Pancasila - Intan Arsipalistari - 09230000085 - Keperawatan 1a
Pancasila - Intan Arsipalistari - 09230000085 - Keperawatan 1a
Npm : 09230000085
Prodi : S1 KEPERAWATAN 1A
A. Pancasila diterima sebagai prinsip dasar negara Republik Indonesia melalui proses
penyusunan oleh para founding fathers, yang menggabungkan nilai-nilai lokal dan
universal. Pembentukan UUD 1945 dan perumusan sila-sila Pancasila melibatkan
perdebatan dan musyawarah untuk mencapai kesepakatan sebagai landasan negara pada 18
Agustus 1945.
A. Tujuan bangsa Barat ke Indonesia setelah abad ke-18 umumnya terkait dengan eksploitasi
ekonomi, pengendalian perdagangan rempah-rempah, dan penjajahan. Mereka mencari
keuntungan melalui monopoli perdagangan serta ekspansi ke wilayah-wilayah strategis di
Asia, termasuk Indonesia.Pada awal kedatangan bangsa Barat, sikap bangsa Indonesia
bervariasi. Ada yang menyambut mereka sebagai mitra dagang, tetapi seiring waktu,
ketidakpuasan muncul akibat eksploitasi ekonomi dan penindasan. Pemberontakan, seperti
Pemberontakan Diponegoro, mencerminkan perlawanan terhadap dominasi kolonial.
Meskipun ada pihak yang berkolaborasi, sebagian besar bangsa Indonesia berupaya
mempertahankan kedaulatan dan identitas budayanya.
3. Filsafat adalah upaya manusia mencari kebijaksanaan hidup dalam membangun peradaban
manusia. Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bernegara Indonesia
A. Rumusan Pancasila bersifat hirarkis dan berbentuk piramida mengacu pada penataan nilai-
nilai Pancasila secara bertingkat dengan prinsip-prinsip yang saling terkait. Di bagian
puncak piramida terdapat Sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai fondasi tertinggi, diikuti
oleh Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Sila Persatuan Indonesia, Sila Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan Sila
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Struktur ini mencerminkan pentingnya
prinsip-prinsip tersebut dan hubungan hierarkis di antara mereka.
4. Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber dari segala
penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma kenegaraan lainnya.
A. Berkampanye sesuai dengan etika Pancasila melibatkan prinsip-prinsip moral dan nilai-
nilai yang tercermin dalam Pancasila. Beberapa aspek etika politik yang dapat diterapkan
dalam kampanye politik sesuai dengan Pancasila antara lain:
B. Nilai, norma, dan moral saling terkait dan membentuk dasar etika dalam suatu masyarakat.
Nilai: Nilai adalah prinsip-prinsip atau kepercayaan yang dianggap penting dan
dihargai oleh individu atau masyarakat. Nilai mencerminkan penilaian terhadap
kebaikan atau keburukan, dan sering kali menjadi dasar bagi pembentukan norma
dan moral.
Norma: Norma adalah aturan atau pedoman perilaku yang diakui dan diharapkan
oleh suatu kelompok atau masyarakat. Norma menciptakan standar tentang apa
yang dianggap sesuai atau tidak sesuai dalam suatu lingkungan sosial. Nilai yang
diterima oleh masyarakat membentuk norma, yang kemudian mengarah pada
perilaku yang dianggap benar atau salah.
Moral: Moral merujuk pada prinsip-prinsip atau standar etika yang membimbing
perilaku individu atau kelompok dalam konteks kebaikan dan keburukan. Moral
dapat dipandang sebagai tanggapan individu terhadap nilai dan norma yang dianut
oleh masyarakat atau kelompok tertentu.
Dengan demikian, nilai membentuk dasar bagi pembentukan norma, dan norma tersebut
menciptakan landasan bagi moralitas individu atau kelompok. Keseluruhan hubungan ini
menciptakan kerangka kerja etika yang memengaruhi perilaku dan interaksi sosial dalam
suatu masyarakat.
A. Filsafat politik Komunisme, Demokrasi, dan Fascisme mewakili ideologi yang berbeda
dalam pendekatan terhadap organisasi politik dan ekonomi. Berikut perbandingan singkat
ketiganya:
Komunisme:
- Prinsip Utama: Pemilikan kolektif atas sumber daya dan eliminasi kelas sosial.
- Organisasi Ekonomi: Ekonomi direncanakan dan dimiliki oleh negara atau
masyarakat secara keseluruhan.
- Politik: Terdapat pemerintahan partai tunggal dengan tujuan akhir mencapai
masyarakat tanpa kelas.
Demokrasi:
- Prinsip Utama: Pemerintahan oleh rakyat, kebebasan individu, dan
perlindungan hak asasi manusia.
- Organisasi Ekonomi: Mayoritas demokrasi umumnya mendukung ekonomi
pasar dengan regulasi pemerintah.
- Politik: Sistem pemerintahan yang melibatkan partisipasi warga dalam
pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui perwakilan.
Fascisme:
- Prinsip Utama: Kepemimpinan otoriter, nasionalisme ekstrim, dan penekanan
pada kekuatan negara.
- Organisasi Ekonomi: Sektor swasta dipertahankan, tetapi pemerintah memiliki
kendali kuat dalam pengaturan dan arah ekonomi.
- Politik: Kepemimpinan kuat, sering kali otoriter atau diktator, dengan
penekanan pada kepatuhan terhadap negara dan penghormatan terhadap
otoritas.
Perbedaan mendasar antara ketiganya terletak pada prinsip dasar, pendekatan terhadap
kepemilikan ekonomi, dan struktur pemerintahan. Sementara demokrasi menekankan
partisipasi rakyat, komunisme mengejar kesetaraan dan kepemilikan kolektif, sementara
fasisme menonjolkan kekuatan dan otoritas negara.
B. Pancasila sebagai etika politik memiliki lima prinsip dasar yang mencerminkan tuntutan
dasar etika politik modern. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai masing-masing
prinsip tersebut:
Logika internal Pancasila sesuai dengan tuntutan etika politik modern karena mencakup
aspek-aspek penting seperti kebebasan, keadilan, hak asasi manusia, demokrasi, dan
pemerintahan yang baik. Prinsip-prinsip tersebut menciptakan kerangka kerja etika politik
yang relevan dengan nilai-nilai universal dan prinsip-prinsip demokratis dalam konteks
masyarakat modern.
6. Perbedaan antara rumusan Pancasila dalam Piagam Jakarta dan rumusan yang disahkan
sekarang terkait dengan perjalanan sejarah Indonesia, terutama pada masa awal kemerdekaan.
Berikut beberapa faktor yang memengaruhi perbedaan tersebut:
Konteks Sejarah: Piagam Jakarta disusun pada 22 Juni 1945, sebelum proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Pada saat itu, situasi politik dan
keamanan sangat kompleks, dan perumusan Pancasila lebih bersifat sementara
untuk memenuhi kebutuhan mendesak.
Perkembangan Pemikiran: Setelah proklamasi kemerdekaan, pemikiran dan
pandangan mengenai karakter dan nilai-nilai Pancasila mengalami perkembangan.
Proses penyempurnaan dan pemantapan terus berlangsung seiring waktu,
melibatkan banyak pemikir, politisi, dan tokoh masyarakat.
Sidang-sidang BPUPKI dan PPKI: Perkembangan lebih lanjut terjadi melalui
sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dalam sidang-
sidang tersebut, rumusan Pancasila mengalami perbaikan dan penyesuaian untuk
mencerminkan pemikiran yang lebih matang.
Konsultasi dan Kompromi: Proses penyusunan rumusan Pancasila melibatkan
konsultasi dan kompromi antara berbagai kelompok dan fraksi yang ada di
BPUPKI dan PPKI. Ini mencerminkan dinamika perdebatan dan negosiasi yang
terjadi pada masa itu.
Perbedaan tersebut mencerminkan evolusi pemikiran dan proses perumusan Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia. Meskipun Piagam Jakarta memiliki peran historis yang penting,
rumusan Pancasila yang disahkan kemudian mencerminkan hasil konsolidasi dan kesepakatan
yang lebih luas di antara pemimpin dan tokoh masyarakat Indonesia pada masa itu.
Seiring berjalannya waktu dan setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,
pemikiran mengenai karakter Pancasila mengalami evolusi. Sidang-sidang BPUPKI dan PPKI
memainkan peran penting dalam menata prinsip-prinsipnya. Proses ini melibatkan diskusi,
perdebatan, dan negosiasi antara berbagai kelompok dan fraksi, menciptakan ruang bagi
konsultasi dan kompromi. Puncaknya, pada 18 Agustus 1945, Pancasila disahkan sebagai dasar
negara Indonesia.
9. Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia memiliki perbedaan dengan ideologi negara lain
berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan. Beberapa perbedaan tersebut dapat
ditemukan dalam pendekatan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut adalah tiga
contoh negara dengan ideologi yang berbeda:
Perbedaan ini mencakup prinsip-prinsip dasar seperti konsep kebebasan, hak asasi individu,
kepemilikan ekonomi, dan struktur pemerintahan. Meskipun setiap negara memiliki ciri
khasnya sendiri, Pancasila sebagai ideologi Indonesia menonjolkan nilai-nilai kebhinekaan,
persatuan, dan kesatuan yang mencerminkan konteks sejarah, budaya, dan masyarakat
Indonesia.
10. Demokrasi Pancasila memiliki beberapa fungsi yang penting dalam konteks penerapan sistem
politik di Indonesia. Beberapa fungsi tersebut antara lain:
Pemberdayaan Rakyat:
Demokrasi Pancasila bertujuan untuk memberdayakan rakyat dalam pengambilan
keputusan politik. Dengan memberikan hak suara dan partisipasi aktif, demokrasi
menciptakan ruang bagi rakyat untuk turut serta dalam membentuk kebijakan dan arah
pembangunan.
Menjaga Keseimbangan dan Keadilan:
Fungsi demokrasi Pancasila adalah menjaga keseimbangan kekuasaan di antara
lembaga-lembaga negara dan mencegah terjadinya dominasi satu pihak. Prinsip-prinsip
keadilan sosial dalam Pancasila menjadi panduan untuk mengatasi kesenjangan dan
memastikan pemerataan hasil pembangunan.
Melindungi Hak Asasi Individu:
Demokrasi Pancasila melibatkan perlindungan terhadap hak asasi individu, seperti hak
untuk berserikat, berpendapat, dan memilih pemimpin secara bebas. Ini mencerminkan
nilai-nilai kemanusiaan dan kebebasan yang menjadi dasar demokrasi Pancasila.
Menghormati Kebinekaan dan Pluralitas:
Fungsi demokrasi Pancasila adalah menghormati keberagaman budaya, suku, agama,
dan pandangan politik di Indonesia. Dengan demikian, demokrasi menciptakan ruang
untuk dialog dan kerjasama di antara masyarakat yang beragam.
Menjaga Stabilitas dan Kedamaian:
Demokrasi Pancasila berfungsi untuk menjaga stabilitas dan kedamaian dalam
masyarakat. Melalui proses demokratis, konflik dapat diatasi secara damai, dan
kepentingan berbagai kelompok dapat diperjuangkan tanpa mengancam kestabilan
negara.
Generasi Pancasila yang memasuki ranah politik diharapkan memahami dan menginternalisasi
fungsi-fungsi tersebut guna membangun sistem politik yang adil, demokratis, dan sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.