Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PANCASILA DALAM SEJARAH BANGSA


INDONESIA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


- KARTINI UDIN HAMISI
- HISMA M DORO
- NADIA MOHTAR
- DELA ENEN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ,


PROGRAM STUDI S1 PGPAUD (PENDIDIKAN GURU
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI)
UNIVERSITAS NEGERI KHAIRUN
2020
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang terlahir dari kebudayaan dan
sejarah masyarakat Indonesia yang telah ada jauh sebelum bangsa Indonesia
merdeka. Para pendiri bangsa berhasil menggali nilai- nilai luhur dan
kemudian merumuskan menjadi sebuah pedoman atau ideologi yakni
Pancasila.
Pancasila bukan sekedar ideologi negara, melainkan juga sebagai filasafat hidup
bangsa yang digali dari nilai-nilai luhur dan budaya nenek moyang yang sudah
dimiliki bangsa Indonesia sebelum negara Indonesia terbentuk.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang
menjadi sumber segala aturan baik aturan yang bersifat formal maupun informal.
Dengan Pancasila, bangs aini memiliki harga diri dan martabat sebagai bangsa
karena kelima sila dalam Pancasila berlaku universal, untuk kehidupan spiritual
maupun kehidupan materiil. Secara epistimologi bahwa Pancasila selain sebagai
dasar negara Indonesia juga sebagai pandangan hidup bangsa, jiwa dan
kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian seluruh bangsa Indonesia pada
waktu mendirikan negara.

B.) Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa
dalam periode pengusulan pancasila?
2. Bagaimana Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia?
3. Apa saja sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila
dalam kajian sejarah bangsa Indonesia?
C.) Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi Pancasila dalam arus
sejarah bangsa Indonesia dalam periode pengusulan Pancasila.
2. Untuk mengetahui Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia.
3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam
kajian sejarah bangsa Indonesi

BAB II DASAR TEORI


Teori Kedaulatan Rakyat Teori kedaulatan rakyat berhubungan dengan konsep
kedaulatan. Jimly Asshiddiqie mengatakan, kedaulatan adalah konsep mengenai
kekuasaan tertinggi dalam atau dari negara. Kekuasaan tertinggi dalam negara
(sovereignty in the state) menunjuk kepada pengertian kedaulatan yang bersifat
internal, sedangkan kekuasaan tertinggi dari negara (sovereignty of the state)
menunjuk kepada pengertian yang bersifat eksternal (Asshiddiqie 1995).
Mohammad Hatta mengatakan, kedaulatan rakyat adalah pemerintahan rakyat.
Pemerintahan yang dimiliki dan dijalankan sendiri oleh rakyat (rakyat memerintah
diri mereka sendiri) (Santoso 2009). Pembangunan dihasilkan bersama rakyat
dalam sistem demokrasi partisipatif, sehingga “pemerintahan berasal dari rakyat,
untuk rakyat, oleh rakyat, dan bersama rakyat”. Itulah

kedaulatan rakyat, atau demokrasi, ajaran yang menempatkan kekuasaan tertinggi


berada di tangan rakyat, berasal dari rakyat, untuk kemaslahatan rakyat, dan
diselenggarakan bersama oleh rakyat. Pelopor dari teori ini adalah J.J. Rousseau,
yang mengajarkan kontrak sosial. Menurut Rousseau, konsep kedaulatan itu
bersifat kerakyatan dan didasarkan pada kemauan umum ( volonte generale )
rakyat yang menjelma melalui perundang-undangan. Oleh sebab itu, menurutnya,
kedaulatan mempunyai empat sifat yaitu kesatuan (unite), bulat dan tidak terbagi
(indivisibilite), tak dapat dialihkan (inalienalibilite), dan tidak dapat berubah
(imprescriptibilite) (Asshiddiqie 1995). Konsep kedaulatan merupakan kesatuan
dalam arti bahwa semangat dan kehendak umum dari rakyat merupakan satu
kesatuan dengan hak memerintah dan hak menolak perintah karena rakyat adalah
satu, negara adalah satu, dan karenanya konsep kedaulatan bulat dan tidak dapat
dipatahkan (indivisible). Dalam penelitian ini, teori kedaulatan rakyat dihubungkan
aspirasi konstituen yang diserap oleh DPRD. Sebagai lembaga perwakilan rakyat,
anggota DPRD menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, serta
memperjuangkan tuntutan dan kepentingan rakyat di daerah, sehingga otonomi
daerah yang luas, bermakna, dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan sesuai
dengan undang-undang.
- Teori Demokrasi Pancasila Demokrasi berasal dari dua kata Yunani, yaitu demos
yang artinya rakyat dan kratia yang artinya pemeritahan. Jadi demokrasi adalah
“pemerintahan dari rakyat untuk rakyat” atau “pemerintahan dari mereka yang
diperintah”. Abraham Lincoln (1808-1865) Presiden Amerika Serikat menagatakan
bahwa “democracy is government of the people, by the people and for people”
demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat (Hakim
2011). Bagi yang menjalankannya, demokrasi memiliki arti penting karena
menjamin hak rakyat untuk menentukan arah penyelenggaraan pemerintahan.
Demokrasi adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat, yang didefinisikan sebagai
kekuasaan tertinggi di suatu negara yang berlaku untuk semua wilayah dan
rakyatnya. Kedaulatan juga mengacu pada kemampuan untuk mengelola seluruh
wilayah suatu negara tanpa intervensi dari pemerintah lain. Menurut Mohammad
Hatta, “Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan
gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, kesadaran beragama,
berlandaskan kebenaran, cinta kasih, dan akhlak mulia, berkepribadian Indonesia,
dan berkelanjutan jangka panjang” (Hatta 1998). Dalam demokrasi Pancasila,
kebebasan individu tidak bersifat 6 mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan
tanggung jawab sosial (Latif 2011). Dalam demokrasi Pancasila, secara umum
cita-cita demokrasi dipadukan dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang
dijiwai oleh semangat kekeluargaan, sehingga tidak ada proses pengendalian
kekuasaan pihak mayoritas terhadap pihak minoritas. Dalam Rancangan TAP MPR
RI tentang Demokrasi Pancasila disebutkan bahwa Demokrasi Pancasila adalah
norma yang mengatur penyelenggaraan kedaulatan rakyat dan penyelenggaraan
pemerintahan negara, dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan, bagi setiap warga negara Republik Indonesia, organisasi
kekuatan sosial politik, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga kemasyarakatan
lainnya serta lembaga-lembaga negara baik di pusat maupun di daerah (Agustam
2011). Pilar utama prinsip demokrasi adalah asas kedaulatan rakyat. Asas
kedaulatan rakyat mensyaratkan bahwa rakyat yang mempunyai kekuasaan
tertinggi dalam pemerintahan negara, rakyat yang menentukan kehendak negara,
dan rakyat yang menentukan pula bagaimana negara harus berbuat. Prinsip-Prinsip
Demokrasi Pancasila menurut Jimly Asshiddiqie demokrasi Pancasila adalah
kebebasan atau persamaan (freedom/equality), kedaulatan rakyat (people’s
sovereignity), dan pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab. Adapun
penjelasan dari prinsip-prinsip demokrasi Pancasila tersebut adalah :
1) Kebebasan atau persamaan (freedom/equality) Kebebasan/persamaan adalah
dasar demokrasi. Kebebasan dianggap sebagai sarana mencapai kamajuan dan
memberikan hasil maksimal dari usaha orang tanpa pembatasan dari penguasa.
Dengan prinsip persamaan semua orang dianggap sama, tanpa dibeda-bedakan dan
memperoleh akses dan kesempatan bersama untuk mengembangkan diri sesuai
dengan potensinya. Kebebasan yang dikandung dalam demokrasi Pancasila ini
tidak berarti free fight liberalism yang tumbuh di Barat, tapi kebebasan yang tidak
mengganggu hak dan kebebasan orang lain.
2) Kedaulatan Rakyat (people’s sovereignity) Dengan konsep kedaulatan rakyat,
hakikat kebijakan yang dibuat adalah kehendak rakyat dan untuk kepentingan
rakyat. Mekanisme semacam ini akan mencapai dua hal. Pertama, kecil
kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, sedangkan kedua, terjaminya
kepentingan rakyat dalam tugas-tugas pemerintahan. Perwujudan lain konsep
kedaulatan adalah pengawas oleh rakyat. Pengawasan dilakukan karena demokrasi
tidak mempercayai kebaikan hati penguasa.
3) Pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab
a) Dewan Perwakilan Rakyat yang representative
b) Badan peradilan yang bebas dan merdeka
c) Pers yang bebas
d) Prinsip negara hukum
e) Sistem dwi partai atau multi partai
f) Pemilihan umum yang demokratis
g) Prinsip mayoritas
h) Jaminan akan hak-hak dasar dan hak-hak minoritas (Prakoso 2020). Dalam
negara demokratis, birokrasi merupakan alat untuk menjembatani kebijakan-
kebijakan adiministrasi yang diambil oleh penguasa sesuai dengan aspirasi
rakyatnya. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti menggunakan teori demokrasi
Pancasila untuk menganalisis penyelenggaraan pemerintah daerah yang sesuai
dengan rumusan masalah yang pertama yaitu pengaturan hasil penyerapan dan
penghimpunan aspirasi kosntituen oleh anggota DPRD dimasukkan dalam
penyusunan APBD.
BAB III PEMBAHASAN

sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Artinya nilai-nilai ketuhanan,


kemanusiaan, persatuan,kerakyatan, dan keadilan diyakini kebenarannya,
kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya oleh Bangsa Indosenia dan
menjadikan sebagai pedoman bermasyarakat. Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir
bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Pancasila telah ada sejak
dahulu kala bersama dengan adanya bangsa Indonesia. ancasila sebagai Perjanjian
Luhur Nilai

– nilai sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa yang disepakati oleh para
pendiri Indonesia. Kesepakatan para pendiri Negara tentang pancasila sebagai
dasar Negara merupakan bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu
itu merupakan sesuatu yang tepat. Sumber historis Pancasila nilai-nilai Pancasila
sudah ada dalam adat
istiadat, kebudayaan, dan agama yang berkembang dalam kehidupan bangsa
Indonesia sejak zaman kerajaan dahulu. Dalam encyclopedia of Philosophy
disebutkan beberapa unsur yang ada dalam agama, seperti kepercayaan kepada
kekuatan supranatural, perbedaan antara yang sakral dan yang profan, tindakan
ritual pada objek sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk komunikasi kepada
Tuhan. nilai pancasila secara sosiologis telah ada dalam masyarakat
Indonesia sejak dahulu hingga sekarang.
Salah satu yang terdapat pada masyarakat zaman dahulu dan masyarakat saat ini
adalah nilai gotong royong. Sumber politis nilai-nilai Pancasila seperti nilai
kerakyatan ditemukan dalam suatu suasana kehidupan di desa yang pola
kehidupan bersama yang Bersatu dan demokratis dijiwai oleh semngat
kekeluargaan, sebagaimana tercermin pada sila keempat kerakyatan yang dipimpin
oleh hikamt kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Semangat
seperti itulah yang diperlukan dalam mengambil keputusan dalam musyawarah

BAB IV SIMPULAN
Pada 1 Maret 1945, dibentuklah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat.
Dalam pidato pembukaannya, dr. Radjiman antara lain mengajukan pertanyaan kepada
anggota-anggota sidang, “Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini?“

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan
pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia,
yaitu:

Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan
lima dasar sebagai berikut:

 Perikebangsaan.
 Perikemanusiaan.
 Periketuhanan.
 Perikerakyatan. Perikerakyatan.
 Kesejahteraan rakyat.
Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar kepada sejarah, peradaban,
agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Namun,
Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.

Soekarno kemudian mengusulkan Panca Sila yang dikemukakan pada 1 Juni 1945 dalam pidato
spontannya yang kemudian dikenal dengan judul “Lahirnya Pancasila”. Soekarno
mengemukakan dasar-dasarnya, yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme.


2. Kemanusiaan atau internasionalisme.
3. Mufakat atau demokrasi.
4. Kesejahteraan sosial.
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada 1 Juni itu, katanya:

Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan


ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau
dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.

Sebelum sidang pertama itu berakhir, dibentuk suatu Panitia Kecil untuk merumuskan kembali
Pancasila sebagai dasar negara berdasarkan pidato yang diucapkan Soekarno pada 1 Juni 1945
dan menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka.
Dari Panitia Kecil itu dipilih sembilan  orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan, untuk
menyelenggarakan tugas itu. Rencana mereka itu disetujui pada tanggal 22 Juni 1945 yang
kemudian diberi nama Piagam Jakarta.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen
penetapannya ialah:

 Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945.


 Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 – tanggal 18 Agustus
1945.
 Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat – tanggal 27
Desember 1949.
 Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara – tanggal 15
Agustus 1950.
 Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan
suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959).
Presiden Joko Widodo pada 1 Juni 2016 telah menandatangani Keputusan Presiden (Keppres)
Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila, sekaligus menetapkannya sebagai hari libur
nasional yang berlaku mulai ta
Penggambaran Garuda Pancasila dalam poster; setiap sila-sila Pancasila ditulis di samping atau bawah lambangnya.

Pada 30 September 1965, terjadi suatu peristiwa yang dinamakan Gerakan 30 September (G30S).
Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa
penggiatnya dan apa motif di belakangnya. Namun, otoritas militer dan kelompok keagamaan
terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan usaha Partai Komunis
Indonesia (PKI) mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis. Mereka berusaha untuk
membubarkan Partai Komunis Indonesia dan membenarkan peristiwa pembantaian di Indonesia
1965–1966.

Pada hari itu, enam jenderal dan satu kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-
oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akibat G30S
sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru
kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan
tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Fungsi dan Kedudukan Pancasila


Berikut ini adalah beberapa fungsi dan kedudukan Pancasila bagi negara kesatuan Republik
Indonesia.

1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia merupakan nilai-nilai kehidupan dalam


masyarakat bangsa Indonesia melalui penjabaran instrumental sebagai acuan hidup
yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai, serta sesuai dengan napas jiwa bangsa
Indonesia dan karena Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia merupakan bentuk peran dalam
menunjukan adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat dibedakan dengan
bangsa lain, yaitu sikap mental, tingkah laku, dan amal perbuatan bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan kristalisasi
pengalaman hidup dalam sejarah bangsa Indonesia yang telah membentuk sikap,
watak, perilaku, tata nilai norma, dan etika yang telah melahirkan pandangan hidup.
4. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia untuk mengatur tatanan kehidupan bangsa
Indonesia dan negara Indonesia, yang mengatur semua pelaksanaan sistem
ketatanegaraan Indonesia sesuai Pancasila.
5. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara Republik Indonesia
karena segala kehidupan negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan harus
berlandaskan hukum. Semua tindakan kekuasaan dalam masyarakat harus
berlandaskan hukum.
6. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia karena pada waktu mendirikan
negara Pancasila adalah perjanjian luhur yang disepakati oleh para pendiri negara
untuk dilaksanakan, dipelihara, dan dilestarikan.
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia karena dalam Pancasila
mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia adalah menjadikan Pancasila
sebagai patokan atau landasan pemersatu bangsa.

Butir-Butir Pengamalan Pancasila


Berdasarkan Ketetapan MPR
No.II/MPR/1978
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
4. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Mengembangkan sikap menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain, karena
bangsa Indonesia adalah bagian dari seluruh umat manusia.
3. Persatuan Indonesia
1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta tanah air dan bangsa.
4. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Meliputi semangat kekeluargaan untuk mencapai mufakat dalam musyawarah.
5. Menerima dan melaksanakan hasil musyawarah dengan iktikad yang baik dan lapang
dada.
6. Melakukan musyawarah dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai kebenaran dan keadilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka menolong kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah dan berfoya-foya.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai dan mengapresiasi hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Berdasarkan Ketetapan MPR No.
I/MPR/2003
Sila pertama

Bintang
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Percaya dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Menghargai dan bekerja sama dengan pemeluk agama lain dengan kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap orang lain.
Sila kedua

Rantai
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, kewajiban, dan hak asasi setiap manusia tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit, dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Sila ketiga

Pohon Beringin
1. Mampu menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2. Sanggup rela berkorban demi kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat

Kepala Banteng
1. Sebagai warga dan masyarakat negara Indonesia, setiap manusia memiliki
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Menjalankan musyawarah dengan semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah dengan iktikad baik dan
rasa tanggung jawab.
7. Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan
dalam musyawarah.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dapat dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
Sila kelima

Padi dan Kapas


1. Mengembangkan sikap perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan, gaya hidup
mewah, dan berfoya-foya.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan dan pihak umum.
9. Gemar bekerja keras.
10. Mengapresiasi hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Gemar melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial
12. Psikologi Pancasila
Sikap dan perilaku berpancasila diharapkan dari setiap warga negara Indonesia. Psikologi
sebagai ilmu jiwa dan tingkah laku berperan dalam menjelaskan dan meramalkan sikap maupun
perilaku ini melalui riset empiris. Sejumlah studi tentang psikologi Pancasila telah dilakukan di
Indonesia. Studi paling awal tentang uji psikometris validitas konkuren keberpancasilaan
menghasilkan bukti bahwa pengukuran perilaku untuk sila pertama hingga sila kelima Pancasila
bersesuaian m

DAFTAR PUSTAKA

Laurensius Arliman S, Pendidikan Kewarganegaraan, Deepublish,


Yogyakarta, 2020.
Normansyah, Ali. 2021. “Konsep Dan Urgensi Pancasila Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia (periode Pengesahan Pancasila) (ali
Normansyah_20220038_manajemen2).” OSF Preprints. January
31. doi:10.31219/osf.io/k4xjn.
Julian, Restu D. 2021. “Urgensi Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa.”
OSF Preprints. January 30. doi:10.31219/osf.io/dwu2q

DAFTAR PUSTAKA
nj

Laurensius Arliman S,
Pendidikan Kewarganegaraan,
Deepublish,
Yogyakarta, 2020.
Normansyah, Ali. 2021.
“Konsep Dan Urgensi Pancasila
Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia
(periode Pengesahan Pancasila)
(ali
Normansyah_20220038_manaje
men2).” OSF Preprints. January
31. doi:10.31219/osf.io/k4xjn.
Julian, Restu D. 2021. “Urgensi
Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa.”
OSF Preprints. January 30.
doi:10.31219/osf.io/dwu2q
AFTAR PUSTAKA
Laurensius Arliman S,
Pendidikan Kewarganegaraan,
Deepublish,
Yogyakarta, 2020.
Normansyah, Ali. 2021.
“Konsep Dan Urgensi Pancasila
Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia
(periode Pengesahan Pancasila)
(ali
Normansyah_20220038_manaje
men2).” OSF Preprints. January
31. doi:10.31219/osf.io/k4xjn.
Julian, Restu D. 2021. “Urgensi
Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa.”
OSF Preprints. January 30.
doi:10.31219/osf.io/dwu2q
AFTAR PUSTAKA
Laurensius Arliman S,
Pendidikan Kewarganegaraan,
Deepublish,
Yogyakarta, 2020.
Normansyah, Ali. 2021.
“Konsep Dan Urgensi Pancasila
Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia
(periode Pengesahan Pancasila)
(ali
Normansyah_20220038_manaje
men2).” OSF Preprints. January
31. doi:10.31219/osf.io/k4xjn.
Julian, Restu D. 2021. “Urgensi
Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa.”
OSF Preprints. January 30.
doi:10.31219/osf.io/dwu2q
AFTAR PUSTAKA
Laurensius Arliman S,
Pendidikan Kewarganegaraan,
Deepublish,
Yogyakarta, 2020.
Normansyah, Ali. 2021.
“Konsep Dan Urgensi Pancasila
Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia
(periode Pengesahan Pancasila)
(ali
Normansyah_20220038_manaje
men2).” OSF Preprints. January
31. doi:10.31219/osf.io/k4xjn.
Julian, Restu D. 2021. “Urgensi
Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa.”
OSF Preprints. January 30.
doi:10.31219/osf.io/dwu2q
AFTAR PUSTAKA
Laurensius Arliman S,
Pendidikan Kewarganegaraan,
Deepublish,
Yogyakarta, 2020.
Normansyah, Ali. 2021.
“Konsep Dan Urgensi Pancasila
Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia
(periode Pengesahan Pancasila)
(ali
Normansyah_20220038_manaje
men2).” OSF Preprints. January
31. doi:10.31219/osf.io/k4xjn.
Julian, Restu D. 2021. “Urgensi
Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa.”
OSF Preprints. January 30.
doi:10.31219/osf.io/dwu2q
AFTAR PUSTAKA
Laurensius Arliman S,
Pendidikan Kewarganegaraan,
Deepublish,
Yogyakarta, 2020.
Normansyah, Ali. 2021.
“Konsep Dan Urgensi Pancasila
Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia
(periode Pengesahan Pancasila)
(ali
Normansyah_20220038_manaje
men2).” OSF Preprints. January
31. doi:10.31219/osf.io/k4xjn.
Julian, Restu D. 2021. “Urgensi
Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa.”
OSF Preprints. January 30.
doi:10.31219/osf.io/dwu2q
AFTAR PUSTAKA
Laurensius Arliman S,
Pendidikan Kewarganegaraan,
Deepublish,
Yogyakarta, 2020.
Normansyah, Ali. 2021.
“Konsep Dan Urgensi Pancasila
Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia
(periode Pengesahan Pancasila)
(ali
Normansyah_20220038_manaje
men2).” OSF Preprints. January
31. doi:10.31219/osf.io/k4xjn.
Julian, Restu D. 2021. “Urgensi
Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa.”
OSF Preprints. January 30.
doi:10.31219/osf.io/dwu2q
AFTAR PUSTAKA
Laurensius Arliman S,
Pendidikan Kewarganegaraan,
Deepublish,
Yogyakarta, 2020.
Normansyah, Ali. 2021.
“Konsep Dan Urgensi Pancasila
Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia
(periode Pengesahan Pancasila)
(ali
Normansyah_20220038_manaje
men2).” OSF Preprints. January
31. doi:10.31219/osf.io/k4xjn.
Julian, Restu D. 2021. “Urgensi
Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa.”
OSF Preprints. January 30.
doi:10.31219/osf.io/dwu2q
AFTAR PUSTAKA
Laurensius Arliman S,
Pendidikan Kewarganegaraan,
Deepublish,
Yogyakarta, 2020.
Normansyah, Ali. 2021.
“Konsep Dan Urgensi Pancasila
Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia
(periode Pengesahan Pancasila)
(ali
Normansyah_20220038_manaje
men2).” OSF Preprints. January
31. doi:10.31219/osf.io/k4xjn.
Julian, Restu D. 2021. “Urgensi
Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa.”
OSF Preprints. January 30.
doi:10.31219/osf.io/dwu2q
AFTAR PUSTAKA
Laurensius Arliman S,
Pendidikan Kewarganegaraan,
Deepublish,
Yogyakarta, 2020.
Normansyah, Ali. 2021.
“Konsep Dan Urgensi Pancasila
Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia
(periode Pengesahan Pancasila)
(ali
Normansyah_20220038_manaje
men2).” OSF Preprints. January
31. doi:10.31219/osf.io/k4xjn.
Julian, Restu D. 2021. “Urgensi
Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa.”
OSF Preprints. January 30.
doi:10.31219/osf.io/dwu2q
AFTAR PUSTAKA
Laurensius Arliman S,
Pendidikan Kewarganegaraan,
Deepublish,
Yogyakarta, 2020.
Normansyah, Ali. 2021.
“Konsep Dan Urgensi Pancasila
Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia
(periode Pengesahan Pancasila)
(ali
Normansyah_20220038_manaje
men2).” OSF Preprints. January
31. doi:10.31219/osf.io/k4xjn.
Julian, Restu D. 2021. “Urgensi
Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa.”
OSF Preprints. January 30.
doi:10.31219/osf.io/dwu2q
AFTAR PUSTAKA
Laurensius Arliman S,
Pendidikan Kewarganegaraan,
Deepublish,
Yogyakarta, 2020.
Normansyah, Ali. 2021.
“Konsep Dan Urgensi Pancasila
Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia
(periode Pengesahan Pancasila)
(ali
Normansyah_20220038_manaje
men2).” OSF Preprints. January
31. doi:10.31219/osf.io/k4xjn.
Julian, Restu D. 2021. “Urgensi
Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa.”
OSF Preprints. January 30.
doi:10.31219/osf.io

Anda mungkin juga menyukai