Anda di halaman 1dari 26

KARYA TULIS ILMIAH

“ ANALISA KARYA SASTRA PROSA”

DISUSUN OLEH :

Adhwa Moyafi Hartoyo (01)


Daffa Fikriy Adiguna (11)
Muhammad Wildan Nugroho (21)
Naufal Tsaqif Arkhan (22)

SMA NEGERI 1 PURWOKERTO

Tahun Pelajaran 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat-Nya, kami dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “ANALISA KARYA
SASTRA PROSA” dengan lancar.

Adapun maksud penyusunan karya tulis ini untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia.
Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang terhormat Bapak Arief Panggih
Rahayu, S.Pd. selaku pembimbing materi dalam pembuatan karya tulis ini, serta semua
pihak yang telah mendukung dalam penyusunan karya tulis ini yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu.

Harapan kami bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang karya sastra fiksi asli Indonesia.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan
yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima dengan tangan terbuka
demi perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.

Purwokerto, April 2020

Penulis

ii
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai karya sastra prosa.
Adapun yang menjadi latar belakang yaitu mengetahui lebih dalam tentang karya sastra
asli Indonesia. Ini terjadi dikarenakan ketidak-tahuan generasi muda tentang karya
sastra asli Indonesia. Meskipun bapak ibu guru telah memberikan materi mengenai karya
sastra ternyata masih banyak siswa-siswi yang belum paham. Karya sastra merupakan
ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, keyakinan,
ide, dan semangat dalam bentuk karya seni yang dapat membangkitkan rasa keindahan
melalui bahasa.

Prosa merupakan salah satu jenis karya sastra asli Indonesia. Prosa adalah karangan
bebas (tidak terikat oleh kaidah yg terdapat dalam puisi). Prosa terbagi kedalam dua
bagian, yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang
belum terpengaruhi budaya barat, sedangkan Prosa baru adalah prosa yang dikarang
bebas tanpa aturan apa pun. Bentuk-bentuk prosa lama adalah Hikayat, Dongeng dan
cerita Bingkai. Dalam dongeng terbagi kedalam beberapa bentuk yaitu Fabel, Mite
(mitos), Legenda, Sage, Parabel, dan Dongeng jenaka. Sedangkan bentuk-bentuk dalam
prosa baru adala Roman, Novel, Cerpen, Riwayat, Kritik, Resensi, dan Esai.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………. ii

ABSTRAK..……………………………………………………………………………………………………………. iii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………….. iv

Bab I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………………………………… 1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………………… 1
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………………...………. 2
1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………………………...……………..… 2
1.5 Sistematika Penulisan…………………………………………………………………………… 2

Bab II LANDASAN TEORI………………………………………………………....……...… 3

2.1 Pengertian Sastra…………………………………………………………………………………. 3


2.2 Fungsi dan Manfaat Sastra………………………………………………………………...…. 5
2.3 Hakikat Prosa…………………………………………………………………………………….... 5

Bab III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………………....… 7

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………………………………….. 7


3.2 Metode Penelitian………………………………………………………………………………… 7
3.3 Metode Analisis Data……………………………………………………………………………. 7
3.4 Populasi dan Sampel……………………………………………………………………………. 7

iv
Bab IV PEMBAHASAN PENELITIAN…………………………………………………….… 8

4.1 Pengertian Prosa……………………………………………………………………………….... 8


4.2 Unsur Instrinsik Prosa………………………………………………………………………….. 8
4.3 Jenis Prosa………………………………………………………………………………………… 11

Bab V PENUTUP………………………………………………………………………...…... 19

5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………….. 19
5.2 Saran……………………………………………………………………………………………..... 20

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………... 21

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menulis merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam bahasa Indonesia.
Menulis merupakan salah satu kegiatan yang menyampaikan pesan (komunikasi) dengan
menggunakan bahasa tulisan sebagai alat atau medianya proses berfikir untuk
menuangkan ide-ide atau gagasan.

Sebelum mengenal karya sastra alangkah baiknya kita mengetahui dahulu definisi
karya sastra. Sastra berasal dari bahasa sansekerta yaitu susastra, su artinya baik atau
indah dan sastra artinya tulisan. Jadi susastra artinya tulisan yang indah, tapi bukan
bentuk tulisannya yang indah seperti kaligrafi. Yang dimaksud disini adalah isi kata-
katanya yang indah dan menggugah hati pembaca sehingga emosi pembaca larut dalam
tulisan yang dibacanya. Karya sastra adalah karya rekaan penulis berdasarkan sudut
pandangnya, pengalamannya, wawasan imu pengetahuannya, apa yang dilihatnya dan
suasana hatinya. Jadi karya sastra adalah karya imajinasi penulis yang dituangkan dalam
bentuk tulisan.

Kata prosa berasal dari bahasa Latin prosa yang artinya terus terang. Sedangkan
menurut kamus besar bahasa Indonesia, prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat
oleh kaidah yang terdapat dalam puisi. Secara sempit prosa adalah karya imajiner dan
estetik. Dalam kesusastraan juga disebut fiksi, teks naratif, wacana naratif.

Prosa berkembang pada masa pendudukan jepang dimana melahirkan berbagai


macam karya seperti sketsa dan kisah-kisah pendek pengarang Indrus, prosa juga
melahirkan pengarang di masa revolusi seperti Atheis karangan Achidiat Karta Miharja,
tidak ada Esok dan Jalan Tak ada Ujung karangan Mochtar Lubis dan pada masa itu
prosa sudah mulai berkembang.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang penulis kemukakan tentang teori mengenai prosa, baik itu
prosa lama maupun prosa baru beserta bentuk-bentuk didalamnya, maka penulis
membuat suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud prosa?

1
2. Apa itu prosa baru dan prosa lama?

3. Bagaimana bentuk prosa baru dan prosa lama tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui tentang prosa baik
itu prosa lama maupun prosa baru serta bentuk – bentuk yang ada dalam prosa tersebut.
Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan

Semoga dengan makalah ini dapat menjadi menjadi penambah khasanah ilmiah
sebagai bekal menghadapi perkembangan zaman yang menuntut sumber daya manusia
yang handal baik dalam bidang skill dan pengetahuan, serta professional dalam
bidangnya. Orang yang mau menulis maka dapat mengetahui dimana sisi kelemahan dari
hasil karya tulis yang dibuatnya sehingga, dapat memperbaikinya serta menambah
pengetahuan bagi penulis sendiri, serta dengan membaca maka pengetahuan akan
bertambah.

1.5 Sistematika penulisan

Pembahasan pokok dari karya ilmiah atau makalah ini untuk setiap bab diuraikan
secara singkat. Dalam bab 1 diperkenalkan gambaran umum tentang prosa, karya sastra,
dan perkembangan prosa. Dalam bab 2 dijelaskan teori dasar atau pembahasan tentang
prosa, baik itu prosa baru maupun prosa lama berikut bentuk-bentuk prosa tersebut.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sastra

Berbicara tentang karya sastra Indonesia tentu saja harus dimulai dari pengertian
sastra itu sendiri. Penjelasan makna suatu istilah merupakan hal yang penting dalam
kajian ilmiah agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Djoko Damono (dalam Priyatni 2015:12) memaparkan bahwa sastra adalah


lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri
merupakan ciptaan sosial. Pada pengertian tersebut, kehidupan mencakup hubungan
antarmasyarakat, antarmasyarakat dengan orang lain, antarmanusia, dan antarperistiwa
yang terjadi dalam batin seseorang. Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan
seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat.

Menurut Priyatni (2015:12) “Sastra adalah pengungkapan realitas kehidupan


masyarakat secara imajiner atau secara fiksi”. Senada dengan apa yang diungkapkan
oleh George Lukas (dalam Priyatni, 2015:12) “Sastra merupakan sebuah cermin yang
memberikan kepada kita sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih
hidup dan lebih dinamik”. Meskipun karya sastra itu bersifat imajiner, namun karya sastra
tetap masuk akal dan tidak menutup kemungkinan ia mengandung kebenaran
didalamnya (Alterbernd dan Lewis dalam Priyatni, 2015:12).

Karya sastra merupakan karya seni yang mengungkapkan eksistensi kemanusiaan


dengan segala variasi dan liku-likunya secara imajinatif dan kreatif dengan menggunakan
bahasa estetik sebagai mediumnya. Baik puisi, fiksi maupun drama, karya sastra
merupakan hasil refleksi sastrawan terhadap lingkungan sosialnya yang kemudian
diekspresikan melalui bahasa yang indah dengan daya kreasi dan imajinatifnya.
Kemudian dengan segenap daya cipta, rasa dan karsanya, sastrawan mengungkapkan
gagasan mengenai hakikat kehidupan yang dirasakan, dihayati, dialami, dan dipikirkan

3
melalui karya sastra sebagai media ekspresinya yang imajinatif (Al-Ma’ruf dan Nugrahani,
2017:5).

Tarigan (dalam Alma’ruf dan Nugrahani, 2017:2) menyatakan bahwa karya sastra
merupakan media bagi pengarang untuk menuangkan dan mengngkapkan ide-ide hasil
perenungan tentang makna dan hakikat hidup yang dialami, dirasakan dan disaksikan.
Seorang pengarang sebagai salah satu anggota masayarakat yang kreatif dan selektif
ingin mengungkapkan pengalamannya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari kepada
para penikmatnya.

Menurut Alma’ruf dan Nugrahani (2017:03) “sebagai karya seni bermediumkan,


sastra berisi ekspresi pikiran spontan dari perasaan mendalam penciptanya. Ekspresi
tersebut berisi ide, pandangan, perasaan, dan semua kegiatan mental manusia, yang
diungkapkan dalam bentuk keindahan”. Sementara itu, bila ditinjau dari potensinya,
sastra disusun melalui refleksi pengalaman, yang memiliki berbagai macam bentuk
representasi kehidupan. Sebab itu, sastra merupakan sumber pemahaman tentang
manusia, peristiwa, dan kehidupan manusia yang beragam.

Keberadaan karya sastra tidak terlepas dari dunia nyata. Karya sastra merupakan
sebuah fenomena sosial budaya, dalam sebuah karya sastra dunia nyata dan dunia
rekaan saling berkaitan, yang satu tidak bermakna tanpa yang lain. Keberadaan karya
sastra berdampingan dengan dunia realita (Wiyatmi, 2013:9). Sastra sebagai refleksi
kehidupan berarti pantulan kembali problem dasar kehidupan manusia, yang meliputi:
maut, cinta, tragedi, harapan, kekuasaan, pengabdian, makna dan tujuan hidup, serta
hal-hal yang transedental dalam kehidupan manusia. Problem kehidupan itu oleh
sastrawan dikonkretisasikan kedalam gubahan bahasa baik dalam bentuk prosa, puisi,
maupun lakon (drama). Jadi membaca karya sastra berarti membaca pantulan problema
kehidupan dalam bentuk wujud gubahan seni berbahasa (Santosa dalam Al-Ma’ruf dan
Nugrahani, 2017:04).

Karya sastra adalah suatu hasil karya seni baik lisan maupun tertulis yang lazimnya
menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra memberikan gambaran tentang
kehidupan dengan segala kompleksitas, problema, dan keunikannya baik tentang cita-
cita, keinginan dan harapan, kekuasaan, pengabdian, makna dan tujuan hidup,
perjuangan, eksistensi dan ambisi manusia, juga cinta, benci dan iri hati, tragedi dan
kematian. Jadi, karya sastra mengungkapkan gagasan pengarang yang berkaitan dengan
hakikat dan nilai-nilai kehidupan, serta eksistensi manusia yang meliputi dimensi
kemanusiaan, sosial, kultural, moral, politik, gender, pendidikan maupun ketuhanan atau
religiusitas (Al-Ma’ruf dan Nugrahani, 2017:04).

4
Jika dilihat dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sastra dapat
dipandang sebagai sarana atau media pengungkapan dunia pengarang beserta
ideologinya yang kompleks dan menyeluruh melalui medium bahasa. Sastra merupakan
ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, keyakinan,
ide, dan semangat dalam bentuk karya seni yang dapat membangkitkan rasa keindahan
melalui bahasa. Kemudian Sastra juga merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni
kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa
sebagai medianya.

2.2 Fungsi dan Manfaat Sastra

Secara garis besar, sastra berfungsi untuk memberikan kesenangan atau


kenikmatan kepada pembacanya. Sastra di samping memberikan kesenangan kepada
para pembacanya juga berdaya guna atau bermanfaat bagi kehidupan batiniah. Sastra
berguna untuk memberikan hiburan sekaligus berguna bagi pengayaan spiritual atau
menambah khasanah batin pembaca.

Sastra bersifat menghibur bukan berarti membuat pembaca terpingkal-pingkal


karena tidak dapat menahan tawanya. Namun, lebih pada kepuasan batin ketika
mengikuti alur cerita atau menikmati keindahan penggunaan bahasa dalam memaparkan
aspek-aspek kehidupan (Priyatni, 2015:21).

Manfaat sastra. Ada berbagai manfaat yang dapat diberikan oleh sastra, menurut
Karno (Priyatni, 2015:7) berbagai manfaat yang diperoleh dari karya sastra ini adalah
sebagai berikut.

1. Sastra sebagai ilmu, artinya sastra sebagai salah satu disiplin ilmu yang bersifat
konventif yang diajarkan di bangku Sekolah secara formal, dalam sub bidang
bahasa Indonesia.
2. Sastra sebagai seni, artinya sastra memiliki semboyan dulce et utile (menghibur
dan berguna). Jadi, sastra di samping memberikan kesenangan kepada para
pembacanya juga berdaya guna ataubermanfaat bagi kehidupan manusia.
Artinya, sastra bermanfaat untuk pengayaan spiritual atau khasanah batin.
3. Sastra sebagai kebudayaan, dalam hal ini sastra mencakup segala kehidupan
manusia baik secara lahir maupun batin. Secara lahir sastra sejajar dengan
bahasa yang berfungsi sebagai pemersatu bangsa, sarana pergaulan, alat
komunikasi antara manusia dan antarbangsa. Hal ini dapat dilihat dan saling
dikenalnya para pengarang di seluruh penjuru dunia melalui hasil karyanya.

5
2.3 Hakikat Prosa

Fiksi sering disebut juga dengan Cerita Rekaan (Cerkan) bukan sebagai lawan
dari kenyataan melainkan lebih sebagai hasil refleksi sastrawan terhadap realitas
kehidupan dalam lingkungan sosial budayanya. Setelah melalui kreasi dengan daya
imajinasinya, dengan daya kreasi dan imajinasi tersebut, sastrawan kemudian
merefleksikan realitas kehidupan yang dihadapinya ke dalam karya fiksi. Oleh karena itu,
kebenaran yang ada dalam dunia sastra tidak dapat disejajarkan dengan kebenaran pada
dunia nyata.

Menurut Wellek dan Warren (dalam Al-ma’ruf dan Nugrahani, 2017:73), betapa pun
syaratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah fiksi
haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, bangunan strukturnya koheren, dan
mempunyai tujuan estetik. Melalui cerita, secara tidak langsung pembaca dapat belajar,
merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang ditawarkan
pengarang.

Menurut Anwar (2009:49) “Fiksi merupakan salah satu wilayah utama bagi wanita dalam
membuat ruangnya sendiri, untuk menampakkan apa yang sesungguhnya dialaminya,
dan untuk membicarakan apa yang dirasakannya”. Prosa fiksi ialah prosa yang berupa
cerita rekaan atau khayalan pengarangnya. Isi ceirta pada prosa fiksi tidak sepenuhnya
berdasarkan pada fakta. Prosa fiksi disebut juga dengan karangan narasi sugestif atau
imajinatif seorang pengarang. Prosa fiksi berbentuk Cerita Pendek (Cerpen), Novel, dan
juga Dongeng.

6
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Adapun penelitian yang kami lakukan terkait dengan judul karya tulis kami yaitu
“ANALISA KARYA SASTRA FIKSI” dilaksanakan di perpustakaan SMA NEGERI 1
PURWOKERTO, dengan mengambil beberapa sampel buku yang berkaitan dengan Karya
Sastra dan Budaya Indonesia. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 3
Maret 2020 dan 5 Maret 2020.

3.2 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini kami menggunakan metode eksperimental.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis data kuantitatif
karena penelitian ini merupakan penelitian obervatif dan kuantitatif.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah data-data pada buku “Gema Tanah Air Prosa
dan Puisi” suntingan Hans Bague Jassin, sedangkan sampel pada penelitian ini adalah isi
dari buku “Gema Tanah Air Prosa dan Puisi” suntingan Hans Bague Jassin.

7
BAB IV

PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Pengertian Prosa

Kata prosa berasal dari bahasa Latin prosa yang artinya “terus terang”. Jenis
tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide.
Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, ensiklopedia, surat, serta
berbagai jenis media lainnya. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Prosa adalah karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yg terdapat dalam puisi). Prosa
juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru, prosa lama adalah prosa
bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa
yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.

4.2 Unsur Instrinsik Prosa

1) Alur

Alur atau yang biasa disebut plot merupakan suatu kronologi ataupun urutan peristiwa
dalam sebuah cerita. Plot yang satu tentunya terjalin dengan alur yang lain sehingga
membentuk cerita utuh.

2) Tema

Tema Adalah pokok persoalan yang ada dalam sebuah cerita. Untuk prosa panjang yang
berbentuk novel memiliki tema utama yang luas dengan beberapa tema-tema kecil yang
mengiringinya. Namun untuk prosa pendek seperti cerpen maka tema hanya ada satu.

3) Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu,
ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke
dalam tiga unsur pokok:

8
a. Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi.

b. Latar waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang


diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

c. Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa
mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara
berpikir dan bersikap, serta status sosial.

4) Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan
menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua macam sudut pandang
yang bisa dipakai:

a. Sudut pandang orang pertama

Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang pertama, ‘aku’,
narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ‘aku’ tokoh yang
berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan,
yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang
(tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara
terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ‘aku’ tersebut.

Sudut pandang orang pertama masih bisa dibedakan menjadi dua:

1. ‘Aku’ tokoh utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si ‘aku’ mengisahkan
berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat
batiniyah, dalam diri sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan
sesuatu yang di luar dirinya. Si ‘aku’ menjadi fokus pusat kesadaran,
pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ‘aku’, peristiwa, tindakan,
dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di
samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan
diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama
(first person central).
2. ‘Aku’ tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul
bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first
pesonal peripheral). Tokoh ‘aku’ hadir untuk membawakan cerita kepada
pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian
”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh
cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi
tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan
berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
Setelah cerita tokoh utama habis, si ‘aku’ tambahan tampil kembali, dan
dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si ‘aku’ hanya tampil sebagai

9
saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh
orang lain. Si ‘aku’ pada umumnya tampil sebagai pengantar dan
penutup cerita.

b. Sudut pandang orang ketiga

Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang ketiga, ‘dia’, narator adalah
seorang yang berada di luar cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan
menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita,
khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi
dipergunakan kata ganti.

Sudut pandang ‘dia’ dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat
kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya:

1. ‘Dia’ mahatahu. Dalam sudut pandang ini, narator dapat menceritakan


apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ‘dia’ tersebut. Narator
mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui
berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi
yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja
dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ‘dia’
yang satu ke ‘dia’ yang lain, menceritakan atau sebaliknya
”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya
berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas,
seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
2. ‘Dia’ terbatas (‘dia’ sebagai pengamat). Dalam sudut pandang ini,
pengarang mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang
terbatas hak berceritanya, terbatas pengetahuannya (hanya
menceritakan apa yang dilihatnya saja).

5) Amanat

Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui
karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan
cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi
pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu
dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang
berhubungan dengan gagasan utama cerita.

6) Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya
menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung
oleh diksi (pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah satu-satunya hal yang
membentuk gaya bahasa.Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi
setiap pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan
dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal
yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala
sesuatu yang ada di sekitamya.Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-

10
beda: berterus terang, satiris, simpatik, menjengkelkan, emosional, dan sebagainya.
Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan
peperangan dan lain-lain.

7) Toko dan Penokohan

Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa


atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia,
namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.

Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh
sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif
atau menyampaikan nilai-nilai positif.
2. Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang
bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.

Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh
sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi


kepercayaan tokoh sentral (baik protagonis ataupun antagonis).
2. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang
peran dalam peristiwa cerita.
3. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi
sebagai latar cerita saja.

Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada dua metode
penyajian watak tokoh, yaitu:

a) Metode analitis/langsung/diskursif, yaitu penyajian watak tokoh dengan cara


memaparkan watak tokoh secara langsung.
b) Metode dramatik/tak langsung/ragaan, yaitu penyajian watak tokoh melalui
pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan
dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat
tokoh.

Adapun menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM, ada lima cara menyajikan watak tokoh,
yaitu:

a) Melalui apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya, terutama bagaimana ia


bersikap dalam situasi kritis.
b) Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh
tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
c) Melalui penggambaran fisik tokoh.
d) Melalui pikiran-pikirannya
e) Melalui penerangan langsung

11
4.3 Jenis Prosa

4.3.1 Prosa Lama

Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau
kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara
lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Prosa lama memiliki ciri-ciri
diantaranya sebagai berikut:

1) Bersifat Statis

Prosa lama memiliki bentuk sama, pola-pola kalimatnya sama, banyak kalimat dan
ungkapan yang sama, tema ceritanya sama sesuai dengan perkembangan masyarakat
yang lambat.

2) Diferensiasi sedikit

Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena
perhubungan beberapa unsur kuat sekali.

3) Bersifat tradisional

Prosa lama bersifat tradisional, kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang sama


terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita juga sering
diulang.

4) Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat (anonim)

Prosa lama merupakan milik bersama yaitumenggambarkan tradisi masyarakat yang lebih
menonjolkan kekolektifan daripada keindividualan.

5) Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun

Sejarah menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal usul raja dan kaum
bangsawan dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa memperhatikan perurutan waktu
dan kejadian-kejadiannya (tidak kronologis) sehingga alur cerita sulit dipahami

6) Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional

Bahasanya bersifat klise, bahasanya dipengaruhi oleh kesustraan Budha dan Hindu yang
sulit untuk dipahami dan dipengaruhi bahasa melayu.

12
7) Sifatnya fantasis tau khayal

Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca dibawa ke dalam
khayal dan fantasi.

Bentuk-bentuk prosa lama diantaranya sebagai berikut:

1. Hikayat

Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri,
pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan
kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak
masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah.
Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, si Pitung, Hikayat si Miskin, Hikayat Indra
Bangsawan, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.

2. Dongeng

Dongen adalah cerita rekaan yang sama dengan novel atau cerpen. Dongeng adalah
cerita yang dikisahkan tentang hal-hal yang tidak masuk akal atau tak mungkin terjadi.
Dongeng sendiri ragamnya, yaitu sebagai berikut:

a. Fabel

Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral
(biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Contoh: Kancil dengan Buaya, Kancil dengan
Harimau, Kancil yang cerdik, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung
bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan lain-lain.

b. Mite (Mitos)

Mite (mitos) adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap


sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh: Nyai Roro
Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi,
Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dan lain-lain.

c. Legenda

Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat
atau wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.

13
d. Sage

Sage adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan
keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh: Calon Arang,
Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.

e. Parabel

Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan
menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan
Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.

f. Dongeng Jenaka

Dongeng jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan
masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang,
Abu Nawas, dan lain-lain.

3. Cerita Bingkai

Cerita berbingkai, adalah cerita yang didalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh
pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam.

4.3.1.1 Contoh Prosa Lama

Hikayat Amir
Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang saudagar yang bernama Syah Alam. Syah
Alam mempunyai seorang anak bernama Amir. Amir tidak uangnya dengan baik. Setiap
hari dia membelanjakan uang yang diberi ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah
Alam tidak pernah memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada.

Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit. Semakin hari sakitnya semakin parah. Banyak
uang yang dikeluarkan untuk pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka
jatuh miskin.

Penyakit Syah Alam semakin parah. Sebelum meninggal, Syah Alam berkata”Amir, Ayah
tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu. Engkau harus bisa membangun usaha lagi
seperti Ayah dulu. Jangan kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari
rumah.Usahakan engkau terlihat oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari.”

”Ya, Ayah. Aku akan turuti nasihatmu.”

Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu Amir juga sakit parah dan akhirnya meninggal.
Sejak itu Amir bertekad untuk mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak
terlihat matahari, tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu, kemana-mana ia selalu memakai
payung.

Pada suatu hari, Amir bertmu dengan Nasrudin, seorang menteri yang pandai. Nasarudin
sangat heran dengan pemuda yang selalu memakai payung itu. Nasarudin bertanya
kenapa dia berbuat demikian.

14
Amir bercerita alasannya berbuat demikian. Nasarudin tertawa. Nasarudin berujar, ”
Begini, ya., Amir. Bukan begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah
sebelum matahari terbit dan pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau
terkena sinar matahari. ”Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun memberi pijaman uang
kepada Amir. Amir disuruhnya berdagang sebagaimana dilakukan ayahnya dulu.

Amir lalu berjualan makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan malam. Pada siang
hari, Amir menjajakan makanan, seperti nasi kapau, lemang, dan es limau. Malam
harinya ia berjualan martabak, sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir
semakin maju. Sejak it, Amir menjadi saudagar kaya.

Sumber : Bina Bahasa dan Sastra Indonesia kelas IV: Erlangga

4.3.2 Prosa Baru

Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau
budaya Barat. prosa baru memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut:

1) Bersifat dinamis

Prosa baru bersifat dinamis yang senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang cepat. Unsur-unsur yang membentuk prosa mengalami perkembangan
dari masa ke masa.

2) Masyarakatnya sentris

Pokok cerita yang terdapat dalam prosa baru mengambil bahan atau kejadian dari
kehidupan masyarakat sehari-hari yaitu hal yang biasa terjadi di tengah-tengah
kehidupan bermasyarakat.

3) Bersifat Rasional

Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama yang berjejak di dunia yang nyata
berdasarkan kebenaran dan kenyataan.

4) Bahasa tidak bersifat klise dan dipengaruhi oleh kesusastraan Barat

5) Diketahui siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas

Pembuat prosa baru dinyatakan secara jelas dalam sehingga prosa bukan milik bersama
masyarakat namun milik perorangan.

6) Tertulis

Prosa baru bersifat tertulis yang disampaikan dalam bentuk tulisan.

7) Bersifat modern/ tidak tradisional

15
Unsur-unsur dalam prosa mengenai hal-hal yang terjadi pada masa sekarang (modern).

8) Memperhatikan urutan peristiwa

Dalam menggambarkan suatu keadaan disesuaikan dengan urutan kejadian sehingga


alur yang digunakan dapat mudah dipahami.

9) Tokoh yang digunakan umumnya manusia

Bentuk-bentuk prosa baru diantarnya adalah sebagai berikut:

1. Roman

Roman adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan
segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa
kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap
adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur
bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan
atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.

Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain
sebagai berikut:

· Roman transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang


mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan.
Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul
Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.

· Roman sosial adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan


masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang
bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh
Adinegoro.

· Roman sejarah yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis,
peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh:
Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh
Abdul Muis.

· Roman psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang
mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat

16
Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn
Pane.

· Roman detektif merupakan roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas.


Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang
tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan
oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.

2. Novel

Novel berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru
yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik,
dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan
perubahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme.
Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave
Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh
Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.

3. Cerpen

Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari
kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada
konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib
pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani,
Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya
Surau Kami oleh A.A. Navis.

4. Riwayat

Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-


pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup
orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh:
Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara.

17
5. Kritik

Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya
dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang
sifatnya objektif dan menghakimi.

6. Resensi

Resensi adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film,


drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari
berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan
penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.

7. Esai

Esai adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan
pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan,
ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama,
film, dll.

4.3.2 Contoh Prosa Baru

Cerpen

Ikan-Ikan dalam Sendang*


Karya: Kuntowijoyo
Pedusunan sudah terlelap ketika laki-laki tua itu menggeliat dari tidurnya, masih
berbaring. Sarung yang dipakainya untuk selimut, kinidiselempangkan di leher. Dia
merasa hangat sekarang. Sebuah jas lurik dan celana hitam sampai lutut. Masih lagi
selembar sarung ikat kepala dan sandal. Itu cukup untyk melindunginya dari malam-
malam yang beku di dusun. Segera dia menyambar batang kail di pojok kamar, sebuah
bungkus cacing umpan, dan sebuah kepis. Lalu, dibukanya pintu pelan. Selamat tidur,
Istri. Selamat ternyenyak, pedudusunan. Dia meninggalkan rumahnya.

Dalam kepekatan malam itu, dia hanyalah sebuah bayang hitam yang bergerak arah
pinggiran dusun. Memang ada lampu-lampu yang digantng di emper-emper rumah, tapi
kelip-kelipnya cuma menerangi pohonan rimbun di sekitar. selain itu, semuanya adalah
kegelapan. Jauh di pojok dusun, entah di mana, terdengar orang menabuh kentong
bambu. Itu menegaskan kesunyian. Siapa orang yang sudi bangun pada lewat tengah
malam itu?

18
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Prosa terbagi kedalam dua bagian yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama
adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat, sedangkan
Prosa baru adalah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.

Bentuk-bentuk prosa lama adalah Hikayat, Dongeng dan cerita Bingkai. Dalam
dongeng terbagi kedalam beberapa bentuk yaitu Fabel, Mite (mitos), Legenda, Sage,
Parabel, dan Dongeng jenaka. Sedangkan bentuk-bentuk dalam prosa baru adala
Roman, Novel, Cerpen, Riwayat, Kritik, Resensi, dan Esai.

Perbedaan antara prosa lama dan prosa baru diantarnya adalah sebagai berikut :

Prosa lama

Ø Statis, lamban perubahannya

Ø Istana Sentris, bersifat kerajaan

Ø Bersifat fantastis, bentuknya hikayat, dongeng

Ø Di pengaruhi sastra Hindu dan Arab

Ø Tidak ada pengarang atau anonim

Prosa baru

Ø Dinamis, perubahannya cepat

Ø Rakyat Sentris, mengambil bahan dari rakyat sekitar

Ø Realistis, bentuknya roman, novel, cerpen, drama, kisah, dsb.

Ø Di pengaruhi sastra Barat

Ø Nama pencipta selalu dicantumkan

19
5.2. Saran

Kami menyadari makalah ini mungkin masih jauh dengan kata sempurna. Akan
tetapi bukan berarti makalah ini tidak berguna. Besar harapan yang terpendam dalam
hati kami semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih pada suatu saat terhadap
makalah tema yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah
ilmu pengetahuan bagi kita semua.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://fbs-edukasi.blogspot.com/2013/03/bentuk-bentuk-prosa-lama-dan-prosa-
baru.html. Diambil pada tanggal

http://id.wikipedia.org/wiki/Prosa . Diambil pada tanggal

http://jurnalapapun.blogspot.com/2014/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none_13.html. Diambil pada tanggal

http://yanuarramadhan.wordpress.com/2011/10/24/ciri-ciri-prosa-lama/. Diambil pada


tanggal

http://walgi.blogdetik.com/2013/05/04/ciri-ciri-prosa/. Diambil pada tanggal

http://sitirohmatunpbi.blogspot.com/2013/02/makalah-prosa-fiksi-dan-drama.html.
Diambil pada tanggal

http://umum-sastra.blogspot.com/2011/04/hakikat-fiksi.html

https://www.idpengertian.com/pengertian-unsur-intrinsik/#Alur

https://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/29/unsur-unsur-intrinsik-dalam-prosa/

https://dosenbahasa.com/contoh-prosa-baru-cerpen-dan-novel

21

Anda mungkin juga menyukai