Anda di halaman 1dari 5

A.

Nilai pancasila sebagai ideologi


Nilai Pancasila sebagai Ideologi memiliki dimensi yang sangat penting dalam membentuk
landasan moral dan spiritual bagi sebuah bangsa. Pertama-tama, nilai dasarnya menandakan
bahwa setiap sila dalam Pancasila memiliki keuniversalan yang mendasar. Ini berarti setiap sila
mengandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang diakui sebagai baik dan benar secara
universal. Ini menjadikan Pancasila sebagai suatu panduan moral yang kokoh dan stabil, karena
nilainya yang relatif tetap dan tidak berubah. Konsep ini terwujud dalam kelima sila yang
menjadi inti dari Pancasila.

Selanjutnya, nilai instrumental dari Pancasila menunjukkan bahwa ideologi ini dapat dijabarkan
lebih lanjut secara kreatif dan dinamis agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, dalam proses penjabarannya, perlu diperhatikan agar nilai-nilai tersebut tetap sejalan
dengan nilai-nilai dasar Pancasila. Dengan kata lain, meskipun dapat berkembang dan
beradaptasi, nilai-nilai tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip yang menjadi
landasan utama ideologi Pancasila.

Kemudian, nilai praktis Pancasila tercermin dalam kemampuannya untuk diterapkan secara nyata
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, bangsa, dan negara. Ini berarti bahwa nilai-nilai
instrumental yang telah dijabarkan secara konkret dapat diwujudkan dalam bentuk praktik yang
dapat dirasakan oleh individu dan masyarakat secara langsung. Contohnya adalah prinsip-prinsip
seperti saling menghormati, bekerjasama, dan menjaga kerukunan antar sesama, yang menjadi
nilai-nilai inti dari Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun dalam implementasinya
nilai-nilai ini bersifat abstrak, namun dampaknya dapat dirasakan secara nyata dalam membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan beradab.

Nilai Pancasila dapat juga ditelaah melalui sudut pandang yang bersifat objektif dan subjektif
Nilai – nilai Pancasila bersifat objektif maksudnya
• Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam.
• Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia.
• Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara
yang mendasar.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, bahwa keberadaan nilai-nilai Pancasila itu
bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia itu sendiri. Hal itu dapat dijelaskan karena:
• Nilai-nilai Pancasila itu timbul dari bangsa Indonesia
• Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
• Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerohanian.
Nilai – nilai Pancasila didalamnya merupakan nilai yang digali, tumbuh dan berkembang dari
budaya bangsa Indonesia.
“Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan Undang – Undang dasar mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah , penyelenggara negara termasuk pengurus partai dan golongan
fungsional untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dang memegang cita-cita
moral rakyat yang luhur

B. Perbandingan ideologi pancasila dengan ideologi lainnya


Ideologi ditinjau dari tujuan dan cita-citanya dapat dibagi menjadi 2; ideologi terbuka dan
tertutup.
 Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka memiliki ciri khas tersendiri yaitu nilainilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, akan tetapi digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral, dan budaya
masyarakat Indonesia sendiri. Dasarnya dari konsensus masyarakat dan tidak diciptakan oleh
negara, melainkan ditemukan dalam masyarakat sendiri. Oleh karena demikian ideologi
terbuka adalah milik semua rakyat, masyarakat dan dapat menemukan diri di dalamnya.
 Ideologi Tertutup
Ideologi yang bersifat mutlak. Dengan kata lain bahwa Ideologi tertutup merupakan ajaran
atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan normanorma politik
dan sosial, yang ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan
harus diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus dipatuhi.
Ini merupakan dasar dari bagaimana sebuah ideologi dipandang, jika Pancasila dibandingkan
dengan ideologi yang ada di dunia, maka ada beberapa ideologi lain yang dapat
membedakannya;

1. Ideologi Komunisme
Ideologi Komunisme pertama kali muncul pada 18 Februari 1848 dalam Manifest der
Kommunistischen Manifest der Kommunistischen, menjadi salah satu gerakan yang
paling berpengaruh pada abad ke-19. Komunisme, sebagai ideologi anti-kapitalis,
menekankan kepemilikan kolektif atas alat produksi dan menentang akumulasi modal
pada individu. Hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip kapitalisme yang
mengedepankan kepemilikan individu. Di Indonesia, komunisme terkait dengan sejarah
politik yang melibatkan tokoh-tokoh seperti Sneevliet, Bregsma, dan Tan Malaka, dengan
Surabaya menjadi titik awal gerakan tersebut. Di era tersebut, komunis menjadi salah satu
cabang Sarekat Islam, dikenal sebagai "Si Merah". Namun, kehancuran PKI dimulai
dengan Persetujuan Prambanan pada tahun 1926-1927, yang menghasilkan
pemberontakan besar-besaran di seluruh Hindia-Belanda. Keunggulan ideologi komunis
meliputi kontrol pemerintah yang kuat terhadap ekonomi dan distribusi pendapatan,
sementara kekurangannya termasuk penggunaan pers sebagai alat propaganda, kurangnya
kebebasan individu, monopoli yang merugikan, dan keterbatasan kepemilikan sumber
daya oleh masyarakat.

Perbandingan dengan Pancasila:


a.) Kebebasan Individu: Pancasila menekankan pentingnya kebebasan individu dan hak
asasi manusia yang dijamin oleh negara. Ini berbeda dengan komunisme yang
cenderung menekan kebebasan individu demi kepentingan kolektif.
b.) Keragaman dan Pluralisme: Pancasila mempromosikan keragaman dan pluralisme
sebagai nilai inti, sementara komunisme cenderung mengedepankan keseragaman
dan kesatuan dalam masyarakat.
c.) Sistem Ekonomi: Pancasila menganut sistem ekonomi yang lebih campuran, di mana
ada ruang bagi kepemilikan pribadi namun juga ada intervensi pemerintah untuk
memastikan kesejahteraan sosial. Di sisi lain, komunisme memberikan kontrol penuh
kepada pemerintah dalam ekonomi dengan tujuan mengurangi ketimpangan sosial.
Dengan demikian, sementara ideologi komunisme menawarkan pendekatan yang lebih
kolektif terhadap masalah sosial dan ekonomi, Pancasila memberikan keseimbangan
antara kebebasan individu dan kepentingan kolektif serta menghargai keragaman dalam
masyarakat.

2. Ideologi Liberalisme
Liberalisme muncul di Eropa sebelum abad ke-18 karena perang agama, feodalisme, dan
monarki absolut. Dipengaruhi oleh pemikir seperti John Locke dan Adam Smith,
liberalisme berkembang dengan Revolusi Inggris, Amerika, dan Prancis. Prinsip
liberalisme meliputi hak asasi manusia, konstitusi, individualisme, kebebasan, keadilan,
kesetaraan, dan utilitarianisme. Meski dikritik karena tidak meratakan kesempatan,
liberalisme menghasilkan inisiatif ekonomi dan kontrol sosial yang bebas. Namun, juga
menghadapi kelemahan seperti kesenjangan pendapatan, eksploitasi pekerja, monopoli,
dan gejolak ekonomi. Liberalisme telah memainkan peran penting dalam sejarah
perkembangan politik dan sosial, terutama dalam konteks revolusi-revolusi seperti
Revolusi Inggris, Amerika, dan Prancis. Meskipun memiliki banyak kelebihan,
liberalisme juga telah dikritik karena kurangnya perhatian terhadap kesenjangan sosial
dan ekonomi yang bisa muncul sebagai hasil dari kebebasan ekonomi yang tidak terbatas.
Meskipun demikian, sebagai ideologi politik yang dominan dalam banyak negara
demokratis modern, liberalisme terus menjadi subjek perdebatan dan penelitian yang
aktif.

Perbandingan antara liberalisme dan Pancasila, terutama dalam konteks Indonesia,


melibatkan perbandingan prinsip-prinsip mendasar kedua ideologi tersebut:
a.) Individualisme vs. Kolektivisme:
Liberalisme menekankan pada pentingnya individu sebagai unit dasar masyarakat,
dengan penekanan pada hak-hak individu dan kebebasan pribadi. Pancasila, di sisi lain,
menekankan kesatuan dan kebersamaan serta mengutamakan kepentingan kolektif di atas
kepentingan individu.
b.) Hak Asasi Manusia vs. Kedaulatan Ketuhanan:
Pancasila menekankan kedaulatan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai prinsip utama,
sementara hak asasi manusia juga diakui, tetapi dalam kerangka tanggung jawab terhadap
Tuhan, masyarakat, dan negara, tidak seperti di liberalism yang digunakan sebagai
prinsip utama.
c.) Pluralisme vs. Integrasi Budaya:
Liberalisme cenderung mendukung pluralisme budaya, dengan pengakuan terhadap
keberagaman budaya, agama, dan kepercayaan. sementara Pancasila menghargai
keberagaman budaya, juga menekankan pentingnya integrasi budaya dalam mencapai
kesatuan dan keutuhan bangsa.
d.) Demokrasi Liberal vs. Demokrasi Terpimpin:
Liberalisme cenderung mendukung demokrasi liberal di mana kekuasaan politik berasal
dari rakyat dan dijalankan melalui proses demokratis, dengan perlindungan hak-hak
individu. Pancasila menekankan demokrasi terpimpin, di mana kekuasaan politik berasal
dari rakyat tetapi juga dibatasi oleh prinsip-prinsip Pancasila dan pemimpin yang
bijaksana.
Meskipun ada perbedaan mendasar antara liberalisme dan Pancasila. Dalam prakteknya,
Indonesia memadukan prinsip-prinsip Pancasila dengan prinsip-prinsip demokrasi liberal
dalam konstitusi dan kebijakan negara.

C. Faktor-faktor yang mendasari pancasila dipilih sebagai idologi


 Pancasila merupakan Ide-ide Para Pahlawan Bangsa:
Pancasila merupakan hasil dari perjuangan panjang para pahlawan bangsa dalam
memperjuangkan kemerdekaan dan identitas nasional Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka,
para pemimpin dan tokoh pergerakan kemerdekaan seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan
lainnya, telah membahas dan mengembangkan konsep-konsep yang kemudian menjadi dasar bagi
pembentukan Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila tidak hanya mencerminkan gagasan-gagasan
para pahlawan bangsa, tetapi juga merupakan warisan berharga yang mereka perjuangkan demi
kepentingan bersama bangsa Indonesia.
 Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum:
Salah satu karakteristik utama Pancasila adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum. Hal
ini berarti bahwa nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila menjadi dasar
bagi pembentukan hukum dan kebijakan di Indonesia. Dengan demikian, Pancasila tidak hanya
menjadi dasar ideologis, tetapi juga menjadi pijakan hukum yang mendasar dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini memberikan legitimasi yang kuat bagi Pancasila sebagai
ideologi negara.
 Pancasila sebagai Aturan Paling Umum bagi Bangsa Indonesia:
Pancasila juga dianggap sebagai aturan paling umum bagi seluruh bangsa Indonesia. Hal ini
mencerminkan kesepakatan bersama dari berbagai lapisan masyarakat Indonesia, yang memiliki
latar belakang etnis, agama, budaya, dan suku yang berbeda. Pancasila dianggap sebagai titik
temu yang mempersatukan perbedaan-perbedaan tersebut dalam semangat persatuan dan kesatuan
bangsa. Dengan demikian, Pancasila tidak hanya menjadi dasar ideologis bagi negara, tetapi juga
menjadi simbol kesatuan dan identitas nasional bagi seluruh rakyat Indonesia.

Secara keseluruhan, faktor-faktor di atas bersama-sama menjadikan Pancasila dipilih sebagai


ideologi dasar negara Indonesia. Keberadaan Pancasila memberikan landasan moral, hukum, dan
identitas bagi negara Indonesia serta menjadi simbol persatuan dalam keragaman yang kaya di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai