnya dengan melalui berbagai sumber, yaitu: 1. Pengetahuan Wahyu (revealed knowledge) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengimplikasikan bahwa Tuhan menurunkan wahyu kepada manusia melalui utusannya, sehingga wahyu sebagai kalam Tuhan menjadi pengetahuan milik manusia. Kebenarannya adalah mutlak dan abadi. Pengetahuan wahyu bersifat eksternal, artinya pengetahuan tersebut berasal dari luar manusia.
2. Pengetahuan intuitif (intuitive knowledge)

Manusia dapat memiliki pengetahuan yang diperoleh dari dalam dirinya sendiri, pada saat ia menghayati sesuatu. Kebenaran yang muncul/tampak dalam pemikiran merupakan bentuk pengetahuan intuitif, seperti pemikiran awal Pancasila yang dikemukakan Bung Karno. Pancasila merupakan perpaduan antara renungan intuitif, pemikiran rasional dan karya seni yang berarti sebagai kreativitas individu yang unik. 3. Pengetahuan rasional (rational knowledge) Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan latihan rasio/akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual. Prinsip logika formal dan matematika murni merupakan paradigma pangatahuan rasional, dimana kebenarannya dapat ditunjukkan dengan pemikiran abstrak.
4. Pengetahuan empiris (empirical knowledge)

Pengetahuan empiris diperoleh atas bukti penginderaan, dengan penglihatan, pendengaran, dan sentuhan indera-indera lainnya, sehingga kita memiliki konsep dunia di sekitar kita. Paradigma pengetahuan empiris adalah sains, dimana hipotesis-hipotesis sains diuji dengan observasi atau dengan eksperimen.

Berdasarkan uraian diatas, Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia dapat menerima pengetahuan dan kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan, pengetahuan dan kebenaran intuisi, pengetahuan dan kebenaran rasional yang bersumber kepada penalaran akal pengetahuan dan kebenaran empiris yang bersumber kepada realita positif yang ada dan yang terjadi pada alam semesta ini.

3. Kajian Aksiologi Aksiologi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata aksios yang berarti nilai dan kata logos yang berarti teori. Jadi aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas nilai, secara singkat aksiologi adalah teori nilai. Nilai dapat dibedakan kepada dua jenis yaitu etika, dan estetika. Etika merupakan teori nilai, suatu pembahasan teoritis sistematis tentang nilai, ilmu kesusilaan yang memuat dasar-dasar untuk berbuat susila. Sedangkan moral menunjukkan pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman manusia yang berhubungan dengan seni. Dari segi etika, Pancasila merupakan seperangkat nilai, sebagai hasil pemikiran putraputra bangsa, sebagai landasan untuk menyelenggarakan kehidupan bernegara sesuai kepribadian bangsa Indonesia. Dari sudut moral, Pancasila merupakan seperangkat nilai, yang dijadikan sebagai pedoman dan berperilaku bagi

bangsa

Indonesia,

merupakan

norma-norma

kehidupan

yang

harus

dilaksanakan. Sila pertama : Ketuhanan Yng Maha Esa Sila ini mendidik bangsa Indonesia agar mereka taat dan tunduk kepada Tuhan sesuai dengan agama yang dianutnya masing-masing. Ketaatan tersebut diharapkan tampak dalam kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat, dan kehidupan bernegara. Moral ketuhanan yang harus dihayati dan harus menjadi perilaku bangsa Indonesia adalah :
a. Percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama

dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab b. Saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. d. Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab. Perbuatan yang baik bagi kepentingan manusia dinamakan perbuatan yang berperikemanusiaan, dan sebaliknya perbuatan yang bertentangan dengan harkat manusia disebut perbuatan yang tidak berperikemanusiaan. Moral kemanusiaan yang harus dihayati dan harus menjadi perilaku bangsa Indonesia adalah : a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.

b. Saling mencintai sesama manusia.


c. Mengembangkan sikap tenggang rasa

d. Tidak semena-mena terhadap orang lain e. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan g. Berani membela kebenaran dan keadilan h. Bangsa Indonesia merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan kerjasama dengan bangsa lain. Sila ketiga : Persatuan Indonesia Bangsa Indonesia merupakan suatu Persatuan dan Kesatuan. Persatuan Indonesia sebagai salah satu sila Pancasila sesuai dengan kemauan seluruh rakyat Indonesia, karena itu sesuai dengan ajaran moral. Moral Persatuan Indonesia yang harus dihayati dan harus menjadi perilaku bangsa Indonesia adalah : a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepntingan pribadi atau golongan b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara c. Cinta tanah air dan bangsa d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia e. Memajukan pergaulann demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berbhineka tunggal ika.

Sila keempat : Kerakyatan

Segala sesuatu yang terjadi da berada serta berlaku di Indonesia harus berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Nilai- nilai kehidupan harus didasari oleh kepentingan rakyat yang berada dibumi Indonesia, rakyatlah yang menentukan nilai-nilai tersebut. Moral Kerakyatan yang harus dihayati dan harus menjadi perilaku bangsa Indonesia adalah : a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat b. Tidak memaksakan kehendaknya kepada orang lain c. Mengembangkan kehidupan berdemokrasi, didahului dengan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. d. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan bersama e. Musyawarah dalam demokrasi dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur f. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat serta nilai-nilai kebenaran keadilan Sila kelima : Keadilan Sosial Keadilan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan tuntutan hati nurani seluruh rakyat Indonesia yang luhur. Pancasila dirumuskan dan disusun bersumber kepada kepribadian bangsa Indonesia yang berakar pada nilai-nilai moral yang luhur dari leluhur bangsa Indonesia yang terdahulu. Pancasila dipandang dari sudut etika adalah moral yang bersumber dari kepribadian bangsa Indonesia. Moral Keadilan Sosial yang harus dihayati dan harus menjadi perilaku bangsa Indonesia adalah : a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan bergotong royong b. Bersiakp realistis

c. Menjaga keseimbangan antara hak dan keewajiban d. Menghormati hak-hak orang lain e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain f. Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain g. Tidak bersifat boros h. Tidak bergaya hidup mewah i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum j. Suka bekerja keras k. Menghargai hasil karya orang lain l. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

B. Implikasi Filsafat Pancasila Bagi Pendidikan Nasional 1. Dasar dan Tujuan Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai