Dosen Pengampuh :
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik dan hidayah –Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah tentang
Konsep Kalimat Tauhid Pada Anak Usia Dini dapat terselesaikan sesuai dengan
yang di harapkan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya
Aamiin....
Penyusuan
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Konsep Kalimat Tauhid.......................................................................2
1. Pengertian Kalimat Tauhid............................................................2
2. Makna Kalimat Tauhid..................................................................5
3. Keistimewaan Kalimat Tauhid......................................................6
4. Syarat dan Rukun kalimat Tauhid.................................................7
B. Makna dan Lafal Kalimat Syahadatain...............................................8
1. Mengajarkan Kalimat Syahadatain Pada Anak.............................9
2. Semua Sesembahan Selain Allah Adalah bathil...........................11
3. Rasulullah Sebagai panutan dan Suri Tauladan Bagi Anak.........13
BAB III PENUTUP........................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................16
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah :
A. Bagaimana konsep kalimat tauhid?
B. Bagaimana makna dari kalimat syahadatain?
1
3. Tujuan Penulisan :
A. Dengan mempelajari konsep kalimat tauhid maka kita dapat mengetahui :
1. Pengertian kalimat tauhid
2. Makna kalimat tauhid
3. Keistimewaan kalimat tauhid
4. Syarat dan rukun kalimat tauhid
B. Dengan mempelajari makna dan lafal kalimat syahadatain, maka kita
dapat mengetahui :
1. Cara mengajarkan kalimat syahadatain pada anak
2. Semua sesembahan selain Allah adalah bathil
3. Rasulullah sebagai panutan dan suri tauladan bagi anak
BAB II
PEMBAHASAN
1 M.Yusran Asmuni dari Tim penyusun kamus,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen P &
K, Jakarta,1989. dalam bukunya “Ilmu Tauhid” Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1993)
2 Syahminan Zaini, Kuliah Akidah Islam (Surabaya: Al Ikhlas, 1983), hal. 54
2
apa yang boleh dihubungkan (nisbah) kepada diri mereka dan apa yang terlarang
menghubungkannya kepada diri mereka.3
Syekh Muhammad Abduh mengatakan bahwa :ilmu tauhid ialah ilmu
yang membahas tentang wujud Allah dan sifat wajib ada pada-Nya dan sifat yang
tidak halus pada-Nya (Mustahil), ia juga membahas tentang para rasul untuk
menegaskan risalahnya, sifat-sifat yang wajib ada padanya yang boleh ada
padanya (Jaiz) dan yang tidak boleh ada padanya ( Mustahil)4
Hakeem Hameed mengartikan tauhid sebagai sebuah kepercayaan
ritualistik dan perilaku seremonial yang mengajak manusia menyembah realitas
hakiki (Allah); dan menerima segala pesan-Nya yang disampaikan lewat
kitabkitab suci dan para Nabi untuk diwujudkan dalam sikap yang adil, kasih
sayang, serta menjaga diri dari perbuatan maksiat dan sewenang-wenang demi
mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.5
Obyek pembahasan atau yang menjadi lapangan bahasan ilmu Tauhid pada
garis besarnya dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Tauhid Ar-Rububiyyah
Yaitu mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan Allah,
dengan meyakini bahwasanya Dia adalah satu-satuNya Pencipta seluruh
makhluk-Nya. Allah berfirman yang artinya:
Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya:
“Allah”. Katakanlah: “Maka Patutkah kamu mengambil pelindung-
pelindungmu dari selain Allah, Padahal mereka tidak menguasai
kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”.
Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau
samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah mereka
menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti
ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan
mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-
lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.6
3 Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hal. 36
4 Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Terj. KH. firdaus (Jakarta : AN-PN Bulan Bintang,
Cetakan pertama, 1963), hal. 33
5 Hakeem Abdul Hameed, Aspek-aspek Pokok Agama Islam, terj. Ruslan Shiddieq, (Jakarta:
Dunia Pustaka Jaya, 1983), Cet. 1, 36
6 Q.S Ar-Rad : 16
3
dan Dia adalah Pemberi Rezeki bagi seluruh binatang dan manusia,
Firman-Nya yang artinya:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya”.7
Dia adalah Raja segala raja, Pengatur semesta alam, … Pemberi
ketentuan takdir atas segala sesuatu, Yang Menghidupkan dan Yang
Mematikan.
b. Tauhid Al-Uluhiyyah
Tauhid Al-Uluhiyyah disebut juga Tauhid Ibadah, dengan
kaitannya yang disandarkan kepada Allah disebut tauhid uluhiyyah dan
dengan kaitannya yang disandarkan kepada hamba disebut tauhid ibadah,
yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam peribadahan.
c. Tauhid Al-Asma’ wa Shifat
Tauhid Al-Asma’ wa Shifat yaitu mengesakan Allah dalam Nama-
nama dan Sifat-sifat bagi-Nya, dengan menetapkan semua Nama-nama
dan sifat-sifat yang Allah sendiri menamai dan mensifati Diri-Nya di
dalam Kitab-Nya (Al-Qur’an), Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam tanpa Tahrif (menyelewengkan makna), Ta’thil (mengingkari),
Takyif (mempertanyakan/menggambarkan bagaimana-nya)dan Tamtsil
(menyerupakan dengan makhluk).
Dan ketiga macam Tauhid ini terkumpul dalam firman-Nya yang
artinya:
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada
di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam
beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama
dengan Dia (yang patut disembah)?”8
7 Q.S Hud : 6
8 Q.S Maryam : 65
4
dapat beramal sesuai yang dikehendaki olehnya, kecuali setelah ia benar-benar
memahami makna yang terkandung didalamnya sehingga ia beramal atas dasar
kalimat Tauhid ini dengan sadar.
Allah SWT berfirman.
هَّللا ُ اَل إِ ٰلَهَ إِاَّل هُ َو ْال َح ُّي ْالقَيُّو ُم ۚ
Artinya: “Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” 9
Kata االلهmenurut bahasa adalah المعبودyakni ‘yang disembah’, terambil
dari kata ه االهةXX اله يألyang bermaknaادةXX عبXدXد يعبXX عب yakni ‘menyembah’. Kata االله
mengikuti pola kata فعالyang bermakna, مفعولyakni معبودyang disembah.10
Sedangkan االلهmenurut syara’: yaitu Tuhan satu-satu-Nya yang berhak
disembah. Sebab hanya Dia sajalah yang memiliki sifat-sifat ketuhanan sebagai
sifat-sifat mutlak yang selaras dengan keagungan dan kebesaran-Nya yang tidak
akan pernah dapat diraih, oleh siapapun, kecuali hanya oleh Dia sendiri. Dialah
Allah pencipta segala sesuatu, tidak ada Tuhan selain Dia ‘Maha Suci dan Maha
Tinggi Dia dari apa yang mereka katakana dengan ketinggian yang sebesar-
besarnya’. Oleh karena itu, maka yang harus disembah itu tidak lain hanya Allah
yang Maha Suci dan Maha Tinggi.11
Sementara itu, lafadz هللاadalah ‘Isim Alam’ (kata benda khusus) bagi Dzat
Tuhan Yang Maha Suci seperti yang telah diketahui, yakni Isim Alam mutlak
yang paling difinitif. Dialah Allah yang berhak dan harus disembah, dimana
segala bentuk ibadah dan pengabdian dalam situasi dan kondisi bagaimanapun
juga harus tetap hanya diperuntukkan bagi-Nya.12
Jadi, makna الاله االهللاadalah peniadaan seluruh yang disembah selain Allah
SWT dan merupakan penetapan bahwa menyembah itu hanya diperuntukkan
kepada dan bagi Allah saja. Maka dengan demikian, makna dari الاله االهللاadalah
peniadaan dan penetapan, yakni meniadakan Tuhan selain Allah SWT dan
menetapkan bahwa Tuhan itu hanya Dia.
5
3. Keistimewaan Kalimat Tauhid الاله االهللا
Kesempurnaan Tauhid yang dimiliki oleh seseorang, akan membawa
kepada jalan yang lurus dan Allah SWT akan senantiasa selalu melindungi dan
menjamin keselamatannya baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena sebab itu,
Kalimat Tauhid memiliki keistimewaan yang sangat besar dan luar biasa.
Syekh Muhammad At-Tamimi dalam kitab Tauhid mengemukakan bahwa
`Ubadah bin Ash-Shamit, mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah
saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan
bersyahadat bahwa Isa hamba Allah dan Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari pada-Nya dan bersyahadat pula
bahwa surge adalah benar adanya, maka Allah pasti memasukkannya ke dalam
syurga betapapun amal yang telah diperbuatnya” (HR Bukhari dan Muslim).13
Banyak nash yang meriwayatkan dan menjelaskan keutamaan atau
keistimewaan kalimat Tauhid, diantaranya sebagai berikut.
Diriwayatkan dari Abu Sa`id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Musa berkata, ‘Ya Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan
berdoa kepada-Mu’. Allah berfirman, ‘Hai Musa, katakanlah ه االهللاXX’الال. Musa
berkata lagi, ‘Ya Tuhanku, semua hamba-Mu mengucapkan ini’. Allah pun
berfirman, ‘Hai Musa, Andaikata ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku,
serta ketujuh bumi diletakkan pada daun timbangan, sedang الاله االهللاdiletakkan
pada daun timbangan lain, maka ه االهللاXX الالniscaya lebih berat timbangannya’.”
(HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan menyatakan bahwa hadits ini shahih).
At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dinyatakan hasan, dari Anas, aku
mendengar Rasulullah bersabda, “Allah berfirman, ‘Hai anak Adam, seandainya
kamu datang-Ku dengan dosa sepenuh jagad. Sedangkan kamu ketika mati tidak
dalam keadaan syirik sedikitpun kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan kepadamu
ampunan sepenuh jagad pula’.”
Allah SWT berfirman.
َ ِالَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلبِسُوا إِي َمانَهُم بِظُ ْل ٍم أُو ٰلَئ
]٦:٨٢[ َك لَهُ ُم اأْل َ ْمنُ َوهُم ُّم ْهتَ ُدون
13 Download dari blog Adinda Praditya, (E-Book Kitab Tauhid Karya Syekh Muhammad At-
Tamimi), 2004, hlm. 20.
6
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S Al-An`am).14
14 Q.S Al-An`am:82
15 Dr. Syarif Hamdan Rajih Madinah Al-Munawwarah, Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah
Muhammad Rasulullah, 2001, hlm. 30.
7
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, rukun ini berkaitan dengan
pembahasan makna kalimat Tauhid الاله االهللا. Rukun kalimat Tauhid الاله االهللا,
yakni:16
a. Meniadakan, maksudnya adalah meniadakan yang lain seluruhnya hanya
untuk menyembah, mengabdi dan berserah diri kepada Allah. Dengan
benar-benar memurnikan peribadatan kepada-Nya.
b. Menetapkan, maksudnya adalah menetapkan Allah sebagai raja diatas raja,
Maha dari segala Maha.
16 Ibid. hlm. 29
8
“Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah Rasulullah.”
Makna Syahadat "Anna Muhammadan Rasulullah"
Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan
Rasul-Nya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta
mengamalkan konsekuensinya: mentaati perintahnya, membenarkan
ucapannya, menjauhi larangannya dan tidak menyembah Allah kecuali
dengan apa yang disyari'atkan.
1. Mengajarkan kalimat syahadat pada anak
Dua kalimat syahadat (syahadatain) adalah pilar pertama dalam
Islam. Ia yang menjadi pembeda seseorang beriman dan tidak. Ia juga
menjadi asas dari lima rukun Islam. Selain itu, syahadatain juga sebagai
ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam.
Sangat penting untuk menanamkan nilai keimanan pada anak-anak
kita sejak kecil. Karena masa anak-anak adalah momentum berharga
mendapatkan maklumat awal tentang hakikat kehidupan, tentang dari
mana manusia berasal, untuk apa manusia diciptakan dan kemana manusia
setelah meninggalkan dunia.
Sebelum mengajari anak tentang ilmu pengetahuan dan ilmu “alat”
lainnya, hal pertama yang harus kita sampaikan kepada anak-anak adalah
konsep tentang syahadatain. Karena ini adalah kebutuhan dasar untuk
mereka. Maka mengemas pemahaman mendasar tentang syahadatain
dengan cantik, menarik, sederhana namun mudah dipahami oleh mereka
sangat dibutuhkan.
Mama bisa menjelaskan bahwa dalam dua kalimat syahadat
tersebut yang patut disembah hanyalah Allah, tidak ada yang lain, dan
tidak ada Tuhan selain Allah.
Hanya Allah yang menguasai seluruh isi alam semesta. Tak hanya
mengerti artinya saja, tetapi Mama perlu mengajarkan anak untuk
mengimani dan mengamalkannya.
Mengajarkan dua kalimat mulia tersebut hendaklah dijadikan
sebagai aktivitas pengajaran atau pengenalan pertama kepada anak-anak
ketika mereka mulai mampu mengucapkan kalimat-kalimat pendek.
9
Sekalipun mereka menirukan kalimat tersebut tanpa mengerti maksudnya,
dengan membiasakan mereka mengucapkannya, anak-anak akan memiliki
sifat reflek dalam mengucapkan kalimat ini; sehingga kelak akan
mempengaruhi pembentukan pemikiran dan jiwanya.
Kalimat-kalimat yang secara reflek diucapkan oleh anak-anak sejak
kecil akan berpengaruh terhadap perkembangan pikiran dan jiwanya
setelah anak dewasa. Jika anak-anak telah akrab dengan kalimat syahadat,
kelak mereka akan mudah menghayati maksud dan makna kalimat
tersebut. Penghayatan yang tumbuh pada kemudian hari akan sangat
membantu pola pikir dan perkembangan mental anak dalam menghayati
agamanya.
Pengajaran syahadat semacam ini dapat dilakukan sewaktu-waktu
dan dengan cara yang mudah dilakukan oleh anak. Dengan kesenangan
mereka mengucapkan kalimat ini berulang-ulang, insyaAllah mereka akan
semakin akrab dengan kalimat syahadat.
Saat anak mulai bisa menalar, bertahaplah mengajarkan padanya
kandungan dari dua kalimat mulia tersebut, dengan bahasa yang mudah
dicerna. Dimulai dari syahadat pertama. Sampaikan pada anak bahwa inti
makna kalimat tersebut adalah bahwa satu-satunya yang berhak untuk
disembah dan diibadahi adalah Allah ta’ala. Jika anak bertanya mengapa
demikian? Jawablah bahwa karena Allah lah yang telah mengaruniakan
pada kita segala sesuatu. Kehidupan, makanan, minuman, pakaian,
kesehatan, tempat tinggal dan seluruh kenikmatan yang kita rasakan tanpa
terkecuali. Jika diperlukan, jelaskan pula pada anak beberapa perilaku
keliru yang ada di sekelilingnya berupa praktek-praktek peribadatan
kepada selain Allah. Entah itu penyembahan terhadap pohon, bebatuan,
jin, kuburan atau yang semisal.
Setelah itu, jelaskan padanya makna syahadat yang kedua. Intinya
adalah meyakini bahwa Allah telah mengutus Nabi Muhammad
shallallahu’alaihiwasallam untuk menyampaikan ajaran Islam. Beliau
adalah manusia pilihan yang memiliki kesempurnaan dan keistimewaan.
10
Karena itu beliaulah yang paling berhak untuk dijadikan panutan dan idola
dalam keseharian dan setiap perilaku kita.17
11
orang-orang zholim dan orang-orang yang menentang ini. Jika kita sudah
memahami demikian, maka tidak boleh kita katakan ‘tidak ada
sesembahan yang ada kecuali Allah.”
Jadi tafsiran laa ilaha illallah (yang tepat) menjadi ‘tidak ada
sesembahan yang disembah dengan benar kecuali Allah’.” –Demikian
yang dikatakan Al Hafizh Al Hakami dengan sedikit perubahan redaksi-
(Lihat Ma’arijul Qobul’, I/325) . Sebagaimana telah diisyaratkan oleh Al
Hafizh di atas, makna laa ilaha illallah yang tepat adalah ‘tidak ada
sesembahan yang disembah dengan benar kecuali Allah’. Kenapa perlu
ditambahkan kalimat ‘yang disembah dengan benar’? Jawabnya, karena
kenyatannya banyak sesembahan selain Allah di muka bumi ini. Akan
tetapi, sesembahan-sesembahan itu tidak ada yang berhak untuk disembah
melainkan hanya Allah semata. Bukti harus ditambahkan kalimat ‘yang
disembah dengan benar’ dapat dilihat pada firman Allah Ta’ala,
“Yang demikian itu dikarenakan Allah adalah (sesembahan)
yang Haq (benar), adapun segala sesuatu yang mereka sembah selain-
Nya adalah (sesembahan) yang Bathil.”19
Ayat ini menunjukkan bahwa sesembahan selain Allah adalah
sesembahan yang batil, sesembahan yang tidak berhak untuk diibadahi dan
Allah-lah sesembahan yang benar. Maka tafsiran ‘laa ilaha illallah’ yang
benar adalah ‘laa ma’buda haqqun illallah’ [tidak ada sesembahan yang
berhak disembah/diibadahi kecuali Allah].20
12
artinya “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu.”21 Untuk bisa mencintai dan meneladani kehidupan Nabi
Muhammad secara benar, tentunya kita harus mengajarkan pada anak-anak
serta mengkaji sepak terjang beliau semasa hidupnya.
Orang-orang Arab pada zaman jahiliahnya, mereka adalah umat
yang berselisih, terlantar, musyrik, penganut paganisme, saling berperang,
dan membunuh. Mereka bodoh, hidup seperti binatang. Beginilah kondisi
umat kala itu, mereka tidak punya sejarah, prinsip, dan akhlak.
Ketika Rasulullah SAW diutus, beliau membebaskan mereka dan
menjadikan mereka menjadi hamba Allah. Untuk memperbaiki
kebobrokan akhlak itulah Nabi Muhammad SAW diutus ke tanah. Beliau
bersabda, “innamaa bu’itstu li-utammima makaarimal akhlaaq.” Artinya,
sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. Allah pun
memuji keluhuran akhlak beliau sebagaimana tergambar dalam QS Al-
Qalam ayat 4 yang artinya, “Sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi
pekerti yang luhur.”
Mengenalkan sejarah Rasulullah menjadi hal penting agar anak-
anak tidak kehilangan keteladanan yang baik. Salah satunya dengan
metode bercerita tentang teladan Nabi Muhammad SAW baik melalui
buku cerita atau melalui film-film yang dengan mudahnya bisa kita akses
melalui internet atau televisi.
Kisah Teladan Nabi Muhammad SAW
Nah, berikut ini merupakan beberapa kisah teladan Nabi Muhammad SAW
yang bisa kita contoh dan terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
a. Berlaku lemah lembut
Salah satu contoh yang dapat ditiru dari perilaku Nabi Muhammad
adalah sifat nya yang lemah lembut kepada siapapun. Pernah suatu
waktu ada seorang pengemis Yahudi buta yang selalu menghina Nabi.
Pengemis tersebut selalu ditemani dengan seseorang yang
menyuapinya dengan sabar dan penuh kelembutan. Singkat cerita,
seseorang yang biasa menemani pengemis tersebut tidak datang
13
kembali untuk menyuapinya. Kemudian digantikan oleh Abu Bakar As
Shidiq. Kemudian sang pengemis tersebut seketika hanya ingin disuapi
oleh seseorang yang biasa menyuapi nya dengan penuh kelembutan
dan kasih sayang tersebut. Abu Bakar pun seketika berkata, “Aku
memang bukan lah orang yang biasa datang dan menyuapimu, aku
juga tidak bisa selemah lembut orang itu, namun ketahuilah aku
merupakan sahabat dari orang yang selalu menyuapi mu. Orang yang
biasa menyuapi mu tersebut kini telah wafat dan aku hanya ingin
melanjutkan amalan beliau.”
Kemudian sang pengemis buta itu pun terdiam dan bertanya kepada
Abu Bakar, siapakah orang yang selama ini menyuapi dan memberikan
nya makan. Abu Bakar pun menjawab, bahwa orang tersebut adalah
Rasulullah SAW. Seseorang yang selama ini Ia hina, fitnah, dan
rendahkan. Sang pengemis pun kaget luar biasa, air matanya pun
menetes, dan saat itu juga Ia bersaksi di hadapan Abu Bakar untuk
mengucapkan kalimat syahadat. Pengemis tersebut memilih untuk
masuk Islam setelah hinaan dan sumpah serapahnya kepada Nabi
Muhammad dibalas dengan kasih sayang.
Kita tentu bisa mencontoh kisah tersebut dalam kehidupan kita, untuk
selalu berbuat baik kepada siapapun, termasuk orang yang menyakiti
hati kita karena dibalik itu aka nada kebaikan yang terus mengalir.
b. Memberi dan Mengasihi
Pernah suatu ketika Rasulullah menitipkan uang untuk disimpan
kepada istrinya Aisyah Ra. Ketika kondisi kesahatan Rasulullah
semakin memburuk Ia bertanya kepada Aisyah mengenai uang yang
pernah Ia titipkan tersebut. Kemudian Rasulullah meminta Aisyah
untuk membagikan uang tersebut di jalan Allah, Ia berkata bahwa Ia
akan malu apabila kelak bertemu Allah namun masih terdapat
timbunan uang di rumah nya.
Nabi Muhammad memang rajin bersedekah dan memudahkan segala
urusan para umatnya yang mengalami kesulitan. Ia pun selalu
mengajak umatnya untuk selalu bersedekah dan melakukan kebaikan.
14
c. Ketulusan dan Membantu Sesama
Rasulullah memang dikenal sangat senang membantu sesama termasuk
memerdekakan para budak, dan anak-anaknya. Salah satu nya Ummu
Aiman dan putra nya Usamah bin Zaid, yang kemudian menjadi
kesayangan Rasulullah. Setelah menikah dengan Khodijah, Nabi
memerdekakannya. Ia merupakan orang yang telah merawat Nabi
Muhammad SAW ketika kecil, sehingga beliau sudah menganggapnya
seperti ibu sendiri.
Ketulusan hati Rasulullah dengan memerdekakan budak dan
membantu orang lain dalam kesulitan merupakan hal yang perlu kita
contoh dan implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah kisah teladan Nabi Muhammad yang patut kita ikuti dalam
kehidupan kita. Semoga kisah-kisah tersebut dapat memotivasi kita untuk
berperilaku lebih baik lagi kedepannya.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan Tauhid yang diajarkan pada anak sejak usia dini adalah Tauhid
Uluhiyah dengan ini anak diajarkan untuk mengenal Allah SWT melalui
beribadah hanya kepada Allah, Tauhid Rububiyah dengan tauhid ini anak
diajarkan bahwa segala sesuatu yang ada dialam semesta ini adalah ciptaan Allah
dan Tauhid Asma wa Shifat dengan tauhid ini anak dikenalkan nama-nama Allah
yang indah dan penghafalannya.
Mengajarkan kalimat syahadatain pada anak hendaklah mengenalkan
terlebih dahulu konsep makna kalimat syahadatain. Pertama intinya adalah yang
patut disembah hanyalah Allah, tidak ada yang lain, dan tidak ada Tuhan selain
Allah. Yang kedua intinya adalah meyakini bahwa Allah telah mengutus Nabi
Muhammad shallallahu’alaihiwasallam untuk menyampaikan ajaran Islam.
Beliau adalah manusia pilihan yang memiliki kesempurnaan dan keistimewaan.
15
Karena itu beliaulah yang paling berhak untuk dijadikan panutan dan idola dalam
keseharian dan setiap perilaku kita
DAFTAR PUSTAKA
Hameed, Hakeem Abdul. 1983. Aspek-aspek Pokok Agama Islam, terj. Ruslan
Shiddieq. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, Cet. 1
Hamdan, Dr. Syarif. 2001. Rajih Madinah Al-Munawwarah, Kalimat Tauhid Laa
Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah
Ibid
http://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-pendidikan-anak-no-26-anak-dan-rukun-islam-
bagian-1/ (diakses pada tanggal 20 mei 2021, pukul 17.00 WIB)
Praditya, Adinda. 2004. E-Book Kitab Tauhid Karya Syekh Muhammad At-
Tamimi
16