Disusun Oleh :
2019
KATAPENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan tugas critical book report ini tepat pada wakatunya.
Semoga critical book report ini bermanfaat bagi pembaca, dan penulis
mohon maaf jika terdapat benyak kekurangan dikarenakan penulis masih dalam
tahap belajar. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari mengkritik buku ini adalah untuk referensi ilmu yang dapat
menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui kelebihan dan
kekurangan suatu buku,menjadi bahan pertimbangan,penganalisa dan pembanding
serta menyelesaikan salah satu tugas dari mata kuliah Pengantar Ilmu Sejarah
Berbicara mengenai ilmu sosial lainnya, sejarah memiliki hubungan yang baik,
sehingga antara ilmu sosial lain tersebut dengan ilmu sejarah memiliki hubungan
timbal balik yang baik pula. Sejarah menjadi dasar yang dapat mengembangkan
ilmu-ilmu sosial, sebaliknya, ilmu-ilmu sosial tersebut melahirkan sejarah baru
yang lebih familiar, sejarah modern.
Kontribusi sejarah untuk ilmu-ilmu sosial adalah sejarah sebagai kritik terhadap
ilmu sosial. Max Weber dalam metodologi ilmu sosial menggunakan tipe yang
abstrak untuk mempermudah penelitian bagi sejarawan, namun sebenarnya tipe
tersebut tidak didukung dengan historis yang faktual.
Kemudian, permasalahan sejarah dapat menjadi permasalahan ilmu sosial.
Barington Moore Jr menulis Social Origins Of Dictatorship and
Democracy menggunakan generalisasi yang menjelaskan tiga konsep menuju
dunia modern, dan tiga hal tersebut adalah konsep sosial yang masing-masing
ditilik dari kronik sejarah yang terjadi dimasa Revolusi Eropa, Perang Dunia, dan
Komunisme di Eropa Timur.
Pendekatan sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi baru pada ilmu
sosial yang bersifat sinkronis. Clifford Geertz, menulis tentang argikultural yang
menjelaskan analisisnya tentang perubahan ekologi di Jawa dibuku pertamanya,
dan kota Mojokuto yang menjadi basis operasional pertanian yang maju pada
abad 19 dibuku keduanya. Kedua karya tersebut menjadi contoh bagaimana
sejarah yang menekankan proses dapat membantu ilmu sosial yang menekankan
struktur.
Setelah mengetahui kegunaan sejarah terhadap ilmu sosial, kegunaan ilmu sosial
terhadap sejarah pun perlu diketahui, karena keduanya memiliki hubungan timbal
balik yang baik. Sejarah Baru menjadi bukti yang kuat bahwa ilmu-ilmu sosial
memiliki pengaruh yang besar terhadap ilmu sejarah. Sosiologi yang menekankan
konsep sosiologi, perubahan sosial, solidaritas dan hal-hal yang terkait dengan
konsep sosiologi, perlu dikuasai oleh seorang sejarawan ketika menulis sejarah
sosial.
Ilmu politik dengan istilah-istilah semacam political culture, organisasi, sistem
politik dan demokrasi juga memberikan kontribusi yang baik kepada sejarah.
Sehingga pendekatan sejarah dengan bantuan ilmu politik dapat dilakukan.
Kemudian antropologi juga menyumbang dasar-dasar antropologi sosial,politik,
ekonomi serta konsep-konsep simbol, sistem kepercayaan, folklore, dan lain
sebagainya pun memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian sejarah
ketika meninjau sisi masyarakat dan kebudayaan yang diteliti, dengan pendekatan
antorpologi.
Siapa saja berhak menulis sejarah ekonomi, baik itu ekonom, sejarawan, ataupun
orang yang diluar kedua disiplin ilmu tersebut, dengan syarat ; memahami kaidah
penelitian ekonomi dan sejarah. Sejarawan yang ingin menulis sejarha ekonomi
harus paham konsep-konsep ekonomi makro dan mikro, serta konsep dasar
ekonomi lainnya. Begitu pula dengan ekonom, ketika dia ingin menulis tentang
sejarah ekonomi, dia harus memahami sejarah perkembangan ekonomi, model-
model ekonomi dinasti China, jalur sutra, dan konsep-konsep dasar ekonomi yang
berkembang dalam sejarah. Sehingga kedua disiplin ini memiliki keterikatan yang
baik dalam menentukan sejarah.
seperti orang yang memancing. Ketika senar pancingannya terbawa arus, dia
berpikir air ditempat tersebut alirannya deras. Lalu ia berpindah kesana sesuai
dengan naluri pemancingnya. Sebenarnya dia lupa kalau air yang menjadi deras
itu disebabkan karena kemiringan tanahnya. Bahkan mungkin dia lupa bahwa air
itu mengalir ke bawah dan tanah di bawah sungai itu menurun.
Model seperti ini dapat dianalogikan dengan konsep apa itu kekuatan sejarah.
Kebanyakan dari kita mungkin hanya mengenal suatu peristiwa dengan
memahami peristiwa tersebut secara tunggal tanpa mengetahui pemicu yang ada
pada peristiwa-peristiwa sebelumnya. Itulah kekuatan sejarah. Sejarah menilai
peristiwa dari prosesnya, baru melihat hasil dari proses dalam peristiwa tersebut.
Kekuatan sejarah (1) ekonomi, (2) agama, (3) institusi (politik), (4) teknologi,
(5) ideologi, (6) militer, (7) individu, (8) seks, (9) umur, (10) golongan, (11)
etnis/ras, (12) mitos, dan (12) budaya
Generalisasi adalah pekerjaan penyimpulan dari yang khusus kepada yang umum.
„hipotesis deskriptif‟ (dugaan sementara). Penyimpulan dari suatu yang bersifat
khusus menjadi pengertian secara umum adalah pengertian dari generalisasi.
Generalisai dalam sejarah memiliki cabang yang beragam macam tergantung
dengan kebutuhan dan konsep dasarnya. Penyimpulan yang bersifat menyamakan
bagian dengan keseluruhan adalah model dari generalisasi konseptual.
Pendeksripsian umum yang menilik penyimpulannya berdasarkan judul buku
adalah model dari generalisasi tematik. Generalisasi sistemik, struktural, kultural,
dan sosial adalah contoh-contoh dari tingkatan-tingkatan generalisasi dalam
sejarah yang bermacam ragamnya.
Namun garis besarnya yang menjadi poin penting, adalah dalam setiap
generalisasi tersebut selalu ada yang bersifat penyederhanaan suatu peristiwa yang
dianggap kompleks dan pengecekan teori secara lua, yang dikenal sebagai
simplifikasi, dan saintifikasi. Kedua hal itu tidak dapat dilepaskan dari
generalisasi karena merupakan garis besar pembentuk generalisasi itu sendiri.
Sebagai seorang manusia, tentunya sejarawan juga tidak terlepas dari kesalahan
entah itu kesalahan dalam meneliti sejarah, ataupun memberikan pernyataan akan
sesuatu. Sejarah itu kebenarannya absolut, tapi kebenaran sejarah yang ada dalam
pemikiran sejarawan itu nisbi, sangat mungkin sekali terjadi kesalahan. Mungkin
saja berupa kebanyakan pertanyaan, atau mungkin kesalahan yang katakanlah
fatal, yaitu salah menentukan topik, ketika melakukan penelitian, bersifat terlalu
empiris, yang bukan bagian penting dalam penulisan sejarah, salah
mengumpulkan sumber, menganggap pendapat sebagai fakta adalah bentuk-
bentuk kesalahan yang sangat mungkin ada pada diri seorang sejarawan ketika
berhadapan dengan sejarah.
BAB 11. SEJARAH DAN PEMBANGUNAN
Mayoritas orang menganggap sejarah sebagai suatu yang hanya bersifat
pragmatis, tidak memiliki kegunaan yang praktis. Inilah yang menjadi blunder
besar, karena sejarah tidak dianggap sebagai intelijensi bersama. Buktinya,
banyak orang yang ketiksa berbicara masalah ilmu sosial, sejarah ditinggalkan
karena dianggap tidak berguna.
Kenyataan yang seperti itu justru menjadi suatu ironi, sangat disayangkan kalau
sekarang banyak dari mereka meninggalkan sejarah hanya karena tidak memiliki
kegunaan praktis. Sejarah itu bukan seperti itu! perlunya penegasan bahwa sejarah
memiliki kegunaan dalam menentukan perencanaan dan penilaian, dengan tiga
hal, yaitu paralelisme sejarah, serajah perbandingan, dan evolusi sejarah. Tiga hal
yang sama ketika membahas kasus pembangunan semisal pembangunan
pertanian, ekonomi, dan seterusnya.
Ini mengeaskan kembali bahwa sejarah memiliki kegunaan dalam menentukan
masa depan yang lebih baik, entah dari sisi ekonominya, sisi edukasinya, atau sisi-
sisi pembangunan lainnya. Adanya perbandingan sejarah dapat membandingkan
sejarah reformasi dengan sejarah revolusi, dan menentukan masa depan Indonesia
dengan arah politik yang lebih jelas, dan terstruktur. Adanya paralelisme sejarah
yang dapat menjelaskan hubungan yang terjadi antara sejarah Majapahit, dengan
sejarah Sriwijaya, Nasionalisme kuno yang dimulai dengan menyatukan
Nusantara oleh Gajah Mada. Setidaknya kedua hal diatas dapat menepis
kenyataan bahwa sejarah bukan hanya pragmatis, tetapi juga memiliki kegunaan
praktis, untuk pembangunan dimasa depan.
BAB 12. RAMALAN SEJARAH
Bab ini dimaksudkan sebagai penutup. Ramalan sejarah bukanlah sesuatu yang
pokok, hanya disarankan untuk dilakukan karena mempelajari sejarah sendiri juga
memiliki kegunaan untuk menentukan masa depan. Tetap pekerjaan sejarawan
adalah rekonstruksi masa lalu, tetapi hendaknya memeperhatikan masa lalu
tersebut dengan harapan untuk memberikan masa depan yang lebih baik.
Politik akan mengalami rasionalisasi dan demokratisasi berkat meningktanya daya
baca. Masyarakat akan mengalami pembagian/kalsifikasi berdasarkan kelas dan
ekonomisasi berkat liberalisasi perdagangan. Agama akan menghadapi
sekularisasi dan transedentalisasi karena modernisasi. Dan budaya akan
menghadapi positivisme dan teknologisme karena kemajuan IPTEK.
Itu mungkin gambaran mengenai ramalan tentang masa depan Indonesia kita dari
berbagai macam konsentrasi dimasa nanti, namun ramalan adalah ramalan, dan
hanya bersifat mungkin, dan mungkin. Tidak ada seorang pun mengetahui persis
masa depan seperti apa, termasuk sejarawan. Bahkan, masa lalu dan masa kini
pun hanya sebagian yang diketahui.
b. Ringkasan Buku Pembanding