Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER

1. Bagaimana konsep geopolitik di Indonesia menurut pandangan saudara?


2. Bagaimana penerapan geopolitik Indonesia menurut pandangan saudara?
3. Bangunan filosofi dan nilai-nilai Pancasila dipengaruhi oleh liberalisme dan sosialisme.
Bagaimana menurut pendapat saudara?
4. Uraikan makna Pancasila sebagai ideologi tertutup dan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka!
5. Tantangan nasionalisme di Indonesia yang menyangkut gerakan ideologi dapat disebutkan
ada tiga adalah gerakan ideologi trans-nasional (Gerakan syariahisasi dan Gerakan Khilafah),
gerakan Ideologi Liberal, dan gerakan ideologi kiri. Berikan argumentasi masing-masing
gerakan ideologi itu yang dapat membahayakan ketahanan nasionalisme bangsa Indonesia?
6. Inti sila-sila Pancasila yang bersifat sistemik tergambar pada kata: 1.) Tuhan, yaitu sebagai
kausa prima, 2.) Manusia, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, 3) Satu, yaitu
kesatuan memiliki kepribadian sendiri, 4) Rakyat, yaitu unsur mutlak suatu negara, harus
bekerja sama dan gotong royong, 5) Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan
orang lain yang menjadi haknya. Jelaskan hubungan antar sila bersifat sistemik menurut
pendapat saudara!

Jawaban:
1. Berdasarkan artikel jurnal yang saya baca mengenai studi Geopolitik Indonesia bahwasanya
dalam berbicara mengenai geopolitik Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan konsep
wawasan nusantara. Karena wawasan nusantara adalah geopolitik Indonesia. Wawasan
Nusantara sendiri merupakan cara pandang dan sikap dari bangsa Indonesia mengenai dirinya
sendiri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghargai serta menghormati kebhinekaan
tunggal ika dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional dengan
tetap berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal ini ada 3 unsur
dasar yang harus ada dalam konsep wawasan nusantara. Pertama yakni wadah, wadah
kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa meliputi seluruh wilayah Indonesia yang
memiliki kekayaan alam dan penduduk dengan aneka ragam budaya. Setelah menegara dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia, bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang
merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud suprastrktur politik. Sementara
itu, wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah berbagai lembaga dalam wujud
infrastruktur politik. Kedua yakni isi, isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di
masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Untuk bisa mencapai aspirasi yang berkembang di masyarakat maupun
cita-cita dan tujuan nasional seperti yang disebutkan tersebut, maka bangsa Indonesia harus
mampu menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan tunggal ika dalam
kehidupan nasional. Isi disini menyangkut dua hal yang esensial yakni: Pertama, realisasi
aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta pencapaian cita-cita dan tujuan nasional.
Kedua, persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan tunggal ika yang meliputi semua aspek
kehidupan nasional. Dan unsur terakhir yakni tata laku, tata laku merupakan hasil interaksi
antara wadah dan isi, yang terdiri dari tata laku bathiniyah dan lahiriyah. Tata laku
bathiniyah mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia,
sedangkan tata laku lahiriyah tercermin dalam tindakan, perbuatan, dan perilaku dari bangsa
Indonesia. Kedua hal tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa
Indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta
terhadap tanah air sehingga menumbuhkan nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek
kehidupan nasional.
2. Penerapan geopolitik harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan dari
individu maupun masyarakat yang senantiasa mendahulukan kepentingan negara diatas
kepentingan lainnya yang bersifat individu atau golongan. Penerapan geopolitik dalam suatu
negara bisa terwujud dalam berbagai bidang. Pertama dalam bidang politik, adalah dengan
menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis, mewujudkan
pemerintahan yang kuat, aspiratif dan dapat dipercaya. Kedua dalam bidang ekonomi, adalah
dengan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan
peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil. Ketiga dalam
bidang sosial dan budaya, adalah dengan menciptakan sikap bathiniyah dan lahiriyah yang
mengakui, menerima, dan menghormati segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan yang
hidup di sekitarnya dan merupakan karunia Sang Pencipta. Keempat dalam bidang
pertahanan dan keamanan, adalah dengan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan
membentuk sikap bela negara pada setiap Warga Negara Indonesia. Yang pada intinya
konsep geopolitik di Indonesia dapat diterapkan apabila masyarakat bangsa Indonesia
memiliki kesadaran tentang kepentingan nasional bangsa Indonesia.
3. Semua negara yang ada di dunia ini pasti memiliki ideologi. Ideologi dari masing-masing
negara tentunya berbeda-beda. Untuk negara Indonesia sendiri mempunyai ideologi yakni
Pancasila. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia bersumber dari nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia yang digali oleh nenek moyang kita sehingga lahirlah Pancasila. Pancasila
mulai dari sila pertama hingga sila ke lima mencerminkan sikap dan budaya asli masyarakat
Indonesia yang belum mendapatkan pengaruh dari luar. Kalau kita perhatikan lebih dalam,
ternyata sila-sila dalam Pancasila ada kemiripan dengan liberalisme dan sosialisme, padahal
secara filosofis atau asal usulnya Pancasila merupakan murni dari bangsa Indonesia sendiri.
Hal inilah yang kemudian menimbulkan permasalahan, apakah Pancasila telah mendapatkan
pengaruh liberalisme dan sosialisme atau tidak. Dalam liberalisme sangat menekankan pada
kebebasan individu dalam rangka mewujudkan kesejahteraan melalui perubahan dan inovasi
organisasi sosial. Liberalisme ini memiliki sistem politik yang berjalan yakni politik
demokratis. Selain itu, dalam liberalisasi sendiri sangat menuhankan Hak Asasi Manusia,
dimana manusia mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan, selain
itu semua manusia memiliki kebebasan dalam menyatakan pendapatnya. Tentunya hal ini
memiliki kemiripan dengan sila kedua dan keempat dari Pancasila, karena dalam Pancasila
sendiri juga menerapkan politik demokratis dimana semua manusia memiliki kebebasan
berpendapat serta mendapatkan perlakuan hak dan kewajiban yang sama dalam hukum dan
pemerintahan serta sangat menghormati Hak Asasi Manusia. Dengan kata lain dalam hal ini
Pancasila telah mendapatkan pengaruh Liberalisme. Kemudian mengenai Sosialisme. Dalam
sosialisme sangat menekankan kebersamaan sebagai tujuan hidup. Kepentingan bersama
harus didahulukan daripada kepentingan individu. Tujuan dari sosialisme sendiri adalah
untuk memberantas kemiskinan dan menciptakan keadilan di antara sesama manusia, serta
menetapkan bahwasanya semua manusia itu sama derajatnya sehingga dalam hal ini tidak ada
perbedaan antara si kaya dan si miskin. Tidak ada sistem kasta dalam sosialisme karena
semua manusia memiliki derajat yang sama. Dalam hal ini memiliki kemiripan dengan sila
kelima dalam Pancasila dimana dalam Pancasila sendiri memiliki tujuan yakni menciptakan
keadilan bersama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga
dengan kata lain Pancasila juga telah mendapatkan pengaruh dari sosialisme. Akan tetapi,
kita harus mengerti bahwasanya Pancasila itu murni berasal dari bangsa Indonesia karena
filosofis Pancasila serta nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan hasil galian
dari nenek moyang kita yang mencerminkan sikap dan perilaku bangsa Indonesia yang
menjadikannya berbeda dari bangsa-bangsa lain. Meskipun dalam pengertian secara tekstual
Pancasila ada kemiripan dengan liberalisme dan sosialisme, akan tetapi secara hakikatnya
Pancasila tidak mendapatkan pengaruh apapun dari luar sehingga bebas dari liberalisme dan
sosialisme serta tidak ada sangkut pautnya.
4. Berdasarkan sumber yang saya dapatkan dari artikel Jurnal Ilmiah Pendidikan, Humaniora,
Sains dan Pembelajarannya bahwasanya Pancasila sebagai ideologi terbuka dan dinamis
yakni Pancasila sebagai suatu ideologi harus bisa menerima dan mengembangkan pemikiran-
pemikiran baru atau dengan kata lain mampu untuk menerima penafsiran baru tanpa harus
takut akan kehilangan jati dirinya. Pemikiran-pemikiran baru tersebut harus tetap berada
dalam koridor serta tidak bertentangan dengan nilai dasarnya. Ideologi seperti inilah yang
dapat disebut sebagai ideologi yang bersifat demokratis dan terbuka. Dalam kedudukannya
sebagai ideologi demokratis dan terbuka, Pancasila harus bisa menerima pemikiran-
pemikiran baru atau penafsiran-penafsiran baru dalam rangka pengembangannya agar nilai-
nilai dasar yang terkandung di dalam Pancasila bisa terwujud secara optimal. Di samping
menerima pemikiran-pemikiran dan penafsiran-penafsiran baru, Pancasila harus mampu
mendorong untuk menciptakan pemikiran-pemikiran dan penafsiran-penafsiran baru agar
selalu terjaga kerelevanannya dengan perkembangan zaman. Karena apabila suatu Ideologi
tidak dapat menerima atau mendorong suatu pemikiran atau penafsiran baru, maka ideologi
yang seperti itulah yang dinamakan ideologi tertutup. Sebagai ideologi yang bersifat terbuka
dan dinamis, nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila tentu bersifat abadi, tetapi
dalam pengaplikasian harus bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan dan dinamika
masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai ideologi terbuka dan dinamis tentu haruslah bisa
menerima atau mengakomodasi pemikiran atau penafsiran yang berasal dari luar sepanjang
tidak bertentangan dengan nilai dasarnya tersebut karena hal itu dapat memperkaya
kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian Pancasila sebagai ideologi yang
tertutup, ini maksudnya bahwasanya Pancasila harus bisa menyaring dan memfilter
pemikiran-pemikiran serta penafsiran-penafsiran yang berasal dari luar agar nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila tetap terjaga keasliannya sepanjang zaman dan tidak ternoda
sedikitpun oleh pemikiran serta penafsiran yang berasal dari luar. Ini artinya meskipun
Pancasila bersifat terbuka akan tetapi ada batasan-batasan tertentu yang tidak boleh
dilanggar, yaitu: Pertama, larangan terhadap ideologi marxisme, ideologi leninnisme, serta
ideologi komunisme. Kedua, mencegah terhadap berkembangnya paham ideologi liberalisme.
Ketiga, larangan terhadap pandangan ekstrim yang dapat menggelisahkan kehidupan
bermasyarakat. Keempat, dalam menciptakan norma-norma atau aturan-aturan yang baru
harus melalui konsensus.
5. Gerakan trans-nasional atau bisa juga disebut sebagai gerakan syariahisasi dan gerakan
khilafah merupakan gerakan yang berbahaya bagi bangsa Indonesia, gerakan yang
membahayakan nasionalisme bangsa Indonesia, serta gerakan yang dapat mengancam
ideologi bangsa Indonesia yakni Pancasila. Gerakan trans-nasional ini berasal dari luar
Indonesia, kebanyakan dari negara-negara Islam. Gerakan ini juga bisa disebut gerakan
separatisme. Kelompok yang biasa melakukan gerakan trans-nasional seperti Hizbut Tahrir
Indonesia dan semacamnya. Gerakan ini sangat berbahaya. Mengapa berbahaya? Karena
gerakan ini dilakukan secara diam-diam dari dalam untuk memisahkan diri dari ideologi
bangsa Indonesia (dengan kata lain ingin memisahkan diri dari Pancasila) serta merusak
tatanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Gerakan ini biasanya bercirikan ingin
merubah ideologi Pancasila menjadi ideologi yang berbasis agama dengan penegakan Al-
Qur’an dan Sunah di dalamnya, ingin mengganti Undang-Undang Dasar 1945 menjadi
hukum syariat Islam (syariahisasi), serta ingin menjadikan Negara Kesatuan Republik
Indonesia menjadi negara khilafah islamiyah. Padahal bangsa Indonesia sendiri terdiri dari
berbagai macam suku, agama, ras, dan budaya sehingga tidak bisa apabila negara Indonesia
dijadikan negara khilafah karena bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam agama, mulai
dari Islam, kristen, budha, hindu, konghucu, serta lainnya. Apabila negara Indonesia
dijadikan negara khilafah ini sungguh bertentangan dengan keadaan bangsa Indonesia yang
terdiri dari berbagai macam agama, suku, dan budaya, dan selain itu bertentangan dengan
Islam yang rahmatan lil ‘alamin, karena Islam sendiri itu sebenarnya tidak memaksa akan
tetapi mampu bersikap toleransi dengan agama lain. Untuk mempersatukan semua ras, suku,
agama, dan budaya yang ada di Indonesia ini dibutuhkanlah sebuah panji yang
mempersatukan semua itu, yakni Bhineka Tunggal Ika yang berideologi Pancasila. Dengan
demikian, gerakan trans-nasional harus diwaspadai oleh bangsa Indonesia karena gerakan ini
bisa mengancam semangat nasionalisme masyarakat Indonesia serta bisa mengancam
ideologi kita tercinta yakni Pancasila. Golongan kiri atau biasa juga disebut sebagai golongan
komunisme yakni golongan yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Golongan ini juga
berbahaya bagi bangsa Indonesia karena gerakan ini ingin merubah ideologi bangsa
Indonesia dari Pancasila menjadi ideologi komunis. Dahulu kala pernah ada segelintiran
kelompok komunis untuk merubah ideologi Pancasila akan tetapi tidak berhasil, akan tetapi
sisa-sisa dari kelompok komunis ini masih ada dan hidup sampai zaman sekarang ini.
Gerakan komunis perlu diwaspadai, karena ideologi tanpa tuhan ini bertentangan dengan
Pancasila. Dalam Pancasila sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” ini
menandakan bahwa aspek ketuhanan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Selain itu dalam bangsa Indonesia juga terdiri berbagai macam
agama, apabila ideologi bangsa Indonesia ini komunis maka tentulah tidak akan ada
keragaman agama di Indonesia. Dengan demikian, gerakan komunis harus diwaspadai oleh
seluruh rakyat Indonesia karena golongan ini berbahaya, dan menjadi ancaman serius bagi
Ideologi Pancasila dan bisa menghilangkan rasa nasionalisme di hati rakyat bangsa Indonesia.
Dan terakhir adalah Gerakan Liberalisme. Gerakan liberalisme ini berbahaya bagi bangsa
Indonesia dan bisa mengancam semangat nasionalisme serta bisa mengancam ideologi
Pancasila. Karena dalam gerakan liberalisme ini sangat menekankan kepada kebebasan
individu. Individu bebas dalam melakukan sesuatu, sangat menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia. Gerakan ini memiliki dampak positif dan negatif. Dampak negatif dari gerakan ini
adalah bahwasanya pemerintah hanya memiliki kekuasaan terbatas dalam menentukan
norma yang berlaku bagi rakyatnya, demikian juga agama, agama juga mempunyai
wewenang yang terbatas dalam menentukan perilaku para pemeluk agama. Sehingga dapat
ditemukan suatu peristiwa penyimpangan moral, karena dalam liberalisme ini sangat
menuhankan kebebasan individu dalam melakukan sesuatu sehingga tidak menutup
kemungkinan akan terjadi penyimpangan moral di masyarakat karena agama dan pemerintah
tidak mempunyai hak dan wewenang untuk mengatur rakyatnya. Apabila liberalisme ini
diterapkan di Indonesia maka tidak bisa diterapkan, dan bertentangan dengan sila dalam
Pancasila yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Jadi meskipun bangsa Indonesia
sangat menjunjung tinggi HAM, akan tetapi pemerintah dan agama masih mempunyai hak
dan wewenang untuk mengatur seluruh tindakan rakyatnya sehingga penyimpangan moral
bisa terhindarkan. Selain itu juga karena dalam kehidupan bangsa Indonesia sendiri terdapat
norma yang mengatur dalam kehidupan bermasyarakat, apabila tidak ada norma yang
mengatur di masyarakat maka akan terjadi kekacauan di masyarakat. Dengan demikian,
paham liberalisme ini harus diwaspadai oleh bangsa Indonesia, karena bisa mengancam
kehidupan nasionalisme berbangsa dan bernegara di Indonesia. Bangsa Indonesia harus
waspada terutama paham-paham yang berasal dari Dunia Barat karena dunia barat ini
biasanya cenderung menganut paham liberalisme.
6. Sila pertama dalam Pancasila mengandung aspek Ketuhanan, dimana setiap orang
mempunyai pedoman dalam kegiatan sehari-harinya baik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, maupun bernegara harus berdasarkan atas asas Ketuhanan Yang Maha Essa yang
berperikemanusiaan, memiliki persatuan, kesatuan dan kedamaian, dan bijaksana dalam
melakukan musyawarah serta mampu menciptakan keadilan bersama sehingga sila pertama
ini berhubungan dengan sila kedua, sila ketiga, sila keempat, dan sila kelima. Selain itu, sila
pertama ini merupakan sila yang terpenting dan utama, karena menjadi kausa prima dimana
sila pertama ini menjadi penyebab adanya sila-sila yang lain. Sila kedua dalam Pancasila
mengandung nilai kemanusiaan yang harus diperhatikan oleh setiap individu sebagai
makhluk sosial dalam menjalankan kehidupannya di masyarakat agar selalu bersikap baik
serta mempunyai adab dalam masyarakat, yang tentunya tetap berpedoman pada asas
Ketuhanan yang dianut oleh setiap orang, asas kemanusiaan dengan selalu menghormati
orang lain dan menghargai pendapat orang lain yang berbeda pendapat dengan kita, serta
selalu saling tolong menolong untuk menjaga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat
sehingga sila kedua ini berhubungan dengan sila kesatu, sila ketiga, sila keempat, dan sila
kelima. Sila ketiga dalam Pancasila mengandung nilai persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia, kesatuan untuk memiliki kepribadian sendiri yang tidak bercampur dengan
kepribadian luar. Persatuan dan kesatuan yang ada di Indonesia dibangun atas dasar
Ketuhanan dan kemanusiaan yang meyakini akan adanya Tuhan serta memiliki sikap
kemanusiaan yang saling membantu satu sama lain dalam menerapkan nilai-nilai demokrasi
di masyarakat dan mengesampingkan perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat demi
untuk mewujudkan kesejahteraan bersama dalam masyarakat, sehingga sila ketiga ini
berhubungan dengan sila pertama, sila kedua, sila keempat, dan sila kelima. Sila keempat
dalam Pancasila mengandung nilai kebijaksanaan, dimana dalam mengambil keputusan
dalam musyawarah didasarkan pada aspek ketuhanan sehingga dalam pengambilan keputusan
tidak asal-asalan akan tetapi dilandasi dengan sikap bijaksana, memiliki sikap kemanusiaan
untuk menghargai hasil keputusan dalam musyawarah serta memiliki rasa tanggung jawab
untuk melaksanakan hasil keputusan dalam musyawarah demi mewujudkan rasa persatuan
dan kesatuan untuk kepentingan bersama. Sehingga sila keempat ini berhubungan dengan sila
kesatu, sila kedua, sila ketiga, dan sila kelima. Sila kelima dalam Pancasila mengandung nilai
keadilan bersama, bahwasannya dalam suatu kehidupan bermasyarakat tidak ada sistem
kasta, semuanya memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masyarakat sehingga tidak
ada perbedaan sama sekali. Dalam sila ini mengandung makna ingin terwujudnya keadilan
sosial bersama dalam masyarakat yang disertai oleh asas Ketuhanan yang
berperikemanusiaan adil dan beradab, serta menghendaki persatuan dan kesatuan bersama
dari hasil kebijakssanaan yang demokratis. Sehingga sila kelima ini berhubungan dengan sila
pertama, sila kedua, sila ketiga, dan sila keempat. Semua sila-sila yang ada dalam Pancasila
saling terhubung satu sama lain serta saling melengkapi dan tidak dapat terpisahkan, karena
apabila dihilangkan salah satunya maka akan terjadi ketimpangan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai