Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PENGERTIAN SEMIOTIK

1. PENGERTIAN

Semiotik adalah kajian tanda. Tanda (sign) adalah sesuatu yang mewakili atau menyatakan
sesuatu yang lain. Dengan kata lain, tanda terjadi dari dua unsur yakni sesuatu yang disebut
penanda (signifier) dan sesuatu yang lain yang diistilahkan sebagai petanda (signifiés), yang
diwakili. Hubungan antara pertanda dan penanda adalah hubungan realisasi, yakni pertanda
direalisasikan oleh penanda atau penanda merealisasikan petanda.

2. PAKAR SEMIOTIK

Dua pakar semiotik utama yang relevan dengan bahasan di dalam buku adalah Ferdinand de
Saussure yang berkebangsaan Swiss dan Charles Sanders Peirce yang berkebangsaan Amerika.
Pakar semiotik yang lain adalah Roland Barthes (Prancis), Umberto Eco (Italia), Louis Hjemslev,
dan lain-lain.

3. SIFAT HUBUNGAN SEMIOTIK

a. Hubungan Ikonik, Indeksikal dan Simbolik

Realisasi ikonik menyatakan bahwa sifat, ciri, atau hakiki petanda atau arti terealisasi ke dalam
penanda. Dengan kata lain, penanda tampil dengan sifat yang mencerminkan artinya (Cruse
2000:7) atau penanda yang hampir seperti atau adalah realisasi ikonik.

Realisasi indeksikal menyatakan bahwa hanya sebagian saja sifat, ciri, atau hakiki petanda atau
"arti" terwakili oleh penanda. Penanda menjadi penunjuk (index) kepada petanda karena
penanda itu menjadi bagian dari petanda. Dengan kata lain, semiotik indeksikal menunjukkan
bahwa seseorang masih dapat menjejaki mengapa penanda seperti itu adanya, yakni karena
sebagian sifat petanda terwakili dalam penanda.

Realisasi simbolik tidak menunjukkan sifat, ciri, atau hakiki petanda atau "arti" lagi. Realisasi
simbolik biasanya arbitrar, yakni realisasi petanda ke dalam penanda atau "arti" ke dalam
ekspresi yang sifat petanda itu sama sekali tidak ada pada penanda atau suatu penanda yang
sama sekali tidak ada alasan lagi yang dapat menerangkan mengapa penandanya atau
ekspresinya seperti itu.

Realisasi petanda ke dalam penanda dapat lejas (transparan) langsung menggambarkan realitas
sampai ke tingkat legap (opaque) yang tidak menggambarkan kenyataan itu (Kridalaksana
2006). Ini berarti pembagian hubungan dalam semiotik yang terdiri atas ikonik, indeksikal, dan
simbolik bersifat topologis dan bukan tipologis. Artinya, kategori itu berada pada satu rentang
atau kontinum.

b. Hubungan Nonbiunique

Yang dimaksud dengan hubungan biunique adalah hubungan satu ke satu, yakni satu "arti"
direalisasikan oleh satu ekspresi atau satu ekspresi merealisasikan satu "art". Dengan demikian,
hubungan bukan biunique atau nonbiunique menyatakan hubungan satu ke banyak, yakni satu
"arti" ke banyak ekspresi atau hubungan satu ekspresi yang merupakan realisasi banyak "arti"
(Halliday 1979: 58).

Pengertian sifat nonbiunique dari semiotik adalah satu petanda dapat yang dapat direalisasikan
oleh lebih dari satu atau banyak penanda dan sebaliknya, satu penanda dapat merealisasikan
lebih dari satu atau banyak petanda.

c. Realisasi Lazim dan Tidak Lazim

Penanda yang dominan digunakan diistilahkan sebagai realisasi lazim atau disebut unmarked.
Realisasi yang tidak lazim ini disebut bermarkah (marked).

Kelaziman merupakan kecenderungan. Secara kuantitatif kelaziman didasarkan pada ke


kerapan atau frekuensi sesuatu terjadi. Kelaziman sesuatu merupakan tingkat yang paling tinggi
ke kerapan terjadinya sesuatu itu di antara sejumlah variasi atau pilihan yang ada.

d. Berstrata

Semiotik dapat membentuk strata atau berstrata. Dengan analogi itu bahasa dengan konteks
nya merupakan semiotik berstrata. Strata bahasa bermula dengan ideologi sebagai pertanda
direalisasikan oleh budaya sebagai penanda. Budaya direalisasikan oleh konteks situasi.
Selanjutnya, konteks situasi direalisasikan oleh penanda nya yakni, bahasa.

e. Metafora

Metafora adalah pengodean petanda ploleh penanda lain, yang tidak lazim, dengan cara
perbandingan. Dengan pengertian ini, petanda satu tanda atau semiotik direalisasikan atau
dikodekan oleh penanda semiotik lain, yang tidak lazim menjadi penandanya. Pengodean itu
dilakukan karena kemiripan sifat satu semiotik dengan semiotik yang lain. Bertaut dengan sifat
kelaziman, pengodean dengan cara perbandingan atau metafora ini merupakan pengodean
tidak lazim. Kesamaan atau kemiripan sifat satu petanda dengan petanda yang lain
menyebabkan satu petanda dikodekan dengan menggunakan penanda dari petanda yang lain.

4. BIDANG KAJIAN SEMIOTIK

a. Zoosemiotics

Zoosemiotics adalah kajian tentang "arti" dari tingkah laku hewan. Para pakar hewan, misalnya,
para pegawai kebun binatang atau polisi khusus kehutanan dapat mengidentifikasi tingkah laku
hewan dan memahami makna tingkah laku hewan sebagai penanda dan pertanda yang diwakili
nya.

Dengan sifat dan perilaku hewan itu yang diamati manusia, manusia membangun budaya
berupa pengetahuan tentang atau yang terkait dengan tingkah laku hewan secara ikonik,
indeksikal, dan simbolik. Dengan kata lain, kisah laku hewan diidentifikasi sebagai berhubungan
dengan kegiatan atau budaya manusia.

b. Olfactory Signs

Olfactiry signs adalah kajian tentang "arti" dari bau atau aroma. Badan aroma berfungsi sebagai
penanda sesuatu makna atau pertanda. Rangkaian bau dan aroma ini bermanfaat dan menjadi
acuan untuk pembuatan minyak wangi atau parfum.

c. Tactile Communication

Tactile Communication mencakupi kajian tentang perilaku komunikasi yang selanjutnya bertaut
dengan perilaku bertujuan untuk menyampaikan sesuatu makna atau pesan. Kajian ini
mencakupi pelukan, usapan, ciuman, kecupan, cubitan, tepukan, dan perilaku lain.

d. Code Of Taste

Code of Taste menunjukkan makna rasa makanan oleh pengecapan.

e. Paralinguistics

Paralinguistics adalah kajian tentang ciri suprasegmental dan tingkah laku yang menyertai
komunikasi verbal yang cenderung membudaya. Dengan merujuk Eco (1979: 12), yang
selanjutnya merujuk Trager (1964) kajian paralinguistics mencakupi (1) perangkat suara yang
terkait dengan jenis kelamin, umur, kesehatan dan (2) perilaku bahasa yang terbagi ke dalam
dua kategori, yakni (a) kualitas suara, misalnya tinggi rendah bunyi, kontrol suara oleh bibir,
kontrol telak, kontrol ujaran, dan (b) ujaran yang selanjutnya terbagi ke tiga subkategori, yakni
(1) penanda ujaran, seperti tawa, tangisan, rintihan, ratapan, lolongan, uapan, dan sendawa, (2)
penanda ucapan, misalnya kuat suara, tingginya suara, lamanya suara, dan (3) sertaan ucapan,
yakni suara yang mengikuti ketika melakukan teriakan, sengauan, gerutuan. Kajian
paralinguistics juga mencakupi kajian genderang dan siulan yang menyertai komunikasi verbal.

f. Semiotik Kesehatan

Semiotik Kesehatan menunjukkan tanda belum kesehatan, yang mencakupi dua hal yakni kajian
tentang tanda atau Gela akan terjadinya penyakit dan penyakit yang sudah diderita.

g. Kinesics dan Proxemics

Kinesics dan Proxemics adalah kajian tentang isyarat yang digunakan ketika berbicara. Kajian ini
mencakupi berbagai tingkah laku yang dilakukan seseorang ketika dia menggunakan bahasa,
seperti gerakan badan, ekspresi wajah, gerakan/lambaian tangan, gerakan kepala, jarak yang
diambil ketika berinteraksi, pandan6 kepada multibicara, dan lain sebagainya. Kajian kinesics
dan proxemics juga mencakuli gerakan ritual agama, etiket tingkah laku, dan gerakan pantomin.

h. Musical Codes

Musical Codes adalah kajian tentang suara musik. Semiotik musik mencakupi kuatnya,
cepatnya, dan lamanya suara, dan hal lain sebagainya yang berkait bedengan suara manusia
atau instrumen musik.

i. Aesthetic Texts

Teks seni merupakan bagian dari kajian semiotikm keindahan suatu teks Sani mencakupi kajian
tentang berbagai aspek, seperti teks puisi, prosa, drama.

j. Komunikasi Massa

Komunikasi Massa merupakan bidang cakupan semiotik.

k. Rhetoric

Rhetoric adalah kajian tentang makna komunikasi satu teks.

l. Formalized Languages

Sebagai bidang kajian semiotik, formalized languages mencakup berbagai disiplin ilmu seperti
matematika, kimia, fisika, biologi, dan cabang ilmu pengetahuan lainnya.

m. Written Languages, Unknown Alphabets, dan Secret Codes


Kajian semiotik mencakupi petanda dalam tulisan, alphabet asing, dan kode rahasia. Tulisan
atau kode rahasia umumnya digunakan oleh anggota satu unit atau organisasi dengan tujuan
tertentu.

n. Natural Languages

Bahasa adalah bagian dari kajian semiotik. Setiap kata dalam bahasa merupakan penanda dari
rujukan dalam realitas atau makna di dalam sistem linguistik.

o. Komunikasi Visual

Komunikasi visual direalisasikan dengan penanda yang diidentifikasi melalui indera mata.
Kajian, komunikasi visual mencakupj petanda yang disampaikan melalui gambar, warna,
lokasi/letak suatu benda dan konteksnya.

p. Systems of Objects

Systems of Objects merupakan kajian terhadap hubungan satu benda dengan yang lain. Bentuk
arsitektur bangunan juga merupakan bagian dari kajian sistem benda ini.

q. Plot Structure

Plot Structure adalah kajian tentang pola sesuatu, khususnya karya sastra. Pola suatu cerita
atau pola suatu kegiatan dalam suatu budaya juga memiliki makna.

r. Teori Teks

Kajian tentang teks suatu karya sastra atau pemakaian bahasa juga merupakan bidang kajian
semiotik.

s. Kode Budaya

Di dalam budaya terdapat penanda suatu kegiatan, informasi, dan keadaan.

Anda mungkin juga menyukai