Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

Pancasila Sebagai
Paradigma
Pembangunan
1. Pancasila sebagai paradigma pembangunan dan Pengembangan bidang politik;
2. Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya;
3. Pancasila sebagai paradigma pembangunan hankam;
4. Pancasila sebagai pembangunan kehidupan beragama;
5. Pancasila sebagai paradigma reformasi.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


FEB, BAHASA, Semua Program MKDU Hafied Noor Bagja, S.H., M.Kn
TEKNIK, DAN DKV Studi
13 Dr. Mahar Arifin., M.Si

Abstract

Materi pada perkuliahan ke Tiga Belas ini diarahkan Mahasiswa mampu


menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif Pancasila sebagai
paradigma pembangunan sosial politik, sosial budaya, hankam, kehidupan beragama
dan paradigma reformasi beserta permasalahannya, berkarya lulusan Perguruan
Tinggi.

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif


Tinjauan Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial politik, sosial budaya,
hankam, kehidupan beragama dan paradigma reformasi beserta permasalahannya,
sebagai orientasi pendidikan Pancasila agar menjadi pedoman berkarya lulusan
Perguruan Tinggi.

Kompetensi
Secara umum, materi ini akan memberikan bekal kemampuan bagi Mahasiswa
mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif Pancasila sebagai
paradigma pembangunan sosial politik, sosial budaya, hankam, kehidupan beragama
dan paradigma reformasi beserta permasalahannya, di Perguruan Tinggi. Meyakini
nilai –nilai Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial politik, sosial budaya,
hankam, kehidupan beragama dan paradigma reformasi beserta permasalahannya,
sebagai orientasi pendidikan pancasila agar menjadi pedoman berkarya lulusan
Perguruan Tinggi.

Secara khusus, materi ini akan membekali Mahasiswa mampu menjelaskan


dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif Pancasila sebagai paradigma
pembangunan sosial politik, sosial budaya, hankam, kehidupan beragama dan
paradigma reformasi beserta permasalahannya, sebagai orientasi pendidikan sosiologi
dan politik di Perguruan Tinggi. Meyakini nilai – nilai pancasila sebagai orientasi agar
menjadi pedoman berkarya lulusan Perguruan Tinggi.

Pancasila Sebagai Paradigma


1) Pengertian Paradigma
Awalnya paradigma, berkembang dalam ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu filsafat.
Paradigma memiliki persamaan kata yakni sudut pandang, tolok ukur, dan kerangka pikiran
yang mana di jadikan dasar untuk memecahkan suatu masalah.

Secara luas, paradigma memiliki arti kata, yakni :

a. Pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan
suatu cabang ilmu pengetahuan.
b. Suatu asumsi – asumsi dasar dan asumsi – asumsi teoretis yang umum, sehingga
merupakan suatu sumber hukum – hukum, metode, serta penerapan, dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan
itu sendiri.
Paradigma mengandung sudut pandang yang menjelaskan sekaligus menjawab suatu
permasalahan dalam ilmu pengetahuan.

‘20 Pendidikan Pancasila


2 Team Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
2) Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai paradigma berarti nilai – nilai dasar pancasila secara normatif
menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang
dijalankan oleh Negara Indonesia.

Secara filosofis, hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan


nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional
harus berdasarkan pada hakikat nilai – nilai, sila – sila pancasila.

3) Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek


IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan suatu hasil kreativitas rohani
manusia (unsur jiwa) yang meliputi aspek asal, rasa, dan kehendak. Setiap sila pancasila
merupakan kesatuan yang sistematis yang dapat mengatur sistem etika dalam pengembangan
IPTEK.

Sila 1 = KETUHANAN YANG MAHA ESA

· IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang di temukan, yang di ciptakan tetapi juga
dipertimbangkan maksudnya dan akibatnya.

Sila 2 = KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

· IPTEK haruslah bersifat BERADAB !

· IPTEK harus di dasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan umat manusia, bukan
kesombongan, bukan untuk kecongkakkan, dan keserakahan manusia, tapi diabdikan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Sila 3 = PERSATUAN INDONESIA

· IPTEK diarahkan demi kesejahteraan umat manusia termasuk bangsa Indonesia.

· IPTEK diharapkan mengembangkan rasa nasionalisme.

Sila 4 = KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM


PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN.

· IPTEK dikembangkan secara demokratis.

· Seorang ilmuwan memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK dan harus


menghargai dan menghormati kebebasan orang lain, dan memiliki sikap terbuka untuk dikritik
dan di kaji ulang.

‘20 Pendidikan Pancasila


3 Team Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Sila 5 = KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

· IPTEK harus menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, dalam


hubungannya dengan sesama, Tuhan, masyarakat, dan bangsa.

4) Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUDHANKAM


Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan dan Pengembangan bidang POLITIK
Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada :

a. Dasar ontologis manusia, yang didasarkan pada kenyataan objektif dimana manusia
adalah sebagai subjek Negara.
b. Pada tuntutan hak dasar kemanusiaan yang di dalam istilah ilmu hukum dan
kenegaraan disebut HAM (hak asasi manusia).
c. Pada kekuasaan yang bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu-
individu, makhluk sosial yang menjelma sebagai rakyat.
d. Pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila.
Selain itu, harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia sesuai moral pancasila
yang dikembangkan melalui atau berdasarkan moral ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan.

Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan bidang EKONOMI


Lazimnya, pengembangan ekonomi mengarahkan pada persaingan bebas. Oleh karena
pernyataan di atas, seorang tokoh bernama Mubyarto mengembangkan ekonomi kerakyatan,
yakni ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat
secara luas, secara bangsa. Sehingga sistem ekonomi Indonesia mendasarkan pada
kekeluargaan seluruh bangsa.

Ekonomi harus mendasarkan pada kemanusiaan, yaitu demi kesejahteraan manusia,


sehingga harus menjauhkan diri dari pengembangan ekonomi yang hanya mendasarkan pada
persaingan bebas, monopoli, etatisme, dan lainnya yang menimbulkan penderitaan, penindasan
atas manusia dan sesamanya.

Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan bidang SOSIAL BUDAYA


Dalam pembangunan dan pengembangan bidang sosial budaya, harus didasarkan pada
sistem nilai yang sesuai dengan nilai – nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat.

Pada masa reformasi ini, sosial budaya harus mengangkat nilai – nilai yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sebagai dasar suatu nilai, yaitu nilai pancasila, yang bersifat humanistik, yang
berarti nilai – nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya.

‘20 Pendidikan Pancasila


4 Team Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Dalam bidang sosial budaya, kerangka kesadaran pancasila merupakan dorongan
untuk universalisasi ( melepaskan simbol – simbol dari keterkaitan struktur )
dan transendentalisasi ( meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan kebebasan
spiritual ), yang bertujuan untuk mencapai persatuan dan kesatuan.

Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan bidang HAN – KAM


Keamanan merupakan syarat mutlak tercapainya kesejahteraan warga
Negara.Pertahanan merupakan syarat demi tegaknya integritas seluruh masyarakat Negara.
Pancasila merupakan dasar Negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai kemanusiaan
monopluralis, maka pertahanan dan keamanan Negara harus dikembalikan pada tercapainya
harkat dan martabat masyarakat sebagai pendukung pokok Negara.

Pembangunan dan pengembangan pertahanan dan keamanan dilakukan dengan


mengikutsertakan seluruh komponen bangsa ( TNI, PolRI, dan Rakyat ) untuk melakukan
kewajiban bela Negara, yang tercantum pada UU no. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama


Pada saat ini, Indonesia sedang mengalami kemunduran ke arah kehidupan beragama
yang tidak berkemanusiaan. Pancasila memiliki peran untuk mengembalikan suasana
kehidupan beragama yang penuh perdamaian, saling menghargai dan menghormati, serta
saling mencintai sebagai manusia yang beradab.

Pancasila memberikan dasar nilai yang fundamental bagi umat bangsa Indonesia untuk
hidup secara damai dalam kehidupan beragama di Negara Indonesia. Negara memberikan
kebebasan kepada warganya untuk memeluk dan menjalankan agamanya sesuai dengan
keyaninan dan kepercayaannya masing – masing, yang menunjukkan bahwa dalam Negara
Indonesia memberikan kebebasan untuk berkehidupan agama dan menjamin atas demokrasi di
bidang agama karena setiap agama memiliki hak – hak dan dasar masing – masing.

Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi


Di balik berbagai macam kepurukan bangsa indonesia tersebut masih tersisa satu
keyakinan akan nilai yang dimilikinya yaitu nilai-nilai yang berakar dari pandangan hidup bangsa
indonesia sendiri yaitu nilai-nilai pancasila. Reformasi adalah menata kehicupan bangsa dan
negara dalam suatu sistem negara dibawah nilai-nilai pancasila, bukan menghancurkan dan
membubarkan bangsa dan negara indonesia. Jadi, reformasi harus memiliki tujuan, dasar, cita-
cita serta platform yang jelas dan bagi bangsa indonesia nilai-nilai pancasila itulah yang
merupakan paradigma reformasi total tersebut.

‘20 Pendidikan Pancasila


5 Team Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
1. Gerakan Reformasi
Pelaksanaan GBHN 1998 pada PJP II Pelita ketujuh ini bangsa indonesia menghadapi
bencana hebat, yaitu dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia tenggara sehinnga
menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah. Selain itu, pancasila yang seharusnya sebagai
sumber nilai dasar moral etik bagi negara dan aparat pelaksana negara dalam kenyataannya
digunakan sebagai alat legitimasi politik. Maka timbullah berbagai gerakan masyarakat yang
dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang
menuntut adanya reformasi disegala bidang diantaranya: bidang pembangunan, politik,
ekonomi, dan hukum.

i. Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila


Makna serta pengertian reformasi banyak disalah artikan sehingga gerakan masyarakat
yang melakukan perubahan mengatasnamakan gerakan reformasi,sehingga tidak sesuai
dengan pengertian reformasi itu sendiri. Secara harafiah reformasi memiliki makna yaitu suatu
gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang
untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-
citakan rakyat. Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai
berikut :

1) Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-penyimpangan.


2) Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas (landasan
ideologis) tertentu, dalam hal ini pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
indonesia.
3) Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka struktural
tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformasi.
4) Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan ke arah kondisi serta keadaan yang lebih
baik.
5) Refomasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.

ii. Pancasila sebagai Dasar Cita-cita Reformasi


Reformasi dalam perspektif pancasila pada hakikatnya harus berdasarkan pada nilai-
nilai ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan baradab, persatuan indonesia,
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,
serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Adapun secara rinci sebagai berikut:

1) Reformasi yang berketuhanan Yang Maha Esa.


2) Reformasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Semangat reformasi harus berdasarkan pada nilai persatuan.

‘20 Pendidikan Pancasila


6 Team Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
4) Visi dasar reformasi harus jelas

2. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum


Dalam era refomasi akhir-akhir ini seruan dan tuntutan rakyat terhadap pembaharuan
hukum sudah merupakan suatu keharusan karena proses reformasi yang melakukan penataan
kembali tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan perubahan-perubahan terhadap peraturan
perundang-undangan. Namun demikian hendaklah dipahami bahwa dalam melakukan
reformasi tidak mungkin dilakukan secara spekulatif saja melainkan harus memiliki dasar,
landasan serta sumber nilai yang jelas, dan dalam masalah ini nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila yang merupakan dasar cita-cita reformasi.

i. Pancasila sebagai sumber nilai perubahan hukum


Sumber hukum meliputi dua macam pengertian yaitu (1) sumber formal hukum adalah
sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan, yang mengikat terhadap
komunitasnya, misalnya undang-undang, permen perda. (2) sumber material hukum adalah
suatu sumber hukum yang menentukan materi atau isi suatu norma hukum. Selain sumber nilai
yang terkandung dalam pancasila reformasi dan pembaharuan hukum juga harus bersumber
pada kenyataan empiris yang ada dalam masyarakat terutama dalam wujud aspirasi-aspirasi
yang dikehendakinya. Dengan demikian maka upaya untuk reformasi hukum akan benar-benar
mampu mengantarkan manusia ketingkatan harkat dan martabat yang lebih tinggi sebagai
makhluk yang berbudaya dan beradab.

ii. Pancasila sebagai paradigma reformasi pelaksanaan hukum


Dalam era reformasi pelaksaan hukum harus didasarkan pada suatu nilai sebagai
landasan operasionalnya. Pelaksanaan hukum pada masa reformasi ini harus benar-benar
dapat mewujudkan negara demokratis dengan suatu supremasi hukum. Jaminan atas
terwujudnya keadilan bagi setiap warga negara dalam hidup bersama dalam suatu negara yang
meliputi seluruh unsur keadilan baik keadilan distributif, keadilan komutatif , serta keadilan legal.

3. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik


Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku
politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan
politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang
bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada
rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia
yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter.
Berdasarkan hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV
Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral

‘20 Pendidikan Pancasila


7 Team Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia
dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan,
dan moral keadilan.

Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara dikembangkan
atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa Pancasila bersifat
sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan
nilai-nilai dalam Pancasila. Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi
tersebut perlu direkonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang
mencakup masyarakat tradisional (berbagai asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat
industrial, dan masyarakat purna industrial. Dengan demikian, nilai-nilai social politik yang
dijadikan moral baru bagi masyarakat adalah :
a. Adanya nilai toleransi antar masyarakat
b. Adanya nilai transparasi hukum dan kelembagaan
c. Adanya nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata)
d. Bermoral berdasarkan consensus
Nilai demokrasi politik sebagaimana terkandung dalam pancasila sebagai fondasi
bangunan negara yang dikehendaki oleh para pendiri negara kita dalam kenyataannya tidak
dilaksanakan berdasarkan suasana kerokhanian berdasarkan nilai-nilai tersebut. Prinsip-prinsip
demokrasi tersebut bilamana kita kembalikan pada nilai esensial yang terkandung dalam
pancasila maka kedaulatan tertinggi negara ada di tangan rakyat. Oleh karena itu paradigma ini
harus merupakan dasar pijak dalam reformasi politik.

i. Reformasi atas sistem politik


Untuk melakukan reformasi atas sistem politik harus melalui reformasi pada undang-
undang yang mengatur sistem politik tersebut, dengan tetap mendasarkan pada paradigma
nilai-nilai kerakyatan sebagaimana terkandung dalam pancasila.

· Susunan keanggotaan MPR

Susunan keanggotaan MPR sebagaimana termuat dalam undang-undang politik


no.2/1985 tersebut jelas tidak demokratis dan tidak mencerminkan nilai-nilai pancasila bahwa
kedaulatan adalah di tangan rakyat sebagai tertuang dalam semangat UUD 1945.

· Susunan keanggotaan DPR

Perubahan atas isi keanggotaan DPR tertuang dalam undang-undang no.4 pasal 11
yaitu berkaitan dengan keanggotaan ABRI di DPR.

‘20 Pendidikan Pancasila


8 Team Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
· Susunan keanggotaan DPRD tingkat I

Reformasi atas undang-undang politik yang mengatur susunan keanggotaan DPRD


tingkat I, tertuang dalam undang-undang politik no.4 tahun 1999 yaitu berkaitan dengan tatanan
demokrasi pada dasar nilai kedaulatan di tangan rakyat.

· Susunan keanggotaan DPRD II

Reformasi atas susunan keanggotaan DPRD II tertuang dalam undang-undang politik


no.4 tahun 1999 yaitu berkaitan tentang susunan keanggotaan MPR, DPR, dan DPRD yang
benar-benar mencerminkan nilai kerakyatan.

· Reformasi partai politik

Demi terwujudnya supra struktur politik yang benar-benar demokratis dan spiratif, maka
sangat penting untuk dilakukan penataan kembali infrastruktur politik, terutama tentang partai
politik. Untuk itu perlu dilakukan reformasi terhadap peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang partai politik. Pada masa orde baru ketentuan tentang partai politik diatur
dalam undang-undang politik yaitu UU No.3 tahun 1975, serta UU No.3 tahun 1985 tentang
partai politik dan golongan karya. Dalam undang-undang tersebut ditentukan bahwa partai
politik dan golongan karya hanya meliputi tiga macam partai yaitu: partai persatuan
pembanguna(PPP), Golongan karya (Golkar), dan partai demokrasi indonesia(PDI). Adapun
syarat pembentukan partai politik tertuang dalam undang-undang no.2 tahun 1999, pasal 2.
Berdasarkan ketentuaan UU tersebut warga negara diberi kebebasan untuk membentuk partai
politik, serta diberi kebebasan untuk menentukan asas sebagai ciri serta program masing-
masing. Atas ketentuaan UU tersebut, maka bermunculanlah partai politik di era reformasi ini
mencapai 114 partai politik. Namun dalam kenyataannya yang memenuhi syarat untuk
mengikuti pemilihan umum hanya 48 partai politik. Selain itu pelaksanaan pemilu juga dilakukan
perubahan untuk mewujudkan pemilihan umum yang benar-benar demokratis, maka
penyelenggara pemilu tersebut berdasarkan ketentuan UU no.3 tahun 1999, bab III pasal 8.

ii. Reformasi atas kehidupan politik


Pancasila sebagai dasar negara, asas kerohaniaan negara, sebagai sumber nilai dan
norma negara, suasana kerohanian dari UUD negara dalam implementasinya diperalat sebagai
sarana legitimilasi politik penguasa, untuk mempertahankan kekuasaannya. Oleh karen itu,
reformasi kehidupan politik harus benar-benar demokratis dilakukan dengan jalan revitalisasi
ideoligi pancasila, yaitu dengan mengembalikan pancasila pada kedudukan serta fungsi yang
sebenarnya, sebagaimana dikehendaki oleh para pendiri negara yang tertuang dalam UUD
1945. Reformasi kehidupan politik juga dilakukan dengan meletakkan cita-cita kehidupan

‘20 Pendidikan Pancasila


9 Team Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
kenegaraan dan kebangsaan dalam satu kesatuaan waktu yaitu nilai masa lalu, masa kini, dan
kehidupan masa yang akan datang. Jadi, dengan sendirinya kesemuanya ini harus diletakkan
dalam kerangka nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri sebagai filsafat hidupnya
yaitu nilai-nilai pancasila.

4. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi


Sistem ekonomi indonesia pada masa orde baru bersifat birokratik otoritan yang ditandai
dengan pemusatan kekuasaan dan partisipasi dalam membuat keputusan-keputusan nasional
hampir sepenuhnya berada ditangan penguasa bekerjasama dengan kelompok militer dan
kaum teknokrat. Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan yang hanya mendasarkan
pada pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan bersama seluruh bangsa,
dalam kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil orang bahkan
penguasa. Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi yang berbasis
pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai-nilai pancasila yang mengutamakan kesejahteraan
seluruh bangsa adalah sebagai berikut: keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan,
program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi, serta transformasi struktur, yaitu guna untuk
memperkuat ekonomi rakyat. Dengan sistem ekonomi yang mendasarkan nilai pada upaya
terwujudnya kesejahteraan seluruh bangsa maka peningkatan kesejahteraan akan dirasakan
oleh sebagian besar rakyat, sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi.

Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus, sistem
ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I Pancasila) dan
kemanusiaan ( sila II Pancasila). Sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas dam
humanistis akan menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan. Sistem ekonomi
yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk individu, sosial, makhluk pribadi
maupun makhluk tuhan.

Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang
hanyamenguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi
demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui
kepemilikan individu.

Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek. Oleh
karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan ekonomi
yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Sistem ekonomi yang berdasar
pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi
juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan. Pembangunan ekonomi harus
mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan bebas monopoli dan bentuk lainnya

‘20 Pendidikan Pancasila


10 Team Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
yang hanya menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan dan kesengsaraan warga
Negara.

Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesarbesar


kemakmuran/kesejahteraan rakyat—yang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional
yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde
Baru yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang
lebih memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi
nasional.

Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi. Ekonomi Kerakyatan
akan mampu mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi
daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan
pembangunan daerah.

Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat


dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam

Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan memaksakan


pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau meningkatkan kepastian
hokum.

Daftar Pustaka

Alfian,Dalam Pancasila Sebagai Ideologi.Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan


Politik.Jakarta:BP-7 Pusat 1991.

‘20 Pendidikan Pancasila


11 Team Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Budiarjo,Miriam.Dasar Ilmu Politik.Jakarta Gramedia Pustaka Utama 1991.

Bakry,Noor MS. Oriental Filsafat Pancasila. Yogyakarta,Liberty,1990.

Bakry,Noor MS. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta,Liberty,1994

Darmodiharjo,cs Darji.Santiaji Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional, 1981.

Darmodiharjo, Darji. Mimbar BP-7. Pengertian Nilai, Norma, Moral, Etika, Pandangan
Hidup.Jakarta: BP-7 Pusat,1995/1996,No.76.

Djuharno,Hasanudin.Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945.Bandung,1989.

KMKLU Universitas Kristen Maranatha, Diktat Kuliah Pendidikan Pancasila,2009.

Hatta, Mohamad cs. Uraian Pancasila. Jakarta: Mutiara,1980.

Kaelan,M.S, Pancasila Sebagai Filsafat, Pancasila Sebagai Etika Politik, Paradigma


Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Paradigma Yogyakarta,2003.

Laboratorium Pancasila IKIP Malang. Glossarium Sekitar Pancasila. Surabaya : Usaha


Nasional, 1981.

Mubyarto. Dalam Pancasila Sebagai Ideologi. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam


Kehidupan Kebudayaan. Jakarta BP-7 Pusat,1981.

Notosusanto, Nugroho. Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara, Jakarta : PN Balai


Pustaka, 1981.

http://pengertianadalahdefinisi.blogspot.co.id/2013/12/proses-perumusan-pancasila-sebaga-
dasar.html Wisma Djokosutarto,SH.,1991.

‘20 Pendidikan Pancasila


12 Team Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai