Disusun oleh :
Indah Wuri Ponco Wati
2001244010
Prodi Seni Rupa Murni
Universitas Negeri Surabaya
KESELARASAN AGAMA DAN PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI BANGSA
ABSTRAK
Semboyan nasional Indonesia “Bhinneka tunggal ika” (Berbeda-beda
tetapi tetap satu jua) memiliki makna keberagaman sosial-budaya yang membentuk
satu kesatuan negara.Indonesia merupakan negara pluralisme agama, karena tidak
hanya memluk satu agama melainkan lebih dari satu agama beserta kepercayaannya.
Artinya setiap warga Indonesia memiliki kebebasan memeluk agama dan
mengajarkan sesuai dengan keyakinannya. Di dalam pancasila terdapat nilai-nilai
dalam menjamin hak atas kebebasan beragama dan beribadah diIndonesia.
Pancasila dikatakan sebagai alat pemersatu bangsa dalamkebebasan beragama
tersebut. Utamanya nilai Ketuhanan Yang Maha Esa kemudianmenjiwai pasal 28 E
ayat 1 dan pasal 29 sebagai dasar hukum hak dan kewajiban warga negara
Indonesia dalam kebebasan beragamaPancasila adalah ideologi bangsa dan
landasan jati diri bangsaIndonesia. Agama dan negara tidak dapat bertentangan
dalam keadaan apa pun, dan ada hubungan yang saling menguntungkan antara
agama dan negara. Agama membutuhkan negara untuk menyadari nilai-nilai agama
dalam kehidupan, dan negara membutuhkan agama untuk mewujudkan pemerintahan
yang adil, bersih, dan sejahtera bagi rakyat, bahkan menata negara. Selain itu,
dalam merumuskan ideologi bangsa, agama berperan penting dalam lahirnya
Pancasila, Agama dijamin dalam UUD 1945 dan sila pertama..(Amelia, 2019)
PEMBAHASAN
Kedua, Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai- nilai
kemanusiaan yaitu adanya sebuah pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia
dengan segala hak dan kewajibannya, selain itu adanya perlakuan yang adil terhadap
sesama manusia, diri sendiri, alam sekitar, dan terhadap Tuhan. Sila ini juga
menegaskan bahwa manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki
daya cipta, rasa, karsa dan keyakinan. Di sisi lain bahwa kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat
manusia yang berbudi, sadar nilai, dan berbudaya. Potensi kemanusiaan dimiliki oleh
semua manusia di dunia, tidak pandang ras dan warna kulit, jadi bersifat universal.
Mereka sama-sama memiliki martabat yang tinggi, karena itu harus diperlakukan
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sesuai dengan fitrahnya sebagai makhluk
Tuhan. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah suatu rumusan sifat keluhuran
budi manusia Indonesia. Dengan konsep tersebut, maka setiap warga negara
mempunyai kedudukan yang sederajat dan sama dihadapan undang-undang negara,
mempunyai kewajiban dan hak-hak yang sama; setiap warga negara dijamin haknya
serta kebebasannya yang menyangkut hubungan dengan Tuhan, dengan negara
masyarakat, dan menyangkut pula kemerdekaan menyatakan pendapat dan mencapai
kehidupan yang layak sesuai dengan hak asasi manusia.
Prinsip atau asas Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sila utama dalam
struktural piramida Pancasila. Pemahaman yang benar akan nilai-nilai, sifat dan
karakter Ketuhanan Yang Maha Esa akan memberikan moralitas spiritual ilmiah
sehingga mampu memberikan konsepsi dalam membangun peradaban bangsa yang
akan selalu terjadi sepanjang masa. Tiga dari empat indikator moderasi beragama
yaitu, komitmen, kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, mempertegas keharusan
Negara untuk menjamin egalitarianism hak semua warga Negara serta hadir sebagai
fasilitator untuk menjembatani perbedaan yang ada. Komitmen kebangsaan berarti
pandangan, sikap, dan praktek beragama yang bersinergi dengan komitmen dan
loyalitas pada empat consensus dasar (NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka
Tunggal Ika). Afirmasi prinsip egalitarianism dan dialog merupakan salah satu bentuk
komitmen dan loyalitas kepada keempat consensus dasar bangsa tersebut. Sebagai
indicator moderasi, toleransi dimaknai atau diartikan sebagai sikap memberi ruang
dan tidak mengganggu hak orang lain untuk berkeyakinan dan mengekspresikan
keyakinannya, meskipun hal tersebut berbeda dengan apa yang kita yakini. (Saidi,
2009)
Itulah beberapa penjelasan mengenai hubungan negara dan agama menurut ideologi
Pancasila yang diterapkan sebagai dasar dari negara Indonesia. Penjelasan hubungan
yang diuraikan tersebut akan memapu memahami lebih jauh mengenai ideologi
Pancasila yang berkembang di Indonesia(Arump, 2021).
PENUTUP
Kesimpulan
Anwar, C. (2018). Islam dan kebhinekaan di Indonesia: Peran agama dalam merawat
perbedaan. Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 4(2), 1.
https://doi.org/10.31332/zjpi.v4i2.1074
Fathani, A. T., & Qodir, Z. (2020). Agama musuh pancasila? studi sejarah dan peran
agama dalam lahirnya pancasila. Al-Qalam, 26(1), 117.
https://doi.org/10.31969/alq.v26i1.828
Rosana, E. (2017). Eksistensi pancasila sebagai kontrak sosial umat beragama. TapIs,
13(02), 9–15.
Saidi, A. (2009). Relasi pancasila, agama dan kebudayaan: Sebuah refleksi1. Jurnal
Masyarakat & Budaya, 11(1), 25–50.
http://jmb.lipi.go.id/index.php/jmb/article/viewFile/233/213
Shaleh, A. I., & Wisnaeni, F. (2019). Hubungan agama dan negara menurut pancasila
dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Jurnal
Pembangunan Hukum Indonesia, 1(2), 237–249.
https://doi.org/10.14710/jphi.v1i2.237-249