Disusun Oleh:
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas CBR Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Sri Hardiningrum,SH.M. Hum yang telah membantu kami baik
secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan
yang telah mendukung kami sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Saya menyadari, bahwa CBR yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan,
bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di
masa mendatang.
Semoga laporan CBR ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Medan,05-Oktober-2020
Penulis
BAB II
RINGKASAN BUKU
BUKU I (UTAMA)
1.Pendahuluan
Kata kewarganegaraan dalam bahasa Latin disebut Civicus. Selanjutnya, kata Civicus diserap
ke dalam bahasa Inggris menjadi kata Civic yang artinya mengenai warga negara atau
kewarganegaraan.
Dari kata Civic lahir kata Civic yaitu ilmu kewarganegaraan, dan Civic Education, yaitu
Pendidikan Kewarganegaraan. Pelajaran Civics atau kewarganegaraan telah dikenal di
Indonesia sejak zaman kolonial Belanda dengan nama Burgerkunde.
Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat
kebangsaan atau nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa
depan bersama di bawah satu negara yang sama, walaupun warga masyarakat tersebut
berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya.
2. Landasan Ilmiah
Pendidikan kewarganegaraan adalah merupakan ilmu, setiap ilmu harus memenuhi syarat-
syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek, metode, sistem dan bersifat universal. Sebagai bidang
studi ilmiah, pendidikan kewarganegaraan bersifat antar disipliner (antar bidang), bukan non
disipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu pendidikan
kewarganegaraan diambil dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi ilmu politik, ilmu filsafat,
ilmu hukum, ilmu sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu sejarah dan ilmu budaya.
Searah dengan perubahan pendidikan ke masa depan dan dinamika internal bangsa Indonesia,
program pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi harus mampu
mencapai tujuan :
1.Pendahuluan
Terdapat suatu keprihatinan yang terjadi di negara kita, bahwa
Tabel
1.Indonesia 9,92, 2.India 9,17, 3 Vietnam 8,25, 4 Philipina 8,00, 5 Cina 7,00
6 Taiwan 5,83Rank Negara Nilai,7 Korea Selatan 5,75, 8 Malaysia 5,71, 9 Hong Kong 3,33
2. Reformasi Hukum
hukum seperti para hakim, jaksa, pengacara dan polisi memiliki peran
hukum tersebut sudah tergoda oleh insentif materi yang melimpah, maka
menjadi terhambat dan tidak lancar, dan ini tidak mustahil ada unsur
dirasa jauh dari rasa keadilan di masyarakat. Oleh karena itu, sangat
penegak hukum tidak bebas dan leluasan berdiri di atas hukum. Hal-hal
semacam ini tidak heran apabila wibawa hukum di Negara kita saat ini
3.Sistem Pemerintahan
4.Kepemimpinan.
“Kalian akan dipimpin oleh pemimpin-pemimpin sesudahku. Orang yang baik akan
memimpin kalian dengan kebaikannya, sedangkan orang yang jahat akan akan memimpin
kalian dengan kejahatannya. Dengarkan mereka, dan patuhilah dalam hal apa yang sesuai
dengan kebenaran (Islam). Kalau mereka berbuat baik maka (keuntungan) bagi kamu dan
(kembali) kepada mereka. Dan jika mereka berbuat jahat, maka (akibatnya akan
menimpa) kamu dan (kembali juga) atas mereka.” (H.R. Hasyim bin Urwah, dalam kitab
Al Arkam as Sulthaniyah, dalam Jamaluddin Kahfie, 1989: 33).Tidak dapat disangkal lagi
bahwa Nabi Muhammad saw merupakan pemimpin yang sampai saat ini belum ada
tandingannya. Wajar saja, karena Allah SWT yang langsung memilih Beliau sebagai
pemimpin, sehingga mustahil Allah SWT salah dalam menjatuhkan pilihan. Beliau
memenuhi persyaratan kepemimpinan, ciri-ciri, sifat–sifat, sikap dan fungsi, tipe dan
sosok pribadi seorang pemimpin, sehingga kehadirannya di muka bumi ini merupakan
rahmatan lil „alamien.Berdasarkan hadits di atas, pemimpin yang baik akan
mengingatkan bahwa kurun masa yang paling baik adalah pada periode
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
A. PENDAHULUAN
MPK.
1.Pendahuluan
Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan masyarakat.pada
prinsipnya setiap warga masyarakat menjadi anggota dari suatu negaradan harus tunduk pada
kekuasaan negara,karena organisasi negara sifatnya mencakup semua orang yang ada di
wilayahnya dan kekuasaan negara berlaku bagi orang-orang tersebut.sebaliknya negara juga
memiliki kewajiban tertentu terhadap orang-orang yang menjadi anggotanya.Agar
pemerintah suatu negara yang memiliki kekuasaan untuk mengatur kehidupan masyarakat
tidak bertindak seenaknya,maka ada sistem aturan yang mengaturnya.Aturan yang paling
tinggi tingkatannya dalam suatu negara dinamakan konstitusi atau sering disebut dengan
undang-undang dasar.
2.Perkembangan Demokrasi
Perkembangan Demokrasi
skala luas, demokrasi tidak lagi berformat lokal, ketika Negara sudah
et.all.,2000:20).
Nilai-nilai Demokrasi
kepada pemerintah.
2. Kebebasan Berkelompok
promosi peran serta aktif dalam semua aspek kehidupan sosial, dan
1.Pendahuluan
Maha Esa yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal
dan abadi, berkait dengan harkat dan martabat manusia (Tap. MPRRI
HAM adalah hak-hak dasar atau hak pokok manusia yang dibawa sejak
dan kehidupan manusia. HAM juga berarti sebagai hak dasar (asasi),
masyarakat.
banyak, yaitu yang terdapat pada Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J,
yang meliputi : (1) hak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan
melalui perkawinan yang sah, (3) hak kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta hak perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi bagi anak, (4) hak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, mendapatkan pendidikan dan
memperoleh manfaat ilmupengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, (5) hak memajukan
dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat,
bangsa dan negaranya, (6) hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang samna di hadapan hukum dan sebagainya.Di dalam Ketetapan
MPRRI No.XXVII/MPR/1998 Tentang HAM,
dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya (Tim ICCE
sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara, yang
dahulu disebut hamba atau kawula negara. Tetapi sekarang ini lazim
Kepribadian.
4.Asas Kewarganegaraan
Dalam penentuan kewarganegaraan ada 2 asas atau pedoman yitu sas kewrganegaraan
berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan Perkawinan. Tetapi dalam
berbagai literatur hukum dan dalam praktek, dikenal adanya tiga asas kewarganegaraan yaitu
asas ius soli, ius sanguinis, dan asas campuran. Dari ketiga asas it, yang dianggap sebagai
asas yang utama adalah asas ius soli dan ius sanguinis.
Dalam literatur hukum Indonesia, biasanya cara memperoleh status kewarganegaraan hanya
terdiri dari dua cara yaitu status kewarganegaraan dengan kelahiran di wilayah Hukum
Indonesia dan dengan cara pewarganegaraan atau naturalisasi ( Naturalization).
Pasal 1 ayat 1 UU RI No.39 Tahun 1999 menyatakan Ham adalah Seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerahNya yang wajib dihormati,dijunjung Tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat an martabat
manusia. HAM bukan sekedar hak hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sejak
dilahirkannya ke dunia tetapi juga merupakan standar normatif yang bersifat universal bagi
perlindungan hak hak dasr itu dalam lingkup pergaukan nasional, regional dan global.
7.Sejarah HAM
Melalui perjanjian ini raja harus mengakui beberapa hak dari par bangsawan sebagai imbalan
untk dukungan kepada mereka dalam membiayai enyelenggaran pemerintah dan kegiatan
perang.
Piagam ini dicetuskan pada permulaan revolusi Perancisyang menekankan perlunya tiga
dasar penghormatan terhadap manusia yaitu liberty (kemerdekaan), equality (persamaan), dan
fraternity (persaudaraan).
Menurut Didik B.Arif (2014: 133-134) Prinsip HAM adalah prinsip universal, prinsip tidak
dapat dilepaskan (inalienable), prinsip tidak dapat dipisahkan (indivisible), prinsip saling
tergantung(inter dwpent), prinsip keseimbangan, dan prinsip partikularisme.
Melalui pembukaan UUD 1945 dinyatakan dalam alinea ke empat bahwa negara Indonesia
sebagai suatu persekutun bersama bertujuan untuk melindungi warga negaranya terutama
dalam kaitannya dengan perlindungan hak hak asasinya. Berdasarkan pada tujuan negara
sebagai terkandung dalam pembukaan UUD 1945 tersebut indonesia menjamin dan
melindungi hak hak asasi manusia pada warganya terutama dalam kaitannya dengan
kesejahteraan hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah antara lain berkaitan degan hak hak
asasi di bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, dan agama.
1.Pendahuluan
Globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
(Sumarsono,2000 : 2).
sendiri untuk memperjuangkan aspirasinya, sehingga seakan tidak ada koneksi antara wakil
rakyat di parlemen dengan masyarakat yang diwakilinya (Cipto et al , 2002 : ii)Secara umum,
tantangan pendidikan di era global adalah tuntutan kualitas sumberdaya manusia. Menurut
Djohar (1999:10), pada era pasar bebas dituntut SDM yang memiliki, (1) profesionalisme
dalam bidang keahlian tertentu, (2) kreativitas, yang memungkinkan SDM itu mampu
mendeteksi kesenjangan, bahkan dapat mengkreasi alternatif pemecahan kesenjangan itu, (3)
mampu bersaing dengan SDM dari bangsa lain, (4) berwawasan global, artinya SDM kita
dituntut mampu
kesempatan
2.Wacana Nasionalisme
agama, atau pada abad ke-20 ini profesi. Media “The Economist” secara
3.Rasa Nasionalisme
Rasa Nasionalisme
Perasaan sangat mendalam dalam suatu ikatan yang erat dengan tanah
tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasapenguasa resmi di daerahnya
selalu ada di sepanjang sejarah dengan
perasaan yang diakui secara umum. Dan nasionalisme ini makin lama
yang bersifat umum maupun bersifat pribadi. Dan baru dimasa akhirakhir ini syarat
bahwasannya setiap bangsa harus membentuk suatu
sosial, organisasi politik dan atau ideologi seperti misalnya suku atau
elan, negara kota atau raja feodal, kejayaan, gereja, dinasti, atau
culture core yang mengikat berbagai subkultur tadi dalam satu kesatuan
bersama). Nasionalisme bertumpu pada kesadaran akan adanya jiwa dan spiritual
6.Gagasan Nasionalisme
Gagasan Nasionalisme
10.000 bahasa (Naisbitt, 1995: 36) di dunia sekarang ini, apakah mesti
negara, maka di Jepang akan ada 300 negara dan bahkan di Indonesia
sulit dibayangkan.
nasionalisme sebagai faktor integratif. Di negara kita sendiri jelas upaya mencari kekuatan
budaya yang mampu mengintegrasikan masyarakat
myopic dan eksklusif di satu pihak, dan tantangan-tantangan global neoliberalisme di lain
pihak?. Bagaimana kita dapat mengiterpretasikan
BUKU 1I (PEMBANDING)
BAGAIMANA URGENSI DAN TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL DAN
BELA NEGARA BAGI INDONESIA DALAM MEMBANGUN KOMITMEN
KOLEKTIF KEBANGSAAN?
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara. Apa itu
Ketahanan Nasional? Apa itu Bela Negara?
