Untuk menyusun dan menyampaikan informasi, Bahasa tulis haruslah dapat dipahami
pembaca sebagaimanayang dimaksudkan oleh penulis, tanpa tergantung pada waktu dan
ruang. Brown dan Yule (1996:13) mengemukakanbahwa bahasa tulis memungkinkan
komunikasi tanpa tergantung pada waktu dan ruang. Bahasa yang demikian itu tentunya
memerlukan pengorganisasian gagasan yang baik. Widyamartaya (2003:10) menyatakan
bahwa penataan organisasi gagasan dilakukan dengan tujuan agar gagasan pengarang dapat
terungkap dan dipahami secara sistematis (teratur) dan komunikatif.
Pengorganisasian gagasan yang baik menjadi lebih penting lagi terutama dalam
wacana tulis ilmiah. Hardjodipuro (1982:34) mengemukakan bahwa dalam penulisan karya
ilmiah harus dicegah adanya pemikiran yang meloncat-loncat karena hal itu menunjukkan
kurang matangnya penulis dalam mengemukakan pendapatnya. Sejalan dengan hal itu, dalam
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Universitas Negeri Malang, 2000:78) dinyatakan pula
bahwa kejelasan dan ketepatan isi karya ilmiah dapat diwujudkan, salah satunya, dengan
struktur paragraf yang runtut. Paragraf dikatakan runtut apabila gagasan yang dikemukakan
didalamnya disusun berdasarkan urutan tertentu, tanpa loncatan logika (lihat Hardjodipuro,
1982; Oshima dan Hogue, 1983; Widyamartaya, 2003; Oregon Department of Education,
2004).
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa karya ilmiah idealnya dibangun oleh paragraf-
paragraf yang terorganisai dengan baik. Paragraf yang baik haruslah memenuhi syarat :
1 Kelengkapan
2 Keruntutan
3 Kepaduan/ koherensi dan kohesi
Karena paragraf merupakan bagian dari wacana tulis, syarat-syarat itupun diberlakukan pada
organisasi gagasan antarparagraf dalam karya ilmiah.
1 KELENGKAPAN
Kelengkapan adalah asas yang menghendaki agar karangan benar-benar berbobot.
Berbobot maksudnya berisi informasi yang lengkap untuk menjelaskan gagasan utama.
Kita harus menerapkan hukum DM (Diterangkan-Menerangkan) dengan sebaik-baiknya
dalam membangun paragraf : satu D dengan jumlah M yang memadai, yang lengkap.
Asas ini disebut juga pengembangan yang memadai (Widyamartaya, 2003:38)
pengembangan yang memadai adalah dimuatnya rincian yang dapat membantu pembaca
untuk memahami pernyataan yang dikemukakan sebagai gagasan utama (Sakri, 1992:6).
Hardjodipuro (1982:15) mengemukakan bahwa paragraf dianggap lengkap apabila telah
melakukan apa yang dikehendaki penulisnya. Dengan kata lain, paragraph yang lengkap
adalah paragraph yang memuat rincian yang sempurna untuk mendukung gagasan
utamanya.
2 KERUNTUTAN
Paragraf yang baik haruslah mempunyai susunan/ urutan tertentu (Hardjodipuro,
1982:15). Gagasan harus dikemukakan dalam urutan yang jelas. Penyusunan urutan itu
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1 Urutan alamiah
2 Urutan logis (Hayon, 2003:98-104).
3 KEPADUAN
Kepaduan berarti bahwa segala sesuatu yang dikemukakan dalam tulisan harus berkisar
pada satu gagasan utama. Segala pikiran yang disajikan harus bergayutan dan relevan
dengan gagasan utama (Widyamartaya, 2003:38) . kepaduan ini disebut juga kohesi dan
koherensi. Kohesi adalah relasi antarbagian yang dinyatakan secara struktural, sedangkan
koherensi adalah relasi antarbagian secara semantik (Purnomo, 2002:11). Kohesi dan
koherensi sangat diperlukan baik dalam paragraf (sebagai bagian dari wacana) maupun
dalam wacana sebagai kesatuan bahasa yang lengkap.
Hayon, (2003:108) menyatakan bahwa kepaduan harus terlihat juga dalam hubungan
antara satu paragraf dengan paragraf yang lain.
Secara ringkas kriteria-kriteria kelengkapan, keruntutan, dan kepaduan gagasan dalam
paragraf dan antarparagraf dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini (Meriani, 2005).
KESIMPULAN
Paragraf berisi sebuah pikiran dan didukung himpunan kalimat yang saling berhubungan
untuk membentuk satu gagasan.
Tiap alenia hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi alenia adalah
mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam
pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan
dengan topik atau gagasan tersebut.
Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alenia itu tidak
telepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.
Paragraf harus dipenuhi oleh sebuah koherensi atau kepaduan, yakni adanya hubungan
yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat dengan
kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia yang memiliki koherensi akan sangat
memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan
koherensi dalam sebuah alenia akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu
kalimat dengan kalimat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Meirani, Wasitoh dan Lindawati. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Palembang: Citra Books
http://roisah.weebly.com/ragam-bahasa.html19 Oktober 2016
ithasartika91.blogspot.co.id/2011/04/perbedaan-ragam-bahasa-lisan-
dan-ragam.html 19 Oktober 2016