RUPIAH
Cinta Bangga Paham Pertemuan 1
Rupiah
Sistem ini merupakan peristiwa antara dua pihak yang saling menukar barang untuk
memenuhi kebutuhan masing-masing.
Barter seringkali tidak terjadi karena sulitnya mencapai kesepakatan, baik mengenai
Tahap kebutuhan atas barang yang dibarter maupun nilai pertukarannya. Misalnya, kita
memiliki seekor hewan dan membutuhkan makanan. Sementara pada saat yang
Barter
bersamaan, pemilik makanan tidak membutuhkan seekor hewan, sehingga barter
tidak bisa terjadi
Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah benda-benda yang
diterima oleh umum (generally accepted), bernilai tinggi, benda-benda yang sukar
Benda diperoleh, atau benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari, seperti garam.
sebagai Namun, masyarakat masih saja kesulitan. Benda yang dijadikan alat tukar belum
alat tukar memiliki pecahan sehingga sulit menentukan nilai uang. Kesulitan melakukan
penyimpanan (storage) dan pengangkutan (transportation). Selain itu, benda-benda
tersebut mudah hancur atau tidak tahan lama.
Uang Logam
Uang logam pertama sudah ada sejak 1000 SM di Tiongkok, Logam yang memenuhi
syarat untuk dijadikan alat tukar adalah emas dan perak. Pada saat itu, setiap orang
berhak menempa uang, melebur, menjual atau memakainya, serta memiliki hak tidak
terbatas dalam menyimpan uang logam.
Uang Kertas
Uang kertas pertama kali dipakai di Tiongkok pada zaman Dinasti Tang. Awalnya,
Tahap uang kertas yang beredar merupakan bukti kepemilikan emas dan perak, Bisa
Uang dibilang, uang kertas pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100 persen dengan
emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak, dan sewaktu-waktu dapat
ditukarkan penuh dengan jaminannya. masyarakat tidak lagi menggunakan emas
secara langsung sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan
kertas bukti tersebut sebagai alat tukar. Penggunaan uang kertas sebagai alat tukar
mampu mengatasi masalah, termasuk kelemahan dari proses barter maupun
penggunaan alat tukar lainnya sebelum uang kertas.
Akibatnya, jumlah uang yang beredar tidak sebanding dengan ketersediaan barang. Harga barang-
barang melambung memicu kenaikan tingkat inflasi. Untuk mengatasi situasi tersebut, Menteri
Keuangan RIS Syafruddin Prawiranegara mengeluarkan kebijakan penyehatan keuangan bernama
Kebijakan Gunting Uang, yang juga dikenal dengan nama “Gunting Syafruddin”.
Kebijakan ini dilakukan secara harfiah dengan menggunting uang. Bagian kiri uang kertas diakui
sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai pecahan yang digunting. Sedangkan
bagian kanan dapat ditukarkan dengan Obligasi Republik Indonesia 1950. Kebijakan ini resmi diterapkan
pada 10 Maret 1950, namun tidak berlaku pada ORI dan ORIDA. Mulai 1 Mei 1950, ORI dan ORIDA ditarik
secara resmi dari peredaran. Ketika Indonesia kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
pada 17 Agustus 1950, ada kesempatan untuk menggunakan uang Rupiah. Pada Desember 1951, De
Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral. Pemerintah
mengeluarkan uang Rupiah Logam dalam periode 1951-1952. Koin bernilai 5 sen dan 1 sen itu berbentuk
bulat pipih menggunakan bahan aluminium.
Pada 1953, kewenangan menerbitkan Rupiah berpindah dari Kementerian Keuangan ke Bank
Indonesia. Untuk pertama kalinya, uang kertas Bank Indonesia dengan tanda tahun 1952 beredar Uang
kertas tersebut disiapkan bersamaan dengan penyusunan Undang undang Bank Sentral dan dicetak di
percetakan Thomas De La Rue & Co, Inggris, serta percetakan Johan Enschede en onen, Imp., Belanda.
Sementara itu, NV Pertjetakan Kebajoran mencetak sebagian pecahan Rp10 dan Rp25. Seri ini disusul
dengan seri hewan, seri pekerja tangan, seri bunga dan burung, serta seri tokoh nasional atau pahlawan.
Nama ‘Rupiah’ digunakan secara resmi pada periode setelah kemerdekaan, kendati Indonesia
sempat memiliki Rupiah Riau atau Rupiah Papua dalam kurun tertentu pada era 1960-an. Pada masa–
masa modern, kita bisa menemukan berbagai jenis Rupiah, misalnya uang Rupiah khusus peringatan
dan uang Rupiah bersambung.
KARAKTERISTIK RUPIAH
MACAM-MACAM UANG RUPIAH
Pemerintah Republik Indonesia melalui Bank Indonesia mengeluarkan dua jenis uang Rupiah,
yaitu uang Rupiah kertas atau lebih dikenal dengan sebutan Rupiah Kertas, dan uang Rupiah logam atau
sederhananya disebut Rupiah Logam.
Untuk mendeteksi ciri umum dan ciri khusus uang Rupiah, setiap warga negara perlu memahami
bagian depan dan belakang uang tersebut. Bagian depan Rupiah antara lain memuat gambar utama dan
gambar lambang negara Garuda Pancasila. Bagian belakang memuat gambar dengan tema keindahan
Indonesia, berupa kebudayaan dan pemandangan alam.
Pada waktu tertentu, Bank Indonesia juga mengeluarkan uang Rupiah khusus untuk tujuan tertentu
atau untuk memperingati suatu peristiwa berskala nasional maupun internasional. Uang Rupiah khusus
ini bisa berbentuk Rupiah Logam dan Rupiah Kertas dan memenuhi sejumlah kriteria. Pertama, uang
tersebut dikeluarkan secara khusus untuk tujuan tertentu atau memperingati peristiwa berskala nasional
maupun internasional. Kedua, uang tersebut memiliki desain yang berbeda dengan desain uang Rupiah
yang sudah beredar. Ketiga, uang tersebut dapat memiliki nilai jual yang berbeda dengan nilai
nominalnya. Keempat, uang itu juga berlaku sebagai alat pembayaran yang sah.
gambar tersembunyi (latent image), yaitu teknik cetak di mana terdapat tulisan tersembunyi yang
dapat dilihat dari sudut pandang tertentu;
cetak intaglio, yaitu hasil cetak berbentuk relief yang terasa kasar bila diraba. Cetak intaglio terdapat
pada angka nominal, huruf terbilang, tulisan Bank Indonesia, gambar utama dan Lambang Negara
Burung Garuda;
kode tunanetra (blind code), yaitu kode tertentu untuk mengenali jenis pecahan bagi tunanetra. Pada
umumnya, kode tunanetra terletak di bagian muka uang di atas tulisan Bank Indonesia;
tanda air (watermark), yaitu suatu gambar tertentu pada bahan kertas uang yang akan terlihat bila
diterawang ke arah cahaya, umumnya berupa gambar pahlawan; dan
gambar saling isi (rectoverso), yaitu hasil cetak pada bagian muka dan belakang uang yang beradu
tepat dan saling mengisi, menghasilkan gambar logo BanK Indonesia secara utuh apabila
diterawang ke arah cahaya.
Ciri pengaman yang bersifat semi tertutup (semi covert) adalah unsur pengaman yang dapat dideteksi dengan
menggunakanKARAKTERISTIKalatsederhanaUANGsepertiRUPIAHkacapembesar dan lampu ultraviolet
(UV). Unsur pengaman ini antara lain terlihat pada:
tulisan mikro (micro text), berupa tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca dengan
menggunakan kaca pembesar;
tinta tidak tampak (invisible ink) berupa hasil cetak tidak kasat mata yang akan memendar di bawah
sinar ultraviolet;
tinta tampak (visible ink) berupa gambar tertentu yang dicetak dengan tinta tampak dan akan terlihat
terang apabila disinari lampu ultraviolet; dan
nomor seri, dibuat asimetris dan akan berubah warna dari merah menjadi jingga dan hitam atau biru
menjadi hijau apabila disinari lampu ultraviolet.
Adapun unsur pengaman bersifat tertutup (covert/forensic) adalah unsur pengaman yang hanya dapat
dideteksi dengan menggunakan media peralatan laboratorium/forensik.
PEMBUATAN/PERCETAKAN UANG
BAHAN UANG KARAKTERISTIK UANG RUPIAH
Bahan baku uang Rupiah baik kertas maupun logam mengutamakan produk dalam negeri dengan
menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing. Bahan baku ini ditetapkan oleh Bank Indonesia
berdasarkan masukan dari benchmark negara lain dan perkembangan teknologi terkini dari bahan uang.
Uang Rupiah Kertas menggunakan bahan baku kertas, terbuat dari serat kapas yang lentur dan
tidak mudah sobek karena menyesuaikan dengan kondisi iklim tropis Indonesia. Selain dari serat kapas,
bahan Rupiah Kertas dapat terbuat dari polimer, seperti uang Rupiah Kertas pecahan Rp100.000 Tahun
Emisi 1999.