Secara etimologi, ketahanan berasal dari kata “tahan” yang berarti tabah, kuat, dapat
menguasai diri, gigih, dan tidak mengenal menyerah. Ketahanan memiliki makna mampu,
tahan, dan kuat menghadapi segala bentuk tantangan dan ancaman yang ada guna menjamin
kelangsungan hidupnya. Sedangkan kata “nasional” berasal dari kata nation yang berarti
bangsa sebagai pengertian politik. Bangsa dalam pengertian politik adalah persekutuan hidup
dari orang–orang yang telah menegara. Ketahanan nasional secara etimologi dapat diartikan
sebagai mampu, kuat, dan tangguh dari sebuah bangsa dalam pengertian politik.
Terdapat tiga pengertian ketahanan nasional atau disebut sebagai wajah ketahanan nasional
yakni: 1. ketahanan nasional sebagai konsepsi atau doktrin
Untuk dapat memahami ketahanan nasional sebagai suatu konsepsi, pengertian pertama, perlu
diingat bahwa ketahanan nasional adalah suatu konsepsi khas bangsa Indonesia yang
digunakan untuk dapat menanggulangi segala bentuk dan macam ancaman yang ada.
Konsepsi ini dibuat dengan menggunakan ajaran “Asta Gatra”. Oleh karena itu, konsepsi ini
dapat dinamakan “Ketahanan nasional Indonesia berlandaskan pada ajaran Asta Gatra”.
Bahwa kehidupan nasional ini dipengaruhi oleh dua aspek yakni aspek alamiah yang
berjumlah tiga unsur (Tri Gatra) dan aspek sosial yang berjumlah lima unsur (Panca Gatra).
Tri Gatra dan Panca Gatra digabung menjadi Asta Gatra, yang berarti delapan aspek atau
unsur.
Ketahanan nasional sebagai kondisi, pengertian kedua, sebagai ilustrasi, apabila kita
mengatakan bahwa ketahanan nasional Indonesia pada masa kini lebih tinggi tingkatannya
dibanding tahun lalu. Kondisi Indonesia tersebut diukur dengan menggunakan konsepsi
ketahanan nasional Indonesia yakni ajaran Asta Gatra. Ketahanan nasional nasional
dirumuskan sebagai kondisi yang dinamis, sebab kondisi itu memang senantiasa berubah
dalam arti dapat meningkat atau menurun. Jadi kondisi itu tidak bersifat statis.
Ketahanan nasional sebagai strategi, pengertian tiga, berkaitan dengan pertanyaan tentang apa
sebab dan bagaimana Indonesia bisa “survive” walaupun menghadapi banyak ancaman dan
bahaya. Jawaban sederhana adalah karena bangsa Indonesia menggunakan strategi
“ketahanan nasional”. Jadi, dalam pengertian ketiga ini, ketahanan nasional dipandang
sebagai cara atau pendekataan dengan menggunakan ajaran Asta Gatra, yang berarti
mengikutsertakan segala aspek alamiah dan sosial guna diperhitungkan dalam
menanggulangi ancaman yang ada.
Tentang tiga wajah ketahanan nasional ini selanjutnya berkembang dan terumuskan dalam
dokumen kenegaraan, misalnya pada naskah GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN).
Perihal adanya tiga wajah atau pengertian ketahanan nasional diperkuat kembali oleh Basrie
(2002) bahwa ketahanan nasional itu memiliki wajah sebagai berikut: 1) sebagai Kondisi, 2)
sebagai Doktrin, dan 3) sebagai Metode. Tannas sebagai kondisi adalah sesuai dengan
rumusan ketahanan nasional pada umumnya. Tannas sebagai doktrin berisi pengaturan
penyelenggaraan keamanan dan kesejahteraan dalam kehidupan nasional. Tannas sebagai
metode adalah pendekatan pemecahan masalah yang bersifat integral komprehensif
menggunakan ajaran Asta Gatra.
Konsep ketahanan nasional berlapis, artinya ketahanan nasional sebagai kondisi yang kokoh
dan tangguh dari sebuah bangsa tentu tidak terwujud jika tidak dimulai dari ketahanan pada
lapisan-lapisan di bawahnya. Terwujudnya ketahanan pada tingkat nasional (ketahanan
nasional) bermula dari adanya ketahanan diri/individu, berlanjut pada ketahanan keluarga,
ketahanan wilayah, ketahanan regional lalu berpuncak pada ketahanan nasional (Basrie,
2002).
Istilah bela negara, dapat kita temukan dalam rumusan Pasal 27 Ayat 3 UUD NRI 1945.
Pasal 27 Ayat 3 menyatakan “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”. Dalam buku Pemasyarakatan UUD NRI 1945 oleh MPR (2012)
dijelaskan bahwa Pasal 27 Ayat 3 ini dimaksudkan untuk memperteguh konsep yang dianut
bangsa dan negara Indonesia di bidang pembelaan negara, yakni upaya bela negara bukan
hanya monopoli TNI tetapi merupakan hak sekaligus kewajiban setiap warga negara.
Berdasarkan Pasal 27 Ayat 3 UUD NRI 1945 tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha
pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap negara Indonesia. Hal ini
berkonsekuensi bahwa setiap warganegara berhak dan wajib untuk turut serta dalam
menentukan kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan
sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku termasuk pula aktifitas bela
negara. Selain itu, setiap warga negara dapat turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara
sesuai dengan kemampuan dan profesi masingmasing. Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa “Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam
penyelenggaraan pertahanan negara”.
Dalam lingkup kecil, ketahanan nasional pada aspek-aspek tertentu juga turut
menentukan kelangsungan hidup sebuah bangsa. Masih ingatkah Anda, pada tahun 1997-
1998, ketahanan ekonomi Indonesia tidak kuat lagi dalam menghadapi ancaman krisis
moneter, yang berlanjut pada krisis politik. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya,
ketahanan nasional memiliki banyak dimensi atau aspek, serta adanya ketahanan nasional
berlapis.
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik tentang Ketahanan Nasional dan Bela
Negara
Ketahanan juga mencakup beragam aspek, dimensi atau bidang, misal istilah
ketahanan pangan dan ketahanan energi. Istilah-istilah demikian dapat kita temukan dalam
rumusan RPJMN 2010-2015. Dengan masih digunakan istilah-istilah tersebut, berarti konsep
ketahanan nasional masih diakui dan diterima, hanya saja ketahanan dewasa ini lebih
difokuskan atau ditekankan pada aspek-aspek ketahanan yang lebih rinci, misal ketahanan
pangan dan ketahanan keluarga.
Pengalaman sejarah bangsa Indonesia telah membuktikan pada kita pada, konsep
ketahanan nasional kita terbukti mampu menangkal berbagai bentuk ancaman sehingga tidak
beru jung pada kehancuran bangsa atau berakhirnya NKRI. Setidaknya ini terbukti pada saat
bangsa Indonesia menghadapai ancaman komunisme tahun 1965 dan yang lebih aktual
menghadapi krisis ekonomi dan politik pada tahun 1997-1998. Sampai saat ini kita masih
kuat bertahan dalam wujud NKRI. Bandingkan dengan pengalaman Yugoslavia ketika
menghadapi ancaman perpecahan tahun 1990-an. Namun demikian, seperti halnya kehidupan
individual yang terus berkembang, kehidupan berbangsa juga mengalami perubahan,
perkembangan, dan dinamika yang terus menerus. Ketahanan nasional Indonesia akan selalu
menghadapi aneka tantangan dan ancaman yang terus berubah. Ketahanan nasional sebagai
kondisi, salah satu wajah Tannas, akan selalu menunjukkan dinamika sejalan dengan keadaan
atau obyektif yang ada di masyarakat kita. Sebagai kondisi, gambaran Tannas bisa berubah-
ubah, kadang tinggi, kadang rendah.
Terdapat hubungan antara ketahanan nasional dengan pembelaan negara atau bela negara.
Bela negara merupakan perwujudan warga negara dalam upaya mempertahankan dan
meningkatkan ketahanan nasional bangsa Indonesia. Keikutsertaan warga negara dalam
upaya menghadapi atau menanggulagi ancaman, hakekat ketahanan nasional, dilakukan
dalam wujud upaya bela negara. Pada uraian sebelumnya telah dikatakan bahwa bela negara
mencakup pengertian bela negara secara fisik dan nonfisik. Bela negara secara fisik adalah
memanggul senjata dalam menghadapi musuh (secara militer). Bela negara secara fisik
pengertiannya lebih sempit daripada bela negara secara nonfisik.
BAB II
IDENTITAS NASIONAL
A. Pengertian Ideintitas Nasional
Setiap bangsa memiliki karakter dan identitasnya masing-masing.
Apabila mendengar kata Barat, tergambar masyarakat yang individualis,
rasional, dan berteknologi maju. Mendengar kata Jepang tergambar
masyarakat yang berteknologi tinggi namun tetap melaksanakan tradisi
ketimurannya. Bagaimana dengan Indonesia? Orang asing yang datang ke
Indonesia biasanya akan terkesan dengan keramahan dan kekayaan budaya
kita.
Indonesia adalah negara yang memiliki keunikan di banding negara
yang lain. Indonesia adalah negara yang memiliki pulau terbanyak di dunia,
negara tropis yang hanya mengenal musim hujan dan panas, negara yang
memiliki suku, tradisi dan bahasa terbanyak di dunia. Itulah keadaan
Indonesia yang bisa menjadi ciri khas yang membedakan dengan bangsa yang
lain.
Salah satu cara untuk memahami identitas suatu bangsa adalah dengan
cara membandingkan bangsa satu dengan bangsa yang lain dengan cara
mencari sisi-sisi umum yang ada pada bangsa itu. Pendekatan demikian
dapat menghindarkan dari sikap kabalisme, yaitu penekanan yang terlampau
berlebihan pada keunikan serta ekslusivitas yang esoterik, karena tidak ada
satu bangsapun di dunia ini yang mutlak berbeda dengan bangsa lain
(Darmaputra, 1988: 1). Pada bab ini akan dibicarakan tentang pengertian
identitas nasional, identitas nasional sebagai karakter bangsa, proses
berbangsa dan bernegara dan politik identitas.
Identitas nasional (national identity) adalah kepribadian nasional atau
jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu
dengan bangsa yang lain (Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan,
2011: 66). Ada beberapa faktor yang menjadikan setiap bangsa memiliki
identitas yang berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut adalah: keadaan geografi,
BAB III
NEGARA DAN KONSTITUSI
Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya setiap warga masyarakat menjadi
anggota dari suatu negara dan harus tunduk pada kekuasaan negara, karena
organisasi negara sifatnya mencakup semua orang yang ada di wilayahnya,
dan kekuasaan negara berlaku bagi orang-orang tersebut. Sebaliknya
negara juga memiliki kewajiban tertentu terhadap orang-orang yang
menjadi anggotanya. Melalui kehidupan bernegara dengan pemerintahan
yang ada di dalamnya, masyarakat ingin mewujudkan tujuan-tujuan
tertentu seperti terwujudnya ketenteraman, ketertiban, dan kesejahteraan
masyarakat. Tanpa melalui organisasi negara kondisi masyarakat yang
semacam itu sulit untuk diwujudkan, karena tidak ada pemerintahan yang
mengatur kehidupan mereka bersama.
Agar pemerintah suatu negara yang memiliki kekuasaan untuk
mengatur kehidupan masyarakat tidak bertindak seenaknya, maka ada
sistem aturan yang mengaturnya. Sistem aturan tersebut menggambarkan
suatu hierarkhi atau pertingkatan dari aturan yang paling tinggi
tingkatannya sampai pada aturan yang paling rendah. Aturan yang paling
tinggi tingkatannya dalam suatu negara dinamakan konstitusi atau sering
disebut dengan undang-undang dasar, dua sebutan yang sebenarnya tidak
persis sama artinya. Dengan konstitusi diharapkan organisasi negara
tertata dengan baik dan teratur, dan pemerintah yang ada di dalamnya
tidak bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Dalam tulisan ini
akan dipaparkan tentang organisasi negara dan konstitusi yang mengatur
kehidupan negara tersebut.
.
BAB III
PEMBAHASAN
Membaca adalah kegiatan yang mendatangkan banyak manfaat dan beruntung bagi orang
yang gemar membaca, diantaranya membaca buku. Mereka yang suka membaca buku akan
memperoleh banyak informasi sehingga akan menambah pengetahuan dan wawasan yang
luas. Informasi tentang buku baru yang sering dimuat di surat kabar atau majalah yang berupa
artikel resensi. Orang yang menyukai aktivitas membaca, hasilnya, mereka tidak akan
berpikir sempit ketika menghadapi masalah-masalah yang sedang dialaminya. Serta
mempunya potensi dan kecenderungan yang bijak dalam menyikapi kejadian-kejadian sehari-
hari disekitarnya. Tapi, bagi orang yang ingin berbuat lebih dan mau berbagi ilmu kepada
orang lain, membaca saja tidak cukup. Membaca buku yang berkaitan dengan pendidikan
kewarganegaraan yang mencakup berbagai masalah dan sudut pandangan tentang Negara
memberikan pengetahuan yang berguna bagi pembaca yang dapat menempah diri individu
menjadi seseorang yang mempunyai rasa nasionalisme yang kuat dan menjadi warga Negara
yang pancasilais. Oleh karena itu penulis (kami kelompok 9) menyusun makalan berupa hasil
“Critikan Book Report” ini untuk memenuhi tugas matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan
serta mengetahui isi pembahasan dari keseluruhan isi buku yang kami kritik serta
menerapkan teori yang ada pada pembahasan bab tersebut di lingkungan masyarakat dalam
berbangsa dan bernegara.
Dalam buku sudah pasti memiliki kelebihan dan kekurangan didalamnya. Untuk itu
diperlukan resnsi sebagai perbandingan buku untuk melihat kelebihan dan kekurangan
tersebut serta memperbaikinya. Buku yang dibandingkan adalah buku Apick Gandamana,
S.Pd., M.Pd tahun 2019 dengan buku Tim direktorat jenderal pembelajran dan
kemahasiswaan tahun 2016 dan buku Pendidikan Kewarganegaraan (civil education).Kita
bisa melihat bahwa ketiga buku tersebut diterbitkan pada tahun yang berbeda.Apakah
dengan perbedaan judul dan tahun terbit tersebut menjadi pengaruh perbandingan signifikan
dalam kualitas penulisan maupun kualitas isi. Penulisan perbandingan tidak sebatas pada isi
buku saja, tetapi sisteamatika penulisan, gaya bahasa, bahkan ilustrasi hal-hal intrinsic buku.
1. Ketiga buku ini angkat terperinci dan dipandang berdasarkan aspek-aspek kehidupan dan
seseuai dengan lambang negara serta UUD 1945.
2.Pada buku utama yakni tentang kewarganegaraan dalam pandangan mahasiswa Muhammad
mereka membahas dengan sudut pandang secara umum dan sdit pandang secara islamiah
sehingga buku ini layak dijadikan pembanding antara sistem hukum yang dibuat oleh
pemerintah dan bagaimana Peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam berpolitik dan
lain sebaginya.
2. Pada buku ini terdapat analisis kasus di setiap materi sehingga pembaca akan lebih
memahami karena diberikan contoh konkrit.
3. Sebelum memasuki isi dari suatu bab penulis dari kedua buku memberikan keterangan
orientasi dengan bahasa yang baik sehingga dapat memotivasi para pembaca untuk kelanjutan
bacaannya.
4. Buku ini sangat bagus karena materi-materi yang dibahas dibuat dengan lengkap dan
disertai juga dengan nama ahli tokoh setiap pengutipan sebuah kalimat, dimana ini sangat
membuat buku menjadi kaya dikarenakan terdapat konsep-konsep di setiap materinya yang
dibahas.
5. Di setiap akhir pembahasan bab terdapat beberapa soal latihan untuk pembaca untuk lebih
mendalami materi yang disajikan.
6. Dalam buku pembanding (2) juga disediakan glossarium yang berfungsi menyajikan kata-
kata berserta artinya yang terkait dengan buku tersebut untuk memudahkan kita untuk
memahami sesuatu kata.
7. dan dalam buku pembanding (3) juga memiliki perluasan arti kewarganegaraan bagi
mahasiswa dan menjelaskan kompetensi (civic competensies) untuk mahasiswa. Buku Ini
sangat bagus bagi para mahasiswa
B.KELEMAHAN
1. Bahasanya terlalu baku sehingga sulit untuk dipahami, ada beberapa kata yang dalam
penyusunannya tidak mengikut pada aturan penulisan, sehingga menjadikan pembaca
harus mengulang kembali membaca untuk bisa memahaminya.
2. Ada kata yang dalam dalam pengetikannya salah, saya menyadari bahwa hal itu
mungkin kekhilafan penulis dan editor, namun kata tersebut bukan hanya terdapat di
suatu pembahasan saja, namun setiap pembahasan yang menggunakan kata tersebut,
alangkah baiknya jika disempurnakan.
3. Bahasa dan kalimat yang digunakan dalam buku ini lumayan susah untuk dimengerti
dan dicerna, kata-katanya tidak begitu mudah untuk dipahami sehingga pembaca
harus lebih serius dan berkonsentrasi saat membacanya
4. Pada buku ini sangat disayangkan tidak banyak disertai gambar yang menarik untuk
diikuti atau dilihat sebagai contoh dari pancasila itu sendiri.
5. Buku Utama (1) tidak disediakan glossarium yang berfungsi menyajikan kata-kata
berserta artinya yang terkait dengan buku tersebut yang mrmbuat pembaca sulit untuk
memahami sesuatu kata.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
PKn sebagai mata kuliah lebih disosialisasikan kepada mahasiswa, dan
dapat memberikan suatu bentuk pencerahan pengetahuan yang kontekstual
yakni; dapat memberikan jawaban atas permasalahan kenegaraan saat ini. . PKn ke
depan adalah bagaimana PKn sebaiknya dikembangkan menjad suatu bentuk kajian keilmuan
yang mapan, sebagai suatu ilmu pendidikan bukan merupakan suatu bentuk kajian keilmuan
yang lebih bersifat program pendidikan, karena mereka memandang akan lebih mudah
apabila PKn memiliki Body Of Knowledge tersendiri untuk di ajarkan kepada mahasiswa, di
mana PKn tidak hanya merupakan bentuk Pendidikan Politik dan Hukum yang
mengutamakan transformasi pengetahuan, akan tetapi juga merupakan suatu bentuk
Pendidikan Nilai yang juga mengusahakan transformasi nilai-nilai dalam sikap dan
perilakuewarganegaraan merupakan ilmu pengetahuan yang membahas seputar berbangsa
dan bernegara. Di dalamnya terdapat tentang Pancasila, UU, Kepres, dan HAM, Demoraksi
dan lain sebagainya.
Pendidikan pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang berperilaku, 1.
Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab sesuai dengan hati
nuraninya. 2. Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta
caea-cara pemecahannya. 3. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. 4. Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah
dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan indonesia (kaelan,2010:15).
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki kedudukan yang cukup kuat, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 37 Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa kurikulum
pendidikan tinggi wajib memuat tentang Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan untuk
membentuk para mahasiswa menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air
B. SARAN