Disusun oleh :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
Makalah ini mencakup manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis yaitu
memperkaya pengetahuan tentang berbagai ideologi yang pernah berkembang di
Indonesia. Manfaat praktis yaitu dengan adanya makalah ini dapat memberikan
banyak informasi kepada penulis dan pembaca khususnya tentang perbedaan ideologi
Pancasila dengan berbagai ideologi lain.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam ensiklopedi Politik dan Pembangunan (1988) dijelaskan bahwa istilah ideologi
berasal dari bahasa Yunani idein yang artinya melihat dan logia yang berarti kata, ajaran.
Istilah ideologi pertama kali diperkenalkan oleh A. Destult de Tracy untuk menyebutkan
suatu cabang filsafat, yaitu science dan idees, sebagai ilmu yang mendasari ilmu-ilmu lain,
misalnya pedagogi, etika dan politik. Pengertian ideologi pada awalnya berarti ilmu tentang
terjadinya cita-cita, gagasan atau buah pikiran. Arti yang demikian ini kemudian diubah oleh
Marxisme sehingga pengertian ideologi berkonotasi negatif. Menurut Marxisme ideologi
diartikan sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan
atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial.
Ideologi secara praktis diartikan sebagai sistem dasar seseorang tentang nlai-nilai dan
tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika diterapkan untuk negara,
maka ideologi diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara
sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik sebagai
individu, sosial maupun dalam kehidupan bernegara.
Jadi ideologi dapat kita artikan sebagai suatu gagasan dan buah pikiran yang
dikembangkan secara keseluruhan yang tersusun secara sistematis untuk mewujudkan tujuan
dan cita-cita suatu Negara.
A. Ideologi Pancasila
Theis, artinya dalam Pancasila berisi filsafat yang mengakui adanya kekuasaan
Tuhan Yang Maha Esa.
Praktis, artinya dalam Pancasila bukan hanya berisi kebenaran teoritis, tetapi
dititikberatkan pada pelaksanaannya.
1. Integral
2. Etis
Berasal dari kata etika, yaitu filsafat yang berkaitan dengan tindakan
manusia yang dapat dikenai ukuran baik atau buruk. Baik dan buruknya
tindakan manusia berhubungan dengan moral. Dari aspek etika, tindakan
manusia dibedakan menjadi dua, yaitu actus hominis (tindakan-tindakan
manusia yang juga dilakukan oleh makluk hidup yang lainnya baik fisik,
alamiah, biologis) dan actus humanus (tindakan, kegiatan, perbuatan, aksi
reaksi manusia sebagai makhluk intelektual, kultural, dan memiliki kehendak
bebas). Actus humanus merupakan tindakan yang khas manusiawi, yaitu
tindakan-tindakan yang berlandaskan pada moral dan sosio-kultural.
3. Religius
Pancasila jika dilihat dari nilai-nilai dasarnya, dapat dikatakan sebagai ideologi
terbuka. Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar,
bersifat tetap dan tidak berubah. Oleh karenanya ideologi tersebut tidak langsung
bersifat operasional, masih harus dieksplisitkan, dijabarkan melalui penafsiran yang
sesuai dengan konteks jaman. Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki dimensi-
dimensi idealistas, normatif, dan realitas. Pancasila dikatakan sebagai ideologi terbuka
memiliki dimensi idealitas karena memiliki nilai-nilai yang dianggap baik, benar oleh
masyarakat Indonesia.
B. Ideologi Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan.
Liberalisme memiliki pandangan tersendiri terhadap hak dan kebebasan warga
negara. Ia mendukung pengakuan hak asasi manusia sepanjang tidak mengganggu
hak-hak orang lain.
a. Bidang Politik
Sangat menekankan pada peranan masing-masing individu. Sehingga
setiap orang bisa saja menuntut sesuatu kepada negara atas dasar prinsip
liberal.
b. Bidang Ekonomi
d. Bidang Agama
C. Ideologi Komunisme
a. Bidang politik
d. Komunisme tidak menerima pikiran orang lain, oleh sebab itu mereka tidak
segan melakukan penipuan, pengkhianatan, dan pembunuhan untuk
melenyapkan lawan lawannya, meskipun dari anggota partainya sendiri.
Undang-undang Dasar 1945 sebagai penjabaran secara yuridis formal dari ideologi
Pancasila menunjukkan adanya ide keseimbangan itu. Undang-undang Dasar 1945 tidak
bersifat absolut dalam memandang manusia dan kehidupan bernegara. Maka, baik ciri
komunisme yang bersifat totaliter tidak terdapat di dalamnya. Demikian pula kelemahan
liberalisme yang cenderung menutup mata akan adanya dampak dari individualisme dan
persaingan dicoba untuk diantisipasi dengan adanya pasal-pasal yang menjamin akan
kebebasan sekaligus perlindungan terhadap hak-hak yang menyangkut hajat hidup warga
negara secara umum.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan