Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL BOOK REPORT

PENGANTAR ILMU SEJARAH

Dosen Pengampu : Dr. Rosmaida Sinaga

Disusun Oleh :

Nama : Robintang Sirait (3193321023)

Mata Kuliah : Sejarah Maritim

Kelas : C Reguler 2019

Fakultas Ilmu Sosial

Jurusan Pendidikan Sejarah

Universitas Negeri Medan

2019
KATAPENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan tugas critical book report ini tepat pada wakatunya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan critical book ini


masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa akan datang.

Semoga critical book report ini bermanfaat bagi pembaca, dan penulis
mohon maaf jika terdapat benyak kekurangan dikarenakan penulis masih dalam
tahap belajar. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review

Mengkritik suatu buku sangatlah penting buat kalangan mahasiswa maupun


mahasisiwi,karena dengan mengkritik suatu buku seseorang dapat mengetahuin
dan memahami apa saja yang disajikan si penulis dalam sebuah buku.Selaim
itu,kritikal ini juga melatih kita dalam mengevaluasi dan menganalisis sebuah
pembahasan dari si penulis,sehinggan hal ini dapat menjadi masukkan ataupun
saran bagi si penulis untuk kedepannya.krtikal book ini diharapkan bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca agar sama-sama dapat mengerti bagaimana
langkah-langkah yang baik dalam mengkritik sebuah buku.

B. Tujuan Penulisan Critical Book Review

Tujuan dari mengkritik buku ini adalah untuk referensi ilmu yang dapat
menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui kelebihan dan
kekurangan suatu buku,menjadi bahan pertimbangan,penganalisa dan pembanding
serta menyelesaikan salah satu tugas dari mata kuliah Pengantar Ilmu Sejarah

C. Manfaat Critical Book Review

Critical book review ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun


pembaca.Manfaat untuk penulis critical book report ini adalah membuat kita
sebagai penulis tahu cara meringkas, menilai,mengkritik,dan membandingkan isi
buku satu dengan yang lain dengan baik dan benar yang sesuai dengan kaidah
yang berlaku,begitu pun bagi pembaca memiliki manfaat diantaranya menambah
pengetahuan dan edukasi mengenai hal yang saya kritik disini yaitu tentang
pengantar ilmu sejarah.
D. Identitas buku utama
 Judul : Pengantar Ilmu Sejarah
 Penulis : Kuntowijoyo
 ISBN : 978-979-1262-56-9
 Penerbit : Tiara Wacana
 Tahun terbit : 2013
 Tebal buku : 190 halaman

E. Identitas buku pembanding


 Judul : Mengerti Sejarah
 Penulis : Louis Gottschalk
 Penerjemah : Nugroho Notosusanto
 ISBN :-
 Penerbit : Universitas Indonesia (UI-Press)
 Tahun terbit : 1985, cetakan 2015
 Tebal buku : 261 halaman
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
a. Ringkasan buku utama

BAB 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab


“Syajara” yang berarti “terjadi”, atau “Syajarah” yang berarti “pohon”, dalam
bahasa Inggris “history”, bahasa Latin dan Yunani “historia” yang berarti “orang
pandai”. Banyak istilah yang memakai kata sejarah, misalnya „guru sejarah‟ (guru
yang mengajarkan mata pelajaran sejarah), „pegawai sejarah‟ (termasuk di sini
pegawai purbakala, museum, dan monumen), „pelaku sejarah dan saksi sejarah‟
(orang yang terlibat langsung dalam pergulatan sejarah), „peneliti dan penulis
sejarah‟ (kelompok yang mempunyai bakat dan kemampuan meneliti dan menulis
sejarah, baik yang dihasilkan melalui pendidikan di perguruan tinggi, juga
wartawan dan sastrawan). Sejarah seringkali diartikan secara negatif misalnya
sebagai „sejarah sebagai mitos‟ (Sejarah bukanlah mitos, karena sejarah
mengungkapkan waktu yang tegas dan peristiwa yang diungkapkan dalam sejarah
adalah empirik (nyata) sedangkan mitos tidak mengungkapkan waktu yang tegas
(misalnya: konon, syahdan, dll.) dan peristiwa yang diungkapkan dalam mitos
adalah irrasional (tidak nyata), „sejarah sebagai filsafat‟ (Sejarah bukanlah
filsafat. Ketika sejarah berbicara tentang manusia, maka yang dibicarakan ialah
orang tertentu yang mempunyai tempat dan waktu serta terlibat dalam kejadian.
Sedangkan ketika filsafat berbicara tentang manusia, maka manusia itu ialah
secara umum serta bersifat abstrak dan spekulatif), „sejarah sebagai ilmu alam‟
(Sejarah 2 bukanlah ilmu alam, karena sejarah hukumnya bersifat kausalitas dan
mengungkapkan hal-hal yang bersifat ideografis (menuliskan hal-hal yang khas)
sedangkan ilmu alam hukumnya pasti dan tetap serta bersifat nomotetis
(hukumhukm umum), „ sejarah sebagai sastra‟ (Sejarah bukanlah sastra, karena
sejarah ditulis berdasarkan fakta dan harus menghasilkan eksplanasi serta
memberikan informasi selengkap-lengkapnya dan setuntas-tuntasnya, sedangkan
sastra ditulis berdasarkan imajinasi si pengarang dan karya sastra seringkali
berakhir dengan pertanyaan) Sejarah ditulis dalam ruang lingkup periodisasi yang
terdiri dari aspek temporal (misalnya pertanyaan: kapan?) dan aspek spasial
(misalnya pertanyaan: wilayah mana? Lokal atau nasional?
BAB 2. GUNA SEJARAH Sejarah mempunyai kegunaan bagi pengembangan
dirinya (intrinsik) dan memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu di luar
dirinya (ekstinsik). Kegunaan intrinsik diantaranya adalah:

1. Sejarah sebagai ilmu, berkembang dengan cara (a) perkembangan dalam


filsafat, (b) perkembangan dalam teori sejarah, (c) perkembangan dalam ilmu-
ilmu lain, (d) perkembangan dalam metode sejarah;
2. sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau, bersama dengan mitos
sejarah adalah untuk mengetahui masa lampau yang setidaknya menghasilkan
dua sikap yaitu menerima dan menolak;
3. Sejarah sebagai pernyataan pendapat, banyak penulis sejarah yang
menggunakan ilmunya untuk menyatakan pendapat; dan
4. Sejarah sebagai profesi, sebagai penulis atau peneliti sejarah.
Adapun kegunaan ekstrinsik diantaranya adalah
(1) sejarah sebagai pendidikan moral, (2) sejarah sebagai pendidikan
penalaran, (3) sejarah sebagai pendidikan politik, (4) sejarah sebagai
pendidikan kebijakan, (5) sejarah sebagai pendidikan perubahan, (6) sejarah
sebagai pendidikan masa depan, (7) sejarah sebagai pendidikan keindahan, (8)
sejarah sebagai ilmu bantu, (9) sejarah sebagai latar belakang, dan (10) ejarah
sebagai rujukan. 3

BAB 3. SEJARAH PENULISAN Sejarah Historiografi Eropa Sejarah


historiografi Eropa dilihat dari gejala yang terikat oleh waktu (time bound) dan
kebudayaan (culture bound) zamannya. Periode Ciri khas/Hasil Zaman Yunani
dan Romawi Tulisan sejarah di Eropa muncul di Yunani dalam bentuk puisi, yaitu
karya Homer, yang ditulis berdasarkan cerita-cerita lama, menceritakan
kehancuran Troya pada 1.200 S.M. Tulisan sejarah dalam bentuk prosa baru
muncul pada abad ke-6 S.M. di Ionia. Zaman Kristen Awal dan Zaman
Pertengahan Annals, chronicles, sejarah umum, dan biografi. Annals adalah
catatan peristiwa-peristiwa penting, biasanya dalam kalimat-kalimat pendek.
Chronicles melukiskan peristiwa yang lebih luas. Sejarah umum bersifat
sistematis dan disusun berdasarkan topik, misalnya politik atau perang, atau
daerah. Biografi ditulis berdasarkan pengalaman, biasanya oleh orang yang
ditugaskan untuk itu. Abad XI: Zaman Renaisans, Reformasi, dan Kontra
Reformasi - Renaisans ingin menggantikan wahyu dengan akal, teologi dengan
ilmu, kebudayaan teosentris dengan antroposentris, kebudayaan Kristen dengan
paganisme. - Reformasi ingin menggantikan teologi lama dengan teologi baru. -
Kontra Reformasi ingin mengembalikan kewibawaan gereja Katolik yang telah
dirusak oleh gerakan Reformasi. Abad XVII: Zaman Penemuan Daerah Baru
Orang Eropa mulai tertarik dengan daerahdaerah baru untuk ekspansi Eropa. 4
Abad XVIII: Zaman Rasionalisme dan Pencerahan Gagasan Kemajuan (The Idea
of Progress) bahwa peradaban manusia terus menerus bergerak maju. Abad XIX:
Zaman Romantisisme, Nasionalisme, dan Liberalisme 1) Penghargaan kembali
pada zaman Pertengahan 2) Munculnya filsafat sejarah 3) Munculnya teori “orang
besar” 4) Timbulnya nasionalisme 5) Munculnya liberalisme sebagai akibat
Revolusi Inggris, Revolusi Amerika, Revolusi Prancis, Perang Kemerdekaan
Prusia dan revolusi pada 1830 serta 1848. Akhir Abad XIX dan Abad XX: Sejarah
Kritis dan Sejarah Baru Historiografi klasik menekankan retorik, historiografi
moderen menekankan kritik, sementara Sejarah Baru menekankan ilmu sosial.

BAB 4. SEJARAH SEBAGAI ILMU DAN SENI

Sejarah Sebagai Ilmu


1. Sejarah itu empiris, sejarah sangat tergantung pada pengalaman manusia.
Pengalaman itu direkam dalam dokumen. Dokumen-dokumen itulah yang
diteliti oleh sejarawan untuk menentukan fakta. Fakta-fakta tersebut
kemudian diinterpretasi. Dari interpretasi atas fakta-fakta itu barulah muncul
tulisan sejarah;
2. Sejarah mempunyai objek, objeknya adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan manusia, ruang, dan waktunya;
3. Sejarah mempunyai teori, metode, teknik.
BAB 5. PENDIDIKAN SEJARAWAN

Seorang sejarawan memiliki tahapan dalam pendidikannya mempelajari sejarah.


Sejarah tersebut tidak terpusat pada pengertiannya secara umum saja. Sejarah
sebagai ilmu dipecah atau disebar dalam berbagai macam konsentrasi yang
berbeda-beda. Berdirinya Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij yang
mengawali pergerakan nasional dikategorikan dalam Sejarah Pergerakan
Nasional. Reformasi serta kerusuhan terbesar dalam sejarah Indonesia, kerusuhan
6 Mei 1998, dikategorikan dalam studi Sejarah Reformasi di Indonesia. Intinya,
sejarah tersebut memiliki klasifikasi tertentu yang membahas suatu peristiwa yang
sesuai dengan objek studinya.
Sejarawan tidak hanya memerlukan studi tentang sejarah saja dalam mempelajari
sejarah, tetapi juga memerlukan studi lain yang disebut ilmu bantu sejarah. Ilmu
bantu tersebut tentunya bertujuan untuk membantu subjektifitas dalam penulisan,
sehingga hasilnya dapat mendekati objektif. Suatu masyarakat dikatakan
masyarakat jika memiliki tatanan sosial, dan pranata sosial, hal ini dapat dibahas
dalam ilmu sosiologi dan sosiologi tersebut dapat membantu penulisan sejarah,
permukaan bumi yang memilki tekstur yang berbeda-beda dan beragam
macamnya dapat dipelajari dalam geografi, atau demografi, dan ilmu tersebut
merupakan ilmu bantu sejarah.
Dengan kata lain, ilmu bantu serta turunan ilmu sejarah sendiri memilki
keterkaitan yang saling melengkapi dalam mempelajari sejarah dengan baik dan
benar dan bagi seorang sejarawan, hal ini harus dipelajari demi mempelajari
sejarah dengan benar.

BAB 6. PENELITIAN SEJARAH

Sejarah memerlukan penelitian. Seperti ilmu-ilmu lainnya, penilitan dalam sejarah


memiliki tahapan yang merupakan standar operasional prosedur. Pemilihan topik
yang merupakan prosedur awal dalam melakukan penelitian, terbagi menjadi dua
konsentrasi, yaitu kedekatan emosional, dan kedekatan intelektual. Keduanya
dimaksudkan untuk menegaskan pentingnya objektifitas dan subjektifitas dalam
penelitian sejarah.

Tahap penelitian sejarah


1. Pemilihan topik, berdasarkan:
(a) kedekatan emosional dan (b) kedekatan intelektual 5
2. Pengumpulan sumber: (a) dokumen tertulis,(b) artifact, (c) sumber lisan,
dan (d) sumber kuantitatif.;
3. Verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber): (a) autentisitas dan (b)
kredibilitas;
4. Interpretasi: (a) analisis dan (b) sintesis; dan
5. Penulisan: (a) pengantar, (b) hasil penelitian, dan (c) Simpulan.

BAB 7. SEJARAH dan ILMU-ILMU SOSIAL

Berbicara mengenai ilmu sosial lainnya, sejarah memiliki hubungan yang baik,
sehingga antara ilmu sosial lain tersebut dengan ilmu sejarah memiliki hubungan
timbal balik yang baik pula. Sejarah menjadi dasar yang dapat mengembangkan
ilmu-ilmu sosial, sebaliknya, ilmu-ilmu sosial tersebut melahirkan sejarah baru
yang lebih familiar, sejarah modern.
Kontribusi sejarah untuk ilmu-ilmu sosial adalah sejarah sebagai kritik terhadap
ilmu sosial. Max Weber dalam metodologi ilmu sosial menggunakan tipe yang
abstrak untuk mempermudah penelitian bagi sejarawan, namun sebenarnya tipe
tersebut tidak didukung dengan historis yang faktual.
Kemudian, permasalahan sejarah dapat menjadi permasalahan ilmu sosial.
Barington Moore Jr menulis Social Origins Of Dictatorship and
Democracy menggunakan generalisasi yang menjelaskan tiga konsep menuju
dunia modern, dan tiga hal tersebut adalah konsep sosial yang masing-masing
ditilik dari kronik sejarah yang terjadi dimasa Revolusi Eropa, Perang Dunia, dan
Komunisme di Eropa Timur.
Pendekatan sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi baru pada ilmu
sosial yang bersifat sinkronis. Clifford Geertz, menulis tentang argikultural yang
menjelaskan analisisnya tentang perubahan ekologi di Jawa dibuku pertamanya,
dan kota Mojokuto yang menjadi basis operasional pertanian yang maju pada
abad 19 dibuku keduanya. Kedua karya tersebut menjadi contoh bagaimana
sejarah yang menekankan proses dapat membantu ilmu sosial yang menekankan
struktur.
Setelah mengetahui kegunaan sejarah terhadap ilmu sosial, kegunaan ilmu sosial
terhadap sejarah pun perlu diketahui, karena keduanya memiliki hubungan timbal
balik yang baik. Sejarah Baru menjadi bukti yang kuat bahwa ilmu-ilmu sosial
memiliki pengaruh yang besar terhadap ilmu sejarah. Sosiologi yang menekankan
konsep sosiologi, perubahan sosial, solidaritas dan hal-hal yang terkait dengan
konsep sosiologi, perlu dikuasai oleh seorang sejarawan ketika menulis sejarah
sosial.
Ilmu politik dengan istilah-istilah semacam political culture, organisasi, sistem
politik dan demokrasi juga memberikan kontribusi yang baik kepada sejarah.
Sehingga pendekatan sejarah dengan bantuan ilmu politik dapat dilakukan.
Kemudian antropologi juga menyumbang dasar-dasar antropologi sosial,politik,
ekonomi serta konsep-konsep simbol, sistem kepercayaan, folklore, dan lain
sebagainya pun memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian sejarah
ketika meninjau sisi masyarakat dan kebudayaan yang diteliti, dengan pendekatan
antorpologi.
Siapa saja berhak menulis sejarah ekonomi, baik itu ekonom, sejarawan, ataupun
orang yang diluar kedua disiplin ilmu tersebut, dengan syarat ; memahami kaidah
penelitian ekonomi dan sejarah. Sejarawan yang ingin menulis sejarha ekonomi
harus paham konsep-konsep ekonomi makro dan mikro, serta konsep dasar
ekonomi lainnya. Begitu pula dengan ekonom, ketika dia ingin menulis tentang
sejarah ekonomi, dia harus memahami sejarah perkembangan ekonomi, model-
model ekonomi dinasti China, jalur sutra, dan konsep-konsep dasar ekonomi yang
berkembang dalam sejarah. Sehingga kedua disiplin ini memiliki keterikatan yang
baik dalam menentukan sejarah.

Kegunaan Sejarah untuk ilmu-ilmu sosial

1. Sejarah sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial,


2. Permasalahan sejarah dapat menjadi permasalahan ilmu-ilmu sosial, dan
3. Pendekatan sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi baru pada
ilmu-ilmu sosial yang sinkronis.

Pengaruh ilmu-ilmu sosial pada Ilmu Sejarah


1. Konsep,
2. Teori,
3. Permasalahan, dan
4. Pendekatan.

BAB 8. KEKUATAN-KEKUATAN SEJARAH

seperti orang yang memancing. Ketika senar pancingannya terbawa arus, dia
berpikir air ditempat tersebut alirannya deras. Lalu ia berpindah kesana sesuai
dengan naluri pemancingnya. Sebenarnya dia lupa kalau air yang menjadi deras
itu disebabkan karena kemiringan tanahnya. Bahkan mungkin dia lupa bahwa air
itu mengalir ke bawah dan tanah di bawah sungai itu menurun.
Model seperti ini dapat dianalogikan dengan konsep apa itu kekuatan sejarah.
Kebanyakan dari kita mungkin hanya mengenal suatu peristiwa dengan
memahami peristiwa tersebut secara tunggal tanpa mengetahui pemicu yang ada
pada peristiwa-peristiwa sebelumnya. Itulah kekuatan sejarah. Sejarah menilai
peristiwa dari prosesnya, baru melihat hasil dari proses dalam peristiwa tersebut.

Kekuatan sejarah (1) ekonomi, (2) agama, (3) institusi (politik), (4) teknologi,
(5) ideologi, (6) militer, (7) individu, (8) seks, (9) umur, (10) golongan, (11)
etnis/ras, (12) mitos, dan (12) budaya

BAB 9. GENERALISASI dan EKSPLANASISEJARAH

Generalisasi adalah pekerjaan penyimpulan dari yang khusus kepada yang umum.
„hipotesis deskriptif‟ (dugaan sementara). Penyimpulan dari suatu yang bersifat
khusus menjadi pengertian secara umum adalah pengertian dari generalisasi.
Generalisai dalam sejarah memiliki cabang yang beragam macam tergantung
dengan kebutuhan dan konsep dasarnya. Penyimpulan yang bersifat menyamakan
bagian dengan keseluruhan adalah model dari generalisasi konseptual.
Pendeksripsian umum yang menilik penyimpulannya berdasarkan judul buku
adalah model dari generalisasi tematik. Generalisasi sistemik, struktural, kultural,
dan sosial adalah contoh-contoh dari tingkatan-tingkatan generalisasi dalam
sejarah yang bermacam ragamnya.

Namun garis besarnya yang menjadi poin penting, adalah dalam setiap
generalisasi tersebut selalu ada yang bersifat penyederhanaan suatu peristiwa yang
dianggap kompleks dan pengecekan teori secara lua, yang dikenal sebagai
simplifikasi, dan saintifikasi. Kedua hal itu tidak dapat dilepaskan dari
generalisasi karena merupakan garis besar pembentuk generalisasi itu sendiri.

Tujuan generalisasi: (1) saintifikasi, dan (2) simplifikasi.

Macam-macam generalisasi: (1) generalisasi konseptual, (2) generalisasi


personal, (3) generalisasi tematik, (4) generalisasi spatial, (5) generalisasi
periodik, (6) generalisasi sosial, (7) generalisasi kausal, (8) generalisasi kultural,
dan (9) generalisasi struktural

BAB 10. KESALAHAN SEJARAWAN

Sebagai seorang manusia, tentunya sejarawan juga tidak terlepas dari kesalahan
entah itu kesalahan dalam meneliti sejarah, ataupun memberikan pernyataan akan
sesuatu. Sejarah itu kebenarannya absolut, tapi kebenaran sejarah yang ada dalam
pemikiran sejarawan itu nisbi, sangat mungkin sekali terjadi kesalahan. Mungkin
saja berupa kebanyakan pertanyaan, atau mungkin kesalahan yang katakanlah
fatal, yaitu salah menentukan topik, ketika melakukan penelitian, bersifat terlalu
empiris, yang bukan bagian penting dalam penulisan sejarah, salah
mengumpulkan sumber, menganggap pendapat sebagai fakta adalah bentuk-
bentuk kesalahan yang sangat mungkin ada pada diri seorang sejarawan ketika
berhadapan dengan sejarah.
BAB 11. SEJARAH DAN PEMBANGUNAN
Mayoritas orang menganggap sejarah sebagai suatu yang hanya bersifat
pragmatis, tidak memiliki kegunaan yang praktis. Inilah yang menjadi blunder
besar, karena sejarah tidak dianggap sebagai intelijensi bersama. Buktinya,
banyak orang yang ketiksa berbicara masalah ilmu sosial, sejarah ditinggalkan
karena dianggap tidak berguna.
Kenyataan yang seperti itu justru menjadi suatu ironi, sangat disayangkan kalau
sekarang banyak dari mereka meninggalkan sejarah hanya karena tidak memiliki
kegunaan praktis. Sejarah itu bukan seperti itu! perlunya penegasan bahwa sejarah
memiliki kegunaan dalam menentukan perencanaan dan penilaian, dengan tiga
hal, yaitu paralelisme sejarah, serajah perbandingan, dan evolusi sejarah. Tiga hal
yang sama ketika membahas kasus pembangunan semisal pembangunan
pertanian, ekonomi, dan seterusnya.
Ini mengeaskan kembali bahwa sejarah memiliki kegunaan dalam menentukan
masa depan yang lebih baik, entah dari sisi ekonominya, sisi edukasinya, atau sisi-
sisi pembangunan lainnya. Adanya perbandingan sejarah dapat membandingkan
sejarah reformasi dengan sejarah revolusi, dan menentukan masa depan Indonesia
dengan arah politik yang lebih jelas, dan terstruktur. Adanya paralelisme sejarah
yang dapat menjelaskan hubungan yang terjadi antara sejarah Majapahit, dengan
sejarah Sriwijaya, Nasionalisme kuno yang dimulai dengan menyatukan
Nusantara oleh Gajah Mada. Setidaknya kedua hal diatas dapat menepis
kenyataan bahwa sejarah bukan hanya pragmatis, tetapi juga memiliki kegunaan
praktis, untuk pembangunan dimasa depan.
BAB 12. RAMALAN SEJARAH
Bab ini dimaksudkan sebagai penutup. Ramalan sejarah bukanlah sesuatu yang
pokok, hanya disarankan untuk dilakukan karena mempelajari sejarah sendiri juga
memiliki kegunaan untuk menentukan masa depan. Tetap pekerjaan sejarawan
adalah rekonstruksi masa lalu, tetapi hendaknya memeperhatikan masa lalu
tersebut dengan harapan untuk memberikan masa depan yang lebih baik.
Politik akan mengalami rasionalisasi dan demokratisasi berkat meningktanya daya
baca. Masyarakat akan mengalami pembagian/kalsifikasi berdasarkan kelas dan
ekonomisasi berkat liberalisasi perdagangan. Agama akan menghadapi
sekularisasi dan transedentalisasi karena modernisasi. Dan budaya akan
menghadapi positivisme dan teknologisme karena kemajuan IPTEK.
Itu mungkin gambaran mengenai ramalan tentang masa depan Indonesia kita dari
berbagai macam konsentrasi dimasa nanti, namun ramalan adalah ramalan, dan
hanya bersifat mungkin, dan mungkin. Tidak ada seorang pun mengetahui persis
masa depan seperti apa, termasuk sejarawan. Bahkan, masa lalu dan masa kini
pun hanya sebagian yang diketahui.
b. Ringkasan Buku Pembanding

Anda mungkin juga menyukai