Anda di halaman 1dari 11

SISTEM POLITIK DI INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Fiqh Siyasah

Dosen Pengampu : Dr. Makrum Kholil M. Ag

Disusun oleh :

Hesti Nurani (1518001)

Yayat Sandi Irawan (1518003)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PEKALONGAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan nikmat rahmat dan
hidayahnya,sehingga tugas makalah Fiqh Siyasah yang berjudul “Sistem Politik di Indonesia”
dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu kita limpahkan dan kita curahkan kepada
baginda nabi Muhammad SAW, yang kita nanti dan kita harapkan syafaatnya di hari akhir
(yaumul qiyamah) amin.

Terimakasih kami ucapkan kepada rekan rekan yang berparsitipasi dalam penyusunan
makalah ini sehingga dapat terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Pekalongan, November 2019

Penyusun
“SISTEM POLITIK DI INDONESIA”

A. PENDAHULUAN
Sistem politik Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia
sejak zaman kerajaan, penjajahan, kemerdekaan sampai masa reformasi sekarang.
Para founding father bangsa telah merumuskan secara seksama sistem politik yang
menjadi acuan dalam pengelolaan negara. Hal ini tentunya dilakukan dengan melihat
kondisi dan situasi bangsa pada saat itu. Sistem politik Indonesia pada masa reformasi
saat ini mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Bermunculan lembaga dan
sistem yang baru dalam rangka merespon permasalahan bangsa yang semakin
kompleks.Sistem Politik Indonesia adalah keseluruhan kegiatan (termasuk pendapat,
prinsip, penentuan tujuan, upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, skala
prioritas, dll) yang terorganisir dalan negara Indonesia untuk mengatur pemerintahan
dan mempertahankan kekuasaan demi kepentingan umum dan kemaslahatan rakyat.
Kemudian untuk mewujudkan semua tujuan sistem politik di Indonesia membutuhkan
suprastruktur dan infrastruktur yang baik. Mereka adalah lembaga negara (Presiden
dan Wakil Presiden, MPR, DPR, DPD, MA, MK, KY dan lembaga lainnya) sebagai
kekuatan utama dan didukung oleh partai politik, organisasi masyarakat, media
komunikasi politik, pers, untuk menyalurkan aspirasi masyarakat agar kebijakan
pemerintah sesuai dengan hati rakyat.

B. Sistem Politik Indonesia


Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai
kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum
termasuk proses penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan
keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.

Di Indonesia, sistem politik yang dianut adalah sistem politik demokrasi pancasila
yakni sistem politik yang didasarkan pada nilai-nilai luhur, prinsip, prosedur dan
kelembagaan yang demokratis. Sistem politik Indonesia berdasar pada ketentuan-
ketentuan dalam UUD 1945. Sistem politik Indonesia mengalami banyak perubahan
setelah ada amandemen terhadap UUD 1945.1

1
Hertbert Feith, op.cit., hal 78
C. Kandungan Ideologi Pancasila
Pancasila terdiri dari lima sila atau dasar beserta maknanya yaitu :

1. Sila ketuhanan yang maha esa.


Dalam sila pertama dapat dipahami identik dengan tauhid yang merupakan inti ajaran
islam dengan pengertian bahwa dalam ajaran islam diberikan toleransi, kebebasan dan
kesempatan yang seluas luasnya bagi pemeluk agama lain untuk melaksanakan ajaran
agama mereka masing-masing. Selain itu perlu dicatat dalam hubungan sila pertama
ini ialah bahwa negara republik indonesia bukan negara sekuler dan bukan pula
negara agama. Prinsip yang terkandung dalam sila pertama adalah adanya pengakuan
bangsa indonesia terhadap wujud tuhan.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab.
Tujuan dari sila kedua adalah ingin menempatkan manusia sesuai dengan harkatnya
sebagai makhluk tuhan. Prinsip keadilan yang terkandung dalam sila kedua yang
merupakan suatu pendangan filosofis dengan bangsa indonesia yang tidak
menginginkan adanya penindasan manusia oleh manusia yang lain, baik secara
lahiriah maupun batiniah baik oleh bangs sendiri maupun oleh bangsa lain. Dengan
sila kedua itu pula tercermin suatu sikap yang tegas bangsa indonesia yakni anti
penjajahan, karena penjajahan tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan2

3. Sila Persatuan Indonesia Persatuan Indonesia


Mengandung makna sebuah persatuan berbagai ragam bahasa, budaya, suku, dan
beragam kehidupan manusia Indonesia. Inilah semangat nasionalisme Indonesia yang
beragam. Penghargaan atas keberagaman dalam persatuan dalam Islam tergambar
jelas dalam firman Allah Swt:
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal” (Qs. al-Hujuurat [49]:13)

22
Muhammad Tahir Azhari.NEGARA HUKUM. (Jakarta: PT Bulan Bintang).1992.hlm.
Ayat tersebut di atas menggambarkan bagaimana Tuhan menciptakan manusia dalam
beragam budaya (multikultur). Bangsa Indonesia diciptakan Nya dalam beragam
suku, dan tentunya setiap suku dibekaliNya dengan alat komunikasi berupa bahasa
kaumnya. Beragamnya suku bangsa dari manusia ciptaan Tuhan ini menyadarkan kita
bahwa kita hidup bersama dengan manusia lainnya yang beragam suku bangsa.
Menyatunya berbagai ragam suku bangsa dalam bingkai Indonesia ini adalah akibat
terjadinya penjajahan yang telah menyengsarakan manusia Indonesia. Masyarakat
dan Bangsa Indonesia menciptakan kesadaran dalam sikap batin akan kesamaan nasib
yang menyatukan semua komponen anak bangsa dalam sebuah semangat Nasional.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Permusyawaratan
Perwakilan

“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” (Qs.Ali Imran [3]:159)

Islam adalah agama yang mengutamakan kemaslahatan umat, dengan demikian


menjadi logis bahwa Islam mengutamakan musyawarah dan kerjasama konstruktif
untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Islam mewarnai nilai-nilai ideologi
bangsa melalui proses bermusyawarah dalam penyelesaian setiap masalah yang
dihadapi oleh Bangsa Indonesia. Mengedepankan akal sehat dengan proses-proses
dialog dibandingkan mengutamakan kekerasan yang berdampak pada kehancuran.
Demokrasi dalam Islam tidaklah berlaku secara mutlak, karena nilai demokrasi dibatasi
oleh supremasi hukum. Supremasi hukum menunjukkan bahwa kedudukan penguasa
maupun rakyat tinduk kepada hukum. Inilah konsep nomokrasi yang dianut di dalam
Islam. Penguasa tunduk pada hukum demikian pula rakyat, tidak ada satupun yang tak
terjangkau hukum. Hukumlah yang membatasi kebebasan individu yang tanpa batas,
dan untuk itu ia dapat dianggap sebagai panglima. Dalam konsep demokrasi suara
rakyat adaah suara Tuhan (vox populli vox dei), dan ini dapat menjadi persoalan ketika
masing-masing pihak mengutamakan pendapatnya sebagai pendapat yang paling benar
karena pendapatnya mencerminkan suara Tuhan. Ketika suara rakyat yang tanpa batas
menyeruak menjadi sebuah ideologi tanpa dapat dikendalikan oleh hukum, maka akan
memunculkan penghisapan oleh yang kuat terhadap yang lemah. Dalam konsep
nomokrasi, hukum akan berperan menjadi penjaga keutuhan negara. Dalam Undang-
undang Negara Republik Indonesia 1945 dinyatakan secara tegas bahwa Indonesia
adalah Negara Hukum. Nomokrasi Islam menghargai musyawarah bahkan
mengharuskan dilaksanakannya musyawarah sebagai bagian dari prinsip nomokrasi
Islam. Musyawarah dalam negara Hukum Pancasila menghendaki adanya sebuah
hikmah (pemahaman) dan sekaligus kebijkasanaan. Demokrasi yang diinginkan oleh
para Bapak Bangsa adalah sebuah demokrasi yang dilaksanakan dengan cara
bermusyawarah, dibarengi dengan sebuah pemahaman akan pengetahuan serta
dilaksanakan dengan bijaksana. Inilah ideologi berdemokrasi bagi Bangsa Indonesia,
bukan dengan memaksakan kehendak karena ketakfahaman/ketidaktahuan akan nilai
luhur berdemokrasi. Disinilah kemudian hukum diletakkan sebagai pembatas untuk
menghindari kebebasan tanpa batas tak bertanggungjawab. Inilah kesesuaian antara
Nomokrasi Islam dan demokrasi Pancasila, dimana nilai Islam mewarnai warna
demokrasi Indonesia. Konsep kebebasan liberal, dimana tak menghargai hak orang lain
dalam berdemokrasi akan menciptakan konflik dan perpecahan antar umat, dan
membelah persaudaraan yang telah terjadi. Berbagai konflik telah melanda Indonesia
sejak digulirkannya reformasi tahun 1998. Pertikaian antar suku di Kalimantan,
Lampung, dan beberapa tempat di Indonesia, pertikaian yang mengatasnamakan agama
di Maluku, pertikaian vertikal akibat perbedaan status ekonomi di beberapa kota besar
di Indonesia adalah kesalahan dalam membaca arti demokrasi. Ketakfahaman,
ketiadaan sikap yang bijaksana untuk mau menerima setiap perbedaan yang ada disertai
hilangnya nilai-nilai bermusyawarah telah menjadikan Bangsa ini hampir saja terbelah
dalam kehancuran. Berbagai pertikaian dan sengketa yang terjadi di Indonesia pada
umumnya adalah sebuah cara keluar dari tekanan ekonomi yang menimpa Bangsa ini.
Islam bukanlah agama yang mengutamakan kepentingan pribadi semata, tetapi lebih
jauh menjangkau keadilan bagi banyak pihak. Ketimpangan sosial dan ekonomi bangsa
menjadi titik kembali kepada ideologi bangsa yaitu menciptakan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia.

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan sosial berkait dengan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia,
dan Islam telah mencanangkan bentuk masyarakat yang berkeadilan. Allah Swt berfirman
dalam Qs. Az-Dzariyat [51]:19:

“Dan pada harta-harta mereka, ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian.”

Berdasarkan ayat tersebut di atas maka harta harus beredar secara adil kepada masyarakat
secara adil. Harta yang Allah Swt turunkan kepada setiap hambaNya juga dititpkan harta
bagi orang miskin sehingga dalam penguasaan harta tidak dikenal penguasaan harta
secara mutlak. Konsep pemusatan harta hanya di tangan golongan tertentu tidak dapat
diterima, karena akan menimbulkan ketimpangan ekonomi yang menjadikan jurang
pemisah antara kaya dan miskin semakin lebar. Keadilan sosial adalah tujuan terciptanya
keadilan dalam Islam, Islam menolak konsep kapitalisme yang memusatkan harta hanya
di tangan para pemilik modal. Konsep keadilan sosial dalam Islam juga berbeda dengan
keadilan sosial dalam sistem sosialisme. Keadilan sosial dalam Islam memiliki basis
tauhid, dimana Allah Swt sebagai Maha Pencipta menciptakan segala benda bagi
kesejahteraan umat manusia. Harta diyakini sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan
setiap orang berhak untuk memperoleh karunia ciptaanNya tersebut. Jika diruntut
keadilan sosial Islam dengan Pancasila sila Kelima, maka Sila Pertama Pancasila (tauhid)
mewarnai setiap sila, maka sebagai Bangsa kita meyakini bahwa harta yang kita peroleh
adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa dan untuk itu maka kekayaan negara harus
dirasakan oleh setiap warga Bangsa Indonesia. Konsep keadilan sosial dalam Islam
diterapkan secara konkrit dalam bentuk zakat3.

D. Sejarah Politik di Indonesia

Pembabakan Sejarah Politik di Indonesia :

1. Sebelum Kemerdekaan (Masa Prakolonial dan Masa Kolonial)


a. Masa Prakolonial

Pemeliharaan nilai yang hidup dan berkembang sesuai penguasa saat itu.
Kapabilitas SDA memenuhi, Integrasi vertical dari atas ke bawah sedangkan
integrasi horizontal hanya terjadi di level antar penguasa saja.

b. Masa Kolonial

Sejarah mencatat bahwa yang pertama menentang penjajah dengan


menggerakkan masyarakatnya (baik mengangkat senjata maupun jalan jalur
diplomatis) adalah Sultan Agung Aryokusumo (1591-1645).

2. Proklamasi
a. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)

3
Focky Fuad.Islam Dan Ideologi Pancasila, Sebuah Dialektika. Lex Jurnalica Volume 9 Nomor 3, Desember 2012.hlm 169-170
Pelaksanaan demokrasi liberal sesuai dengan konstitusi yang berlaku saat
itu,yakni Undang Undang Dasar Sementara 1950. Ciri ciri demokrasi liberal
sebagai berikut :

1. Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat


2. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah
3. Presiden bisa dan berhak membubarkan DPR
4. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden

b. Masa Demokrasi Terpimpin

Karakteristik yang utama dari perpolitikan pada era Demokrasi Terpimpin adalah:
1. Mengaburnya sistem kepartaian. Kehadiran partai-partai politik, bukan untuk
mempersiapkan diri dalam kerangka kotestasi politik untuk mengisi jabatan politik
dipemerintahan (karena pemilu tidak pernah dijalankan), tetapi lebih merupakan
elemen penopang dari tarik tambang antara Presiden soekarno, angkatan darat, dan
PKI.
2. Dengan terbentuknya DPR-GR, peranan lembaga legislatif dalam sistem politik
nasional menjadi sedemikian lemah. Proses rekruitmen politik untuk lembaga untuk
lembaga ini pun ditentukan oleh presiden.
3. Basic human rights menjadi sangat lemah. Soekarno dengan mudah menyingkirkan
lawan-lawan politik yang tidak sesuai dengan kebijaksanaannya atau yang
mempunyai keberanian untuk menentangnya.
4. Masa Demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari semangat anti-kebebasan pers.
Sejumlah surat kabar dan majalah diberangus oleh soekarno, seperti misalnya
Harian Abadi dari Masyumi dan Harian Pedoman dari PSI.
5. Sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan antara pemerintah
Pusat dengan pemerintah Daerah. Dareah-daerah memiliki otonomi yang sangat
terbatas. UU tentang Otonomi Daerah NO. 1/1957, digantikan dengan Penetapan
Presiden, yang kemudian dikembangkan menjadi UU No.18 thn 1965.4

4
Affan Gaftar.Politik Indonesia transisi menuju demokrasi. (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2006),Hlm.27
3. Orde Lama

Sejarah Indonesia sejak sepuluh tahun terakhir ini banyak memperlihatkan


pertentangan antara idealisme dan realita. Idealisme yang menciptakan suatu
pemerintahan yang adil dan akan melaksanakan demokrasi sebaik-baiknya, serta
kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya. Bertolak belakang dengan realita
dalam pemerintahan itu sendiri, karena pada kenyataannya dan dalam
perkembangannya kelihatan semakin jauh dari demokrasi yang sebenarnya.
Apalagi sejak tiga tahun terakhir, terlihat tindakan-tindakan pemerintah yang
bertentangan dengan Undang-undang Dasar. Presiden yang menurut UUDS 1950
adalah Presiden konstitusional yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat
diganggu gugat, mengangkat dirinya sendiri menjadi formalit kabinet. Dengan itu
ia melakukan suatu tindakan yang bertanggung jawab dan tidak memikul
tanggung jawab. Pemerintah yang dibentuk dengan cara ganjil tersebut diterima
begitu saja oleh parlemen tanpa keberatan sama sekali.

4. Orde Baru
Pada era pemerintahan Orde baru, militer diperkuat sebagai pertahanan
negara. Selain itu dijadikannya 3 pilar nilai yang dianggap penting: Ekonomi
sebagai Panglima, Politik sebagai Panglima dan Militer Sebagai Panglima sebagai
pedomana kehidupan berbangsa dan bernegara. Terlebih ABRI pun dapat
berpolitik seperti menjadi anggota legislatif dengan konstitutif melalui format
Dwi Fungsi ABRI. Mobilisasi dan depolitisasi ideologi dilakukan melalui Partai
Golkar yang merupakan partai yang wajib bagi PNS dan dengan otoritasnya
Presiden memliki otoritas mutlak dalam mengontrol kebebasan pers terutama
yang dinilai bertentangan dengan prinsipnya.

5. Masa Reformasi

Sejak merdeka tahun 1945, Indonesia sudah beberapa kali mengalami sistem
pemerintahan. Tahun 1945-1965 merupakan sisten pemerintahan orde lama, yang
mana pada era Presiden Soekarno. Setelah masa Presiden Soekarno tumbang,
kekuasaan diserahkan kepada Jenderal Soeharto yang akhirnya melahirkan sistem
pemerintahan orde baru. Orde baru berlangsung dari tahun 1966-1998 tahun.
Karena sudah terlalu lama menjabat dan merajalelanya KKN, Presiden Soeharto
digulingkan oleh rakyat Indonesia yang akhirnya melahirkan zaman baru bagu
Indonesiam yaitu Reformasi. Reformasi berlangsung dari tahun 1998 sampai
dengan sekarang.5

E. PENUTUP
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem politik yang dianut di
Indonesia adalah demokrasi pancasila yang mengandung nilai-nilai dan moral yang
sesuai dengan kondisi dan budaya bangsa Indonesia serta sesuai dengan syariat islam.
Sejarah politik Indonesia selalu mengalami perkembangan dimulai dari masa
prakolonial, proklamasi, masa demokrasi terpimpin, orde lama, orde baru dan masa
reformasi. Yang tentunya sampai saat ini pasca reformasi, sistem politik di Indonesia
tetap mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan zaman.

5
Budi Winarno. Sistem Politik Indonesia.(Yogyakarta: Medpress,2007).Hlm.
DAFTAR PUSTAKA

- Sukarna.1992. System Politik Indonesia II.Bandung :Mandar Maju.


- Stephen, D. Politics the Basics
- Affan Gaftar. 2006.Politik Indonesia transisi menuju demokrasi. Yogyakarta:
___Pustaka Belajar.
- Tahir, Muhammad Azhari. Negara Hukum. (Jakarta : PT. Bulan Bintang) 1992
- Winarno, Budi. 2007. System Politik Indonesia.Yogyakarta. Penerbit
Medpress
- Focky Fuad.Islam Dan Ideologi Pancasila, Sebuah Dialektika. Lex Jurnalica
Volume 9 Nomor 3, Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai