Anda di halaman 1dari 11

Modul 12 Pendidikan Pancasila

Pancasila Sebagai paradigma Pembangunan


Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

MODUL 12

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

Capaian Pembelajaran

Kompetensi Umum:

- Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa semester 1 (satu) mampu

menjelaskan Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

-Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa semester 1 (satu) mampu

melaksanakan nilai-nilai yang terdapat dalam setiap sila-sila dalam Pancasila

dalam kehidupan sehari-hari.

-Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa semester 1 (satu) mampu

mengubah sikap dan perilakunya selama ini yang menyimpang dari nilai-nilai

Pancasila dan menjadi pribadi yang berkarakter Pancasila sebagai kepribadian

bangsa Indonesia.

Kompetensi Softskills:

Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa semester 1 (satu) mahasiswa yang

mampu mengapresiasi nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah

air dan kesatuan bangsa, serta penguatan masyarakat madani yang demokratis,

berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan Pancasila untuk mampu berinteraksi

dengan dinamika internal dan eksternal masyarakat Indonesia.

Kemampuan Akhir:

Mahasiswa mampu menjelaskan Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan


Modul 12 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai paradigma Pembangunan
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

A. Pengertian Paradigma

Kata paradigma berasal dari bahasa Inggris “paradigm” yang

berarti model, pola, atau contoh. Paradigma juga berarti suatu gugusan sistem

pemikiran, cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara

pemecahan masalah yang dianut suatu masyarakat tertentu.

Istilah “Paradigma” dikembangkan oleh Thomas S. Kuhn dalam

bukunya The Structure of Scientific Revolution (1970:49) Paradigma dalam

ilmu pengetahuan merupakan suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis yang

umum (yang merupakan sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber

hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat

menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.

Dalam perkembangan istilah paradigma, mengandung konotasi

pengertian sebagai sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas,

arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan dan proses dalam bidang

tertentu termasuk dalam bidang pembangunan dan reformasi pendidikan.

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Pancasila sebagai paradigma pembangunan itu sendiri mempunyai

arti nilai-nilai pancasila sebagai normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan

tolak ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalani Indonesia. Hal

ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia

atas pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.


Modul 12 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai paradigma Pembangunan
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

Pancasila sebagai paradigma dapat dijabarkan dalam pembangunan

sehingga proses serta hasil pembangunan sesuai dengan Pancasila. Misalnya :

1. Pembangunan tidak boleh bersifat pragmatis , ialah pembangunan itu tidak

hanya mementingkan tindakan nyata serta mengabaikan pertimbangan etis.

2. Pembangunan tidak boleh bersifat ideologis, ialah secara mutlak melayani

Ideologi tertentu serta mengabaikan manusia nyata.

3. Pembangunan harus menghormati HAM, ialah pembangunan tidak boleh

mengorbankan manusia nyata melainkan menghormati harkat

serta martabat bangsa.

4. Pembangunan dilaksanakan secara demokratis, artinya ialah  melibatkan

masyarakat sebagai tujuan pembangunan dalam pengambilan keputusan

dan yang menyangkut kebutuhan mereka.

5. Diperioritaskan pada suatu penciptaan taraf minimum keadilan sosial,

ialah mengutamakan mereka yang paling lemah untuk dapat

menghapuskan kemiskinan struktural.

Kemiskinan struktural, ialah kemiskinan yang timbul bukan akibat

malasnya individu atau warga Negara, tetapi melainkan diakibatkan

dengan adanya struktur-struktur sosial yang tidak adil.

Sebagai paradigma pembangunan, Pancasila juga mempunyai

kedudukan sebagai:

 Cita-cita bangsa Indonesia


Modul 12 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai paradigma Pembangunan
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

 Jiwa bangsa.

 Moral Pembangunan.

 Dasar negara Republik Indonesia.

C. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK

Perkembangan IPTEK yang semakin cepat bisa mempengaruhi

segala aspek kehidupan dan budaya. Bisa berpengaruh positif tetapi juga bisa

berpengaruh negatif. Apalagi di era modern ini masuknya IPTEK disengaja

atau tidak akan membawa nilai – nilai asing yang dapat mempengaruhi gaya

hidup, sikap hidup maupun pikiran kita.

IPTEK mampu membantu manusia dan memudahkan kehidupan

manusia. Selain itu IPTEK penting bagi lembaga pendidikan sehingga IPTEK

tidak bisa dipisahkan dari lembaga pendidikan. IPTEK dengan pendidikan

memiliki hubungan yang erat. Karena pendidikan sangat dipengaruhi oleh

perkembangan IPTEK dan IPTEK merupakan salah satu materi pengajaran

sebagai bagian dari pendidikan. Oleh karena itu agar IPTEK bisa membantu

untuk memudahkan kebutuhan manusia maka dalam menggunakan IPTEK

harus dengan cara yang tepat.

Tetapi Realitas yang ada justru IPTEK disalahgunakan kebanyakan

oleh remaja, juga sering dilakukan oleh para ilmuan.. Karena kondisi yang

seperti itu maka perlu adanya landasan bagi pengembangan IPTEK yaitu

Pancasila. Agar dalam pemgembangan IPTEK bisa berdampak positif dan

bisa mensejahterakan manusia serta tidak disalahgunakan. Setiap sila demi


Modul 12 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai paradigma Pembangunan
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

sila pada Pancasila mengandung hal – hal yang penting dalam pengembangan

IPTEK dan menunjukkan sistem etika dalam pengembangan IPTEK.

Pancasila berperan memberikan beberapa prinsip etis kepada ilmu,

sebagai berikut:

a. Martabat manusia sebagai pribadi, sebagai subjek tidak boleh diperalat

untuk kepentingan iptek, riset.

b. Prinsip “tidak merugikan”, harus dihindari kerusakan yang mengancam

kemanusiaan.

c. Iptek harus sedapat mungkin membantu manusia melepaskan kesulitan-

kesulitan hidupnya.

d. Harus dihindari adanya monopoli iptek.

e. Diharuskan adanya kesamaan pemahaman antara ilmuwan dan agamawan,

yaitu bahwa iman memancar dalam ilmu sebagai usaha memahami

“sunnatullah”, dan ilmu menerangi jalan yang telah ditunjukkan oleh iman.

f. Pancasila sebagai paradigma perlu dipahami dasar dan arah penerapannya

yaitu pada aspek:

Pertama: Ontologis, yaitu hakikat iptek merupakan aktifitas manusia yang

tidak mengenal titik henti dalam upaya mencari dan menemukan

kebenaran serta kenyataan. Iptek harus dipandang secara utuh sebagai

masyarakat, proses dan produk.


Modul 12 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai paradigma Pembangunan
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

Kedua: Epistemologi, nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai “metode

berpikir”, dalam arti sebagai dasar dan arah dalam mengembangkan ilmu,

serta sebagai parameter kebenarannya.

Ketiga: Aksiologi, dengan menggunakan epistemologi tersebut

kemanfaatan dan efek pengembangan iptek secara negatif tidak

bertentangan dengan ideal Pancasila, dan secara positif mendukung atau

mewujudkan nilai-nilai Pancasila.

D. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Kata reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dari

akar kata reform, sedangkan secara harfiah reformasi mempunyai pengertian

suatu gerakan yang memformat ulang, menata ulang, menata kembali hal-hal

yang telah menyimpang, untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula

sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan oleh rakyat.

Suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat :

1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-

penyimpangan.

2. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka

struktural tertentu, dalam hal ini pancasila sebagai ideologi bangsa dan

Negara Indonesia.

3. Gerakan reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem Negara

demokrasi, bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat


Modul 12 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai paradigma Pembangunan
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

4. Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan kearah kondisi serta keadaan

yang lebih baik, perubahan yang dilakukan dalam reformasi harus

mengarah pada suatu kondisi kehidupan rakyat yang lebih baik dalam

segala aspek.

5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia

yang berkebutuhan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan

kesatuan bangsa.

Gerakan reformasi harus dimasukkan dalam kerangka Pancasila,

sebagai landasan cita-cita dan ideologi negara Indonesia, agar tidak terjadi

anarkisme yang menyebabkan hancurnya bangsa dan negara Indonesia.

Setiap sila mempunyai nilai dalam paradigma reformasi:

a. Reformasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, gerakan

reformasi berdasarkan pada moralitas ketuhanan dan harus mengarah pada

kehidupan yang baik sebgai manusia makhluk tuhan.

b. Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya,

gerakan reformasi berlandaskan pada moral kemanusiaan sebagai upaya

penataan kehidupan yang penuh penghargaan atas harkat dan martabat

manusia

c. Reformasi yang berdasarkan nilai persatuan. Artinya, gerakan reformasi

harus menjamin tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia sebagai satu

kesatuan.
Modul 12 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai paradigma Pembangunan
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

d. Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan. Artinya, seluruh

penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus dapat

menempatkan rakyat sebagai subjek dan pemegang kedaulatan.

e. Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Artinya, gerakan reformasi harus memiliki visi yang jelas, yaitu

demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

E. Aktualisasi Pancasila

E.1. Pengertian Aktualisasi Pancasila

Aktualisasi Pancasila berarti penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam

bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila dijumpai dalam bentuk norma hukum,

kenegaraan, dan norma-norma moral. Sedangkan realisasinya dikaitkan

dengan tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat, berbangsa dan

bernegara, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara.

E.2 Jenis-Jenis Aktualisasi Pancasila

Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

Aktualisasi Pancasila yang Obyektif, berarti realisasi penjabaran nilai-nilai

Pancasila dalam bentuk norma-norma dalam setiap aspek penyelenggara

negara, baik di bidang legislatif, eksekutif, yudikatif maupun semua bidang

kenegaraan lainnya.Aktualisasi Pancasila yang obyektif, terutama dengan

peraturan perundang-undangan Indonesia dan Aktualisasi Pancasila yang

Subyektif berarti realisasi penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk


Modul 12 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai paradigma Pembangunan
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

norma-norma dalam setiap pribadi, perseorangan, setiap warga negara, setiap

individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia.

Aktualisasi Pancasila yang subyektif ini lebih berkaitan dengan norma-norma

moral. Jika aktualisasi Pancasila yang subyektif ini telah tercapai, berarti

nilai-nilai Pancasila telah melekat dalam hati sanubari bangsa Indonesia, dan

yang demikian itu disebut dengan kepribadian Pancasila. Dengan ini pula,

maka bangsa Indonesia telah memiliki suatu ciri khas, sehingga bangsa

Indonesia berbeda dengan bangsa lainnya.

Aktualisasi Pancasila yang subyektif lebih penting artinya jika

dibandingkan dengan aktualisasi Pancasila yang obyektif. Hal ini disebabkan

karena aktualisasi Pancasila yang subyektif merupakan persyaratan

keberhasilan aktualisasi Pancasila yang obyektif.

E.3 Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Kampus

Aktualisasi Pancasila dalam kehidupan kampus berarti realisasi

penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma dalam setiap

aspek kehidupan kampus.

Aktualisasi Pancasila dalam kehidupan kampus merupakan

aktualisasi Pancasila yang obyektif, karena dilaksanakan dalam suatu

lembaga, dalam hal ini lembaga pendidikan atau lembaga akademik, yaitu

kolektifitas masyarakat yang ilmiah.Aktualisasi Pancasila dalam kehidupan

kampus ini dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat kampus, seperti

dosen, mahasiswa, tenaga administrasi.


Modul 12 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai paradigma Pembangunan
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

Kampus Sebagai Moral Force Pengembangan Hukum :

Dalam bidang hukum, kampus dapat memberikan bekal pengetahuan

dan pengertian hukum secara benar kepada masyarakat, melalui tiga

tingkatan, yaitu :

 Interpretasi, bertujuan untuk mengetahui pengertian obyektif dari apa yang

termaktub dalam peraturan hukum.

 Konstruksi, adalah pembentukan juridis yang terdiri atas bagian-bagian

atau unsur yang tertentu, dengan tujuan agar supaya apa yang termaktub

dalam pembentukan itu merupakan pengertian yang jelas dan terang.

 Sistematik, adalah mengadakan sistem dalam suatu bagian hukum pada

khususnya atau seluruh bidang hukum pada umumnya. Maksudnya ialah

agar supaya peraturan-peraturan yang banyak dan beraneka warna itu

memberi kegunaan maksimal kepada masyarakat.

Dengan mengerti akan makna dari hukum positif serta memperkuat

konstruksi dan sistemik, maka masyarakat dan penegak hukum itu tidak saja

mengetahui adanya peraturan-peratuan hukum yang berlaku, tetapi juga

maksudnya, baik sebagai peraturan khusus maupun dalam rangkaiannya

dengan peraturan-peraturan lain yang merupakan konstruksi hukum yang

tertentu dengan tujuan tertentu atau sebagai pengecualian dari peraturan lain.

Dengan demikian orang lalu tidak ragu apabila menghadapi suatu

yang kompleks kejadian itu sebab alasan-alasan yang dipakai dapat

menentukan hukumnya. Kompleks tersebut bukan alasan-alasan yang


Modul 12 Pendidikan Pancasila
Pancasila Sebagai paradigma Pembangunan
Disusun Oleh: Gadis Ranti, S.H., M.Kn

subyektif menurut keinginan atau kehendak sendiri yang tergantung dari

keadaan masing-masing, tetapi alasan obyektif menurut ketentuan ilmiah

sehingga boleh diuji dan diteliti kebenarannya oleh siapapun juga. Ketika

kampus, melalui kegiatan akademik dan pengadian masyarakat mampu

memberikan penerangan dan pengertian yang benar kepada masyarakat, maka

itu merupakan sumbangan yang sangat besar dalam pengembangan dan

penegakan supremasi hukum di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai