Anda di halaman 1dari 14

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila

Dalam Segala Aspek Kehidupan


Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara
Disusun Oleh : Zakiyatuz Zhuhrah (193310806)

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


2019/2020
Konsep Pendidikan Pancasila
Di Indonesia, arah pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila tidak boleh
keluar dari landasan ideologi Pancasila, landasan konstitusional Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan landasan operasional Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu, tidak boleh juga keluar dari
koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan filosofi Bhinneka Tunggal Ika. Hal
ini yang menyebabkan secara terminologi untuk pendidikan kewarganegaraan di Indonesia
digunakan istilah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang mempunyai


misi sebagai pendidikan nilai dan moral Pancasila, penyadaran akan norma dan konstitusi
UUD Negara Republik IndonesiaI Tahun 1945, pengembangan komitmen terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan penghayatan terhadap filosofi Bhinneka Tunggal
Ika. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dimaksudkan sebagai upaya membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Urgensi Pendidikan pancasila
Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat
pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar
negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar
pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat
terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia
seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan
budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus
dipersatukan.
Begitu banyak permasalahan yang sedang bangsa kita hadapi, mulai dari yang
sepeles amapi ke persoalan yang vital. Salah satunya adalah masalah pendidikan
dan substansi dalam pendidikan . Belum lama ini Dirjen Dikti mengeluarkan
Keputusan No. 356/Dikti/ Kep/1995 tentang Kurikulum Inti Mata Kuliah Umum
Pendidikan Pancasila pada Perguruan Tinggi di Indonesia. Terhadap Keputusan
Dirjen Dikti itu, beberapa perguruan tinggi mempertanyakan kedudukan
Matakuliah Filsafat Pancasila yang tidak lagi bersifat wajib bagi setiap program
studi.
Tujuan Pembelajaran Pendidikan
Pancasila
Tujuan utama Pendidikan Pancasila adalah untuk menumbuhkan wawasan
dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, memiliki sikap dan perilaku
cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia, mengandung makna
bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan
kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ke-Tuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya
merupakan sumber hukum dasar dalam negara Indonesia. Sebagai suatu sumber
hukum dasar secara objektif Pancasila merupakan suatu pandangan  hidup,
kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi
suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus
1945 telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri negara ini menjadi 
lima sila yang ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat negara
Republik Indonesia.
Sumber Historis Pendidikan
Pancasila
Dilihat dari sisi historisnya, Pancasila tidak lahir secara mendadak
pada tahun 1945, melainkan telah melalui proses Panjang,
dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita sendiri, dengan
melihat pengalaman-pengalaman bangsa lain, dengan diilhami oleh
gagasan besar dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian dan
gagasan-gagasan besar bangsa kita sendiri.
Nilai- nilia essensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu:
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan
dalam kenyataan secara objectif telah dimiliki bangsa Indonesia
sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Proses
terbentuknya negara daan bangsa Indonesia melalui suatu proses
sejarah yang cukup Panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan.
Sumber Sosiologis Pendidikan
Pancasila
Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Di dalamnya
mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai
golongan dan kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial,
perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat. Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa
dalam perspektif sosiologi, suatu masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki
nilai-nilai yang tertentu. Melalui pendekatan sosiologis ini pula, Anda diharapkan dapat
mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan
masalah-masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar
nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.
Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan
hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada suatu asas kultural yang
dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja,
melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai
kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para
pendiri negara
Sumber Politik Pendidikan
Pancasila
Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah berasal dari fenomena
kehidupan politik bangsa Indonesia. Pola pikir untuk membangun kehidupan berpolitik yang murni
dan jernih mutlak dilakukan sesuai dengan kelima sila yang mana dalam berpolitik harus bertumpu
pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyarawatan/Perwakilan dan
dengan penuh Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tanpa pandang bulu. Etika politik
Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk menelaah perilaku politik Negara, terutama sebagai
metode kritis untuk memutuskan benar atau slaah sebuah kebijakan dan tindakan pemerintah
dengan cara menelaah kesesuaian dan tindakan pemerintah itu dengan makna sila-sila Pancasila.
Etika politik harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara konkrit dalam
pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat eksekutif, legislatif,  yudikatif, para pelaksana dan
penegak hukum harus menyadari bahwa legitimasi hukum dan legitimasi demokratis juga harus
berdasarkan pada legitimasi moral. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus dimiliki oleh setiap penguasa
yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbagai penyimpangan seperti
yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan,
pembunuhan, terorisme, dan penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan dikalangan elit
politik yang menjadi momok masyarakat.
Lanjutan…
Dalam peneraapan etika politik Pancasila di Indonesia tentunya
mempunyai beberapa kendala-kendala, yaitu :
1. Etika politik terjebak menjadi sebuah ideologi sendiri. Ketika
seseorang mengkritik sebuah ideologi, ia pasti akan mencari
kelemahan-kelemahan dan kekurangannya, baik secara konseptual
maupun praktis.hingga muncul sebuah keyakinan bahwa etika politik
menjadi satu-satunya cara yang efektif dan efisien dalam mengkritik
ideologi, sehingga etika politik menjadi sebuah ideologi tersendiri.
2. Pancasila merupakan sebuah system filsafat yang lebih lengkap
dibanding etika politik Pancasila, sehingga kritik apapun yang
ditujukan kepada Pancasila oleh etika politik Pancasila tidak mungkin
berangkat dari Pancasila sendiri karena kritik itu tidak akan
membuahkan apa-apa.
Dinamika Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat mengalami dinamika sebagai berikut. Pada era
pemerintahan Soekarno,Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
“Philosofische”. Gagasan tersebut merupakan perenungan filosofis Soekarno atas
rencananya berdirinya negara Indonesia merdeka. Ide tersebut dimaksudkan sebagai
dasar kerohanian bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara. Ide tersebut ternyata
mendapat sambutan yang positif dari berbagai kalangan,terutama dalam sidang
BPUPKI pertama, persisnya pada 1 Juni 1945.Namun, ide tentang Philosofische
Grondslag belum diuraikan secara rinci, lebih merupakan adagium politik untuk
menarik perhatian anggota sidang, dan bersifat teoritis. Pada masa itu, Soekarno lebih
menekankan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat dari
akulturasi budaya bangsa Indonesia
Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke arah
yang lebih praktis (dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah weltanschauung).
Artinya, filsafat Pancasila tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan,
tetapi juga digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto
mengembangkan sistem filsafat
Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat muncul dalam
bentuk-bentuk sebagai berikut:
Pertama, kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual pemilik
modal untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar-
besarnya merupakan upaya untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk
tantangan kapitalisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah meletakkan
kebebasan individual secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan berbagai
dampak negatif, seperti monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain-lain.
Kedua, komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas
perkembangan kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme merupakan
aliran yang meyakini bahwa kepemilikan modal dikuasai oleh negara untuk
kemakmuran rakyat secara merata.
Salah satu bentuk tantangan komunisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat
dominasi negara yang berlebihan sehingga dapat menghilangkan peran rakyat dalam
kehidupan bernegara.
Esensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Sistem Filsafat Hakikat (esensi) Pancasila sebagai sistem filsafat terletak pada hal-hal sebagai
berikut.
Pertama; hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan
sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk. Artinya,setiap mahluk hidup,
termasuk warga negara harus memiliki kesadaran yang otonom (kebebasan, kemandirian) di
satu pihak, dan berkesadaran sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa yang akan dimintai
pertanggungjawaban atas semua tindakan yang dilakukan. Artinya,kebebasan selalu
dihadapkan pada tanggung jawab, dan tanggung jawab tertinggi adalah kepada Sang Pencipta
Kedua; hakikat sila kemanusiaan adalah manusia monopluralis, yang terdiri atas 3
monodualis, yaitu susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial),
kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan).
Ketiga,hakikat sila persatuan terkait dengan semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan
terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu tanah air real,
tanah air formal, dan tanah air mental. Tanah air realadalah bumi tempat orang dilahirkan dan
dibesarkan, bersukaadalah bumi tempat orang dilahirkan dan dibesarkan, bersuka,dan
berduka, yang dialami secara fisik sehari-hari
Lanjutan…
Keempat,hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip
musyawarah. Artinya,keputusan yang diambil lebih didasarkan
atas semangat musyawarah untuk mufakat, bukan membenarkan
begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.
Kelima, hakikat sila keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu
keadilan distributif, legal, dan komutatif. Keadilan distributif
adalah keadilan bersifat membagi dari negara kepada warga
negara. Keadilan legal adalah kewajiban warga negara terhadap
negara atau dinamakan keadilan bertaat. Keadilan komutatif
adalah keadilan antara sesama warga negara
Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai sistem filsafat meliputi
hal- hal sebagai berikut :
Pertama,meletakkan pancasila sebagai sistem filsafat dapat memulihkan harga diri bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik, yuridis, dan juga merdeka dalam
mengemukakan ide-ide pemikirannya untuk kemajuan bangsa, baik secara materiil maupun
spiritual.
Kedua,pancasila sebagai sistem filsafat membangun alam pemikiran yang berakar dari nilai-
nilai budaya bangsa Indonesia sendirisehingga mampu dalam menghadapi berbagai ideologi dunia.
Ketiga,pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk menghadapi
tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat kebangsaan dan melemahkan sendi-sendi
perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak.
Keempat,pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way of life sekaligus way of
thinkingbangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan konsistensi antara tindakan dan
pemikiran. Bahaya yang ditimbulkan kehidupan modern dewasa ini adalah ketidakseimbangan
antara cara bertindak dan cara berpikirsehingga menimbulkan kerusakan lingkungan dan mental
dari suatu bangsa.

Anda mungkin juga menyukai