Nilai Pancasila yang bersifat objektif artinya Pancasila memiliki nilai universal atau umum yang relevan
dengan kenyataan sosial. Beberapa poin yang bisa dipaparkan unutuk menjelaskan bahwa Pancasila
memiliki nilai objektif antara lain:
Sila-sila Pancasila menunjukkan kenyataan adanya sifat-sifat yang abstrak, umum dan universal. Kita bisa
melihat nilai keadilan sosial, misalnya, adalah suatu konsep yang memerlukan abstraksi untuk
memahaminya.
Inti sila-sila Pancasila selalu ada dalam adat, kebiasaan, budaya, agama, dan tradisi yang dianut
masyarakat Indonesia. Artinya ada kaitan antara hidup manusia Indonesia dengan sila-sila Pancasila.
Misalnya, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, menunjukkan kaitan erat antara keyakinan
Pancasila menurut ilmu hukum memenuhi kaidah negara yang fundamental, tidak dapat diubah oleh
siapapun. Oleh karenanya, keberadaannya secara konstitusional kekal, kecuali kekuatan hukum yang
mendasarinya dihapus.
Pancasila juga akan tetap ada karena dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang tidak boleh diubah oleh
siapapun. Bila diubah, maka konsekuensinya negara Indonesia bubar. Di tegaskan pula di alenia ke-3
Pembukaan UUD 1945 bahwa kemerdekaan merupakan karunia Tuhan dan manusia tidak dapat
mengubahnya. Penjelasan ini menunjukkan bahwa Pancasila memiliki nilai yang objektif.
Namun demikian, nilai Pancasila juga bersifat subjektif. Artinya, Pancasila merupakan produk pemikiran
Beberapa poin yang bisa menjelaskan Pancasila memiliki sifat subjektif diantaranya:
Nilai-nilai Pancasila berasal dari hasil ide, gagasan, pikiran, dan penilaian falsafah bangsa Indonesia.
Dengan menilai dari sudut pandang pencetus Pancasila, dapat dilihat adanya nilai-nilai Pancasila yang
bersifat subjektif.
Nilai-nilai Pancasila dianggap sebagai falsafah hidup yang sesuai dengan manusia Indonesia. Kesesuaian
ini menyiratkan sifat subjektifitas dari manusia Indonesia untuk masyarakat Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila mengandung empat nilai kerohanian yang terdiri atas kenyataan atau kebenaran,
estetis, etis, dan religius. Hal ini merupakan wujud dari hati nurani manusia Indonesia, jadi bersifat
subjektif.
Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terkandung prinsip kedaulatan yang
tercermin dalam pengaturan penyelenggaraan negara. Selain itu, dalam UUD 1945 memuat pengaturan kedaulatan
hukum, rakyat dan negara. Hal ini karena di dalamnya mengatur mengenai pembagian kekuasaan yang berdasarkan
pada hukum, proses penyelenggaraan kedaulatan rakyat, dan hubungan antar Negara Indonesia dengan negara luar.
Untuk mencapai hakikat atau makna terdalam dari Pancasila dilakukan pengkajian Pancasila secara filosofis.
Berdasarkan analisis makna nilai-nilai Pancasila diharapkan dapat diperoleh makna yang akurat dan memiliki nilai
filosofis. Sehingga penyelenggaraan negara harus berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang ada di dalam Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu sebagai berikut :
1. Nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak memaksa warga Negara untuk beragama tertentu, namun diwajibkan memeluk agama sesuai hukum yang
berlaku di Indonesia.
Melarang hidup Atheisme di Indonesia. Atheisme yaitu ajaran yang tidak mempercayai adanya Tuhan Yang
Maha Esa.
Penyelenggaraan pemerintahan menjamin tumbuh dan berkembangnya kehidupan beragama, saling toleransi
antarumat beragama.
Negara memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya agama dalam rangka meningkatkan keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk setiap warga negara.
Penyelenggaraan pemerintahan menjadi fasilisator atau mediator ketika terjadi konflik antar umat beragama .
Memahami bahwa manusia memiliki daya cipta, rasa, dan karsa yang tidak sama dengan makhluk lain.
Penyelenggaraan pemerintahan memperlakukan dengan adil seluruh penduduk yang tinggal di wilayahnya.
Cinta bangsa dan tanah air Indonesia yang merupakan bagian dari nasionalisme.
Menghilangkan penonjolan kekuasaan dan kekuatan yang berdasarkan perbedaan keturunan, suku, dan warna
kulit.
Penyelenggaraan pemerintahan harus memiliki nilai pengertian asionalisme, yaitu nilai yang menganggap
kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan.
4. Nilai Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Mengakui bahwa nilai kedaulatan tertinggi dipegang oleh rakyat sebagai ciri negara demokrasi. Demokrasi
dalam arti umum adalah pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dalam penyelenggara pemerintahan, semua warga negara Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban
yang sama.
Dalam mengambil keputusan, penyelenggaraan pemerintahan harus berdasarkan manfaat musyawarah untuk
mencapai mufakat.
Perbedaan secara umum demokrasi di negara barat dan di negara Indonesia, yaitu terletak pada permusyawaratan
rakyat.
Pemimpin penyelenggara pemerintahan dari level paling bawah sampai level paling tinggi yaitu seseorang yang
mampu membuat kebijakan dan dapat menerima usul serta kritik dari rakyatnya.
Gotong royong dalam mencapai tujuan bersama merupakan nilai yang harus dianut oleh penyelenggaraan
pemerintahan.
Penyelenggara pemerintahan memiliki prinsip yang cinta akan kemajuan dan pembangunan.
Seluruh kekayaan alam dan lainnya merupakan milik negara yang digunakan untuk kebahagiaan bersama
menurut potensi masing-masing.
Melindungi segenap bangsa Indonesia agar masyarakat bisa bekerja sesuai dengan kemampuan dan bidangnya
dalam rangka membangun Indonesia.
Penyelenggara pemerintahan berusaha mewujudkan cita-cita masyarakat yang adil dan makmur.
Makalah
PPKN
X AKL
Kelompok 7
Disusun oleh :
Nuril Awalin
Adinda Septian