1. Pancasila mengakui dan melindungi baik hak-hak Individu maupun hak masyarakat baik di
bidang ekonomi maupun politik.
2. Pancasila mengakui hak-hak milik pribadi dan hak-hak Umum. Dalam komunis menyerahkan
semua yang Dimiliki individu pada negara
3. Pancasila.mengakui secara baik kolektivisme maupun individualisme. Sedangkan komunisme
hanya mengakui kolektivisme.
4. Pancasila bukan hanya mengembangkan demokrasiPolitik semata seperti dalam ideologi
liberal-kapitalis,tetapi juga demkrasi ekonomi dengan asas kekeluargaan.
5. Pancasila memberikan kebebasan individu secara bertanggung jawab selaras dengan
kepentingan sosial.(kepentingan individu dalam -kerangka kepentingan sosial).
6. Pancasila dilandasi nilai ketuhanan (religius). Komunisme mengagung-agungkan material
(materialisme) dan kurang menghiraukan aspek Immaterial-religius.
Dalam konteks sosial, penerapan ideologi Pancasila dapat dilihat dalam upaya untuk
menciptakan persatuan, kesatuan, dan gotong royong dalam masyarakat Indonesia. Nilai-nilai
seperti keadilan sosial, persamaan, dan kebersamaan menjadi landasan dalam membangun
hubungan harmonis antarindividu dan kelompok. Misalnya, program-program pemerintah yang
mendukung pengentasan kemiskinan, pendidikan universal, dan perlindungan hak asasi manusia
merupakan contoh konkret dari implementasi nilai-nilai Pancasila dalam konteks sosial.
Di sisi lain, liberalisme menekankan kebebasan individu dalam memilih jalannya sendiri,
termasuk dalam konteks agama, ekonomi, dan kehidupan sosial. Dalam politik, prinsip pemilihan
umum dan kebebasan berekspresi menjadi elemen penting dalam sistem liberal. Misalnya, dalam
masyarakat liberal, individu memiliki kebebasan untuk bergabung dengan partai politik pilihan
mereka atau mendirikan partai politik mereka sendiri.
Dalam konteks politik, Pancasila menekankan pentingnya keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Sebagai ideologi dasar negara Indonesia, Pancasila mengatur hubungan antara
pemerintah dan masyarakat serta antara individu dan kelompok. Pancasila juga mengakui
pentingnya kebebasan beragama, tetapi memberikan keutamaan kepada keyakinan kepada
Tuhan yang Maha Esa sebagai nilai yang mendasar.
Dalam ekonomi, Pancasila mengusung prinsip ekonomi rakyat dengan tujuan mencapai
kesejahteraan kolektif. Prinsip-prinsip seperti gotong royong, keadilan sosial, dan keberlanjutan
lingkungan menjadi landasan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Contoh konkret dari
penerapan ideologi Pancasila dalam konteks ekonomi meliputi program-program pemerintah
yang mendukung sektor-sektor ekonomi yang berorientasi pada rakyat, seperti koperasi, UMKM,
dan pertanian.
Di sisi lain, liberalisme menekankan pasar bebas dan kebebasan ekonomi individu. Dalam sistem
liberal, individu bebas untuk mengembangkan usaha mereka sendiri, berpartisipasi dalam pasar
bebas, dan mengejar keuntungan ekonomi. Contoh konkret dari penerapan ideologi liberalisme
dalam konteks ekonomi adalah negara-negara dengan kebijakan ekonomi yang mengedepankan
privatisasi, deregulasi, dan liberalisasi perdagangan.
Dalam hal kepemilikan sosial, Pancasila mengakui bahwa kepemilikan dapat bersifat individu
maupun kolektif. Prinsip gotong royong dan keadilan sosial menjadi pedoman dalam membagi
sumber daya dan kekayaan secara adil di masyarakat. Contoh konkret dari penerapan ideologi
Pancasila dalam konteks kepemilikan sosial adalah kebijakan redistribusi tanah dan
pemberdayaan masyarakat melalui program-program pembangunan berbasis masyarakat.
Di sisi lain, liberalisme cenderung memprioritaskan kepemilikan individu. Dalam sistem liberal,
individu memiliki hak untuk memiliki dan mengendalikan properti mereka sendiri tanpa campur
tangan negara. Contoh konkret dari penerapan ideologi liberalisme dalam konteks kepemilikan
sosial adalah kebijakan perlindungan hak milik individu dan kebebasan berkontrak.
Secara keseluruhan, perbedaan antara ideologi Pancasila dan ideologi liberalisme mencakup
bidang politik, agama, ekonomi, dan kepemilikan sosial. Pancasila menekankan keseimbangan
hak dan kewajiban, mengakui keberagaman agama tetapi memprioritaskan keyakinan kepada
Tuhan yang Maha Esa, mengikuti prinsip ekonomi rakyat, dan mengakui kepemilikan individu dan
kolektif. Di sisi lain, liberalisme fokus pada hak-hak individu, memungkinkan kebebasan dalam
memilih agama, menekankan pasar bebas dan kebebasan ekonomi individu, dan cenderung
memprioritaskan kepemilikan individu.
Memasuki tahun 1990-an, ideologi komunis mengalami kemerosotan atau mungkin Bisa disebut
juga sebagai kehancuran. Hal ini disebabkan oleh sifat tertutupnya ideologi yang Tidak mungkin
bertahan di era globalisasi. Sementara itu, ideologi liberalisme yang memiliki ciri kebebasan dan
kesetaraan masih dapat bertahan dan tersebar didunia. Masuknya liberalisme di beberapa
negara berkembang menimbulkan terjadinya kebebasan yang tidak terkendali. Oleh karena itu,
Pancasila yang merupakan ideologi terbuka memberikan suatu solusi terhadap permasalahan
tersebut.
Pancasila dan fasisme adalah dua ideologi yang memiliki perbedaan mendasar dalam nilai-nilai,
karakteristik, dan tujuan mereka. Pancasila, sebagai ideologi Indonesia, mendorong nilai-nilai
demokrasi, persatuan, dan keadilan. Sementara itu, fasisme memiliki sifat otoriter dan intoleran.
Pancasila, sebagai ideologi Indonesia, menekankan pentingnya demokrasi sebagai salah satu
prinsipnya. Pancasila menghargai kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi, dan hak asasi
manusia yang dijamin. Pancasila juga menempatkan persatuan sebagai nilai yang penting,
mengakui keragaman masyarakat Indonesia, dan mendorong harmoni antara berbagai kelompok.
Di sisi lain, fasisme memiliki karakteristik otoriter dan intoleran. Fasisme cenderung menekankan
kekuasaan pemerintah yang otoriter dan mengabaikan kebebasan individu. Fasisme juga
cenderung menekankan supremasi ras atau kelompok tertentu, serta menghalangi pluralisme
dan toleransi.
Pentingnya memahami perbedaan antara Pancasila dan fasisme adalah untuk melindungi dan
menjaga keutuhan demokrasi di Indonesia. Dengan memahami nilai-nilai Pancasila yang
menjunjung tinggi demokrasi, persatuan, dan keadilan, kita dapat mencegah munculnya ideologi
yang otoriter dan intoleran seperti fasisme. Melalui pendidikan dan kesadaran akan perbedaan
ini, kita dapat membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan demokratis.