Anda di halaman 1dari 12

Nama : Lusy Sucihati

Npm : 205040001
Prodi/Kelas : Pendidikan Biologi / A
Dosen : Dr. H.Dadang Mulyana, M.Si / Deni Zein Tarsidi, M.Pd.
Nama Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Jawaban Soal Ujian Akhir Semester.

1. Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja, akan
tetapi melalui serangkaian peristiwa dalam penetapannya. Coba saudara jelaskan apa
yang melatarbelakangi lahirnya Pancasila dari aspek:

a. Aspek Sosiologis

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan


bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai
aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai
perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara. Sosiologi dipahami sebagai
ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Di dalamnya mengkaji, antara lain latar belakang,
susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyakarat,
disamping itu juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam
masyakat. Soekarno (1982:19), menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologi suatu
masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai-nilai yang tertentu. Melalui
pendekatan sosiologis ini pula. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, Bangsa Indonesia
mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada
suatu asas cultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai -nilai
kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila pancasila bukan hanya
hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia
sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri bangsa.

b. Aspek Historis
Berdasarkan dari landasan historis, Pancasila dirumuskan serta memiliki suatu tujuan
yang digunakan sebagai Dasar Negara Indonesia. Proses perumusannya tersebut juga diambil
dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat. Pancasila digali dari bangsa Indonesia yang
memang sudah tumbuh serta berkembang semenjak lahirnya bangsa Indonesia. Oleh para
pendiri bangsa kita, dirumuskanlah dengan sederhana, namun memiliki arti yang begitu
mendalam yang mana mampu meliputi sebanyak 5 (lima) prinsip (sila) yang diberi nama
dengan Pancasila. Negara Indonesia merancang Dasar Negara yang justru bersumber pada
nilai-nilai yang telah tumbuh, hidup dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat dan
bangsa Indonesia. Kesimpulannya adalah landasan historis memiliki arti Pancasila yang
didasarkan pada sejarah bangsa Indonesia itu sendiri. Nilai-nilai Pancasila yang berhasil
didapat itu berasal dari bangsa Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia tak akan pernah
bisa dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila.

c. Aspek Politis
Dari aspek politis, Pancasila merupakan modus vivendi atau kesepakatan luhur yang
mampu mempersatu-kan masyarakat Indonesia yang majemuk dalam satu nation state atas
dasar prinsip persatuan (fungsi kedua ideologi). Pancasila menjadi nilai bersama atau nilai
integratif yang amat diperlu-kan bagi masyarakat yang plural. Pancasila telah menjadi dasar
filsafat negara baik secara yuridis dan politis (Kaelan, 200). Pancasila sebagai dasar negara
dapat ditinjau dari aspek filosofis dan yuridis. Dari aspek filosofis, Pancasila menjadi pijakan
bagi penyelenggaraan bernegara yang dikristalisasikan dari nilai-nilainya. Dari apek yuridis,
Pancasila sebagai dasar negara menjadi cita hukum (rechtside) yang harus dijadikan dasar
dan tujuan setiap hukum di Indonesia. Politik pemba-ngunan hukum di Indonesia dengan
kerangka nilai Pancasila memiliki kaidah-kaidah penuntunnya. Pancasila sebagai sumber dan
kaidah penuntun hukum itu selanjutnya dituangkan di dalam peraturan perun-dang-undangan
sebagai sumber hukum formal. Jalinan nilai nilai dasar Pancasila dijabarkan dalam aturan
dasar (hokum dasar) yaitu UUD 1945 dalam bentuk pasalpasal yang mencakup berbagai segi
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Aturan-aturan dasar dalam UUD 1945
selanjutnya dijabarkan lagi dalam undangundang dan peraturan dibawahnya. Hieraki hukum
Indonesia yang terbentuk ini berbentuk piramida yang dapat dilihat dan sejalan dengan
Stufenbautheorie (teori jenjang norma) dari Hans Kelsen, dimana Pancasila sebagai
Grundsnorm berada di luar sistem hukum, bersifat meta yuristic tetapi menjadi tempat
bergantungnya norma hukum. Pada posisinya sebagai ideologi nasional, nilai-nilai Pancasila
difungsikan sebagai nilai bersama yang ideal dan nilai pemersatu. Hal ini sejalan dengan
fungsi ideologi di masyarakat yaitu: Pertama, sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak
dicapai secara bersama oleh suatu masyarakat. Kedua, sebagai pemersatu masyarakat dan
karenanya sebagai prosedur penyelesai-an konflik yang terjadi di masyarakat (Ramlan
Surbakti, 1999 dalam Winarno, 2010). Dalam kaitannya dengan yang pertama nilai dalam
ideologi itu menjadi cita-cita atau tujuan dari masyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah
untuk mencapai terwujudnya nilai-nilai dalam ideologi itu. Sedangkan dalam kaitannya yang
kedua, nilai dalam ideologi itu merupakan nilai yang disepakati bersama sehingga dapat
mempersatukan masyarakat itu serta nilai bersama tersebut dijadikan acuan bagi penyelesaian
suatu masalah yang mungkin timbul dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Pancasila dalam Politik Pendidikan Nasional Dalam konteks pendidikan nasional, tidak dapat
dipungkiri bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa mengalami fluktuasi tafsiran dari setiap
rezim yang berkuasa, bukan hanya masa orde baru yang selama ini kita anggap sebagai rezim
yang paling getol memberikan tafsir tetapi juga sudah dimulai sejak rezim pemerintahan
presiden Soekarno pada masa orde lama (Samsuri, 2009).

d. Aspek Yuridis
Landasan yuridis ini merupakan landasan yang berdasar atas aturan yang dibaut setelah
melalui perundingan dan permusyawarahan. Alinea ke-4 dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menjadi landasan yuridis konstitusional antara lain yang ada di dalamnya terdapat rumusan
dan susunan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara yang sah, benar serta otentik, sebagai
berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Batang tubuh UUD 1945 itu juga menjadi landasan yuridis konstitusional karena dasar
negara yang ada pada Pembukaan UUD 1945 dijabarkan menjadi lebih lanjut dan lebih
terperinci pada pasal-pasal dan ayat-ayat yang ada di dalam Batang Tubuh UUD 1945 itu.
Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila yang ada di Perguruan Tinggi
sudah diatur dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 yang
menyatakan, isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan. Kesimpulannya ,
landasan yuridis adalah penyelenggaraan Pendidikan Pancasila yang didasarkan dalam
Perguruan Tinggi yang didasarkan di ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia.
2. Sebagai satu sistem filsafat, Pancasila memiliki nilai-nilai yang mendukung Pancasila
sebagai sistem filsafat tersebut, Bagaimana sudut pandang Pancasila sebagai sIstem
filsafat jika dikaji dari aspek :

a. Epistimologis
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal,
syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber
pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas, dan validitas ilmu
pengetahuan.

Secara epistemologi kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya


untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai sistem
filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti pancasila telah
menjadi suatu belief sistem, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu
pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem
pengetahuan. Dasar Epistemologi (pengetahuan) sila-sila pancasila

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan suatu sistem
pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari pancasila merupakan pedoman atau dasar bagi
bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan
negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi dalam hidup dari kehidupan pancasila dalam pengertian seperti yang demikian
ini telah menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan (belief system) yang telah menyangkut
praksis, karena dijadikan landasan bagi cara hidup manusia atau suatu kelompok masyarakat
dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini berarti filsafat telah menjelma menjadi ideologi
(Abdulgani, 1998). Sebagai suatu ideologi maka pancasila memiliki tiga unsur pokok agar
dapat menarik loyalitas dari pendukungnya yaitu; 1) logos yaitu rasionalitas atau
penalarannya. 2) pathos yaitu penghayatannya, dan 3) ethos yaitu kesusilaannya (Wibisono,
1996 : 3). Sebagai suatu sistem filsafat serta ideologi maka pancasila harus memiliki unsur
rasional terutama dalam kedudukannya sebagai suatu sistem filsafat. Oleh karena sumber
pengetahuan pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri yang memiliki nilai-nilai adat istiadat
serta kebudayaan dan nilai religius, maka diantara bangsa Indonesia sebagai pendukung sila-
sila pancasila dengan pancasila sendiri sebagai suatu sistem pengetahuan memiliki kesesuaian
yang bersifat korespondensi.
Selain itu manusia memiliki indra sehingga dalam proses reseftif indra merupakan
alat untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan yang bersifata empiris. Maka pancasila juga
mengakui kebenaran empiris terutama dalam kaitannya dengan pengetahuan manusia yang
bersifat positif. Potensi yang terdapat dalam diri manusia untuk mendapatkan kebenaran
terutama dalam kaitannya dengan pengetahuan positif pancasial juga mengakui kebenaran
pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi. Manusia pada hakikatnya kedudukan
kodratnya adalah sebagai makhluk tuhan yang maha esa, maka sesuai dengan sila pertama
pancasila estimologi juga mengakui kebenaran wahyu bersifat mutlak hal ini sebagai
tingkatan kebenaran yang tertinggi. Kebenaran dalam pengetahuan manusia adalah
merupakan suatu sintesa yang harmonis antara potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu akal,
rasa dan kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran yang tertinggi yaitu kebenaran
mutlak. Selain itu dalam sila ketiga yaitu persatuan indonesia, sila keempat kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan serta keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia maka epistimologis pancasila juga mengakui kebenaran
konsensus terutama kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia sebagaimana makhluk
individu dan mahluk sosial.

b. Aksiologis
Istilah Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan
logos yang artinya pikiran atau ilmu. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang
diinginkan, disukai atau yang baik. bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai,
dan kedudukan metafisiska suatu nilai. Nilai (value dalam bahasa inggris) berasal dari
bahasa Latin valere yang artinya kuat, baik, dan berharga. Dalam kajian filsafat nerujuk pada
sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau
“kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna, nilai juga mengandung harapan akan
sesuatu yang diinginkan, nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu
benda untuk memuaskan manusia. Dasar Aksiologis (nilai) sila-sila pancasila. Sila-sila
pancasila sebagai suatu sistem filsafat yang juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologinya,
yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu
kesatuan. Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik
tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian nilai dan
hierarkhinya. Misalnya kalangan materialis memandang bahwa hakikat nilai yang tertinggi
adalah nilai material. Kalangan hedonis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai
kenikmatan. Namun dari berbagai macam pandangan tentang nilai dapat kita kelompokkan
pada dua macam sudut pandang yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan
subjek pemberi nilai yaitu manusia, hal ini bersifat subjektif namun juga terdapat pandangan
bahwa pada hakikatnya sesuatu itu memang pada dirinya sendiri memang bernilai, hal ini
merupakan pandangan dari paham objektivisme. Max Scheler misalnya mengemukakan
bahwa nilai pada hakikatnya berjenjang, jadi tidak sama tingginya dan tidak sama luhurnya.
Nilai-nilai itu dalam kenyataannya ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah bila mana
dibandingkan satu dangan yang lainnya. Notonagoro merinci nilai disamping bertingkat juga
berdasarkan jenisnya ada yang bersifat material dan non material. Dalam hubungan ini
manusia memiliki orientasi nilai yang berbeda tergantung pada pandangan hidup dan filsafat
hidup masing-masing Menurut Notonagoro bahwa nilai-nilai pancasila termasuk nilai-nilai
kerohanian yang mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian nilai-nilai
pancasila yang tergolong nilai kerohanian itu juga nilai-nilai lain secara lengkap dan
harmonis yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau estetis, nilai
kebaikan atau nilai moral, maupun nilai kesucian yang secara keseluruhan bersifat sistematik-
hierarkis, dimana sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai basisnya sampai
dengan sila Keadilan Sosial sebagai tujuannya. (Darmodiharjo, 1978).
c. Ontologis
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat sesuatu atau
tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Bidang
ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda,
alam semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.
Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-
sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologism. Dasar ontologis Pancasila pada
hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau
monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung pokok
dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan
Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia. Sedangkan manusia sebagai
pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu
terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila
Pancasila lainnya. (lihat Notonagoro, 1975: 53). Hubungan kesesuaian antara negara dan
landasan sila-sila Pancasila adalah berupa hubungan sebab-akibat: Negara sebagai pendukung
hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal
hubungan. Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah
sebagai sebab, dan negara adalah sebagai akibat.

3. Pancasila sebagai suatu falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia tentunya
memiliki nilai-nilai yang telah mengakar lama pada diri bangsa Indonesia, bagaimana
agar nilai-nilai yang ada dalam Pancasila dapat diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang Pancasilais ?
Jawaban :
Menerapkan Pancasila dalam kehidupan dan perilaku sehari-hari, salah satu
kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah sebagai pandangan hidup berbangsa.
Yakni mengandung pengertian bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan pegangan dalam
mengatur sikap dan tingkah laku yang menjadi pedoman. Bangsa Indonesia harus menghayati
dan mengamalkan nilai-nilai kebenarannya. Jika tidak diamalkan maka pandangan hidup
tersebut tidak bermanfaat sama sekali dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keadaan tersebut,
bangsa Indonesia akan mudah dimanfaatkan pihak-pihak tertentu sehingga terjadi
perpecahan. Menerapkan Pancasila dalam kehidupan dan perilaku sehari-hari, salah satu
kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah sebagai pandangan hidup berbangsa.
Yakni mengandung pengertian bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan pegangan dalam
mengatur sikap dan tingkah laku yang menjadi pedoman. Bangsa Indonesia harus menghayati
dan mengamalkan nilai-nilai kebenarannya. Jika tidak diamalkan maka pandangan hidup
tersebut tidak bermanfaat sama sekali dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keadaan tersebut,
bangsa Indonesia akan mudah dimanfaatkan pihak-pihak tertentu sehingga terjadi
perpecahan. Maka dari itu, lima butir yang terdapat di Pancasila dapat diterapkan dengan
cara:
a. Memiliki satu agama dan menjalankan peribadatan dari agama yang diikuti dengan
ketakwaan pada tuhan serta tidak memaksa seseorang untuk masuk ke agama
yang diyakini karena setiap orang memiliki hak untuk memilih agama sesuai yang
dikehendaki.
b. Menghargai perbedaan di tengah masyarakat yang terdiri dari banyaknya suku,
agama, ras. Serta menjaga adab dan kesopanan, budi pekerti di dalam berbagai
kondisi.
c. Cinta pada tanah air untuk menjaga persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat
karena menyadari bahwa kita bertanah air satu, Indonesia serta meningkatkan
kreativitas karya yang kita hasilkan.
d. Mengawasi dan memberikan saran terhadap jalannya penyelenggaraan kedaulatan
rakyat yang dilakukan pemerintah dan mengutamakan pengambilan keputusan
dengan musyawarah mufakat untuk menyelesaikan suatu permasalahan, baik
kepentingan dua orang atau lebih.
e. Senantiasa berusaha membantu orang lain yang dilanda kesusahan, menghormati
hasil musyawarah sekalipun bertentangan dengan pendapat kita, serta berani
memeperjuangkan keadilan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

4. Coba saudara jelaskan dan gambarkan piramida terbalik dari Pancasila dan
mengapa Pancasila dapat disebut sebagai piramida terbalik ?
Jawaban :
Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk piramida. Kalau dilihat
dari intinya, urutan-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian dalam lausnya dan isi-
isinya, merupakan pengkhususan dari sila-sila dimukanya. Secara ontologisme kesatuan sila-
sila Pancasila sebagai suatu system bersifat hierarkhis dan berbentuk piramida adalah sebagai
berikut : Bahwa hakikat adanya tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai Causa
Prima. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada termasuk manusia ada karena diciptakan
tuhan atau manusia ada sebagai akibat adanya Tuhan (sila 1). Adapun manusia adalah sebagai
subjek pendukung pokok negara, karena negara adalah lembaga kemanusiaan, negara adalah
sebagai persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah manusia (sila 2). Maka negara
adalah sebagai akibat adanya manusia yang bersatu (sila 3). Sehingga terbentuklah
persekutuan hidup bersama yang disebut rakyat. Maka rakyat pada hakikatnya nya
merupakan unsur negara disamping wilayah dan pemerintah. Rakyat adalah sebagai totalitas
individu-individu dalam negara yang bersatu (sila 4). Keadilan pada hakekatnya merupakan
tujuan suatu keadilan dalam hidup bersama atau dengan lain perkataan keadilan sosial (sila
5). Pada hakekatnya sebagai tujuan dari lembaga hidup bersama yang disebut negara. Dalam
hal ini bentuk piramida dari Pancasila itu sendiri digambarkan terbalik. Dikarenakan cakupan
dari sila pertama yang bersifat universal hingga sila terakhir yang bersifat individu.
Gambarnya seperti berikut :

5. Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan penjabaran


dari nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila, di dalam pembukaan terdapat tujuan
nasional dan cita-cita nasional bangsa Indonesia. Bagaimna hubungan anatara
Pancasila dengan pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ?
Jawaban :
Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa,
maka Pancasila diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup kenegaraan. Hubungan
Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 adalah bahwa pokok-pokok pikiran pembukaan
tidak lain adalah sila-sila Pancasila. Pokok-pokok pikiran tersebut antara lain negara
persatuan, negara hendak mewujudkan keadilan seluruh rakyat Indonesia, Negara yang
berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan dan negara berdasar atas
Ketuhanan yang Maha Esa menurut dasar, kemanusiaan yang adil dan beradab Pancasila
sebagai cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa Indonesia tersebut merupakan norma
dasar dalam penyelenggaraan bernegara dan yang menjadi sumber hukum sekaligus sebagai
cita hukum (recht-idee), baik tertulis maupun tidak tertulis di Indonesia. Cita-cita ini secara
langsung merupakan cerminan kesamaan-kesamaan kepentingan di antara sesama warga
bangsa.

6. Di era globalisasi seperti ini, Pancasila mempunyai tantangan besar yaitu bagaimana
caranya Pancasila dapat membendung setiap perubahan radikal yang terjadi saat ini.
Menurut anda bagaimana agara Pancasila tidak tergerus oleh arus perkembangan
zaman yang ada saat ini, berikan contoh konkretnya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara !
Jawaban :
Nilai-nilai Pancasila harus tetap dipahami dan diamalkan di tengah arus globalisasi di
Indonesia. Generasi milenial menjadi obyek utama yang harus didorong untuk tetap
mengamalkan nilai luhur tersebut. Ini bertujuan agar Pancasila tidak tergerus oleh berbagai
faham yang bisa memecah kedaulatan bangsa. Karena itu, generasi milenial Indonesia harus
tetap berpedoman pada Pancasila agar tidak tergerus oleh penyimpangan ideologi.
Penanaman nilai Pancasila pada generasi milenial akan semakin membuat mereka pintar,
memiliki sikap toleransi, kohesif, dan punya literasi keagamaan yang baik. Pancasila, kata
Rektor, juga akan menjadi jati diri generasi milenial. Namun, ada strategi khusus dalam
menanamkan nilai Pancasila pada generasi muda. Rektor menjelaskan, pengamalan tidak
boleh dilakukan dengan metode indoktrinasi. Fleksibilitas harus dilakukan. ada perbedaan
strategi penanaman nilai Pancasila pada generasi milenial. Metode doktrin dipandang sudah
tidak relevan dengan sikap dan pola pikir generasi milenial. Kedepankan budaya mendengar
ketimbang menggurui. Dengar apa yang anak milenial inginkan tentang Pancasila Pemerintah
juga perlu menyiapkan strategi kekinian dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila di generasi
muda. Memanfaatkan platform media sosial maupun teknologi informasi yang ada
merupakan metode efektif. pemerintah bisa memanfaatkan sejumlah tokoh pemengaruh
(influencer) di media sosial sebagai media untuk mengenalkan nilai-nilai Pancasila. Gali
berbagai nilai Pancasila yang bisa disampaikan dengan metode yang tidak menggurui dan
sesuai dengan selera generasi milenial. dalam mengamalkan nilai Pancasila, membangun
semangat kebinekaan merupakan strategi yang bisa dilakukan. Pengakuan terhadap berbagai
perbedaan, perlakuan sama terhadap berbagai komunitas, serta penghargaan yang tinggi
terhadap hak asasi manusia harus ada dalam setiap kebijakan pemerintah. Strategi selanjutnya
adalah penguatan nilai Pancasila berbasis kearifan lokal.

contoh kehidupan di lingkungan bermasyarakat:

1. sebagai warga negara dan warga masyarakat setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan hak dan kewajiban yang sama

2. tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama


4. musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan

5. menghormati dan menjunjung tinggi Setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah

Upaya yang saya maksud adalah bagaimana menginternalisasi ideologi Pancasila kepada
masyarakat, khususnya generasi muda, dengan cara yang efektif dari cara-cara yang
dilakukan pada masa pemerintahan Orde Baru yang bersifat indkontriner.

Hal ini penting untuk dilakukan. Jika tidak, keutuhan bangsa di masa depan akan mengalami
ancaman yang serius.

Hanya Pancasila yang masih relevan sebagai ideologi negara dan tepat untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara baik di masa kini ataupun di masa depan. Strategi menyelamatkan
Pancasila Upaya menjaga dan menguatkan nilai-nilai Pancasila di masyarakat dapat
dilakukan dengan tiga hal yaitu melalui pendekatan budaya, internalisasi di semua level
pendidikan, dan penegakan hukum terhadap hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila.

Pertama, nilai-nilai Pancasila perlu dikuatkan dengan pendekatan budaya. Pemerintah melalui
Kemdikbud harus menyusun strategi yang tepat, efektif, dan partisipatif tanpa paksaan.

Hal ini bisa dilakukan dengan membangun fasilitas atau pos-pos budaya di semua wilayah
dalam rangka melestarikan sekaligus mengembangkan kebudayaan lokal yang ada di
masyarakat.

Kedua, penguatan nilai-nilai Pancasila di sektor pendidikan. Generasi muda adalah masa
depan bagi ideologi Pancasila. Saat ini paparan ideologi radikal mulai mengancam generasi-
generasi muda kita.

contoh kehidupan di lingkungan berbangsa dan bernegara :

pada kitab Sutasoma, adanya istilah “Pancasila Krama”, yaitu lima dasar tingkah laku atau
perintah kesusilaan. Dalam kitab itu terdapat lima larangan yakni:

a). jangan mencabut nyawa makhluk hidup;

b). jangan mengambil barang yang tidak diberika;.

c). jangan berbuat zina;


d). jangan berkata bohong;

e). janganlah minum-minuman yang memabukkan.

Sumber :
http://tjiptosubadi.blogspot.com/2010/09/landasan-ontologi-epistimologi-dan.html

http://www.habibullahurl.com/2017/09/landasan-pendidikan-pancasila.html
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1291720&val=17346&title=Pem
budayaan%20Nilai-
Nilai%20Luhur%20Pancasila%20Melalui%20Pendidikan%20Kewarganegaraan
http://www.bhataramedia.com/forum/sebutkan-dan-jelaskan-hubungan-antara-
http://muhammadhamudi.blogspot.com/2017/03/dasar-ontologis-epistemologi-dan.html?m=1
http://riset.unisma.ac.id/index.php/JISoP/article/download/4945/5419
https://nasional.kompas.com/read/2019/10/13/21112671/strategi-menyelamatkan-
pancasila?page=all
http://s2mkp.fisip.unair.ac.id/implementasi-pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan-
bernegara/
http://s2mkp.fisip.unair.ac.id/implementasi-pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan-
bernegara/
https://www.unpad.ac.id/2020/08/perlu-strategi-khusus-mengamalkan-pancasila-di-generasi-
milenial/

Anda mungkin juga menyukai