Anda di halaman 1dari 11

Modul 6 Pendidikan Pancasila

Pancasila Sebagai Ideologi (lanjutan)


Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

BAB 6

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI (Lanjutan)

Capaian Pembelajaran

Kompetensi Umum :

- Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa semester 1 (satu) mampu menjelaskan


Pancasila sebagai ideologi

- Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa semester 1 (satu) mampu melaksanakan


nilai-nilai yang terdapat dalam setiap sila-sila dalam Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.

- Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa semester 1 (satu) mampu mengubah


sikap dan perilakunya selama ini yang menyimpang dari nilai-nilai Pancasila dan
menjadi pribadi yang berkarakter Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia.

Kompetensi Softskills :

Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa semester 1 (satu) mahasiswa yang mampu
mengapresiasi nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan
bangsa, serta penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan
bermartabat berlandaskan Pancasila untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal
dan eksternal masyarakat Indonesia.

Kemampuan Akhir:

Mahasiswa mampu menjelaskan Pancasila sebagai ideologi dengan Ideologi besra lainnya
di dunia

9
Modul 6 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai Ideologi (lanjutan)
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN IDEOLOGI BESAR


LAINNYA DI DUNIA

A. IDEOLOGI PANCASILA

Suatu ideologi pada suatu bangsa pada hakikatnya memiliki ciri khas serta
karakteristik masing-masing sesuai dengan sifat dan ciri khas bangsa itu sendiri.
Namun demikian dapat juga terjadi bahwa ideologi pada suatu bangsa datang dari
luar dan dipaksakan keberlakuannya pada bangsa tersebut sehingga tidak
mencerminkan kepribadian dan karakteristik bangsa tersebut. Ideologi Pancasila
sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berkembang melalui suatu proses
yang cukup panjang. Pada awalnya secara kausalitas bersumber dari nilai-nilai yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia yaitu dalam adat istiadat, serta dalam agama-agama
bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu nilai-nilai
Pancasila berasal dari nilai-nilai pandangan hidup bangsa telah diyakini
kebenarannya kemudian diangkat oleh bangsa Indonesia sebagai dasar filsafat
negara dan kemudian menjadi ideologi bangsa dan negara. Oleh karena itu ideologi
Pancasila, ada pada kehidupan bangsa dan terlekat pada kelangsungan hidup bangsa
dalam rangka bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai


makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu dalam ideologi Pancasila
mengakui atas kebebasan dan kemerdekaan individu, namun dalam hidup bersama
sehingga dengan demikian harus mengakui hak-hak masyarakat. Selain itu bahwa
manusia menurut Pancasila berkedudukan kodrat sebagai makhluk pribadi dan
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu nilai-nilai ketuhanan
senantiasa menjiwai kehidupan manusia dalam hidup negara dan masyarakat.
Kebebasan manusia dalam rangka demokrasi tidak melampaui hakikat nilai-nilai
ketuhanan, bahkan dalam rangka ketuhanan terjelma dalam bentuk moral dalam
ekspresi kebebasan manusia.

9
Modul 6 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai Ideologi (lanjutan)
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

B. IDEOLOGI LIBERAL

Pada akhir abad ke-18 di Eropa terutama di Inggris terjadilah suatu revolusi di
bidang ilmu pengetahuan kemudian berkembang ke arah revolusi teknologi dan
industri. Perubahan tersebut membawa perubahan orientasi kehidupan masyarakat
baik di bidang sosial, ekonomi maupun politik. Paham liberalisme berkembang dari
akar-akar rasionalisme yaitu paham yang meletakkan rasio sebagai sumber kebenaran
tertinggi, materialisme yang meletakan materi sebagai nilai tertinggi, empirisme yang
mendasarkan atas kebenaran fakta empiris (yang dapat ditangkap dengan indera
manusia), serta individualisme yang meletakkan nilai dan kebebasan individu sebagai
nilai tertinggi dalam kehidupan masyarakat dan negara.

Berpangkal dari dasar ontologis bahwa manusia pada hakikatnya adalah


sebagai makhluk individu yang bebas. Manusia menurut paham liberalisme
memandang bahwa manusia sebagai manusia pribadi yang utuh dan lengkap dan
terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu memiliki potensi dan
senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Dalam pengertian inilah maka dalam hidup
masyarakat bersama akan menyimpan potensi konflik, manusia akan menjadi
ancaman bagi manusia lainnya yang menurut istilah Hobbes disebut “Homo homini
lupus” sehingga manusia harus membuat suatu perlindungan bersama atas dasar
kepentingan bersama. Negara menurut liberalisme harus tetap menjamin kebebasan
individu, dan untuk itu maka manusia secara bersama-sama mengatur negara.

Atas dasar ontologis hakikat manusia tersebut maka dalam kehidupan


masyarakat bersama yang disebut negara, kebebasan individu sebagai basis
demokrasi bahkan hal ini merupakan unsur yang fundamental. Dasar-dasar
demokrasi inilah yang merupakan referensi model demokrasi di berbagai negara pada
awal abad ke-19 (Poespowardoyo, 1989). Namun demikian dalam kapasitas manusia
sebagai rakyat dalam negara, maka sering terjadi perbedaan persepsi.

Liberalisme tetap pada suatu prinsip bahwa rakyat adalah merupakan ikatan
dari individu-individu yang bebas, dan ikatan hukumlah yang mendasari kehidupan
bersama dalam negara.

9
Modul 6 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai Ideologi (lanjutan)
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

Berdasarkan latar belakang timbulnya paham liberalisme yang merupakan


sintesa dari beberapa paham antara lain paham materialisme, rasionalisme, empirisme
dan individualisme maka dalam penerapan ideologi tersebut dalam negara senantiasa
didasari oleh aliran-aliran serta paham-paham tersebut secara keseluruhan.
Kebebasan manusia dalam realisasi demokrasi senantiasa mendasarkan atas
kebebasan individu di atas segala-galanya. Rasio merupakan hakikat tingkatan
tertinggi dalam negara, sehingga dimungkinkan akan berkedudukan lebih tinggi dari
pada nilai religius. Atas dasar inilah perbedaan sifat serta karakter bangsa sering
menimbulkan gejolak dalam menerapkan demokrasi yang hanya mendasarkan pada
paham liberalisme. Termasuk di Indonesia sendiri pada era reformasi ini yang tidak
semua orang memahami makna demokrasi sehingga penerapan yang dipaksakan
yang tidak sesuai dengan kondisi objektif bangsa dalam kenyataannya menimbulkan
banyak konflik.

Negara liberal hakikatnya mendasarkan pada kebebasan individu. Negara


adalah merupakan alat atau sarana individu, sehingga masalah agama dalam negara
sangat ditentukan oleh kebebasan individu.

Paham liberalisme dalam pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh paham


rasionalisme yang mendasarkan atas kebenaran rasio. Materialisme yang
mendasarkan atas hakikat materi, empirisme yang mendasarkan atas kebenaran
pengalaman indra serta individu yang mendasarkan atas kebebasan individu
(Soeryanto, 1989:185).

Negara memberi kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama dan


menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Namun dalam negara
liberal juga diberi kebebasan untuk tidak percaya terhadap Tuhan atau atheis, bahkan
negara liberal memberi kebebasan warganya untuk menilai dan mengkritik agama
misalnya tentang Nabi, Rasul, Kitab Suci bahkan Tuhan sekalipun. Misalnya Salman
Rusdi yang mengkritik kitab suci dengan tulisan ayat-ayat setan. Karena menurut
paham liberal bahwa kebenaran individu adalah sebagai sumber kebenaran tertinggi.

Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara,


keputusan dan ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat
ditentukan oleh kesepakatan individu-individu sebagai norma agama. Misalnya UU

9
Modul 6 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai Ideologi (lanjutan)
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

Aborsi di negara Irlandia tetap diberlakukan walaupun ditentang oleh Gereja dan
Agama lainnya, karena UU tersebut merupakan hasil referendum. Berdasarkan
pandangan filosofis tersebut hampir dapat dipastikan bahwa dalam sistem negara
liberal membedakan dan memisahkan antara negara dengan agama atau bersifat
sekuler.

Indonesia tidak menerima liberalisme dikarenakan individualisme Barat yang


mengutamakan kebebasan makhluknya, sedangkan paham integralistik yang kita anut
memandang manusia sebagai individu dan sekaligus juga makhluk sosial (Alfian
dalam Oesman dan Alfian, 1990: 201). Negara demokrasi model Barat lazimnya
bersifat sekuler, dan hal ini tidak dikehendaki oleh segenap elemen bangsa Indonesia
(Kaelan, 2012: 254). Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Kaelan yang
menyebutkan bahwa negara liberal memberi kebebasan kepada warganya untuk
memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.
Namun dalam negara liberal diberikan kebebasan untuk tidak percaya terhadap
Tuhan atau atheis, bahkan negara liberal memberi kebebasan warganya untuk menilai
dan mengkritik agama. Berdasarkan pandangan tersebut, hampir dapat dipastikan
bahwa sistem negara liberal membedakan dan memisahkan antara negara dan agam
atau bersifat sekuler (Kaelan, 2000: 231).

Berbeda dengan Pancasila, dengan rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa telah
memberikan sifat yang khas kepada negara Indonesia, yaitu bukan merupakan negara
sekuler yang memisah-misahkan agama dengan negara (Kaelan, 2000: 220).

Tentang rahasia negara-negara liberal, Soerjono Poespowardojo mengatakan


bahwa kekuatan liberalisme terletak dalam menampilkan individu yang memiliki
martabat transenden dan bermodalkan kebendaan pribadi.

Sedangkan kelemahannya terletak dalam pengingkaran terhadap dimensi


sosialnya sehingga tersingkir tanggung jawab pribadi terhadap kepentingan umum
(Soeprapto dalam Nurdin, 2002: 40-41). Karena alasan-alasan seperti itulah antara
lain kenapa Indonesia tidak cocok menggunakan ideologi liberalisme.

9
Modul 6 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai Ideologi (lanjutan)
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

C. IDEOLOGI KOMUNIS

Berbagai macam konsep dan paham sosialisme sebenarnya hanya paham


komunismelah sebagai paham yang paling jelas dan lengkap. Paham ini adalah
sebagai bentuk reaksi diatas perkembangan masyarakat kapitalis sebagai hasil dari
ideologi liberal. Berkembangnya paham individualisme liberalisme yang berakibat
munculnya masyarakat kapitalis menurut paham ini mengakibatkan penderitaan
rakyat, sehingga komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan rakyat kecil oleh
kalangan kapitalis yang didukung pemerintah.

Bertolak belakang dengan paham liberalisme individualisme, maka


komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx memandang bahwa
hakikat, kebebasan dan hak individu itu tidak ada. Ideologi komunisme mendasarkan
pada suatu keyakinan bahwa manusia pada hakikatnya adalah hanya makhluk sosial
saja. Manusia pada hakikatnya adalah merupakan sekumpulan relasi, sehingga yang
mutlak adalah komunitas dan bukannya individualitas. Hak milik pribadi tidak ada
karena hal ini akan menimbulkan kapitalisme yang pada gilirannya akan melakukan
penindasan pada kaum proletar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa individualisme
merupakan sumber penderitaan rakyat.

Oleh karena itu hak milik individual harus diganti dengan hak milik kolektif,
individualisme diganti sosialisme komunis. Oleh karena tidak adanya hak individu,
maka dapat dipastikan bahwa menurut paham komunisme bahwa demokrasi
individualis itu tidak ada yang ada adalah hak komunal.

Dalam masyarakat terdapat kelas-kelas yang saling berinteraksi secara


dialektis, yaitu kelas kapitalis dan kelas proletar, buruh. Walaupun kedua hal tersebut
bertentangan namun saling membutuhkan. Kelas kapitalis senantiasa melakukan
penindasan atas kelas buruh proletar. Oleh karena itu harus dilenyapkan. Hal ini
hanya dapat dilakukan melalui suatu revolusi. Hal inilah yang merupakan konsep
kaum komunis untuk melakukan suatu perubahan terhadap struktur masyarakat.

Untuk merubah suatu suprastruktur masyarakat harus dilakukan dengan


mengubah secara revolusioner infrastruktur masyarakat.

9
Modul 6 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai Ideologi (lanjutan)
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

Menurut komunisme ideologi hanya diperuntukkan bagi masyarakat secara


keseluruhan. Etika ideologi komunisme adalah mendasarkan suatu kebaikan hanya
pada kepentingan demi keuntungan kelas masyarakat secara totalitas. Atas dasar
inilah maka komunisme mendasarkan moralnya pada kebaikan yang relativ demi
keuntungan kelasnya, oleh karena itu segala cara dapat dihalalkan.

Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara adalah sebagai manifestasi


dari manusia sebagai makhluk komunal. Mengubah masyarakat secara revolusioner
harus berakhir dengan kemenangan pada pihak kelas proletar. Sehingga pada
gilirannya pemerintahan negara harus dipegang oleh orang-orang yang meletakkan
kepentingan pada kelas proletar. Demikian juga hak asasi dalam negara hanya
berpusat pada hak kolektif, sehingga hak individual pada hakikatnya adalah tidak
ada. Atas dasar pengertian inilah maka sebenarnya komunisme adalah anti demokrasi
dan hak asasi manusia.

Paham komunisme dalam memandang hakikat hubungan negara dengan


agama mendasarkan pada pandangan filosofis materialisme dialektis dan
materialisme historis. Hakikat kenyataan tertinggi menurut paham komunisme adalah
materi. Namun materi menurut komunisme berada pada ketegangan intern secara
dinamis bergerak dari keadaan (tesis) ke keadaan lain (antitesis) kemudian
menyatukan (sintesis) ke tingkat yang lebih tinggi. Selanjutnya sejarah sebagaimana
berlangsungnya suatu proses sangat ditentukan oleh fenomena-fenomena dasar, yaitu
dengan suatu kegiatan-kegiatan yang paling material yaitu fenomena-fenomena
ekonomis. Dalam pengertian inilah menurut Komunisme yang dipelopori oleh Karl
Marx, menyatakan bahwa manusia adalah merupakan suatu hakikat yang
menciptakan dirinya sendiri dengan menghasilkan sarana-sarana kehidupan sehingga
sangat menentukan dalam perubahan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan bahkan
agama. Dalam pengertian ini maka komunisme berpaham atheis, karena manusia
ditentukan oleh dirinya sendiri. Agama menurut komunisme adalah suatu kesadaran
diri bagi manusia yang kemudian menghasilkan masyarakat negara.

Agama menurut komunisme adalah realisasi fanatis makhluk manusia, agama


adalah keluhan makhluk tertindas. Oleh karena itu menurut komunisme Marxis,
agama adalah merupakan candu masyarakat (Marx, dalam Louis Leahy, 1992:97,98).

9
Modul 6 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai Ideologi (lanjutan)
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat


antitheis, melarang dan menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam negara
adalah materi sehingga nilai manusia ditentukan oleh materi. Komunisme tidak
pernah diterima dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan negara
komunisme lazimnya bersifat atheis yang menolak agama dalam suatu Negara.
Sedangkan Indonesia sebagai negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
merupakan pilihan kreatif dan merupakan proses elektis inkorporatif. Artinya pilihan
negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa adalah khas dan nampaknya
sesuai dengan kondisi objektif bangsa Indonesia (Kelan, 2012: 254-255).

Selain itu, ideologi komunis juga tidak menghormati manusia sebagai


makhluk individu. Prestasi dan hak milik individu tidak diakui. Ideologi komunis
bersifat totaliter, karena tidak membuka pintu sedikit pun terhadap alam pikiran lain.
Ideologi semacam ini bersifat otoriter dengan menuntut penganutnya bersikap
dogmatis, suatu ideologi yang bersifat tertutup. Berbeda dengan Pancasila yang
bersifat terbuka, Pancasila memberikan kemungkinan dan bahkan menuntut sikap
kritis dan rasional. Pancasila bersifat dinamis, yang mampu memberikan jawaban
atas tantangan yang berbeda-beda dalam zaman sekarang (Poespowardojo, 1989:
203-204).

Pelarangan penyebaran ideologi komunis ditegaskan dalam Tap MPR No.


XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI, pernyataan sebagai organisasi terlarang
di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan
larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran
komunisme/marxisme dan leninisme yang diperkuat dengan Tap MPR No.
IX/MPR/1978 dan Tap MPR No VIII/MPR/1983.

9
Modul 6 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai Ideologi (lanjutan)
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

PERBANDINGAN
IDEOLOGI PANCASILA DENGAN IDEOLOGI BESAR DUNIA YANG LAIN

IDEOLOGI
LIBERALISME KOMUNISME SOSIALISME PANCASILA
ASPEK

POLITIK/ - Demokrasi liberal - Demokrasi rakyat - Demokrasi - Demokrasi

- Hukum untuk - Berkuasa mutlak satu untuk Pancasila


HUKUM
melindungi individu parpol kolektivitas - Hukum untuk

- Dalam politik - Hukum untuk - Diutamakan menjunjung tinggi

mementingkan melanggengkan komunis kebersamaan keadilan dan

individu - Masyarakat keberadaban

sama dengan individu dan

negara masyarakat

EKONOMI - Peran negara kecil - Peran negara dominan - Peran negara - Peran negara ada

- Swasta - Demi kolektivitas ada untuk untuk tidak terjadi

mendominasi berarti demi negara pemerataan monopoli, dll yang

- Kapitalisme - Monopoli negara - Keadilan merugikan rakyat

- Monopoli distributif yang - Pelaku ekonomi :

- Persaingan bebas diutamakan BUMN (Negara)

KOPERASI

(Rakyat),

SWASTA

9
Modul 6 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai Ideologi (lanjutan)
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

(Individu)

AGAMA - Agama urusan - Agama candu - Agama harus - Bebas memilih

pribadi masyarakat mendorong salah satu agama

- Bebas beragama - Agama harus berkembangnya - Agama harus

- Bebas memilih dijauhkan dari kebersamaan menjiwai dalam

agama masyarakat kehidupan

- Bebas tidak - Atheis bermasyarakat,

beragama berbangsa dan

bernegara

PANDANGA - Individu lebih - Individu tidak penting - Masyarakat - Individu diakui

N penting daripada - Masyarakat tidak lebih penting keberadaannya

TERHADAP masyarakat penting daripada - Masyarakat

INDIVIDU - Masyarakat - Kolektivitas yang individu diakui

DAN MASY. diabdikan bagi dibentuk negara lebih keberadaannya

individu penting - Hubungan

individu dan

masyarakat

dilandasi 3S

(Selaras, Serasi,

Seimbang)

- Masyarakat ada

karena ada individu

- Individu akan

mempunyai arti

9
Modul 6 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai Ideologi (lanjutan)
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

apabila hidup di

tengah masyarakart

CIRI KHAS - Penghargaan atas - Atheisme - Kebersamaan - Keselarasan,

HAM - Dogmatisme - Akomodasi keseimbangan, dan

- Demokrasi - Otoriter - Jalan tengah keserasian dalam

- Negara Hukum - Ingkar HAM setiap aspek

- Menolak - Reaksi terhadap kehidupan

Dogmatis Liberalisme dan

- Reaksi terhadap Kapitalisme

absolutisme

Anda mungkin juga menyukai