Anda di halaman 1dari 23

Ideologi Pancasila

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945. Ciri ciri Ideologi pancasila antara lain :

Percaya kepada Tuhan yang maha esa Pemerintahan berdasarkan persetujuan rakyat. Negara berdasarkan atas hukum. Perbandingan Ideologi Liberalisme, Komunisme, dan Pancasila 1. Liberalisme

Jhon Locke (1632-1704) merupakan orang pertama yang meletakan dasar-dasa ideologi liberal. Liberalisme muncul sebagai reaksi terhadap filsafat Filmer yang mengatakan bahwa setiap kekuasaan bersifat monarki mutlak dan tidak ada yang lahir bebas (Magnis suseno,1994). Dengan kata lain, ciri liberalisme adalah sebagai berikut[1] : Memiliki kecenderungan untuk mendukung perubahan Mempunyai kepercyaan terhadap nalar manusiawi Bersedia menggunakan pemerintah untuk meningkatkan kondisi manusiawi Mendukung kebebasan individu Bersikap ambivalen terhadap sifat manusia ( Lyman Tower sargent,1986:96) Walaupun di atas telah disebutkan ciri-ciri liberalisme, kecuali sifat ambivalennya terhadap sifat manusia, namun liberalisme mempunyai kelemahan-kelemahan yakni Liberalisme buta terhadap kenyataan, bahwa tidak semua orang kuat kedudukannya dan tidak semua orang sama cita-citanya. Oleh karena itu, kebebasan yang hampir tanpa batas itu dengan sendirinya dipergunakan oleh individu-individu dan kelompok-kelompok yang kuat untuk semakin memperluas pengaruhnya. Akibatnya tanggung jawab sosial seluruh masyarakat ditolak oleh liberalisme sehingga melahirkan istilah binatang ekonomis. Artinya manusia hanya mementingkan keuntungan ekonomisnya sendiri.

Maka dapat diartikan bahwa hal-hal yang terdapat dalam liberalisme terdapat dalam pasalpasal UUD 1945, teetapi pancasila menolak liberalisme sebagai ideologi bersifat absolutisasi dan determinasi. Absolutisasi diartikan sebagai adanya proses pemutlakan hal-hal yang pada hakikatnya tidak mutlak. Sedangkan determinasi adalah ajaran bahwa sesuatu itu secara mutlak telah ditentukan dan dibatasi oleh faktor-faktor tertentu. 2. Komunisme

3 ciri negara komunis adalah : Berdasarkan ideologi Marxisme-Leninisme, artinya bersifat materialistis, atheis dan kolektivistik, Merupakan sistem kekuasaan satu partai seluruh masyarakat Ekonomi komunis bersifat etatisme Ideologi komunisme bersifat absolutisasai dan determinis, karena memberi perhatian yang sangat besar kepada kolektivitas atau masyarakat, kebebasan individu , hak milik pribadi tidak diberi tempat dalam negara komunis. Manusia dianggap sebagai sekrup dalam sebuah kolektivitas. Pancasila sebagai ideologi memberi kedudukan yang seimbang kepada manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pancasila bertitik tolok dari pandangan bahwa manusia secara kodrati bersifat monopluralis, manusia secara kodrati terdiri dari susunan kodrat, sifat kodrat dan kedudukan kodrat yang harus diwujudkan secara seimbang 3. Pancasila pancasila sebagai orientasi

Soeryanto poespo wardojo, mengemukakan bahwa kemanusiaaan , bila dirumuskan negatif antara lain: Pancasila bukan Materialisme

Erik Fromm mengatakan bahwa dalam masyarakat modern, manusia telah teralienasi (terasing) dari diri sendiri dan lingkungannya. Manusia tidak bebas, karena harus tunduk pada irama kehidupan. Pancasila bukan pragmatisme Pragmatisme merupakan faham yang menitikberatkan atau meletakan kriteria tindakan manusia pada pemanfaatan atau kegunaan. Pandangan ini jika ditarik lebih jauh akan bermuara pada tindakan yang inhuman. Pancasila mengakui manusia sebagai pribadi yang bernilai pada dirinya sendiri (intrinsik) dan tidak boleh direduksikan ke bawah kriteria manfaat atau kegunaan saja. Pancasila bukan spiritualisme

Faham ini ternyata dalam telah dipakai untuk untuk melegitimasi tindakan otoriter dan tidak demokratis dari penguasa. Sedangkan jika dirumuskan positif pancasila mempunyai ciri-ciri : Integral Dalam arti Pancasila mengajarkan ajaran kemanusiaan yang integral. Manusia adalah individualitas dan sekaligus sosialitas yang dimana manusia itu memiliki masing-masing otonom dan korelatif. Religius Merupakan hal berkaitan dengan yang adikodrati, yang bersifat supranatural dan transendental. Dengan demikian faham kemanusiaan yang humanisme-religius. Mengingkari Tuhan sebagai pencipta berarti mengingkari eksistensi dirinya sendiri. Pancasila dengan sendirinya menolak ateisme dan buka pula negara agama (teotokrasi) sekaligus bukan pula negara sekuler. Etis Yaitu filsafat yang berkaitan dengan tindakan manusia yang dapat dikenal ukuran baik buruknya. Refleksi Pancasila Sebagai Ideologi Hemat penulis selama ini pancasila memang efektif sebagai ideologi yang mempersatukan Indonesia secara politik, tetapi belum mampu dijadikan sebagai ideologi ekonomi, sosial, dan budaya. Mengapa? Karena pancasila hanya dijadikan alat sebagai menancapkan rezim untuk menghegemoni, pada masa orde lama Pancasila cenderung ke kiri (komunisme), sedangkan rezim orde baru pancasila cenderung ke kanan. sedangkan pada saat ini relatif cenderung jalan di tempat. Selain itu kita masih memahami pancasila sebagai mitos bukan sebagai ideologi negara. Ada hari kesaktian pancasila, kita lebih memandangnya sebagai mitos daripada sebagai sejarah, sebab sakti dalam sistem pengetahuan agraris kita mengandung unsur mistik. Mistifikasi Pancasila tak terelakkan, seolah-olah Pancasila sebagai makhluk sakti mandraguna yang mempunyai kehidupan sehari-hari, lepas dari bangsa Indonesia yang melahirkan dan mendukungnya melalui proses yang panjang. Untuk mengembalikan ruh pancasila sebagai ideologi negara pancasila dituntut tetap pada jati dirinya, antara lain : Konsisten Artinya, satu sila harus merupakan kesatuan yang padu, misalnya sila ke-1 harus mempunyai hubungan yang logis dengan pasal 29 (Agama) UUD 1945, dan sebagainya. Koheren

Artinya, satu silat harus terkait dengan sila yang lain. Sila Kemanusiaan tidak boleh lepas dari sila Ketuhanan. Sila persatuan Indonesia tidak boleh lepas dari sila Kemanusiaan, dan sebagainya. Koresponden Artinya, ada kecocokan antra praktik dengan teori, kenyataan dengan ideologi, dan sebagainya.

Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kengaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah. Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjungjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. * Ideologi Pancasila sendiri sudah jelas menerangkan bahwa di dalamnya terkadung makna terpeliharanya toleransi antar umat beragama, rakyat senantiasa menolong sesama pada yang lemah, nilai persatuan lebih diutamakan dengan memupuk tali persaudaraan lewat kegotong royongan dalam kegiatan, senantiasa bermusyawarah untuk mencari mufakat dalam memutuskan segala persoalan dan mewujudkan suatu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh warga negara yang ada di dalamnya * 1. Penyelewengan Sila Pertama dari Pancasila Suatu rintangan dalam implementasi dari Sila Pertama Pancasila adalah Kurangnya penghayatan secara mendalam masalah Ketuhanan Yang Maha Esa oleh kelompokkelompok tertentu yang dikendalikan oleh seseorang atau organisasi tertentu dengan dalil mengatasnamakan agama, demi memuluskan tujuan khusus untuk kepentingan kelompoknya sendiri atau organisasi tertentu. Sebagai mahkluk sosial tentunya manusia perlu menciptakan adanya saling berhubungan secara horizontal antar umat beraga dan tumbuhnya saling hormat menghormati antar pemeluk agama yang ada hingga nantinya akan menciptakan suatu kondisi yang kondusif serta terpeliharanya toleransi beragama.

Dalam hal ini penjabaran isi makna dari Pancasila lewat 36 putir penjelasannya telah dicanangkan suatu sikap toleransi antar umat beragama di Indonesia. Ketika beradaban manusia makin tinggi tingkatannya dan diibangi terciptanya pluralisme pemikiran masyarakat, hingga menimbulkan persepsi yang berbeda-beda antar sesamanya itu, menyebabkan timbul gesekan-gesekan antar umat beragama dengan dilatar belakangi oleh kompleksitas kepentingan yang berbeda pula. Karena masyarakatnya tidak dibekali dan dibentengi dengan sikap kerukunan dan toleransi antar umat beragama yang kuat, seperti yang dicanagkan dalam sila pertama dari Pancasila itu, maka terjadilah paradoksi interpretasi sesama individu atau kelompok, dimana suatu kehidupan beragama yang semula bertujuan menciptakan suatu keharmonisan lewat berbagai kelompok yang saling membantu antar sesamanya demi kemanusiaan, kini berbalik menjadi suatu malapetaka yang dapat mencemaskan berbagai umat beragama yang ada di Indonesia ini. Kalau dilihat secara nyata dalam realitas kehidupan di tengah masyarakat, belakangan ini sering terjadi benturan antar kelompok yang mengatas namakan agama dalam menyelesaikan sesuatu dan terkdang tidak ada kaitannya satu denan yang lain, hingga menimbulkan tindakan anarkis yang memakan korban jiwa. Suatu kelompok agama islam yang sering dirugikan, karena telah menjadi sorotan keras bahkan sering menjadi momok bagi masyarakat luas akibat lebelisasi dari tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab itu oleh para kelompok garis keras, telah mengikat pada suatu tindakan kekerasan bahkan mengarah pada tindakan terorisme sehingga menciptakan suasana ketegangan dan ketakutan masyarakat . Hal ini terjadi adanya berbagai macam peristiwa seperti pengeboman pada sasaran tertentu dengan alasan tertentu pula telah dilakukan oleh sekelompok yang mengatasnamakan islam garis keras. Pergolakkan politik di Indonesiapun juga tak jarang mempolitisir masalah politik dengan melibatkan unsur agama dalam penyelesaiannya, sehingga dampak yang terlahir akan mengisyaratkan suatu kerumitan hingga muncul persepsi di kalangan masyarakat tentang kesulitan untuk membedakan mana kepentingan agama dan mana kepentingan politik, karena kesemuanya itu dikemas sedemikian rupa hingga menciptakan pengklaburan makna yang ada. Dalam Institusi tertentu juga menggunakan isyu agama tentang timbulnya pendiskriminasian karyawan diakibatkan masalah kepercayaan agamanya yang berbeda termasuk instutusi pendidikanpun juga melakukan hal yang sama. * Pudarnya pemahaman tentang toleransi umat beragama yang dicangnkan dalam Pancasila membuat tergoresnya kerukunan umat bergama tersebut hingga timbul kerusuhan yang mengatasnamakan agama, kegiatan teror bom yang dihembuskan oleh kelompok kelompok islam garis keras membuat suasana ketakutan di masyarakat makin mencekam, hingga muncul kelompok-kelompok perdamaian yang menyuarakan stop kekerasan. Sikap yang tegas dari penegak hukum untuk menangkap para pengacau ketentraman masyarakat sangat diperlukan demi terciptanya kedamaian di bumi Indonesia tercinta *

2. Penyelewengan Sila Kedua dari Pancasila Suatu rintangan dalam implementasi dari Sila Kedua Pancasila adalah Banyaknya warga negara Indonesia yang sengan meremehkan dan mempermainkan orang lain tanpa ada rasa malu, menyesalmeskipun dihadapan orang banyak, seolah-olah suatu hal yang biasa disebabkan pengaruh dari budaya luar yang terus memprovokasi melalui situs-situs virtual digital, hingga budaya yang keblinger tersebut telah membudaya di bumi Indonesia. Kalau di cerna secara jernh sila kedua dari Pancasila itu memberikan makna dan sekaligus pencerahan kepada manusia Indonesia agar selalu bertindak adil dalam segala aspek, dan senantiasa mempertimbangkan antara dirinya dengan orang lain sebagai layaknya manusia harus selalu berbuat bijak seperti yang diungkapkan oleh filosof Yuani Kuno yaitu Sokrates. Suatu penggamabaran yang mudah dimengerti bagi semua oarang adalah kalau tidak mau dicubit, yaa jangan mencubit orang lain.! dan Kalau tidak mau disakiti, yaa jangan menyakiti orang lain.!. Dalam ilmu psikologi dikenal dengan istilah empati, yakni kemampuan seseorang menempatkan diri sebagai orang lain dalam situasi dan kondisi apapun. Pengertian ini menjelaskan, bahwa seseorang diharapkan bisa mempertimbangkan dan membayangkan atas keberadaan orang lain sebagai dirinya sendiri dan menempatkan suatu perbuatannya antara yang dilakukan dan ditinggalkan, hal ini mengisyaratkan sesuatu yang dilakukan hendaknya sesuatu yang menimbulkan kesan kebaikkan danyang ditinggalkan tentunya sesuatu yang mendatangkan keburukan atau kenistaan. Sebagai mana layaknya manusia yang dibekali pikiran dan ahklak oleh Tuhan Yang Maha Esa tentunya bisa melahirkan suatu perbuatan atau sikap yang bisa membedakan mana perbuatan baik dan mana perbuatan buruk. Dalam mengarungi hidup di Indonesia yang berideologi Pancasila tentunya setiap warga negaranya bisa memegang prinsip-prinsip serta kebiasaan-kebiasaan atau berbudaya yang mentradisi dengan menjunjung tinggi norma-norma kehidupan yang suadah menjadi sesuatu kesepakatan umum sebagai budaya Indonesia dimana keberadaannya telah menjadi cerminan manusia Indonesia yang beradab. Jika manusia tidak bisa menenpatkan posisinya dengan orang lain dalam sikap saling menghargai dan menghormati orang lain, maka akan terjadilah suatu kekontrasan makna yang ditimbulkan dan bukan tidak mungkin akan disebut sebagai manuasia yang biadab. Suatu kasus penginkaran pada sila kedua ini tampak pada semakin banyaknya pelecehan terhadap orang lain dalam keragaman permasalahan, terserapnya perilaku sek bebas yang melanda generasi muda bangsa ini dalam setiap kesempatan adalah hasil pengaruh dari budaya luar yang telah membudaya di dalam masyarakat tanpa memperdulikan lagi sebab dan akibatnya. Dalam keadaan seperti ini masyarakat kita dengan enaknya, bahwa yang mereka lakukan itu adalah bagian dari gaya hidup masyarakat modern!, wee uuueeedddaannn tenan itu namanya kumpul kebo MAN!. Perilaku dari masyarakat baik kalangan muda maupun orang tua sudah tidak ada sekat pembeda antara keduanya, budaya malu diotaknya sudah dianggap kuno, suatu kehidupan dengan pernik -pernik keglamouran telah menjadi bagian dari jatidiri hingga tiap hari bersolek kaya munyuk dipupuri mirip dengan topeng monyet hingga rupanya belukpenuh dengan nuansa

warna-warni make-up karakter!. Warna-warni kehidupan sudah tumpang tindih bercampur aduk persis bubur ayam sehingga sulit membedakan mana nila i-nilai budaya asli Indonesia dan mana nilai-nilai budaya impor yang berasal dari dunia barat itu. Globalisasi yang menyerang Indonesia dengan mengantarkan situs-situs pornografi dalam keragaman warna, begitu mudahnya diakses oleh masyarakat tanpa ada antisipasi kelayakannya sebagai bendungan dari pihak penguasa yang berwenang, termasuk pemberlakuan undang-undang yang mengatur sirkulasi beredarnya informasi tersebut, semuanya dikaburkan oleh pihak-pihak yang tak jelas ujung pangkalnya maupun bentuk wujudnya, karena terlihat samar dan tak jelas keberadaannya, semuanya bergerak bagaikan hantu berkeliaran tak peduli lagi situasi disekitarnya dari pagi, siang, sore, petang bahkan malam hingga dini hari semuanya diserang melalui jaringan kabel digital hasil kolosi para penguasa media dengan pihak penguasa jaringan. Kenyataan ini terbukti bahwa kekuasaan media diterapkan secara berkolusi dengan kelas yang berkuasa (Graeme Barton, 2008), dengan demikian segala usaha yang dilakukan para kapitalis itu mulus tanpa ada halangan yang berarti, meskipun dampak yang ditimbulkan pada masyarakat bersifat negatif, semuanya tak mempedulikannya. Praktik-praktik yang mengusung faham kapitalisme dan materialisme telah menguasai perekonomian negeri ini hingga masyarakatnya mempunyai kebiasaan bersikap konsumtif dan hedonis terutama kalangan menengah keatas yang selalu memprovokasi keadaan ini di berbagai jaringan media hingga penyaikit tersebut menular ke kalangan di bawahnya. Para kelompok dominan dengan seenaknya telah mempermainkan pasar dan menciptakan komoditas baru lewat berbagai media yang telah terbentuk dalam strukturnya, sehingga posisi kaum pedagang kecil dan menegah negeri ini semakin terjepit dan tak berdaya. Perencanaan ini memang telah dirancang sebelumnya dengan membangun jaringanjaringan yang kuat hingga kekuatan telah terbentuk dengan sendirinya, segala macam apa yang ada dalam pikirannya tentang ide-ide itu dituangkan dalam instrumen-instrumen kapitalis sehingga akhirnya perilaku masyarakat menjadi bagian dari masyarakat kapitalis yang konsumtif serta dari sistem produksi itu sendiri (Burhan Bungin, 2001 : 25). Minimnya rasa empati masyarakat terhadap sesamanya semakin memanjang tak berujung, hal itu disebabkan kuatnya dampak dari arus globalisasi yang menerjang negeri ini hingga fahamfaham dengan berbagai macam isme itu, dengan mudahnya telah memprovokasi dan mencuci otak orang-orang yang tak dibentengi dengan nilai-nilai keluhuran bangsa hingga menjadikan manusia Indonesia berego tinggi tapi nalarnya bodoh, totol dan begog serta tak punya pendirian yang kuat sebagai warga negara Indonesia yang beridologikan Pancasila itu, sehingga sikapnya dapat dikatakan bagai air di daun talas. Negeri ini telah diatur oleh orangorang yang haus dengan kekuasaan. Berbagai macam cara dilakukan dengan menghalalkan segala cara demi mulusnya tujuan dari kemauan, organisasi atau institusinya, sehingga orang lain yang tak sepaham acap kali kena dampaknya hingga dapat menurunkan harkat dan martabat orang lain. Dalam realitas kehidupan acap kali berhembus suatu yang tak jelas ujung pangkalnya dengan warna warni aksi yang terkadang menjengkelkan bagi orang yang

kena dan menjadi kormabnnya, berbagai intrik dilancarkan, fitna dihembuskan, alat hukum dipermainkan seenaknya, mobilisasi massa dibangkitkan demi menciptakan dukungan yang penuh dengan perekayasaan serta mengorbankan teman sejawatnyapun dilakukan demi mendapatkan kekuasaan semata. suatu cara untuk mencapai kekuasaan dengan cara memanipulasi secara psikologis suatu kelompok atau massa, atau dengan cara menggunakan kekuatan ini dengan dukungan dari massa (Marlin, 2002: 19). Apa yang mereka lakukan hanyalah menguntungkan kelompoknya saja tanpa memperdulikan kepentingan sesama hingga perbuatan itu pantas dikatakan sungguh cara-cara yang dilakukan oleh manusia tidak beradab alias biadab, dan tak ubahnya wujudnya manusia tetapi cara-cara hidupnya seperti binatang!!!. * Betapa banyaknya penyelewengan dari sila-sila dari Pancasila sebagai Ideologi bangsa Indonesia hingga memunculkan sikap yang bengis pada masyarakat sampai munculnya tindak kekerasandi tengah masyarakat. Faham Konsumerisme yang melahirkan sikap konsumtif melahirkan bangsa ini menjadi bangsa yang senang belanja hingga melahirkan tempat semacam mal tumbuh di mana-mana, hal ini mencerminkan bangsa yang hanya sekedar pemakai terutama produk luar, tanpa mau belajar menciptakan barang itu sendiri dengan standar luar. Sikap perilaku kebebasan yang melekat di kalangan remaja dewasa ini membuat generasi yang terlahir menjadi generasi yang rusak secara moral dan sangat cekatan dengan gaya hidup semata * 3. Penyelewengan Sila Ketiga dari Pancasila Suatu rintangan Implementasi dari Sila Ketiga Pancasila adalah Tergoresnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia dari sikap generasi muda yang cenderung mengaplikasikan kebudayaan luar dalam aktifitas kehidupan dibandingkan dengan kebudayaan Indonesia itu sendiri, meskipun dalam dirinya masih suka makan tape, telo dan nasi rawon. Kenyataan ini tak lepas dari gencarnya arus globalisasi yang menerjang segala penjuru dunia dalam intensitas tinggi tanpa dibekali dengan idealisme yang kuat dari bangsanya, hingga budaya yang datang menerkam dan menyerang lalu masuk ke dalam sukma sampai terbentuknya menjadi jatidiri baru yang mencerminkan hidup sok kebarat-baratan pada generasi muda saat ini. Dari sinilah cinta tanah air mulai kendor di dalam dirinya, cerminan realitas kehidupan semakin nyata ketika digelar suatu pentas budaya Indonesia misalnya pentas kuda lumping, musik dangdut dan tari jaipongan mereka ogah datang dan alergi dengan hal itu, maka yang terjadi adalah lebih baik berdugem ria sambil ajep-ajep kepala muter-muter kayak orang lagi teler. Di dalam sila ketiga dari Pancasila itu sendiri sudah memberikan bahwa nilai Persatuan Indonesia dapat terbentuk dan diwujudkan dalam tiga konteks yang saling menyatu dan mengikat satu sama lainnya dalam membangun persatuan dan eksistensi sebagai bangsa yang kuat, diantaranya konteks psikologis, konteks sosial-politik dan konteks geografis (Redi Panuju, 2011). Kenyataan ini menegaskan secara konteks psikologis memberikan makna bahwa persatuan bangsa dapat terwujudkan bila masing-masing warga negara merasa mendapatkan

perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan, perlakuan yang sama lebih ditegaskan lagi pada illustrasi seperti dalam mengakses sumber-sumber kehidupan, misalnya memperoleh pendidikan yang layak, pelayanan kesehatan, mendapatkan perlindungan hukum dan yang lainnya. Terhapusnya diskriminasi antar warga negara, sehingga tidak ada lagi pengkotak-kotakan kelas warga negara antara kelas tinggi dan kelas rendah antara kelas priyayi atau dara biru dan rayat jelata atau darah coklat ke hitaman yang terlihat kusam, kumel dan dekil, antara pendidikan tinggi dan pendidikan rendah. Demikian juga dalam konteks sosial-politik makna persatuan bisa terwujudkan dengan baik jika setiap warga negaranya turut berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan sosial masyarakat, bergaul pada semua golongan hingga terciptanya kerukunan warga tanpa membeda-bedakan suku, agama serta status sosial. Setiap warga negara dituntut untuk berpartisipasi dalam kehidupan berdemokrasi tanpa ada unsur paksaan antar sesamanya. Nilai kesadaran dari setiap warga negara sangat berarti dan turut menentukan keberhasilan dari terwujudnya demokratisasi bangsa demi berjalannya roda pemerintahan yang melindungi setiap warganya. Sedangkan konteks geografis menggambarkan atas tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga bentuknya. Setiap warga negara dituntut untuk mencintai kepada negaranya dalam situasi dan kondisi apapun juga dan bukan sekedar hanya ucapan atau slogan belaka, melainkan dengan suatu tindakan yang nyata dalam kehidupan, misalkan senantiasa mencintai hasil budaya Indonesia yang diwariskan para pendahulu bangsa ini baik yang berupa kebendaan maupun norma. Senantiasa menanamkan suatu pernyataan dalam jiwanya bahwa NKRI adalah Harga Mati, dan rela berkorban untuk kepentingan negara, karena ini bukan hanya tanggung jawab dari TNI saja, tetapi seluruh warga negara Indonesia. Dari penjelasan itu, sekarang kita lihat dan cermati suatu realitas kehidupan sekarang, gejala-gejala penyimpangan telah menunjukkan suatu kekontradiksian dari yang seharusnya. Hal ini bisa terjadi dari kuatnya pengaruh globalisasi yang tak bisa terbendungkan lagidengan membawa Faham-faham barat telah menerjang negeri ini hingga menyebarkan racun pada setiap insan negeri ini. Dikarenakan tidak dibentengi dengan kuatnya ideologi bangsa pada setiap warga negara, akhirnya berdampak pada pudarnya nilai-nilai budaya Indonesia yang mencerminkan sikap tolong menolong antar sesamanya, nilai gotong royong, tegang rasa dari penglihatan dalam konteks psikologis itu, kini tergilas sampai ludesssdan digantikan dengan sikap egois, arogan, bengis, tak mempedulikan lagi antar sesamanya hingga kehidupan terlihat mencolok jurang pemisahnya antara yang miskinplus kere dan yang melimpah ruah alias boosss!. Apalagi yang hidupnya melimpah itu hasilnya bukan dari keringat sendiri tetapi hasil embatan dari korupsi membuat hati kita menjadi jengkoleee keliru dongkol dan tanpa sadar secara spontan menyebutnya Setan AlasLo!, Saya bayar pajak dengan berbagai macam versi bukan untuk perutLo Dul Genok, tetapi untuk pembangunan segala bidang hingga bisa dinikmati oleh orang banyak!!!. Demikian juga dalam konteks sosial politik, sebagian besar

masyarakat tak mau lagi mempedukikannya dan munculnya sikap apatis masyarakat kehidupan demokratiassi di Indonesia, dikarenakan tidak banyak berpihak kepadanya ditambah lagi faktor atas penyelenggaraannya yang kurang sportifitas dari para peserta pemilu. Kenyataan ini acap kali muncul dalam penyelenggaraan Pemilu, baik pemilihan Presiden maupun pemilihan Gubernur sampai ke Bupati dan Walikota. Berbagai macam kasus diketemukan disebabkan kotornya praktik-praktik dari partai politik yang bertarung hingga menimbulkan ketidak jujuran dalam proses hasil demokratisasi yang sebagaimana mestinya, bahkan pihak yang merasa kalah sampai mengerahkan massanya untuk menggagalkan hasil pemilu tersebut. Dalam konteks geografis, bangsa ini sudah mengalami disintergrasi bangsa, akibat kurangnya penerapan keadilan pada masyarakat, maka daerah yang mempunyai sumber kekayaan alam ironisnya masyarakatnya tidak merasakan kekayaan alamnya sendiri, sehingga kesejahteraan hidupnya hanyalah mimpi saja di siang bolong lagi, hal ini disebabkan kekayaan alamnya dikendalikan di tingkat pusat akibat penerapan centralistik pemerintahan. Dengan demikian kalau hal ini kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat tidak menutup kemungkinan daerah-daerah akan melepaskan diri dari pemerintahan hingga terancamnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sudah kita tanamkan pada masyarakat sebagai harga mati itu. * Penyimpangan yang terjadi di masyarakat adalah banyaknya insan negeri ini yang bersikap bengis tidak memandang lagi etika membuat kendornya rasa persatuan di Indonesia sehingga menimbulkan kekacauan sesamanya melalui tawuran pelajar, mahasiswa bahkan masyarakat umum sehingga negara menjadi kacau balau. Demikian dalam menjalankan hukum, hukum pada kenyataannya dipermainkan oleh orang yang punya uang sehingga muncul mafia hukum di Indonesia. Berbagai macam kalangan menyuarakan untuk pembubaran mafia hukum tersebut, namun nyatanya para penguasa kupingnya budeg, tuli dan membiarkan saja. Hukum hanya menyentuh kalangan masyarakat kecil hingga menimbulkan rasa solidaritas pada sesamanya dengan penggalangan melalui Aksi seribu sandal contohnya * 4. Penyelewengan Sila Keempat dari Pancasila Suatu rintangan Implementasi dari Sila Keempat Pancasila adalah Banyaknya keputusan dari penyelenggara negara tidak berpihak pada kepentingan orang banyak, tetapi lebih berpihak pada kepentingan kelompok atau partai pemenang pemilu. Demikian juga dalam memutuskan suatu permasalahan yang menyangkut kehidupan orang banyak dimana diharapkan terjadi suatu kemufakatan, namun dalam implementasinya penuh dengan intrikintrik tertentu dalam pola kerjanya dan berkolaborasi memperhitungkan bagi hasil sesamanya hingga menimbulkan suatu silang pendapat dan dengan demikian hasil akhir akan diperebutkan melalui pengambilan suara terbanyak. Kata musyawarah mufakat disini hanya sebagai kedok dalam berkonstitusi belaka, agar apa yang telah direncanakan atau diputuskan di Munas oleh Partai Gemblong Nasional itu bisa lolos meskipun dengan menggunakan cara perekayasaan. Penggambaran sila keempat ini sebenarnya telah

memberikan penjelasan bahwa tafsir implementasi operasionalnya telah diarahkan pada bagaimana seluruh sumber daya yang tersedia itu, dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk pemberdayaan dan kemakmuran rakyat. Suatu contoh yang dapat kita lihat dan teladani adalah bidang ekonomi yang telah dicetuskan oleh Mohammad Hatta, bahwa Bangsa Indonesia ingin mengedepankan pembangunan perekonomian ke arah Ekonomi Kerayatan, dimana secara institusional disalurkan melalui lembaga-lembaga ekonomi dengan asas kerjasama dan kekeluargaan atau orang mengenal dengan istilah koperasi. Kata hikmah dan kebijaksanaan mempunyai dimensi makna sebagai masyarakat yang mampu menarik pelajaran hingga pada akhirnya mendaatkan sesuatu yang bermanfaat bahkan sebagai pandangan sekaligus sebagai tindakan atas nilai-nilai luhur bangsa ke dalam suatu kehidupan. Kata kebijaksanaan memberikan gambaran agar kita selalu bersikap bijak dalam bermasyarakat senantiasa bertindak arif atau tegang rasa antar sesamanya. Sementara Permusyawaratan dan perwakilan memberikan bayangan bahwa permusyawaratan merupakan pendekatan suatu konsensus dalam menyelesaikan suatu masalah yang lebih menitik beratkan pada nilai kebersamaan dalam kemenangan. Perwakilan disini mengilustrasikan bahwa dalam mengimplementasikan suatu permusyawaratan tidak perlu melakukan mengerahan massa secara besar-besaran, namun dengan memberikan beberapa perwakilannya sebagai representasi dari masyarakat yang telah diwakilinya itu, untuk menyuarakan kepentingannya melalui kewenangan dalam lelmbaga-lembaga yang telah dilegitimasi oleh masyarakatnya itu. Namun dalam kenyataannya sejak berdirinya Republik Indonesia ini, hingga era reformasi yang katanya dapat lebih baik dalam pengimplementasiannya itu, nyatanya sami mawon alias sama saja hasilnya tidak konsekuen seperti yang diharapkan dalam penjabaran dari ideologi bangsa ini, hasilnya malah lebi kacau balau dan amburadul gak karuan!. Anganangan Bangsa ini memakmurkan seluruh rakyatnya semakin jauh dari kenyataan, disebabkan kuatnya pengendalian perekonomian negeri ini oleh kelompok-kelompok dominan yang memegang kuat faham kapitalisme untuk berkolusi dengan pemegang kekuasaan, sehingga kepentingan kelompoknya lebih diutamakan kemakmurannya hingga berutnya jadi gendutdutdutplus wareg karepe dewe, dari pada kepentingan rakyat banyak. Kata hikmat dan kebijaksanaan hanya sebagai kedok belaka serta tameng dalam melancarkan ideologi kapitalismenya yang menjilma dalam praktik-praktik perekonomian negeri ini, hingga perekonomian rakyat semakin terlindas dan terjepit serta terlempar dari posisi sebagaimana mestinya, hal ini terjadi diakibat dari keberingasan dan kerakusan para kelas-kelas dominan yang terus menguasai pasarnya. Para pemegang keputusan negeri ini telah dirasuki faham kapitalisme hingga mengagungkan budaya hedonisme dalam praktikpraktik kehidupan, tanpa melihat lagi arti dari musyawarah dan mufakat yang telah menjadikan ciri bangsanya, yang ada di dalam otaknya hanyalah siapa yang punya modal itulah yang berkuasa!. Weeuuueeedddaaannn tenan, kalau begini rakyat jadi klengngeeer hidupnya!. Sementara perwakilan diterjemahkan diotaknya hanyalah para kroni-kroninya yang bisa diajak kerjasama untuk menghasilkan ide-ide cemerlang dalam

memperbesar kekuasaan hingga dapat mempermainkan pasar dalam rangka pengembangan sayap usahanya menjadi tumbuh besar dan hingga pada akhirnya dapat menguasai perekonomian bangsa Indonesia hingga sekarang ini, hal inilah yang dikemukakan oleh Kaum Marxis bahwa nilai-nilai yang menguntungkan orang-orang yang menjalankan masyarakat, tentang ide-ide yang berkuasa sepanjang masa merupakan hasil dari ide orang yang berkuasa. (John Storey, 2003) dengan demikian apa yang telah direncanakan dalam pola struktur pengembangannya itu bisa bergerak dengan leluasa tanpa ada persaingan berati. Otak orang-orang inilah sebenarnya yang menyebabkan terpuruknya negeri ini dalam taraf yang memprihatinkan, hingga rakyat susah hidup di negerinya sendiri yang dikenal berlimpah dengan kekayaan alamnya itu. * Sila keempat dari Pancasila mengajarkan kemufakatan dalam membahas suatu permasalah, kini diwarnai dengan kekisruhan dalam menjalankan suatu pertemuan hingga menimbulkan suatu ketegangan diakibatkan masing-masing tidak bisa mengendalikan diri. Bahkan di tingkat lembaga tinggi negara itu juga diwarnai keributan dalam sidang paripurna. Dalam pelaksanaan Pemilu baik Presiden, Gubernur, Bupati dan Wali Kota itu juga diwarnai dengan kekiruhan diakibatkan ketidak jujuran dalam pelaksanaannya hingga menimbulkan kerusuhan bahkan tembat pemungutan suara juga dibakarnya dari orang-orang yang merasa gak puas dengan ketidak jujuran dalam Pemilu itu * 5. Penyelewengan Sila Kelima dari Pancasila Suatu rintangan implementasi dari Sila Kelima Pancasila adalah Berkuasanya kelas-kelas dominan yang menguasai pengendalian pasar perekonomian Indonesia semakin terpuruknya jalan perekonomian kerakyatan yang mendukung tumbuhnya industri kecil menengah semakin suram jalannya. Angan-angan rakyat untuk mendambahkan hidup sejahtera demi keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dengan jalan dukungan terealisasinya perkonomian kerakyatan itu, semakin jauh dari harapan rakyat. Karena pada kenyataannya kesejahteraan hanya bisa dinikmati sebagian kecil dari kelompok rakyat yang telah dekat dengan kekuasaan, sehingga orang-orang ini dengan leluasanya mencampur adukkan antara kepentingan sendiri atau kelompoknya dengan kepentingan rakyat, padahal hasilnya demi kenyangnya perut mereka sendiri dasar begundal bisa saja cari celah!. Dalam perlakuan hukunpun, rasa ketidak adilan telah terbuka lebar kehidupan.hukum hanya menyentuh bagi masyarakat kelas teri saja yang dipermasalahkan sementara kelas dominan dengan leluasanya mempermainkan hukum untuk tunduk dan menurut aturan permainan uang sebagai alat atau senjata dalam menutupi perkaranya. Berbicara masalah keadilan berperannya hukum dalam kehidupan adalah semu belaka, karena hukum itu sendiri sudah menjadi alat komoditas bagi mereka-mereka yang serakah dengan kekuasaan sebagai sumber lahan yang subur untuk ditilep oleh karenanya perlu dipertahankan dengan segala upaya, walaupun dengan uang sebagai alat untuk menebusnya hingga semuanya jadi beres!!!. Perwujudan pada sila ini sebenarnya memberikan gambaran kepada kita, bahwa para penguasa negeri ini harus senantiasa bertindak arif untuk memberikan rasa keadilan

yang sama pada seluruh masyarakat Indonesia sebagai mana yang tercantum dalam ideologi Pancasila yang menjadi pandangan dan pegangan hidup bagi seluruh warga Republik Indonesia baik sebagai penyelenggaranya mapun rakyatnya. Lewat tangan pemerintah dengan para lembaga tinggi negara yang mempunyai kewenangan untuk menjalankan undang-undang tidak pilih kasih sesama warga negara, dan harus bertindak tegas pada semua insan penghuni negeri ini. Suatu contoh untuk mengilustrasikan dalam konteks hukum, pemberlakukan hukum harus menyentuh pada semua orang yang ada di Republik ini tanpa pandang bulu. Dalam rangka mengimplementasikannya itu, tidak ada orang atau kelompok manapun apakah kelas kakap atau kelas teri bahkan kelas waderpun yang bisa kebal hukum di dalam negeri ini, karena dalam Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa semua warga negara sama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan. Kenyataan ini memberi wawasan kepada kita bahwa seluruh kekayaan alam yang ada di dalam wilayah Republik Indonesia ini dikelolah oleh negara lewat tangan pemerintahan yang sah dan bersih tentunya serta bertujuan untuk sebesar -besarnya kemakmuran rakyatnya, buka untuk kepentingan kelompok atau golongan apalagi untuk dinasti kelaurga!. Jadi terwujudnya cita-cita para pendiri bangsa ini sudah jelas adalah seluruh tumpah darah bangsa ini bisa menikmati kemerdekaan lahir dan batin, sehingga masyarakat tidak ada yang tertekan oleh pihak manapun dan bisa menikmati kehidupan yang layak, dengan demikian rasa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia yang diimpikan dapat terwujudkan dengan baik (Redi Panuju, 2011). Dari paparan diatas, sekarang kita balik bertanya pada diri kita sendiri, apakah kehidupan selama ini kita sudah mengimplementasikan seperti yang diharapkan oleh makna dari Pancasila melalui sila kelima itu dengan aik?, Kenyataannya realitas sosial menggambarkan rekaman peristiwa yang terjadi di negeri ini berbicara lain dari yang seharusnya. Rasa keadilan selama ini hanya dinikmati oleh kalngan minoritas yang dekat dengan kekuasaan belaka. Kenyataan ini terbukti dan bukan menjadi suatu rahasia lagi setelah para pelaku tertangkap dan dihadapkan ke meja hijau dengan tuduhan penyuapan guna melancarkan aksi, ini berati bahwa hukum di negeri ini telah dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai uang berlimpahhingga mukanya penuh dengan dimensi uang beruang. Terle bih lagi kalau tumpukan uang yang ada di sekujur tubuhnya itu adalah hasil korupsi, wee enak amatya, tanpa kerja keras dapat uang banyak dalam waktu sesingkat itu!, itulah hasil kecakapan lidah menjilat kata berintervensi Maling, Garong, Rampok atas nama untuk kepentingan Rakyat! Dasar Begundal Lo!!!. Dalam celah-celah kehidupan para koruptor-koruptor kelas kakap dengan leluasanya masih bisa berkeliaran di negeri ini tanpa tersentuh oleh hukum, walaupun negeri ini punya lembaga yang memerangi tindakan korupsi itu lewat bendera KPK. Namun apa yang terjadi, penanganan kasusnyapun mendapat intervensi dari berbagai macam pihak meskipun hal itu tidak sulit untuk dilacak kebenarannya, namun dikarenakan adanya permainan kong kalikong antar penegak hukum akhirnya beres juga hasilnya lenyap ditelan angin tak tahu perginya!. Sulitnya penegakkan hukum dengan berorientasi pada sikap tanpa pandang bulu di negeri ini, menyebabkan rasa

keadilan jauh dari rakyat khususnya masyarakat kecil yang tidak mengerti hukum. Rasa kemakmuran yang menjdi citacita bangsa Indonesia pada waktu diproklamirkan hanyalah mimpi di siang bolong dan hidup sejahtera semakin jauh terwujudkan dari perut rakyat yang makin terjepit hidupnya oleh tangan-tangan kelompok dominan yang menguasai perekonomian kapitalis di negeri ini. * Harapan seluruh rakyat Indonesia keadilan tercipta hingga masyarakat menikmati arti kemerdekaan dan kemakmuran hidup, tetapi pada kenyataannya kemiskinan masih juga melanda negeri ini, jangankan menyimpan uang untuk makan saja sudah kalang kabut usahanya. Kemiskinan itu terjadi dikarenakan dana untuk kesejahteraan rakyatnya itu telah ditilep disikat diembat tanpa ampun oleh para Koruptor demi kekenyangan perutnya sendiri hingga belenduk mirip bola akibat kekenyangan makannya. Meskipun KPK sebagai gawangnya telah melakukan penangkapan-penangkapan pada pelaku tapi tak juga redah aksinyaApakah korupsi di negeri ini sudah menjadi budaya ataukah membudidayakan korupsi? * Persoalan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia hingga sekarang ini adalah kurangnya pembudayaan dan aktualisasi nilai-nilai Pancsila yang tidak berjalan secara efektif dan mendasar oleh semua warga Negara yang mengaku dirinya orang Indonesia. Pancasila dalam hafalan, mayoritas rakyat Indonesia pati hafal di luar kepala, kalau masih tidak hafal juga waa gawat!, hal seperti inilah yang perlu dipertanyakan tentang ke Indonesiaannya?. Tetapi kalau dipertanyakan apakah makna sila-sila dari Pancasila itu telah dimengerti secara mendalam dan diamalkan dalam aktifitas kehidupan?, barulah mereka berpikir seribu kali bahkan milyaran kali mereka mengatakan ogahaaahhh!. Pada kenyataannya keberadaan pancasila kalah pamornya dengan budaya luaryang telah masuk di negeri ini hingga kalau diajak ngomong dengan Pancasila mereka menganggapnya suatu hal yang kuno, produk lama, dan perilaku gagal total!, wweeebener -bener jawaban orang-orang keblinger!, yang tidak mempunyai pendirian kuat sebagai warga Negara Indonesia. Pantas saja perilaku bangsa ini rusak karena Pancasila dianggapnya sebagai barang tak berarti di dalam benaknya yang sok kebarat-baratan itu, pada hal mereka suka makan tape, dadar gulung, petholo, rujak bebek, rawon dan pecel Madiun!. Disebabkan itulah, akhirnya Pancasila tidak dapat muncul keberadaannya dalam ruang dan perilaku yang nyata dari setiap warga negara negeri ini. Keberadaan Pancasila selama ini hadir hanyalah sebagai tema dan semboyan semata-mata dalam setiap perilaku kehidupan masyarakat bahkan Pancasila sebagai hiasan di kantor, gedung pertemuan dan di Pos Gardu Siskamling RW. Bagaimana mungkin kita mampu mewujudkan atau melahirkan dan mengembangkan semangat kebangsaan dan pengagungngan Ideologi bangsa dengan baik, jika aktualisasi nilai-nilai Pancasila itu dangkal dan kandas oleh persepsi setiap warga negara negeri ini sendiri ?. Kemunculan semangat itu akan hadir dengan sendirinya, selama nilai-nilai Pancasila itu dimaknai secara mendalam dan menyerap dalam jiwa dan raga serta

dilaksanakan secara konsisten oleh setiap warga negara Indonesia. Suatu contoh kongkrit adalah semangat kebangsaan yang tinggi di tanam dalam jiwa setiap prajurit TNI, termasuk Ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila yang selalu ada dalam jiwa dan raganya bahkan setiap prajurit TNI rela mati demi untuknya. Seandainya setiap warga negara mempunyai jiwa seperti ini, minimal mirip atau katakanlah nyelip di dalam hatinya, maka Bangsa Indonesia tidak akan jadi begini keadaannya. Kalau dikaji dengan pikiran jernih dan intelektualitas tinggi, Pancasila tidak perlu diragukan lagi esistensinya. Para pendahulu pendiri bangsa ini telah bertahun tahun mengujinya, kalaupun selama ini tidak bisa menunjukkan hasilnya dengan sebagaimana mestinya itu, dikarenakan orang atau para penyelenggara yang mengelolahnya tidak mampu mengaktualisasikan berdasarkan metodologi secara benar, dan bukan Pancasilanya yang dipersalahkan. Pragdigma masyarakat selama ini dalam menyikapi Pancasila selalu bersikap sinis terhadapnya, ini harus diluruskan dan di arahkan ke jalan yang benar, sehingga penyelenggara Negara dan masyarakat bisa menghayati dan mengamalkannya secara konsisten agar bangsa ini bisa bangkit kembali dari keterpurukannya begitu dalam. Sejalan dengan hal itu maka perlu adanya upaya pembangunan jatidiri bangsa pada setiap warga negara Indonesia, karena dengan memiliki jatidiri bangsa berlandaskan Pancasila itulah, maka kemandirian suatu bangsa akan tercipta dengan sendirinya. Sudah menjadi kewajiban kita bersama, khususnya bagi kalangan yang berpendidikan tinggi untuk saling mengingatkan antar sesamanya atau sesama warga negara di setiap kesempatan, bahwa bangsa ini tidak melarang untuk menerima kebudayaan atau mengimplementasikan budaya luar menjadi suatu buadaya baru di Indonesia, namun hendaknya perlu adanya pengkajian yang mendalam tentang hal itu. Jangan main telan begitu saja, terutamayang bersifat perilaku atau norma tanpa mempertimbangkan pengkajiannya secara benar berdasarkan ideologi bangsanya, hingga muncul suatu ketidak sesuaian dengan jatidiri bangsa yang pada akhirnya muncul suatu ketimpangan di masyarakat. Justru kemajuan teknologi dari dunia barat itu jauh lebih baik kita jadikan contoh untuk ditiru dan dipelajari guna membangun sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka membangun kembali negeri ini dari segala macam disiplin ilmu, karena teknologi kita jauh lebih baik dari mereka, mengapa kita harus malu!!!. Kesuksesan suatu bangsa dalam membangun peradabannya adalah belajar dari kesuksesan bangsa lain dalam membangun peradabannya itu. Ada suatu istilah bernama Local Genius yaitu kemampuan suatu bangsa untuk menerima kebudayaan bangsa lain, kemudian disesuaikan dengan kepribadian bangsa itu sendiri hingga melahirkan suatu kebudayaan baru tanpa menghilangkan jatidiri bangsa itu sendiri. Inilah yang perlu kita jadikan pegangan kuat dalam mengakulturasi kebudayaan luar dengan kebudayaan kita hingga melahirkan kebudayaan baru tanpa pengurangi dari jatidiri bangsa Indonesia dengan Pancasila sebagai jiwa raganya itu.

Ir. Soekarno

Presiden Indonesia ke-1 Masa jabatan 17 Agustus 1945 12 Maret 1967 (21 tahun) Wakil Presiden Mohammad Hatta (1945)

Didahului oleh Tidak ada, jabatan baru Digantikan oleh Soeharto

Informasi pribadi Lahir Meninggal Kebangsaan Partai politik 6 Juni 1901 Blitar, Jawa Timur,Hindia Belanda 21 Juni 1970 (umur 69) Jakarta, Indonesia Indonesia PNI Oetari (19211923) Inggit Garnasih (19231943) Fatmawati (19431956) Hartini (19521970) Kartini Manoppo (19591968) Ratna Sari Dewi (19621970) Haryati (19631966) Yurike Sanger (19641968) Heldy Djafar (19661969) Guntur Soekarnoputra Megawati Soekarnoputri Rachmawati Soekarnoputri Sukmawati Soekarnoputri Guruh Soekarnoputra (dari Fatmawati)

Suami/istri

Anak

Taufan Soekarnoputra Bayu Soekarnoputra (dari Hartini) Totok Suryawan (dari Kartini Manoppo) Kartika Sari Dewi Soekarno(dari Ratna Sari Dewi) Profesi Agama Tanda tangan Insinyur Politikus Islam

1.NAMAKECILIR.SOEKARNO Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Kusno Sosrodihardjo oleh orangtuanya.Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna. Nama Karna menjadi Karno karena dalam bahasa Jawa huruf a berubah menjadi o sedangkan awalan su memiliki arti baik. Di kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I., ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda). Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno.

AsalUsulNamaAchmedSoekarno
Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, Siapa nama kecil Soekarno? karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga. Entah bagaimana, seseorang lalu menambahkan nama Achmed di depan nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia, seperti wikipedia bahasa Ceko, bahasa Wales, bahasa Denmark, bahasa Jerman, dan bahasa Spanyol. Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed di dapatnya ketika menunaikan ibadah haji. Dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Sukarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.

2.KEHIDUPANIR.SOEKARNO MasaKecildanRemajaSoekarno
Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke

Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.Kemudian pada Juni 1911

Soekarno

dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hoogere Burger School (HBS). Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS. di Surabaya, Jawa Timur. Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto. Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918. Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian Oetoesan Hindia yang dipimpin oleh Tjokroaminoto. Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto. Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij. Keluarga Soekarno

3.KIPRAHPOLITIKSOEKARNO
MasaPergerakanNasional Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929, dan memunculkan pledoinya yang fenomenal: Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

MasaPenjajahanJepang
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia pemerintah Jepang sempat tidak terutama untuk mengamankan keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer. Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memperhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta dan lain-lain dalam setiap organisasiorganisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H Mas Mansyur dan lain lainnya disebutsebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.

Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri. Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok Peristiwa Rengasdengklok. Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri. Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang,antara lain dalam kasus romusha.

MasaPerangRevolusi
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI,Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan moment tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP.Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap. Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu. (dibawah Inggris) meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.

Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya. Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi semi-presidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis. Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.

MasaKemerdekaan
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya. Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai kabinet seumur jagung membuat Presiden Soekarno kurang mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai penyakit kepartaian. Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara. Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat bom waktu yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang mengubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negaranegara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.

Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC). Kejatuhan Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam peristiwa yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965. Pelaku sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya. Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.[10] Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme). Sikap Soekarno yang menolak membuabarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik. Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno. Isi dari surat tersebut merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden. Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang. Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan. Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV MPRS. Pidato tersebut berjudul Nawaksara dan dibacakan pada 22 Juni 1966. MPRS kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut. Pidato Pelengkap Nawaskara pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang sama. Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. Dengan ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto de facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia. Setelah melakukan Sidang Istimewa maka MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.

4.SOEKARNOSAKITHINGGAMENINGGAL
Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965. Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional. Ia masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik. Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi. Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan. Tidak lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.

Komunikemedistersebutmenyatakanhalsebagaiberikut:
1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Ir. Soekarno semakin

memburuk

dan

kesadaran

berangsur-angsur

menurun.

2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia. 3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno hingga saat meninggalnya. Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintah memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno. Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970. Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya. Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara. Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.

5.PENINGGALANPRESIDENSOEKARNO
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka Kantor Filateli Jakarta menerbitkan perangko 100 Tahun Bung Karno.[8] Perangko yang diterbitkan merupakan empat buah perangko berlatarbelakang bendera Merah Putih serta menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik Indonesia. Perangko pertama memiliki nilai nominal Rp500 dan menampilkan potret Soekarno pada saat sekolah menengah. Yang kedua bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi tahun 1920an terpampang di atasnya. Sementara itu, perangko yang ketiga memiliki nominal Rp. 900 serta menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Perangko yang terakhir memiliki gambar Soekarno ketika menjadi Presiden dan bernominal Rp. 1000. Keempat perangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5 juta set oleh Perum Peruri. Selain perangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia menerbitkan juga lima macam kemasan perangko, album koleksi perangko, empat jenis kartu pos, dua macam poster Bung Karno serta tiga desain kaus Bung Karno. Perangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada tanggal 19 Juni 2008. Perangko tersebut menampilkan gambar Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro. Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba. Nama Soekarno pernah diabadikan sebagai nama sebuah gelanggang olahraga pada tahun 1958. Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai sarana keperluan penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada masa Orde Baru, komplek olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan. Tapi sesuai keputusan Presiden Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali pada nama awalnya yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal ini dilakukan dalam rangka mengenang jasa Bung Karno. Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno. Dua di antaranya adalah Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah organisasi yang mencetuskan ide untuk membangun universitas dengan pemahaman yang diajarkan Bung Karno. Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri, anak ketiga Soekarno dan Fatmawati. Pada tahun 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie meresmikan Universitas Bung Karno yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung Karno, Nation and Character Building kepada mahasiswa-mahasiswanya. Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan benda-benda seni maupun non-seni kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Yayasan tersebut didirikan pada tanggal 1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri Soekarno yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra dan Kartika Sari

Dewi Soekarno. Di tahun 2003, Yayasan Bung Karno membuka stan di Arena Pekan Raya Jakarta.[8] Di stan tersebut ditampilkan video pidato Soekarno berjudul Indonesia Menggugat yang disampaikan di Gedung Landraad tahun 1930 serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden.[8] Selain memperlihatkan video dan foto, berbagai cinderamata Soekarno dijual di stan tersebut. Diantaranya adalah kaus, jam emas, koin emas, CD berisi pidato Soekarno serta kartu pos Soekarno. Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan Soekarno. Soenuso mengaku merupakan mantan sersan dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang.[8] Ia pernah menunjukkan benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya di Cileungsi, Bogor. Benda-benda tersebut antara lain adalah sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register emas JM London, emas putih dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat logam berwarna kuning dengan tulisan ejaan lama berupa deposito hibah. Selain itu terdapat pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta sertifikat deposito obligasi garansi di Bank Swiss dan Bank Netherland.[8] Meskipun emas yang ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas tersebut.

6.PENGHARGAANPRESIDENIR.SOEKARNO
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri. Perguruan tinggi dalam negeri yang memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno antara lain adalah Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin dan Institut Agama Islam Negeri Jakarta. Sementara itu, Columbia University (Amerika Serikat), Berlin University (Jerman), Lomonosov University (Rusia) dan Al-Azhar University (Mesir) merupakan beberapa universitas luar negeri yang menganugerahi Soekarno dengan gelar Doktor Honoris Causa. Pada bulan April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama 104 tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki. Penghargaan tersebut adalah penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi emas. Soekarno mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari apartheid. Acara penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri yang mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan.

Anda mungkin juga menyukai