Anda di halaman 1dari 15

MEMAHAMI, MEMAKNAI, DAN MENGAKTUALISASIKAN PANCASILA

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dam Kerwarganegaraan

Dosen pengampu : Siswanto S.H.I., M.S.I.

Disusun oleh :

 Raifa Futri Haryono 2102016143


 Hamdan Yazid 2102016146
 Arini Astari 2102016148
 Rafi Al Azar 2102016154

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian


masyarakat, sekaligus merupakan tempat persemaian dan perkembangan nilai-nilai
luhur. Kampus merupakan wadah perkembangan nilai-nilai moral, di mana seluruh
warganya diharapkan menjunjung tinggi sikap yang menjiwai moralitas yang tinggi
dan dijiwai oleh pancasila.

Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat memberikan


kekuatan moral yang mendukung lahir dan berkembangnya sikap mencintai
kebenaran dan keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Masyarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benar-benar


mengamalkan budaya akademik. Masyarakat kampus wajib senantiasa bertanggung
jawab secara moral atas kebenaran obyektif, bertanggung jawab terhadap masarakat
bangsa dan negara, serta mengabdi pada kesejahteraan kemanusiaan. Oleh karena itu
sikap masyarakat kampus tidak boleh tercemar oleh kepentingan-kepentingan politik
penguasa sehingga benar-benar luhur dan mulia.

Kampus merupakan wadah atau tempat di mana mahasiswa menuntut ilmu


pengetahuan. Perguruan tinggi yang umumnya biasa kita sebut itu tentu di dalamnya
tidak lepas dari peran mahasiswa yang merupakan objek utama yang dijadikan hal
pokok dalam permasalahan ini.

Dalam penegakkan hak asasi manusia tersebut mahasiswa sebagai kekuatan


moral harus bersifat obyektif dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi
harkat dan martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan
kekuatan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan
negara Indonesia. Perlu disadari bahwa dalam menegakan hak asasi manusia
pelanggaran terhadap hak asasi manusia dapat dilakukan oleh seseorang, kelompok
orang termasuk aparat negara, penguasa negara baik disengaja maupun tidak
disengaja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa engertian aktualisasi Pancasila?
2. Apa yang dimaksud dengan Tri Dharma Kampus?
3. Apa pengertian budaya akademik?
4. Apa yang dimaksud kampus sebagai moral force dan pengembangan penegakkan
hukum dan HAM?

C. Tujuan

Mahasiswa mampu memahami, memaknai dan mengaktualisasikan Pancasila.


Mahasiswa memahami Tri Darma Perguruan Tinggi dan Budaya
AkademikTerciptanya mahasiswa / lulusan yang kompeten, kritis dan jujur dalam
upaya meningkatkan kualitas kehidupan dan pembangunan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aktualisasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, aktualisasi diambil dari kata


actual yaitu “betul – betul ada (terlaksana)”. Jadi aktualisasi Pancasila adalah
mengaplikasikan atau mewujudkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia mengandung konsekuensi


setiap aspek dalam penyelenggaraan negara dan sikap dan tingkah laku bangsa
Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara harus berdasar pada nilai – nilai
Pancasila. Hakikat Pancasila adalah bersifat universal, tetap dan tidak berubah. Nilai
– nilai tersebut perlu dijabarkan dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan negara
dan dalam wujud norma – norma baik norma hukum, kenegaraan, maupun norma –
norma moral yang harus dilaksanakan oleh setiap warga negara Indonesia.

Permasalah pokok dalam aktualisasi Pancasila adalah bagaimana wujud


realisasinya itu, yaitu bagaimanna nilai – nilai pancasila yang universal itu dijabarkan
dalam bentuk – bentuk norma yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah – laku
semua warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam
kaitannya dengan segala aspek penyelenggaraan negara.

Berdasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia bahwa setiap manusia adalah
sebagai individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Kesepakatan kita sebagai
suatu kesepakatan yang luhur untuk mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan
pada Pancasila mengandung konsekuensi bahwa kita harus merealisasikan Pancasila
itu dalam setiap aspek penyelenggaraan negara dan tingkah – laku dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bagi bangsa Indonesia merealisasikan
Pancasila adalah merupakan suatu keharusan moral maupun yuridis.

Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi


Pancasila obyektif dan subyektif :
1. Aktualisasi Objektif
Aktualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam
berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara
antara lain legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi
bidang – bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum
terutama dalam penjabaran ke dalam undang - undang, GBHN, pertahanan
keamanan, pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya.

2. Aktualisasi Subjektif
Aktualisasi Pancasila subyektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam
setiap pribadi, perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap
penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia dalam aspek moral
dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi Pancasila
yang subjektif ini justru lebih penting dari aktualisasi yang objektif, karena
aktualisasi subjektif ini merupakan persyaratan keberhasilan aktualisasi
yang objektif.
Pelaksanaan Pancasila yang subjektif sangat berkaitan dengan
kesadaran, ketaatan, serta kesiapan individu untuk mengamalkan Pancasila.
Pelaksanaan Pancasila yang subjektif akan terselenggara dengan baik
apabila suatu keseimbangan kerohanian yang mewujudkan suatu bentuk
kehidupan dimana kesadaran wajib hukum telah terpadu menjadi kesadaran
wajib moral, sehingga dengan demikian suatu perbuatan yang tidak
memenuhi wajib untuk melaksanakan Pancasila bukan hanya akan
menimbulkan akibat moral, dan ini lebih ditekankan pada sikap dan tingkah
– laku seseorang. Sehingga Aktualisasi Pancasila yang subjektif berkaitan
dengan norma – norma moral.
B. Pengertian Tri Dharma

Tri Dharma berasal dari Bahasa Sansekerta. Tri berarti tiga dan Dharma
berarti kewajiban.

Maka Tri Dharma adalah tiga kewajiban yang ada dalam perguruan tinggi.
Tiga kewajiban yang dimaksud adalah pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.

Setiap komponen yang ada di perguruan tinggi yakni sivitas akademika


mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan dan melaksanakan Tri Dharma
Perguruan Tinggi ini.

Hal ini diperkuat dengan adanya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang ini berbunyi: perguruan tinggi
berkewajiban menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.

Tri Dharma Perguruan Tinggi juga dapat didefinisikan sebagai tujuan yang
harus dicapai perguruan tinggi.

Mengapa harus mengimplementasikan Tri Dharma?

Untuk menciptakan generasi muda yang terpelajar dengan pemikiran inovatif,


kreatif, dan mandiri. Melalui tiga kewajiban tersebut, upaya untuk membentuk
generasi intelektual yang mampu membangun bangsa di berbagai sektor dapat
dicapai.

Untuk itu perguruan tinggi di Indonesia berusaha untuk melaksanakan Tri


Dharma ini dengan sebaik dan semaksimal mungkin. Berusaha secara terus-menerus
agar bisa mengimplementasikannya. Membuat kebijakan dan peraturan yang
mendukung tercapainya Tri Dharma ini.

Makna dan Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi

Seperti yang telah disinggung sedikit. 3 poin dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi
adalah sebagai berikut.
a. Pendidikan dan Pengajaran
b. Penelitian dan Pengembangan
c. Pengabdian Kepada Masyarakat

3 poin dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut mempunyai pengertian dan ruang
lingkupnya sendiri-sendiri.

1. Pendidikan dan Pengajaran

Dalam Undang-Undang Pendidikan Tinggi, pendidikan adalah usaha sadar


dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan dalam konteks ini berarti perguruan tinggi mempunyai peranan


penting untuk melahirkam bibit unggul melalui pendidikan dan pengajaran yang
berkualitas. Sehingga perguruan tinggi menghasilkan generasi penerus bangsa yang
cerdas sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa.

2. Penelitian dan Pengembangan

Poin selanjutnya adalah penelitian dan pengembangan. Selain pendidikan dan


pengajaran poin juga tak kalah penting sebab dari penelitiannya mahasiswa dan dosen
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian merupakan proses
untuk menemukan konsep, teori, dan informasi di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni.

Nah, penelitian di perguruan tinggi hendaknya memberikan manfaat bukan


hanya untuk saat ini api juga masa akan datang. Hasil penelitian dapat digunakan oleh
masyarakat dan membawa perubahan positif untuk kehidupan.

Selain itu, penelitian juga bisa digunakan untuk menjawab persoalan atau
masalah yang ada di masyarakat selama ini karena penelitian selalu dipengaruhi oleh
adanya kebutuhan dalam proses pembangunan. Untuk itu, mahasiswa dan dosen
didorong untuk menumbuhkan semangat dalam meneliti. Selalu merasa ingin tahu
dan menciptakan hal baru.

Ada dua jenis penelitian yaitu penelitian terapan dan penelitian terhadap ilmu-
ilmu dasar. Penelitian dasar bertujuan untuk mengatasi masalah yang sedang terjadi.
Sedangkan penelitian ilmu-ilmu dasar bertujuan untuk menjawab kebutuhan di masa
depan.

3. Pengabdian Kepada Masyarakat

Poin yang terakhir. Kamu pasti sering bukan mendengar pengabdian kepada
masyarakat? Program-program pengabdian kepada masyarakat sangat mudah
ditemukan di lingkungan kampus. Program ini tidak hanya digagas oleh dosen tapi
juga mahasiswa.

Biasanya mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kampus membuat


program pengabdian kepada masyarakat. Tema dan konsep nya beragam tapi masih
berhubungan dengan pengabdian kepada masyarakat; sumbangsih apa yang diberikan
kepada masyarakat.

Apa sih sebenarnya pengabdian kepada masyarakat? Jadi pengabdian kepada


masyarakat adalah kegiatan yang dilakukan oleh sivitas akademika dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan masyarakat dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi ini membuka ruang kepada


mahasiswa maupun dosen untuk berkontribusi secara langsung dan nyata. Mereka
bersosialisasi dengan masyarakat secara langsung.

Harapan, masyarakat merasakan langsung dampak positif dari ilmu


pengetahuan dan teknologi melalui program-program yang diadakan oleh sivitas
akademika.

Di lain sisi, sivitas akademika juga mampu memahami permasalahan sosial


dan kebutuhan masyarakat. Sehingga terjalin komunikasi dua arah secara langsung di
antara keduanya.
Contoh program pengabdian kepada masyarakat yakni Kuliah Kerja Nyata
(KKN), bina desa, penyuluhan, bakti sosial, hingga memberikan bimbingan belajar
kepada anak-anak.

C. Pengertian Budaya Akademik

Budaya akademik sebagai suatu substansi perguruan tinggi memegang peran


pnting dalam upaya membangun dan mengembangkan kebudayaan dan
pengembangan masyarakat (civilized society) dan bangsa secara keseluruhan.
Indicator kualitas perguruan tinggi sekarang dan terlebih lagi pada millennium ketiga
ini akan ditentukan oleh kualitas civitas akademika dalam mengembangkan dan
membangun budaya akademik tersebut.

Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya dimiliki oleh


setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membangun budaya
akademik perguruan tinggi merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Diperlukan
upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik sehingga terjadi kebiasaan dikalangan
akademis untuk melakukan norma-norma kegiatan akademuk tersebut.

Masyarakat akademik di manapun berada, hendaklah perkembangannya dijiwai


oleh nilai budaya yang berkembang di lingkungan akademik yang bersangkutan.
Suatu nilai budaya yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja sama,
santun, mencintai kemajuan ilmu dan teknologi, serta mendorong berkembangnya
sikap mencintai seni.

Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat memiliki ciri khas
tersendiri disamping lapisan-lapisan masyarakat lainnya. Mahasiswa dari suatu
perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah.
Oleh karena itu masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan budaya
ilmiah yang merupakan esensi pokok dari aktivitas perguruan tinggi.

Dunia akademik memiliki budaya tersendiri yang disebut budaya akademik


(Academic culture), dimana segenap nilai (value) dalam dunia akademik termuat
dalam etika akademik.
Dalam budaya akademik (Academic culture) peran pikiran (rasio) lebih
dominan dibanding peran emosi. Ini berbeda dengan dunia pergaulan sehari-hari.
Oleh karena itu, terdapat sejumlah ciri-ciri masyarakat ilmiah dalam budaya
akademik. Berikut beberapa ciri tersebut dengan penjelasan singkat, antara lain:
1. Kejujuran
Prasyarat utama dalam budaya akademik.
2. Kritis.
Senantiasa mengembangkan sikap ingin tahu segala sesuatu untuk selanjutnya
diupayakan jawaban dan pemecahannya melalui suatu kegiatan ilmiah penelitian.
3. Kreatif
Senantiasa mengembangkan sikap inovatif, berupaya untuk menemukan sesuatu
yang baru dan bermanfaat bagi masyarakat.
4. Objektif
Kegiatan ilmiah yang dilakukan harus benar-benar berdasarkan pada suatu
kebenaran ilmiah, bukan karena kekuasaan, uang maupun ambisi pribadi.
5. Analitis
Suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu metode ilmiah yang
merupakan suatu prasyarat untuk tercapainya suatu kebenaran ilmiah.
6. Konstruktif
Harus benar-benar mampu mewujudkan suatu karya baru yang memberikan asas
kemanfaatan bagi masyarakat.

7. Dinamis
Ciri ilmiah sebagai budaya akademik harus dikembangkan terus-menerus.
8. Dialogis
Dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat akademik harus
memberikan ruang pada peserta didik untuk mengembangkan diri, melakukan
kritik serta mendiskusikannya.
9. Menerima kritik
Sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis yaitu setiap insan akademik
senantiasa bersifat terbuka terhadap kritik.
10. Menghargai prestasi ilmiah/akademik
Masyarakat intelektual akademik harus menghargai prestasi akademik, yaitu
prestasi dari suatu kegiatan ilmiah.
11. Bebas dari prasangka
Budaya akademik harus mengembangkan moralitas ilmiah yaitu harus
mendasarkan kebenaran pada suatu kebenaran ilmiah.
12. Argumentasi Benar Sesuai Fakta
Semua pernyataan memiliki argumentasi yang dapat dinilai benar dan salahnya.
Setiap argumentasi harus dapat ditelusuri fakta-fakta yang mendukungnya.

Terdapat sejumlah ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik. Yaitu, kritis,
kreatif, objektif, analitis, konstruktif, dinamis, dialogis, menerima kritik, menghargai
prestasi ilmiah/akademik, bebas dari prasangka, menghargai waktu, memiliki dan
menjunjung tinggi tradisi ilmiah, berorientasi ke masadepan, kesejawatan/kemitraan
(PPMB 1990 II-2). Masyarakat ilmiah inilah yang harus dikembangkan dan
merupakan budaya dari suatu masyarakat akademik.

D. Kampus Sebagai Moral Force Pengembangan Hukum Dan HAM

Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian


masyarakat, sekaligus merupakan tempat persemaian dan perkembangan nilai-nilai
luhur. Kampus merupakan wadah perkembangan nilai-nilai moral, di mana seluruh
warganya diharapkan menjunjung tinggi sikap yang menjiwai moralitas yang tinggi
dan dijiwai oleh pancasila.

Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat memberikan


kekuatan moral yang mendukung lahir dan berkembangnya sikap mencintai
kebenaran dan keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Masarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benar-benar


mengamalkan budaya akademik. Masarakat kampus wajib senantiasa bertanggung
jawab secara moral atas kebenaran obyektif, bertanggung jawab terhadap masarakat
bangsa dan negara, serta mengabdi pada kesejahteraan kemanusiaan. Oleh karena itu
sikap masarakat kampus tidak boleh tercemar oleh kepentingan-kepentingan politik
penguasa sehingga benar-benar luhur dan mulia.

a. Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum

Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu


agenda yang sangat mendesak untuk mewujudkan adalah reformasi dalam bidang
hukum dan peraturan perundang- undangan. Negara indonesia adalah negara yang
berdasarkan hukum, oleh karena itu dalam rangka melakukan penataan Negara untuk
mewujudkan masyarakat yang demokratis maka harus menegakkan supremasi hukum.
Agenda reformasi yang pokok untuk segera direalisasikan adalah untuk melakukan
reformasi dalam bidang hukum. Konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan
hukum yang demokratis, maka harus dilakukan pengembangan hukum positif.

Sesuai dengan tata tartib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan


hukum harus sesuai dengan tata tertib hukum Indonesia. Berdasarkan tata tertib
hukum Indonesia maka dalam pengembangan hukum positif Indonesia, maka falsafah
negara merupakan sumber materi dan sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal
ini berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, dan juga Tap No. III/MPR/2000. Namun
perlu disadari, bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum dasar nasional, adalah
sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai pancasila sebagai sumber materi,
konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-nilai hukum Tuhan
(sila I), nilai yamh terkandung pada harkat, martabat dan kemanusiaan seperti jaminan
hak dasar (hak asasi) manusia (sila II), nilai nasionalisme Indonesia (sila III), nilai
demokrasi yang bertumpu pada rakyat sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV),
dan nilai keadilan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan (sila V). Selain
itu, tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan hukum aspirasi dan
realitas kehidupan masyarakat serta rakyat adalah merupakan sumber materi dalam
penyusunan dan pengembangan hukum.

b. Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pembangunan Hak Asasi Manusia

Dalam penegakan hak asasi manusia tersebur, mahasiswa sebagai kekuatan


moral harus bersikap obyektif, dan benar-benar berdasarkan kepentingan moral demi
harkat dan martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan
kekuasaan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan
negara Indonesia. Perlu kita sadari bahwa dalam penegakan hak asasi tersebut,
pelanggaran hak asasi dapat dilakukan oleh seseorang, kelompok orang termasuk
aparat negara, penguasa negara baik disengaja ataupun tidak disengaja (UU. No. 39
Tahun 1999).
Dasawarsa ini, kita melihat dalam menegakkan hak asasi seringkali kurang
adil. Misalnya kasus pelanggaran di Timur-timur, banyak kekuatan yang mendesak
untuk mengusut dan mernyeret bangsa sendiri ke Mahkamah Internasional. Namun,
ratusan ribu rakyat kita. Seperti korban kerusuhan Sambas, Sampit, Poso dan lainnya
tidak ada kelompok yang mau memperjuangkannya. Padahal hak asasi mereka sudah
diinjak-injak, jelaslah kejadian serta menderitanya mereka sama. Akan tetapi tetap
tidak ada yang mau menolong.

Jadi, marilah kita sebagai mahasiswa pencetus terjadinya reformasi, mari kita
tujukan pada dunia bahwa kita mampu dalam merealisasikan semua cita-cita dan
tujuan dasar dari reformasi. Akan tetapi disamping itu, perlu kita sadari juga
bahwasanya kita merupakan mahasiswa sebagai tonggak dari penjunjung tinggi hak
asasi manusi masihlah belum maksimal kinerjanya untuk hal yang disebutkan diatas.
Maka, dari detik ini. Kita sebagai generasi bangsa haruslah benar-benar menanamkan
nilai-nilai pancasila dalam setiap prilaku kita. Dimanapun, dan pada siapapun.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila sebagai aktualisasi diri yang berarti betul-betul ada, terjadi atau
sesungguhnya. Sehingga terbentuklah aktualisasi objektif dan subjektif. Aktualisasi
Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam bentuk realisasi dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif, yudikatif
maupun semua bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi Pancasila yang
subyektif adalah pelaksanaan dalam sikap pribadi, perorangan, setiap warga negara,
setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa, dan setiap orang Indonesia.
Aktualisasi diripun meliputi mencakup dalam tridarma perguruan tinggi,
budaya akademik dan lingkungan kampus sebagai moral force pengembangan hukum
dan HAM, yang mencerminkan bahwa aktualisasi diri itupun benar-benar ada dan
terjadi disekitar kita. Terrmasuk dalam lingkungan kampus.

DAFTAR PUSTAKA

http://rmawara.blogspot.com/2012/09/bagaimana-mengaktualisasikan-pancasila.html

https://penerbitbukudeepublish.com/pengertian-tri-dharma-perguruan-tinggi/

http://ekaputraramandha.blogspot.com/2013/03/makalah-pendidikan-
pancasila_18.html

https://www.kanalpengetahuan.com/pengertian-budaya-akademik

https://uniss.ac.id/budaya-akademik/

Anda mungkin juga menyukai