Anda di halaman 1dari 4

Nama : Robintang Sirait

Nim : 3193321023

Kelas : C Reguler 2019

Penggunaan koin silver java Ruppe (1776-1804) pada masa pendudukan


Belanda di Indonesia

Pendahuluan

Arkeologi merupakan ilmu bantu sejarah yang berkaitan dengan bekas atau warisan
masa lalu berupa artefak atau benda visual. Arkeologi bertujuan ntuk menyusun
sejarah kebudayaan, memahami perilaku mansia, serta mengerti proses perubahan
budaya. Arkeologi sangat membutuhkan kelestarian benda-benda peninggalan
tersebut sebagai sumber data. Suau hal yang amat menguntungkan penelitian
arkeologi adalah bahwa kebanyakan situs-situsnya banyak menghasilkan temuan
mata uang logam, bahkan seringkali dalam jumlah besar.

Pada dasarnya setiap benda adalah hasil aktivitas manusia dari masa ke masa,
karena itu mata uang dopertimbangkan dapa memberikan gambaran tentang seumur
hidup masyarakat masa lampau. Di mata para arkeolog, peram uang sebagai sumber
sejarah sangat besar. Keberadaannya sejajar dengan prasasti dan naskah kuno yang
sampai saat ini memang lebih banyak dipakai sebagai sumber sejarah. Uang
berfungsi sebagai alat tukar menyimpan berbagai makna tersembunyi dalam praktik
sosialnya di masyarakat. Setiap mata uang pastinya memiliki tanda tera seperti yang
bisa kita dapatkan pada mata uangsekarang yang menyatakan pengesahan sebagai
suau alat tukar, misalnya oleh raja atau pengusaha yang mengeluarkan uang
tersebut. Adanya symbol atau tanda yang terdapat pada uang tersebut dapat
memberi gambaran kepada kita tentang sejarah politik padadari seorang raja atau
penguasa setempat serta masa pemerintahannya. Uang dapat dikatan sebuah artefak
bertanggal mutlak, kehadiran mata uang di dalam suatu lapisan tanah dapat
digunakan untuk menanggali lapisan tanah tersebut. Dan sebagi hasil ekskavasi
mata uang selalu diklasifikasikan, misalnya berdasarkan bentuk, atau tahun
terbitnya. Uniknya selain mata uang local, juga banyak ditemukan mata uang logam
asing di Indonesia, seperti mata uang ketika pendudukan colonial di Indonesia.

Di Indonesiapada masa kolonial tentunya banyak sekali mata uang yang dijadikan
alat tukar. Uang merupakan sebuah artefak budaya yang berfungsi sebagai alat
tukar dan memiliki standar nilai yang berlaku pada waktu dan lokasi tertentu. Hal
ini tentu sangat memudahkan apabila dibandingkan dengan sistem barter yang tidak
memilki standar nilai terukur (baku). Salah satunya adalah Koin Silver Java Rupee
yang digunakan oleh masyarakat Indonesia ketika pendudukan Belanda di
Indonesia.

Sejarah penggunaan Koin Silver Java Rupee

Tahun 1723 untuk pertama kalinya kapal-kapal belanda menginjak daratan


Indonesia. Ekspedisi ini di kepalai oleh dua bersaudara, Cornelis dan Frederick de
Houtman. Selama lebih dari se-abad Voc melakukan monopoli perdagangan di
kepulauan Indonesia, dan selama mereka berkuasa mereka mencetak koinnya
sendiri untuk diedarkan di Hindia-Belanda. Uang yang berfungsi sebagai alat tukar,
menyimpan berbagi makna tersembunyi dalam praktik sosialnya di masyarakat.
Uang merupakan sebuah artefak budaya yang berfungsi sebagai alat tukar dan
memiliki standar nilai yang berlaku pada waktu dan lokasi tertentu. Salah satunya
adalah penggunaan koin silver Java Rupee di indonesia ketika Belanda menduduki
indonesia. Tahun 1773 ketika kekuasaan Sultan Agung berakhir, Voc melakukan
perjanjian dengan kerajaan Mataram di Jawa Tengah. Salah satu Perjanjian itu
berisi bahwa VOC mendapat hak untuk mencetak Mata uang sendiri. Berdasarkab
hal tersebut VOC membuat mata uang dengan Desain Tulisan dalam huruf arab.
Uang ini dikenal dengan nama "Derhan Djawi" atau "Java Ducat" atau Silver Java
Rupee. Pertama kali dicetak VOC Batavia tahun 1744. Pada bagian muka koin ini
terdapat Tulisan Dengan bahasa Arab yaitu "Lia Djazirat Djawa Al-Kabir" dan
dibagian belakangnya terdaoat tulisan " Derham Min Kompani Welandawi" yang
berarti uang milik perusahaan Belanda. Percetakan uang di Batavia yang diberi
kesempatan untuk mencetak koin pada tahun 1744, koin yang pertama kali VOC
Batavia.
Deskripsi Uang
Koin Silver Java Rupee adalah salah satu koin Belanda yang digunakan ketika
Belanda/VOC berkuasa di indonesia. Koin ini dibuat atas perjanjian VOC dengan
kerajaan mataram dimana ketika tahun 1773 ketika kekuasaan Sultan Agung
berakhir, Voc melakukan perjanjian dengan kerajaan Mataram di Jawa Tengah.
Salah satu Perjanjian itu berisi bahwa VOC mendapat hak untuk mencetak Mata
uang sendiri. Berdasarkab hal tersebut VOC membuat mata uang dengan Desain
Tulisan dalam huruf arab. Uang ini dikenal dengan nama "Derhan Djawi" atau
"Java Ducat" atau Silver Java Rupee. Pertama kali dicetak VOC Batavia tahun
1744. Pada bagian muka koin ini terdapat Tulisan Dengan bahasa Arab yaitu "Lia
Djazirat Djawa Al-Kabir" dan dibagian belakangnya terdaoat tulisan " Derham Min
Kompani Welandawi" yang berarti uang milik perusahaan Belanda.
Koin ini digunakan oleh masyarakat Indonesia ketika VOC menguasai batavia.
Dimana koin ini diproduksi langsung dari belanda dan dikirim kan ke indonesia.
Karena ketika VOC menguasai batavia, belanda menghentikan aktivitas percetakan
Uang di indonesia. Koin ini memiliki berat 6,575 gram, serta bernilai nominal ½
Netherland Crude Arabic AD date, koin ini terbuat dari emas dan mulai beredar
tahun 1805 dan terbitan terakhir koin ini adalah 1806. Desain koin ini dibuat oleh
Mintmaster Theodorus Justinus Rheen, yang pada tahun 1745 digantikan oleh
Paulus Dorsman sebagai Mintmaster di Batavia. Koin derham emas ini mempunyai
nilai sebesar 16 Silver Rupee atau 16 Gulden. Dalam peluncurannya koin emas
Djawi ini sangat disukai oleh masyarakat, sehingga tahun 1747-1750 mulai dibuat
koin perak Jawa Rupee. Rupanya pemalsuan uang bukan hanya dilakukan oleh
orang-orang zaman sekarang saja. Begitu Derham Djawi diluncurkan, beberapa
tahun kemudian muncul koin-koin palsu beredar di pasaran.
Kesimpulan
Di artikel ini penulis ingin menyimpulkan bahwa arkeologi dengan numismatik itu
sangat berhubungan antara keduanya. Arkeologi merupakan ilmu bantu sejarah
yang berkaitan dengan bekas atau warisan masa lalu berupa artefak atau benda
visual. Arkeologi bertujuan ntuk menyusun sejarah kebudayaan, memahami
perilaku mansia, serta mengerti proses perubahan budaya. Arkeologi sangat
membutuhkan kelestarian benda-benda peninggalan tersebut sebagai sumber data.
Suau hal yang amat menguntungkan penelitian arkeologi adalah bahwa kebanyakan
situs-situsnya banyak menghasilkan temuan mata uang logam, bahkan seringkali
dalam jumlah besar. Pada dasarnya setiap benda adalah hasil aktivitas manusia dari
masa ke masa, karena itu mata uang dopertimbangkan dapa memberikan gambaran
tentang seumur hidup masyarakat masa lampau.

Seperti yang dijelaskan bahwa Penggunaan koin Silver java ini tentu sangat penting
bagi Voc pada masa pendudukannya di Hindia-Belanda. Sehingga ketika koin ini
beredar masyarakat langsung tertarik dan sangat menyukainya. Namun sangat
disayangkan karena koin ini gampang di tiru dan akibatnya banyak koin palsu yang
beredar. Maka dari itu akibat adanya pemalsuan ini percetakan uang ini dihentikan
dan digantikan dengan koin Gulden Belanda.

Anda mungkin juga menyukai