Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN


PERBANDINGAN IDEOLOGI

Disusun oleh :

1. Aqila Shofia Afani ( 18108241026 )


2. Benedicta Elvirra Dheylamasta ( 18108241091 )
3. Dewi Tri Rahayu ( 18108244032 )
4. Rian Adi Pangestu ( 18108244056 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai dasar Negara Indonesia, Pancasila memegang peranan penting dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila pada hakikatnya merupakan hasil
penuangan atau pemikiran seseorang atau sekelompok orang. Pancasila diangkat dari
nilai-nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia. Melalui pendidikan Pancasila warga Negara Republik
Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan
konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti digariskan di dalam Pembukaan
UUD 1945.

Pancasila adalah ideologi Bangsa Indonesia. Dengan pedoman Pancasila para


pendahulu kita bisa mempersatukan berbagai golongan dan kelompok. Selain ideologi
Pancasila ada banyak ideologi lain yang ada seperti ideologi Liberalisme dan
Komunisme. Semua itu memiliki perbedaan dengan ideologi Pancasila. Maka dari itu
makalah ini akan membahas berbagai perbedaan ideologi Pancasila dengan beberapa
ideologi lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan ideologi ?

2. Apakah yang dimaksud dengan ideologi Pancasila ?

3. Bagaimana perbedaan antara ideologi Pancasila dengan berbagai ideologi lain?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ideologi.


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ideologi Pancasila

3. Untuk mengetahui perbedaan antara ideologi Pancasila dengan berbagai ideologi


lain yang pernah berkembang di Indonesia.

D. Manfaat

Makalah ini mencakup manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis yaitu
memperkaya pengetahuan tentang berbagai ideologi yang pernah berkembang di
Indonesia. Manfaat praktis yaitu dengan adanya makalah ini dapat memberikan
banyak informasi kepada penulis dan pembaca khususnya tentang perbedaan ideologi
Pancasila dengan berbagai ideologi lain.
BAB II

PEMBAHASAN

Dalam ensiklopedi Politik dan Pembangunan (1988) dijelaskan bahwa istilah ideologi
berasal dari bahasa Yunani idein yang artinya melihat dan logia yang berarti kata, ajaran.
Istilah ideologi pertama kali diperkenalkan oleh A. Destult de Tracy untuk menyebutkan
suatu cabang filsafat, yaitu science dan idees, sebagai ilmu yang mendasari ilmu-ilmu lain,
misalnya pedagogi, etika dan politik. Pengertian ideologi pada awalnya berarti ilmu tentang
terjadinya cita-cita, gagasan atau buah pikiran. Arti yang demikian ini kemudian diubah oleh
Marxisme sehingga pengertian ideologi berkonotasi negatif. Menurut Marxisme ideologi
diartikan sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan
atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial.

Ideologi secara praktis diartikan sebagai sistem dasar seseorang tentang nlai-nilai dan
tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika diterapkan untuk negara,
maka ideologi diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara
sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik sebagai
individu, sosial maupun dalam kehidupan bernegara.

Jadi ideologi dapat kita artikan sebagai suatu gagasan dan buah pikiran yang
dikembangkan secara keseluruhan yang tersusun secara sistematis untuk mewujudkan tujuan
dan cita-cita suatu Negara.

A. Ideologi Pancasila

Pancasila merupakan hasil berfikir secara kefilsafatan, suatu hasil pemikiran


yang mendalam dari para pendiri negara Indonesia, yang disahkan sebagai dasar
filsafat negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian Pancasila merupakan
nilai-nilai luhur budaya dan religius yang akan melandasi dan memberikan arah bagi
sikap dan cara hidup bangsa Indonesia.

Dardji Darmodihardjo, mengemukakan bahwa Pancasila dapat dikatakan


sebagai filsafat yang idealistis, theis dan praktis.
Idealistik, artinya dalam Pancasila berisi nilai-nilai atau pikiran terdalam tentang
kehidupan yang dipandang baik.

Theis, artinya dalam Pancasila berisi filsafat yang mengakui adanya kekuasaan
Tuhan Yang Maha Esa.

Praktis, artinya dalam Pancasila bukan hanya berisi kebenaran teoritis, tetapi
dititikberatkan pada pelaksanaannya.

Menurut Soerjanto Poespowardojo, jika dirumuskan secara positif Pancasila


mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Integral

Manusia adalah individualitas dan sekaligus sosialitas. Manusia itu


masing-masing otonom dan korelatif. Pranarka mengatakan bahwa manusia
berada dalam dua tegangan dialektik antara sifat kodrat yang individual dan
sosial, makhluk pribadi dan berhubungan dengan sesamanya. Pancasila juga
menolak sosialisme otoriter. Sosialisme otoriter merupakan paham yang
memberi kritik, atau reaksi terhadap liberalisme-kapitalisme, sehingga
pandangannya menolak sisi individualitas manusia dan mengakui humanisme
kolektivitas; manusia adalah makluk sosial. Pandangan ini berat sebelah,
karena tidak mengahrgai kebebasan individu manusia.

2. Etis

Berasal dari kata etika, yaitu filsafat yang berkaitan dengan tindakan
manusia yang dapat dikenai ukuran baik atau buruk. Baik dan buruknya
tindakan manusia berhubungan dengan moral. Dari aspek etika, tindakan
manusia dibedakan menjadi dua, yaitu actus hominis (tindakan-tindakan
manusia yang juga dilakukan oleh makluk hidup yang lainnya baik fisik,
alamiah, biologis) dan actus humanus (tindakan, kegiatan, perbuatan, aksi
reaksi manusia sebagai makhluk intelektual, kultural, dan memiliki kehendak
bebas). Actus humanus merupakan tindakan yang khas manusiawi, yaitu
tindakan-tindakan yang berlandaskan pada moral dan sosio-kultural.

Menurut Oesman dan Alfian (1991: 60) menyatakan bahwa


kehidupan bernegara harus mewujudkan keadilan masyarakat dalam
berbagai aspek kehidupanya. Dilain hal masyarakat di tuntut untuk
bertanggungjawab atas usaha dan pilihan yang ditentukan. Dimensi
etis menuntut pembangunan serta ketatanegaraan yang
bertanggungjawab.
Pancasila menjadi kriteria (batu pengukur) praktis kehidupan
ketatanegaraan dan ketatapemerintahan negara RI. Dengan pandangan etis
yang jelas ini, maka Pancasila menolak machiavellianisme, suatu paham yang
membenarkan cara-cara immoral untuk mencapai tujuan politik dengan
semboyan terkenalnya: tujuan menghalalkan segala cara.

3. Religius

Pengakuan adanya kekuatan, kekuasaan yang mengatasi segala sesuatu


yang dipahami oleh bangsa Indonesia sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Sila
pertama pancasila menegaskan religiusitas sebagai sesuatu yang menyatu
(inheren) pada hakikat manusia, karena kedudukan kodrat manusia sebagai
makhluk yang otonom (bertanggung-jawab pada dirinya sendiri), sekaligus
makhluk Tuhan (tindakan, perbuatannya diyakini dalam kehidupan keabadian
dipertanggung-jawabkan juga kepada Tuhan yang Maha Esa). Menurut
Oesman dan Alfian (1991:59) menyatakan bahwa “hidup bukanlah ditentukan
oleh nasib, tetapi tergantung pada rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan usaha
manusia”.

Dengan demikian paham kemanusiaan pancasila adalah paham


humanisme religius. Pancasila dengan sendiri menolak ateisme, dan juga
bukan negara agama dan sekaligus bukan negara sekular. Negara sekuler
adalah negara yang memisahkan dengan tegas antara negara dan agama.

Pancasila sebagai ideologi negara berisikan ajaran mengenai Ketuhanan Yang


Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoneisa. Nilai-nilai itu berpangkal dari alam
pikiran budaya Indonesia dan terkait dengan perjuangan bangsa (Pranarka, 1985).
Pancasila sebagai ideologi berarti suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar dan
cita-cita mengenai sejarah manusia, masyarakat dan negara Indonesia yang bersumber
dari kebudayaan Indonesia; oleh karena itu Pancasila dalam pengertian ideologi ini
sama artinya dengan pandangan hidup bangsa atau biasa disebut falsafah hidup
bangsa.

Pancasila jika dilihat dari nilai-nilai dasarnya, dapat dikatakan sebagai ideologi
terbuka. Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar,
bersifat tetap dan tidak berubah. Oleh karenanya ideologi tersebut tidak langsung
bersifat operasional, masih harus dieksplisitkan, dijabarkan melalui penafsiran yang
sesuai dengan konteks jaman. Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki dimensi-
dimensi idealistas, normatif, dan realitas. Pancasila dikatakan sebagai ideologi terbuka
memiliki dimensi idealitas karena memiliki nilai-nilai yang dianggap baik, benar oleh
masyarakat Indonesia.

Menurut Oesman dan Alfian (1991:59) menyatakan bahwa dalam ideologi


terbuka terdapat cita – cita dan nilai – nilai yang bersifat mendasar dan
tidak langsung bersifat operasional. Oleh karena itu setiap kali harus
dieksplisitkan.
Rumusan-rumusan Pancasila sebagai ideologi terbuka bersifat umum,
universal sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 45. Pancasila memiliki
dimensi normatif, artinya nilai-nilai dasar tadi dijabarkan dalam norma-norma atau
aturan-aturan sebagaimana tersusun dalam tata aturan perundangan yang berlaku di
Indonesia dari yang tertinggi sampai yang terendah. Dimensi realitas artinya ideologi
Pancasila mencerminkan realitas hidup yang ada di masyarakat, sehingga Pancasila
tidak pernah bertentangan dengan tradisi, adat-istiadat, kebubudayaan, dan tata hidup
keagamaan yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Fungsi ideologi Pancasila :

1. Menyatukan bangsa Indonesia, memperkokoh dan memelihara kesatuan


dan persatuan

2. Membimbing dan mengarahkan bangsa Indonesia untuk mencapai


tujuannya.

3. Memberikan kemauan untuk memelihara dan mengembangkan identitas


bangsa Indonesia.
4. Menerangi dan mengawasi keadaan, serta kritis kepada adanya upaya
untuk mewujudkan cita-cita yang terkandung di dalam Pancasila.

5. Sebagai pedoman bagi kehidupan bangsa Indonesia dalam upaya


menjaga keutuhan negara dan memperbaiki kehidupan dari bangsa
Indonesia.

B. Ideologi Liberalisme

1. Pengertian Ideologi Liberalisme

John Locke (1632-1704) merupakan orang pertama yang meletakkan dasar-


dasar ideologi liberal. Liberalisme muncul sebagai reaksi terhadap filsafat Filmer
yang mengatakan bahwa setiap kekuasaan bersifat monarkhi mutlak dan tidak ada
orang yang lahir bebas (Magnis Suseno, 1994).

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan.
Liberalisme memiliki pandangan tersendiri terhadap hak dan kebebasan warga
negara. Ia mendukung pengakuan hak asasi manusia sepanjang tidak mengganggu
hak-hak orang lain.

2. Prinsip Ideologi Liberalisme

a. Pengakuan terhadap hak asasi warga negara.

b. Memungkinkan tegaknya tata tertib masyarakat dan negara atas supermasi


hukum.

c. Memungkinkan lahirnya pemerintahan yang demokratis.

d. Penolakan terhadap pemerintahan totaliter.

3. Ciri-ciri Ideologi Liberalisme

a. Bidang Politik
Sangat menekankan pada peranan masing-masing individu. Sehingga
setiap orang bisa saja menuntut sesuatu kepada negara atas dasar prinsip
liberal.

b. Bidang Ekonomi

Ditandai dengan persaingan yang kuat karena perekonomian


diserahkan kepada kepentingan perorangan sehingga menimbulkan
pertentangan dan ketimpangan. Karena yang kaya makin kaya dan yang
miskin makin miskin.

c. Bidang Sosial Budaya

Anggota masyarakatnya bersifat individual dan sangat mementingkan


prestasi pribadi.

d. Bidang Agama

Mengenal paham sekuler, artinya negara tidak ikut campur atau


menomorduakan dalam urusan agama sebab agama adalah urusan masing-
masing pribadi dan lembaga keagamaannya.

4. Perbandingan dengan Ideologi Pancasila

Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus norma-


normanya terdapat di dalam Undang-ndang Dasar 1945, maka dapat dikatakan
bahwa hal-hal yang terdapat di dalam liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal
UUD 1945, tetapi Pancasila menolak liberalisme sebagai ideologi yang bersifat
absolutisasi dan determinisme. Absolutisasi diartikan sebagai adanya
proses,memutlakkan hal-hal yang pada hakikatnya tidak mutlak. Determinisme
adalah ajaran bahwa sesuatu itu secara mutlak telah ditentukan dan dibatasi oleh
faktor-faktor tertentu (Pranarka, 1985: 404)

Undang-Undang Dasar 1945 tidak bersifat absolutisasi dan determinisme


sebagaimana ideologi liberalisme, yang memberi penekanan pada kebebasan
individu, sehingga kesejahteraan sosial bukan menjadi tanggung jawab negara.
Undang-undang Dasar 1945 tidak hanya menekankan hak-hak azasi manusia,
tetapi juga kewajiban-kewajiban, misalnya kewajiban untuk menjunjung hukum
dan pemerintahan, ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Undang-undang Dasar 1945 menolak sistem ekonomi liberal yang berdasarkan


persaingan bebas dan penyakralan hak milik pribadi. Hak milik pribadi tidak
dihilangkan, tetapi ditempatkan secara proporsional. Hak milik pribadi
dipergunakan sepanjang tidak bertentangan dengan kesejahteraan sosial. Sesuai
pada Pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi :

1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas


kekeluargaan.
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. ****)
5) Ketentuan lebihlanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang. ****)

C. Ideologi Komunisme

1. Pengertian ideologi komunisme

Ideologi Komunisme adalah sebuah paham yang menekankan kepemilikan


bersama atas alat-alat produksi (tanah, tenagakerja, modal) yang bertujuan untuk
tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa kelas dan
semua orang sama. Ridho (1999: 198) menyatakan bahwa “Komuniseme adalah
sebuah aliran berpikir berlandaskan kepada atheisme, yang menjadikan materi
sebagai asal segala-galanya”.
Karl Marx dan Frederich Engels adalah tokoh utamanya dalam
mengembangkan paham ini. Masyarakat komunisme yang digambarkan oleh
Marx adalah suatu komunis yang tidak berkelas, tenteram, tenang, manusia
dengan disiplin diri dan pandangan terhadap kerja sebagai sumber kegembiraan,
lepas dari perlu dan tidaknya kerja. Orang bekerja bukan untuk mencukupi
nafkah, melainkan karena panggilan hati sendiri. Setiap orang melakukan peran
sesuai dengan kesenggupannya.

2. Prinsip ideologi komunisme

a. Bidang politik

Secara teoritas, pemerintah komunis yang didasarkan ideologinya


memperlakukan semua negara bagian mereka, rakyat dan cita citanya
menciptakan masyarakat sama rata-sama rasa. Dalam kenyataanya “jauh
panggang dari api”. Kekerasan, penyingkiran lawan-lawan, pembuangan,
pengangsingan, agotasi dan propaganda untuk menghancurkan bagi mereka
yang tidak sejalan merupakan tindakan yang biasa dan harus dijalankan
dengan cara revolusioner dan radikal. Dengan demikian, ideologi komunisme
dengan marximesnya cenderung untuk melahirkan suatu sistem politik yang
otoriter dan tirani seperti yang diperlihatkan oleh penguasa Stalin dan Lenin di
rusia, Mao Tse Tsung di China. Dalam membawa misi komunismenya untuk
mencapai dan menguasai politik dalam masyarakat maupun negara, kalangan
ini bila mungkin membentuk partai politik berupa partai komunis. Peran yang
dilakukan partai adalah melaksanakan kegiatan propaganda sebagai partai
rakyat-‘seplah:” mengabdi kepada kemerdekaan, demokrasi dan keadilan
sosial. Anggota atau kader partai diperintahkan untuk melakukan penyusupan
kedalam partai politik lain terutama kelompok serikat kerja, tentara dan
organisasi pemerintahan.

Dalam struktur sosial politik, negara yang berpaham ideologi komunis


menganut sistem komando, hierarkis dari atas, dengan pola yang sentralistik
dan diktator atas nama proletar, sehinggan sering disebut diktator proletariat.
Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan ada tingkat/jalur untuk lahirnya
suatu kebijakan politik. Yakni polit biro (Vanguard) merupakan pimpinan
tetringgi dan pemutus, kemudian partai/parlemen negara terakhir masyarakat.
b. Bidang ekonomi

Marx memperkenalkan konsep dalam rangka melakukan perombakan


ekonomi dalam masyarakat, ada dua komponen yang penting, yakni tenaga
produksi dan hubungan produksi. Dua hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan kemudian mengubah hubungan produksi dimana tumbuh pula
perubahan pada tata hidup kelembagaan hukum dan politik serta kesadaran
maupun pemikiran yang baru.

Marxisme telah mengambil sikap bahwa yang memimpin dan


memutuskan persoalan ekonomi adalah pemerintah, sedangkan individu-
individu hanya menjalankan apa yang dikomandokan oleh pemerintah.
Disamping itu, individu juga tidak boleh memiliki apa yang mereka hasilkan,
tetapi hasilnya itu dipandang sebagai hak milik pemerintah yang
mengumpulkannya dan membagikan kepada seluruh rakyat secara adil. Bagi
Marx selama prinsip ekonomi dengan industrinya dijalnakn oleh individu,
maka menimbulkan bencana yakni exploitation de homme par I’ homme
(penindasan manusia secara manusia).

3. Ciri ciri ideologi komunisme

a. Sifatnya atheis yakni tidak mengimani adanya Tuhan.

b. Kurang mneghargai manusia sebagai individu, dibuktikan dengan ajaran yang


tidak mengijinkan seseorang menguasai alat alat produksi.

c. Komunisme mengajarkan teori pertentangan, karena cara mencapai tujuan,


sangat menghalalkan kekerasan, radikal, revolusioner dan perjuangan kelas,
dengan sendirinya etika tingkah laku didasarkan atas kekerasan .

d. Komunisme tidak menerima pikiran orang lain, oleh sebab itu mereka tidak
segan melakukan penipuan, pengkhianatan, dan pembunuhan untuk
melenyapkan lawan lawannya, meskipun dari anggota partainya sendiri.

4. Kebaikan dari ideologi komunisme

Komunisme menganggap semua orang itu sama sehingga dalam ajarannya


komunisme memogramkan tercapainya masyarakat komunis tanpa kelas. Karena
ajarannya itu banyak rakyat miskin yang tertarik untuk menganut ideologi
komunis.

5. Keburukan ideologi komunisme

Keburukan ideologi komunisme bersifat atheis, kurang menghargai manusia


sebagai individu dan tidak menghormati HAM

6. Perbandingan dengan ideologi pancasila

a. Pancasila mengakui dan melindungi baik hak-hak individu maupun hak


masyarakat baik di bidang ekonomi maupun politik.
b. Pancasila mengakui hak-hak milik pribadi dan hak-hak umum. Dalam
komunis menyerahkan semua yang dimiliki individu pada negara.
c. Pancasila mengakui secara selaras baik kolektivisme maupun
individualisme. Sedangkan komunisme hanya mengakui kolektivisme.
d. Pancasila bukan hanya mengembangkan demokrasi politik semata seperti
dalam ideologi liberal-kapitalis, tetapi juga demokrasi ekonomi dengan
asas kekeluargaan.
e. Pancasila memberikan kebebasan individu secara bertanggung jawab
selaras dengan kepentingan sosial. (kepetingan individu dalam kerangka
kepentingan sosial).
f. Pancasila dilandasi nilai ketuhanan (religius). Komunisme mengagung-
agungkan material (materialisme) dan kurang menghiraukan aspek
immaterial-religi.

Undang-undang Dasar 1945 sebagai penjabaran secara yuridis formal dari ideologi
Pancasila menunjukkan adanya ide keseimbangan itu. Undang-undang Dasar 1945 tidak
bersifat absolut dalam memandang manusia dan kehidupan bernegara. Maka, baik ciri
komunisme yang bersifat totaliter tidak terdapat di dalamnya. Demikian pula kelemahan
liberalisme yang cenderung menutup mata akan adanya dampak dari individualisme dan
persaingan dicoba untuk diantisipasi dengan adanya pasal-pasal yang menjamin akan
kebebasan sekaligus perlindungan terhadap hak-hak yang menyangkut hajat hidup warga
negara secara umum.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah bagian


dari Ideologi bangsa yang diangkat dari nilai– nilai adat istiadat kebudayaan serta
nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia. Ideologi
dapat diartikan sebagai suatu gagasan dan buah pikiran yang dikembangkan secara
keseluruhan yang tersusun secara sistematis untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita
suatu Negara. Pancasila sebagai Ideologi bangsa menunjukkan adanya keseimbangan
ide dan gagasan serta tidak bersifat absolute dalam memandang manusia dan
kehidupan bernegara, sedangkan Komunisme lebih bersifat mutlak atau totaliter.
Komunisme juga cenderung menutup mata akan adanya dampak individualisme dan
persaingan. Selain itu, jika dibandingkan dengan Pancasila, Liberalisme juga dapat
menimbulkan hal – hal seperti pertentangan dan persaingan antar individu yang
memiliki tingkat ketimpagan drastis.

Anda mungkin juga menyukai