Ekonomi
Sila Pertama
Ekonomi Pancasila tidak semata-mata bersifat materialistis, karena berlandaskan
pada keimanan dan ketakwaan yang timbul dari pengakuan kita pada Ketuhanan Yang
Maha Esa. Keimanan dan ketakwaan menjadi landasan spiritual, moral dan etik bagi
penyelenggaraan ekonomi dan pembangunan.
Sila Kedua
Menghormati martabat kemanusiaan serta hak dan kewajiban asasi manusia dalam
kehidupan ekonomi.
Sila Ketiga
Mengamanatkan kesatuan ekonomi sebagai penjabaran wawasan nusantara di
bidang ekonomi. Globalisasi kegiatan ekonomi tidak menyebabkan internasionalisasi
kepentingan ekonomi. Kepentingan ekonomi kita tetap diabdikan untuk kepentingan
bangsa Indonesia. Ekonomi Pancasila dengan demikian berwawasan kebangsaan dan tetap
membutuhkan sikap patriotik meskipun kegiatannya sudah mengglobal.
Sila Keempat
Menunjukkan pandangan bangsa Indonesia mengenai kedaulatan rakyat dan
bagaimana demokrasi dijalankan di Indonesia. Di bidang ekonomi, Ekonomi Pancasila
dikelola dalam sebuah sistem demokratis yang dalam Undang-undang Dasar secara
eksplisit disebut demokrasi ekonomi.
Sila Kelima
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menunjukkan betapa seluruh upaya
pembangunan kita, untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya kemakmuran
yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam sistem ekonomi yang disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Sosial budaya
Sila Pertama
Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa adalah suatu penalaran yang
berpangkaldari kesadaran manusia sebagai makhluk Tuhan. Bagi kita dan dalam negara
Indonesia, tidak boleh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak boleh
ada sikap dan perbuatan yang anti Ketuhanan Yang Maha Esa, serta anti kehidupan
bergama.
Sila Kedua
Dalam sila ini, kemanusiaan merupakam norma untuk menilai apapun yang
menyangkut kepentingan manusia yang mulai dengan kesadaran martabat dan derajatnya.
Kemanusiaan yang adil dan beradap adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang
didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan norma-norma kebudayaan
pada umumnya.
Sila Ketiga
Persatuan dalam sila ketiga ini meliputi makna persatuan dan kesatuan dalam arti
ideologis,politik sosial budaya dan keamanan. Sila persatuan Indonesia mengandung nilai-
nilai kaharmonian dan nilai etis yang mencakup nilai kedudukan dan martabat manusia
Indonesia untuk menghargai keseimbangan antar kepentingan pribadi dan masyarakat.
Sila Keempat
Dalam sila ini, diakui bahwa negara RI menganut asas demokrasi yang bersumber
kepada nilai-nilai kehidupan yang berakar dala budaya bangsa Indonesia. Perwujudan asas
demokrasi itu dipersepsi sebagai paham kedaulatan rakyat, yang bersumber pada nilai
kebersamaan, kekeluargaan dan kegotong royongan. Dalam sila keempat ini, tercermin
nilai yang mebngutamakan kepentingan negara dan masyarakat yang harus didahulukan.
Sila Kelima
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila ini mencakup bahw akeadilan sosial berarti
keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan baik materialmaupun
spiritual. Keadilan sosial ini juga menjamin bahwa setia rakyat Indonesia diperlakukan
dengan adil dalam bidang hukum, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Nilai-nilai yang
terkandung dalam sila kelima ini meliputi nilai keselarasan, keseimbangan dan keserasian
yang menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki oleh rakyat Indonesia, tanpa
membedakan asal suku, agama yang dianut, keyakinan politik, serta tingkat ekonominya.
3.
4. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 45
A. Alinea 1,2,3 a tidak memiliki hub. Causal organis dengan UUD 1945 karena berisi
hal-hal yang mendahului kemerdekaan
B. Alinea 4 a memiliki hub. Causal organis dg uud45 krn berisi hal-hal pokok bagi
terselenggaranya negara ;
a. Uud ditentukan akan ada
b. Yg diatur dalam UUD adalah pembentukan pemerintahan negara
c. bentuk negarà republik berkedaulatan rakyat
d. Pancasila sbg dasar negara
5. https://www.slideshare.net/firatayadih/tugas-
danfungsimprsertahubunganantarlembaganegaradalamsistemketatanegaraan1318393988-
13650571
6. Bhinneka Tunggal Ika sebagai Local Wisdom Bangsa Indonesia
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia LambangNegara Republik Indonesia
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dituangkan dalam Peraturan
pemerintah No 66 Tahun 1951, yang disusun oleh Panitia Negara yang diangkat oleh
Pemerintah. Burung garuda adalah merupakan kekayaan satwa nusantara, termasuk jenis
burung yang besar, kuat dan mampu terbang tinggi. Hal ini melukiskan cita-cita bangsa
Indonesia di tengah-tengah masyarakat internasional. Sedangkan seloka Bhinneka
Tunggal Ika yang melambangkan realitas bangsa dan negara Indonesia diungkapkan
pertama kali oleh Mpu Tantular, pujangga agung kerajaan Majapahit yang hidup pada masa
pemerintahan Raja Hayamwuruk, di abad ke empat belas (1350-1389).
Seloka tersebut terdapat dalam karyanya Sutasoma yang berbunyi Bhinna ika
tunggal ika, tan hana dharma mangrwa, yang artinya Berbeda-beda itu, satu itu, tak ada
pengabdian yang mendua. Semboyan yang kemudian dijadikan prinsip dalam kehidupan
dalam pemerintahan kerajaan Majapahit itu untuk mengantisipasi adanya keaneka-
ragaman agama yang dipeluk oleh rakyat Majapahit pada waktu itu. Meskipun mereka
berbeda agama tetapi mereka tetap satu dalam pengabdian. Apabila kita ingin bersatu,
persoalan pokoknya bukanlah menghilangkan perbedaan. Hal itu sangat mustahil karena
bertentangan dengan kodrat. Biarlah perbedaan itu ada dan tetap ada. Yang kita usahakan
adalah bagaimana caranya agar perbedaan itu dapat tetap mempersatukan kita dalam
kesatuan yang indah, seperti indahnya warna-warni pelangi.