Oleh karena itu, di sini filsafat sebagai sebuah ilmu pengetahuan akan dijadikan sebagai
pandangan hidup. Terkait dengan Pancasila, Pancasila sebagai sebuah pandangan hidup sudah
tentu memiliki nilai-nilai filsafat yang terkandung di dalamnya, dan bahkan Pancasila telah
memiliki ilmu pengetahuan. Secara filsafati, Pancasila merupakan sistem nilai-nilai ideologis
yang berderajat. Artinya di dalamnya terkandung nilai luhur, nilai dasar, nilai instrumental, nilai
praksis, dan nilai teknis. Agar ia dapat menjadi ideologi bangsa dan negara Indonesia yang
lestari tetapi juga dinamis berkembang, nilai luhur dan nilai dasarnya harus dapat bersifat tetap,
sementara nilai instrumentalnya harus semakin dapat direformasi dengan perkembangan
tuntutan zaman.Di samping itu, Pancasila mampu dijadikan pangkal sudut pandang dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan (science of knowledge) yang dalam karya-karya berikutnya
ditunjukkan segi-segi ontologik, epistemologi, dan aksiologinya sebagai raison d’etre bagi
Pancasila sebagai suatu faham atau aliran filsafati (Wibisono, 1995:126).
Anton Bakker dalam analisisnya menyatakan secara tegas bahwa Pancasila dapat berperan
selaku framework di mana sekian ilmu serentak bekerja secara interdispliner. Di sini kapasitas
Pancasila dapat dieksplorasi ke dalam ranah filsafat ilmu (Philosophy of Science) berkaitan
dengan aras ontologis, epistemologis dan aksiologis (Sutrisno, 2006:124).
Pancasila merupakan sebuah pandangan dunia atau world view yang juga dapat ditanamkan
nilai-nilai filsafat. Pancasila adalah filsafat bangsa yang sesungguhnya berhimpit dengan
jiwa bangsa. Di sini yang muncul adalah kapasitas pengetahuan bangsa, misalnya yang
berkaitan dengan hakikat kenyataan dan kebenaran. Hakikat kenyataan dan kebenaran serta
nilai-nilai filsafat tersebut sebenarnya adalah bagian dari aspek ontologi, epistemologi dan
aksiologi yang harus dieksplorasi oleh filsafat ilmu dalam upaya mengembangkan Pancasila.
Sebagai pandangan dunia atau filsafat, Pancasilamerupakan acuan intelektual kognitif bagi cara
berpikir bangsa, yang dalam usaha keilmuan dapat terbangun ke dalam sistem filsafat yang
kredibel. Bahan materialnya adalah berbagai butir dan ajaran kebijaksanaan dalam budaya etnik
maupun agama.Penguasaan ilmu pengetahuan di Indonesia harus berpedoman pada keilmuan
Pancasila. Pancasila berfungsi sebagai sudut pandang. Hal ini adalah konsekuensi logis dari
pendirian teleologis dalam ilmu. Ilmu pengetahuan tidak bebas nilai: ilmu pengetahuan
“masuk” ke dalam matriks Pancasila yang berbasis Ketuhanan Yang Maha Esa dan berpuncak
pada Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Sutrisno, 2006:74-75).
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, sila kedua, pada dasarnya diliputi dan dijiwai
oleh Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang juga menjiwai sila-sila persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan, keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalam sila kedua, kita harus mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan kewajiban, saling mencintai sesama manusia, mengembangkan sikap
tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Persatuan Indonesia, sila ketiga ini diliputi dan dijiwai oleh Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa serta kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputidan menjiwai sila-sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan, keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Di dalam sila ketiga ini kita harus menempatkan persatuan, kesatuan,
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara Indonesia di atas kepentingan pribadi atau
golongan, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, cinta tanah air dan bangsa,
memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal
Ika.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
adalah diliputi dan dijiwai oleh sila-sila Ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Persatuan Indonesia, meliputi dan menjiwai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalam sila keempat, berartimengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama, musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan, dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sila ini diliputi dan dijiwai oleh sila-
sila Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
Pancasila disebut juga weltanschauung atau pandangan hidup. Hal itu menunjukkan bahwa
Pancasila merupakan gagasan vital bangsa, sistem nilai dasar yang derivasinya terbangun ke
dalam sistem moral dan sistem hukum negara bangsa, negara kesatuan RI modern. Sebagai
pandangan hidup, Pancasila mengandung sistem normatif preskreptif bagi kehidupan manusia.
Pancasila mengandung prinsip-prinsip mulia. Kehendak untuk menegakkan negara Indonesia
pastilah didasari oleh niat dan pedoman yang baik. Gagasan-gagasan yang terkandung di
dalamnya merangkum kebijaksanaan bangsa Indonesia atas konteks budaya dan agama yang
berabad lamanya disimpan sebagai norma etis. Unsur-unsur kebaikan tercantum dan menjadi
pedoman masyarakat Indonesia.
Menurut Cicero pengertian filsafat diartikan sebagai sebagai ibu dari semua seni. Ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae atau seni kehidupan.
Menurut Ibnu Sina, hal pertama yang dihadapi seorang filsuf adalah bahwa yang ada berebeda-
beda, terdapat ada yang hanya mungkin ada.
Menurut Plato Pengertian filsafat adalah sebuah pengetahuan tentang segala yang ada atau ilmu
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
Menurut Al Farabi Definisi filsafat merupakan ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud
dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
Menurut Johann Gotlich Fickte Pengertian filsafat merupakan ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu
umum, yang jadi dasar segala ilmu. Filsafat membicarakan seluruh bidang dan seluruh jenis
ilmu untuk mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Menurut Stephen R. Toulmin Arti filsafat adalah sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu
mencoba menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-
prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan,
pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-
landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan
metafisika.
Menurut Rene Descartes Pengertian filsafat menurut Rene Descartes adalah kumpulan segala
pengetahuan, dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
Menurut Bertrand Russel Definisi filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara
teologi dan sains. Sebagaimana teologi, filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai
masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa
dipastikan. Namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas
tradisi maupun otoritas wahyu.
Menurut Dr. A. C Ewing Filsafat adalah kebenaran, materi, budi, hubungan materi dan budi,
ruang dan waktu, sebab, kemerdekaan, monisme lawan fluarlisme dan Tuhan adalah termasuk
pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat
Menurut Fichte, filsafat disebut sebagai wissenschafslehre yang berarti ilmu dari ilmu-ilmu,
yakni ilmu yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu.
Menurut John Dewey Filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungakap mengenai
perjuangan manusia secara terus meners dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi
yang membentuk budi manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan cita-cita
politi yang baru dan tidak sejalan dengan wewenang yang diakui.
Menurut Dr. M. J. Langeveld Pengertian filsafat sebagai ilmu kesatuan yang terdiri atas tiga
lingkungan masalah yakni:
Lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan seterusnya).
Lingkungan masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori pengetahuan, logika).
Lingkungan masalah nilai (teori nilai etika, estetika yang bernilai berdasarkan religi).
Menurut Kattsoff Pengertian filsafat menurut Kattsoff dibagi menjadi beberapa bagian yakni
sebagai berikut:
Filsafat adalah berpikir secara kritis,
Filsafat adalah berpikir dalam bentuk yang sistematis.
Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
Filsafat adalah berpikir secara rasional.
Filsafat bersifat komprehensif.
Menurut Henderson Filsafat diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat mendalam
sampai ke akar-akarnya mengenai segala sesuatu yang ada.
Menurut Roger Garaudy Pengertian filsafat yang berbeda-beda itu wajar, akan tetapi filsafat
tidak memberi sarana-sarana, akan tetapi mengajukan pertanyaan tentang tujuan dan tentang
makna-makna.
Menurut Berling Pengertian filsafat adalah pemikiran yang bebas, diilhami oleh rasio, mengenai
segala sesuatu yang muncul dari pengalaman pengalaman (experience).
Daftar Pustaka :
Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen, 2003, Pengantar Filsafat Ilmu,terjemahan Soejono
Soemargono, Tiara Wacana, Yogyakarta.
Edwin, Ferry, dkk, 2006, Prof. Notonagoro & Pancasila: Analisis Tekstual & Kontekstual, UGM
Press,Yogyakarta.
Gie, The Liang, 1997, Pengantar Filsafat Ilmu, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Wibisono Siswomihardjo, Koento, 1995, Peran Filsafat Dalam Hidup Berbangsa, dalam Alex
Lanur (ed), Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka: Problem dan Tantanganya, Kanisius,
Yogyakarta.
https://www.mantabz.com/pengertian-filsafat-pancasila-menurut-ahli-etimologi/#
https://www.zonareferensi.com/pengertian-filsafat/
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/
view/
3111&ved=2ahUKEwip8du8t_HoAhXNzTgGHQMcCsMQFjABegQIChAD&usg=AOvVaw1Ug6HM
1zgHjcvzVe2s1kwW&cshid=1587194412029