Sedangkan untuk uang Logam yang merupakan alat tukar nominal kecil di Indonesia, sampai saat
ini masih menggunakan bahan aluminium, aluminium bronze, nikel-tembaga (cupronickel), perak, dan
emas.
Berdasarkan peraturan tersebut, ULE adalah uang asli yang memenuhi persyaratan untuk diedarkan
berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sedangkan UTLE adalah uang asli
yang tidak memenuhi persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia, meliputi uang Rupiah yang lusuh, cacat, atau rusak.
Uang Rupiah lusuh adalah uang Rupiah dengan ukuran dan bentuk fisik tidak berubah dari ukuran dan
bentuk aslinya, tetapi kondisi fisiknya telah berubah.
Uang Rupiah cacat adalah uang Rupiah hasil cetak yang spesifikasi teknisnya tidak sesuai dengan yang
telah ditetapkan Bank Indonesia.
Uang Rupiah rusak adalah uang Rupiah yang ukuran atau fisiknya telah berubah dari ukuran atau fisik
aslinya yang antara lain karena terbakar, berlubang, atau hilang sebagian. Uang Rupiah rusak bisa juga
karena ukuran atau fisiknya berbeda dengan ukuran atau fisik aslinya, antara lain karena robek atau
mengerut.
CLEAN MONEY POLICY
Pada strategi meningkatkan kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money policy), Bank
Indonesia telah menempuh sejumlah langkah. Kebijakan clean money policy dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat. Terkait hal ini, Bank Indonesia secara konsisten
memilah dan memusnahkan UTLE dan mnenjamin ketersediaan ULE.
Dalam prosesnya, implementasi clean money policy didukung oleh penguatan layanan Kas Bank
Indonesia, penguatan kualitas layanan setoran dan bayaran, serta penukaran UTLE dengan ULE.
Kebijakan ini diharapkan mampu mencukupi kebutuhan peredaran uang Rupiah sekaligus menjaga
kualitasnya.
STRATEGI BI MENINGKATKAN KUALITAS RUPIAH
Pertama, pengembangan teknologi inovasi bahan Meski pernah menggunakan bahan polimer sebagai
bahan uang Rupiah Kertas, Bank Indonesia paling sering menggunakan bahan uang kertas dari serat
kapas sambil terus memperbaiki kualitas bahannya
Kedua, pengembangan teknologi cetak. Saat ini Bank Indonesia telah menggunakan teknologi coating
atau penggunaan pelindung pada salah satu uang kertas demi menjaga kualitas uang, sehingga tidak
mudah lusuh atau tercoret. Selain itu Bank Indonesia juga menggunakan bahan uang kertas yang
cenderung lebih awet dan tahan lama (durable paper).
Gambar tersembunyi
latent image)
Cetak intaglio
Kode Tunanetra
Gambar Raster
Tampak Depan
Tampak Belakang
Nomor Seri
Tabel klarifikasi BI atas uang rupiah yang dinyatakan asli atau palsu
Bank Indonesia memiliki pusat analisa dan informasi uang palsu yang dikenal dengan nama
Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center (BI-CAC). Sistem informasi ini digunakan untuk mencatat,
mengklasifikasikan, serta menganalisa Uang Palsu (UPAL) yang diterima dari masyarakat, Perbankan
dan PJPUR. Secara umum aplikasi BI-CAC memiliki empat menu utama, yaitu, Penatausahaan Uang
Palsu, Laporan, Bantuan dan Administrasi.
Aplikasi BI CAC
Mengatasi tantangan tersebut, Bank Indonesia melakukan beberapa upaya untuk mencegah
dan menanggulangi peredaran uang Rupiah palsu melalui tiga strategi, yaitu strategi preemptif,
preventif, dan represif.
Unsur Botasupal terdiri dari Badan Intelijen Negara, Kepolisian Negara RI, Kejaksaan Agung,
Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia. Ketua Botasupal secara ex-officio dijabat oleh Kepala
Badan Intelijen Negara. Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Ketua Botasupal dibantu oleh
Kepala Pelaksana Harian yang selanjutnya disebut Kalakhar, yang secara ex-officio dijabat oleh
pejabat yang berada di lingkungan Badan Intelijen Negara
Pertama, membuka pelayanan kas oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KASPw), secara umum
terdiri penerimaan setoran dari bank-bank, kegiatan bayaran, penukaran uang, dan layanan kas
lainnya. Tujuan dari layanan kas dimaksud untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas uang dan
menjaga agar uang yang beredar tetap dalam kondisi yang layak edar.
Kedua, Pelayanan Kas Luar Kantor yang dijalankan melalui program kas keliling atau kas mobil, kerja
sama penukaran, dan BI Jangkau
Wilayah-wilayah yang rawan terhadap penggunaan mata uang asing antara lain di Kepulauan Sebatik,
Kabupaten Nunukan yang berbatasan langsung dengan Tawau, Malaysia, atau di perbatasan Indonesia
Papua. Bahkan penggunaan mata uang asing tidak hanya mengancam wilayah perbatasan, namun
juga di perkotaan, dengan penggunaan mata uang asing oleh sebagian kelompok masyarakat sebagai
alat transaksi.
Mengatasi hal tersebut, Bank Indonesia telah menjalankan sejumlah strategi. Pertama, selalu berupaya
menyediakan Rupiah di wilayah terdepan, terluar, dan terpencil melalui penyediaan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM). Kedua, Bank Indonesia menertibkan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA)
Bukan Bank yang kerap muncul di tengah masyarakat, yang memfasilitasi terjadinya transaksi tunai
mata uang asing di masyarakat, contohnya, KUPVA di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw,
Jayapura. Langkah Ketiga, Bank Indonesia secara berkelanjutan melakukan sosialisasi Rupiah dan
literasi keuangan kepada warga di daerah perbatasan. Misalnya, Bank Indonesia secara resmi
membuka pekan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)
Ketentuan tersebut juga dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor
17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Secara lebih terperinci, kewajiban menggunakan Rupiah diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia
(SEBI) Nomor 17/11/DKSP/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
SEBI tersebut juga menjelaskan bahwa kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia menganut asas teritorial, yaitu Rupiah wajib digunakan dalam
setiap transaksi yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik transaksi
yang dilakukan oleh penduduk maupun bukan
penduduk, transaksi tunai maupun non tunai.
1) Metode pengawasan dilakukan secara langsung dan/atau tidak langsung. 2) Pengawasan secara
langsung dilakukan melalui pemeriksaan yang dapat dilakukan sewaktu-waktu oleh Bank Indonesia. 3)
Metode pegawasan tidak langsung melalui kegiatan analisis dan evaluasi atas laporan yang
disampaikan oleh setiap pihak.
MASA BERLAKU UANG RUPIAH
Konsep Pemberlakuan Uang Rupiah sebagai Alat Pembayaran yang Sah
Sesuai amanat UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Rupiah adalah satu-satunya mata
uang yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah NKRI. Bank Indonesia diberikan tugas
dan kewenangan untuk mengatur etentuan tersebut agar stabilitas moneter, stabilitas sistem
keuangan, dan kelancaran sistem pembaaran dapat terpelihara, sebagaimana dimandatkan UU Nomor
23 Tahun 1999 juncto UU Nomor 3 Tahun 2004 juncto UU Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia.
Selain itu, pengelolaan Rupiah oleh Bank Indonesia ditujukan untuk menjamin tersedianya uang
Rupiah yang layak edar, denominasi sesuai, tepat waktu sesuai kebutuhan masyarakat, serta aman
dari upaya pemalsuan dengan tetap mengedepankan efisiensi dan kepentingan nasional.
Terhadap uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran, Bank Indonesia mengganti sebesar ilai
nominal yang sama kepada masyarakat yang menukarkan uang tersebut, sepanjang uang Rupiah
tersebut masih dikenali keaslianna, dan masih dalam jangka waktu 10 tahun sejak tanggal pencabutan.
Proses penukaran dapat dilakukan melalui tiga cara sebagai berikut. 1)Melalui Kantor Pusat Bank
Indonesia Cq. Departemen Pengelolaan Uang Gedung, 2) Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN)
Bank Indonesia yang terdekat. 3) Melalui Kas Keliling Bank Indonesia.
PENGECUALIAN PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN
SELAIN RUPIAH
Konsep Pengecualian Selain Rupiah
Pencantuman harga barang dan atau jasa (kuotasi) di wilayah Indonesia yang selama ini
mencantumkan dolar Amerika Serikat (AS) juga harus menggunakan Rupiah. Konsep ‘kuotasi’ dalam
Rupiah adalah kewajiban untuk mencantumkan harga barang dan/atau jasa dalam Rupiah, karena
selama ini masih banyak pihak yang kurang memahami hal tersebut. Sebagai contoh, berdasarkan
hasil pengawasan, kuotasi dalam valutas asing kerap dilakukan pelaku usaha tour and travel, serta
jasa travel umroh dan haji.
Penerapan pengecualian selain Rupiah yang diperbolehkan diatur melalui UU Nomor 7 Tahun 2011
pasal 21 ayat (2) yang menegaskan bahwa kewajiban penggunaan Rupiah mendapat pengecualian
untuk: 1) transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara; 2)
penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri; 3) transaksi perdagangan internasional; 4)
simpanan di Bank dalam bentuk valuta asing; atau 5) transaksi pembiayaan internasional.
Syarat-syarat Pengecualian
Untuk mengakomodasi kegiatan perekonomian yang menuntut penggunaan mata uang asing, terdapat
pengecualian atas kewajiban penggunaan Rupiah dalam beberapa transaksi. Hal tersebut diatur dalam
PBI Nomor 17/3/PBI/2015. Transaksi yang mendapat pengecualian berdasarkan PBI tersebut meliputi
transaksi-transaksi sebagai berikut: 1) Transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja Negara. 2) Transaksi perdagangan internasional, 3) Transaksi pembiayaan
internasional, kegiatan usaha dalam valuta asing yang dilakukan oleh Bank, 4)
Nama “Indonesia” pertama kali muncul di tahun 1850, pada majalah ilmiah tahunan Journal of the
Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang terbit di Singapura. Kata ini disampaikan oleh
akademisi berkebangsaan Inggris, James Richardson Logan dan George Samuel Windsor Earl. Nama
Indonesia lalu dipopulerkan oleh etnolog Jerman, Adolf Bastian melalui bukunya, Indonesien Oder Die
Inseln Des Malayischen Archipels dan Die Volkev des Ostl Asien (1884).
Pada 1924, pemakaian nama Indonesia dimulai dengan terbitnya koran Indonesia Merdeka milik
Perhimpunan Indonesia. Kemudian penggunaan secara nasional bersama-sama terucap dalam ikrar
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang memberi penegasan politis dalam bentuk mengaku berbangsa
satu, bertanah air satu, danmenjunjung Bahasa persatuan, yakni Indonesia. Negara kita resmi bernama
Indonesia melalui Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Dalam penerbitan Rupiah, gambar Pahlawan Nasional menjadi gambar utama pada Rupiah Kertas.
Sejumlah Pahlawan Nasional muncul dalam Rupiah Tahun Emisi 2016.
Pertama, Dwitunggal Soekarno-Hatta. Pahlawan Proklamator ini ditampilkpada Rupiah denominasi Rp
100.000. Soekarno-Hatta juga dimunculkan pada Rupiahdenominasi Rp100.000 Tahun Emisi 2014 dan
Rp75.000 Tahun Emisi 2020.
Ketiga, Brigadir Jenderal Anumerta Gusti Ngurah Rai, pada kertas pecahan Rp50.000 Tahun Edar 2016,
akan tampak bila kita menerawang Rupiah Kertas tersebut. I Gusti Ngurah Rai (lahir 30 Januari 1917,
wafat 20 November 1946) adalah pahlawan nasional dari Provinsi Bali, dikenal sebagai komandan pada
pertempuran Puputan Margarana. Beliau gugur saat memimpin pasukan Ciung Wanara, melawan
penjajah.
Keempat, kertas Rupiah pecahan Rp20.000 Tahun Emisi 2016, menampilkan Pahlawan Nasional DR.
G.S.S.J. Ratulangi sebagai gambar utama, dan Pahlawan Nasional Otto Iskandardinata sebagai gambar
terawang.
Kelima, gambar utama pada Rupiah denominasi Rp10.000 adalah Frans Kaisiepo (lahir 10 Oktober
1921, wafat 10 April 1979). Pahlawan Nasional ini terlibat dalam Konferensi Malino tahun 1946 yang
membicarakan pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua.
Keenam, Dr. KH. Idham Chalid (lahir 27 Agustus 1921, wafat 11 Juli 2010), merupakan salah satu
politisi Indonesia yang berpengaruh pada masanya. KH. IdhamChalid pernah menjabat sebagai Wakil
Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet AliSastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Ia juga pernah
menjabat sebagai Ketua MPRdan Ketua DPR. Selain sebagai politikus, KH. Idham Chalid juga aktif
dalam kegiatankeagamaan antara lain sebagai Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama (1956-1984).
Ketujuh, Rupiah denominasi Rp2.000 (TE 2016), menggunakan Pahlawan Mohammad Husni Thamrin
sebagai gambar utama. Mohammad Husni Thamrin (lahir 16 Februari 1894, wafat 11 Januari 1941)
merupakan politisi era Hindia Belanda yang karena perjuangannya kemudian dianugerahi gelar
Pahlawan Nasional Indonesia.
Kedelapan, Pangeran Antasari (1797-1862), adalah Sultan Kesultanan Banjar yang berjuang terus
memimpin pasukan melawan kaum penjajah. Tanpa mau terjebak oleh bujuk rayu kaum penjajah,
beliau dengan tegas mengatakan, “..dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju
terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)...” Gambar
Pangeran Antasari akan tampak saat menerawang Rupiah Kertas denominasi Rp2.000 (TE 2016).
Tokoh ini juga muncul sebagai tanda air pada Rupiah denominasi Rp2.000 (TE 2009).
Kesembilan, Rupiah denominasi Rp1.000, memuat gambar Pahlawan Perempuan dari Aceh Tjoet Nyak
Meutia. Pahlawan yang satu ini, tampak juga dalam gambar dalam tanda air pada Rupiah Rp1.000.
Kesepuluh, Rupiah Logam denominasi Rp1.000 menampilkan pahlawan I Gusti Ketut Pudja (lahir 19
Mei 1908 , wafat 4 Mei 1977). Pahlawan Nasional ini ikut serta dalam perumusan negara Indonesia
melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mewakili Sunda Kecil (saat ini Bali dan Nusa
Tenggara). I Gusti Ketut Pudja juga hadir dalam perumusan naskah teks proklamasi di rumah
Laksamana Maeda. Presiden Soekarno memilih dan melantiknya sebagai Gubernur Sunda Kecil. Pada
tahun 2011, I Gusti Ketut Pudja ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan
nasional bersama enam orang lainnya.
Kesebelas, uang Rupiah Logam denominasi Rp500, menampilkan Pahlawan TB Simatupang. Letnan
Jenderal TNI (Purn) Tahi Bonar Simatupang (lahir 28 Januari 1920, wafat 1 Januari 1990) adalah
seorang tokoh militer dan tokoh Gereja di Indonesia.
Kedua belas, uang logam denominasi Rp200 menampilkan Dokter Tjipt Mangoenkoesoemo (Cipto
Mangunkusumo), seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Cipto Mangunkusumo (lahir
1886, wafat 1943) merupakan salah satu pendiriIndische Partij, organisasi politik yang pertama kali
mencetuskan ide pemerintahansendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda.
Ketiga belas, uang logam denominasi Rp100, diisi oleh Pahlawan Nasional bernama Prof. Dr. Ir.
Herman Johannes, seorang cendekiawan, politikus, ilmuwan Indonesia, gurubesar Universitas Gadjah
Mada (UGM).
Pertama, sisa zaman kolonial Belanda yaitu uang kertas De Javasche Bank. Kedua, uang kertas dan
logam pemerintah Hindia Belanda yang telah disiapkan Jepang sebelum menguasai Indonesia, dengan
satuan gulden (f) yang dikeluarkan tahun 1942. Ketiga, uang kertas pendudukan Jepang yang
menggunakan Bahasa Indonesia yaitu Dai Nippon emisi 1943 dengan pecahan bernilai 100 Rupiah.
Keempat, Dai Nippon Teikoku Seibu, emisi 1943 bergambar Wayang Orang Satria Gatot Kaca bernilai
10 Rupiah dan gambar Rumah Gadang Minang bernilai 5 Rupiah.
Pemabahasan perjalana rupiah sebelum menjadi uang tunggal sudah di bahas di materi sebelumnya
Indonesia menganut hukum satu negara satu mata uang (one state one currency) untuk menjaga
dinamika ekonomi dan kedaulatan bangsa dan negara Indonesia. Terdapat sejumlah pertimbangan
pokok untuk mendukung pentingnyamata uang tunggal bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pertama, Indonesia adalah negara besar dan luas, dengan latar belakang sosialbudaya, serta kondisi
ekonomi yang berbeda-beda. Kebijakan mata uang tunggal, yakni Rupiah sebagai Mata Uang Nasional,
turut menjaga persatuan dan kesatuanbangsa serta negara. Kedua, mata uang tunggal menjaga
kestabilan Rupiah. Dengan mengembangkan kebijakan Rupiah sebagai mata uang nasional, Indonesia
sebagai negara merdekamemiliki hak, dan kewenangan yang penuh dalam mengatur kebijakan
moneterdalam negeri. Ketiga, dengan mengembangkan prinsip satu negara satu mata uangPemerintah
diharapkan mampu menghadapi krisis keuangan, deflasi atau inflasisecara otonomi. Keempat,
Indonesia memiliki otonomi untuk mengalirkan modal sesuaiperaturan perundangan yang berlaku di
negara Indonesia. Hal ini akan sulitdilakukan apabila Indonesia tidak memiliki kedaulatan penuh,
terhadap uang yangdigunakan secara nasional.
Konsep Uang sebagai Satuan Hitung Uang sebagai penyimpan nilai (store
(unit of account) of value)
Evolusi sistem pembayaran sudah di bahas pada pertemuan sebelumnya yang dimulai dari barter
sampai dengan uang kertas dan uang logam
Evolusi instrumen pembayaran belum berakhir pada uang kertas dan uang logam. Dalam dunia
modern, kemudian muncul model-model instrumen pembayaran non tunai, salah satunya uang
elektronik (electronic money). Uang Elektronik adalah instrumen pembayaran yang memenuhi unsur
(a) diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit, (b) nilai uang
disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip; dan (c) nilai uang elektronik yang
dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
yang mengatur mengenai perbankan.
Bank Indonesia kemudian mengeluarkan Quick Response Code Indonesian Standard atau biasa
disingkat QRIS (dibaca KRIS) yang merupakan penyatuan berbagai macam QR dari berbagai
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) menggunakan QR Code.
QRIS dikembangkan oleh industri sistem pembayaran bersama dengan Bank Indonesia agar proses
transaksi dengan QR Code dapat lebih mudah, cepat, dan erjaga keamanannya. Semua Penyelenggara
Jasa Sistem Pembayaran yang akan menggunakan QR Code Pembayaran wajib menerapkan QRIS.
Standarisasi QR Code dengan QRIS memberikan banyak manfaat bagi pengguna maupun merchant.
Bagi pengguna aplikasi pembayaran, just scan and pay, cepat, aman, tidak perlu repot lagi membawa
uang tunai, tidak perlu pusing memikirkan QR siapa yang terpasang, terlindungi karena semua
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) penyelenggara QRIS sudah pasti memiliki izin dan
diawasi oleh Bank Indonesia.
Pembayaran tunai adalah pembayaran yang menggunakan mata uang. Platform transaksi tunai,
merupakan bentuk dari sistem pembayaran yang konvensional, yakni menggunakan uang kartal
(logam dan kertas). Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, alat pembayaran dalam
transaksi tunai menggunakan mata uang Rupiah. Penggunaan mata uang selain Rupiah merupakan
alat pembayaran transaksi tunai yang tidak sah (ilegal).
Pembayaran non tunai adalah sistem pembayaran yang tidak menggunakan uang kartal (logam dan
kertas) atau biasa disebut cashless. Instrumen yang digunakan, misalnya cek, giro, uang debit, kartu
kredit, uang elektronik dsb. Pada masa sekarang ini, pembayaran non tunai semakin banyak diminati,
dan terus tumbuh berkembang di tengah masyarakat. Terdapat delapan pembayaran non-tunai di
Indonesia.
Kartu Debit
Kartu Kredit
Uang ELektronik (UE)
Bilyet Giro
Nota Debit /Kredit
Kartu ATM
Cek
Keunggulan elektronifikasi atau digitalisasi perbankan juga dibarengi denganpotensi risiko yang harus
diantisipasi oleh masyarakat dan perbankan. Salah satupotensi masalah tersebut yaitu munculnya
kejahatan melalui sistem digital atauyang disebut kejahatan siber (cyber crime).
Dengan memperhatikan kedua tipe target kejahatan siber tersebut dapat ditemukan beberapa bentuk
kejahatan siber yang sering terjadi di masyarakat (Faridi, 2018). Berikut adalah beberapa contoh
kejahatan siber.
Pertama, skimming. Ini merupakan metode yang digunakan untuk mencuri informasi nasabah pada
saat bertransaksi menggunakan ATM.
Kedua, malware (malicious software). Malware berarti software yang tidak diinginkan dalam sistem
komputer. Malware biasanya dibuat untuk mencuri data informasi yang bahkan dapat merusak sebuah
sistem komputer. Kejahatan dengan teknik ini termasuk model kejahatan siber yang sulit dideteksi.
Ketiga, peretasan (hacking). Ini adalah kegiatan membobol dan mengeksploitasi sistem komputer milik
orang atau lembaga lain. Hacking semula diidentikkan dengan kejahatan, tapi seiring berjalannya
waktu berkembang white hack, yaitu kegiatan hacking untuk menguji sistem keamanan komputer.
Keempat, tindak pidana phising. Istilah phising diduga berasal dari kata fishing, artinya memancing.
Phising adalah upaya mengelabui (social engineering) untuk mendapatkan informasi data seseorang.
Data yang kerap menjadi sasaran adalah data pribadi, data akun, dan data finansial (nomor rekening).
MO adalah uang primer atau uang inti atau reserve money. M0 adalah
kewajiban otoritas moneter (Bank Indonesia) terhadap sektor swasta
domestik dan bank umum yang berupa uang kartal (uang kertas dan uang
logam) yang berada di luar Bank Indonesia serta simpanan giro bank umum
M0 di Bank Indonesia. Dengan demikian, M0 atau uang primer terdiri atas: 1)
Uang tunai (uang kartal) yang dipegang baik oleh masyarakat maupun bank
umum, 2) Saldo rekening giro atau cadangan milik bank umum dan
masyarakat di Bank Indonesia
yaitu kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang
M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro
berdenominasi Rupiah)
yaitu kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang
terdiri dari: uang kartal, uang giral, dan uang kuasi (mencakup tabungan,
simpanan berjangka dalam Rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing),
dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki
M2 sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu
tahun. Dengan kata lain M2 adalah M1 ditambah dengan uang kuasi dan
surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor
swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Likuiditas bagi lembaga keuangan terutama perbankan merupakan hal yang sangat penting.
Permasalahan likuiditas di suatu bank selain dapat mengganggu operasional bank tersebut juga
dapat berpengaruh pada bank lain dan mengganggu stabilitas sistem keuangan. Bank Indonesia,
dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan berperan sebagai Lender of the Last Resort yaitu
menyediakan likuiditas di pasar uang maupun kepada individual bank.
Ketersediaan M0 milik bank berupa uang kartal dan simpanan gironya di Bank Indonesia, M1 berupa
uang kartal dan uang giral serta M2 berupa M1 ditambah uang kuasi merepresentasikan baik tidaknya
tingkat likuiditas bank tersebut.
KONSEP INFLASI
Konsep Dasar Inflasi
Inflasi menunjukkan persentase kenaikan harga sejumlah barang dan jasa secara umum yang
dikonsumsi rumah tangga selama periode tertentu. Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga
barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari
satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Kenaikan harga barang dan jasa menurunkan nilai mata uang. Maka, inflasi dapat juga diartikan
sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.
Perhitungan inflasi di Indonesia dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan
Classification Of Individual Consumption According to Purpose (COICOP) tahun dasar 2018. COICOP
tahun dasar 2018 menjadi pijakan bagi BPS untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks
ini mengukur rata-rata perubahan harga antar waktu dari suatu paket jenis barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh penduduk/rumah tangga di daerah perkotaan dengan dasar suatu periode tertentu.
DAMPAK INFLASI
Tingkat inflasi pada angka yang wajar dan stabil sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan nilai
mata uang dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Namun inflasi yang
tinggi atau bahkan hiperinflasi dapat menyebabkan penurunan nilai uang yang dapat berdampak
negatif. Berikut ini beberapa dampak positif dan negatif inflasi terhadap perekonomian dan terhadap
masyarakat.
LPS bekerja secara independen, transparan, dan akuntabel. LPS bertanggung jawab kepada Presiden
dan berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia. LPS dapat mempunyai kantor perwakilan di
wilayah Negara Republik Indonesia.
Peranan DPK dapat dikaji dalam beberapa aspek. Pertama, DPK merupakan dasar bagi bank untuk
mengambil keputusan dalam pemberian kredit. Semakin besarnya DPK maka akan memberikan
keleluasaan untuk bank dalam memberikan kredit.
Kedua, DPK dapat mempengaruhi likuiditas bank. Jika DPK meningkat, maka likuiditas bank akan
meningkat juga. Jika DPK menurun, itu dapat melemahkan kegiatan operasional bank. Dengan
demikian, DPK memberikan pengaruh pada likuiditas bank, untuk bisa berperan secara maksimal
dalam menjaga stabilitas moneter.
Ketiga, secara praktis, ketersediaan DPK memungkinkan lembaga perbankan menyalurkan kredit/
pinjaman kepada masyarakat untuk menstimulasi atau mendorong pertumbuhan sektor riil di
masyarakat. Dengan menyalurkan DPK pada masyarakat ini, sektor usaha masyarakat memiliki
kesempatan untuk tumbuh kembang,
INVESTASI
Salah satu pakar manajemen ekonomi Kenichi Ohmae pernah memberi pandangan bahwa ada ‘4-I’
yang mengalami globalisasi, yaitu individu, informasi, industri, dan investasi. Sejumlah negara, baik
negara maju maupun berkembang, memiliki kebutuhan dana investasi baik dari swasta dalam negeri
maupun luar negeri untuk mendukung percepatan pembangunan, dan atau menjaga stabilitas
ekonomi nasional. Investasimemegang peranan penting dalam mendorong perekonomian nasional.
JENIS INVESTASI
Didit Herlianto menganalisis bahwa secara umum investasi dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
1) Investasi pada aset riil (real assets). Investasi pada aset riil antara lain dapat berupa tanah, emas,
mesin, sedangkan investasi pada aset finansial antara lain dapat berupa saham, obligasi.
2) Investasi pada aset keuangan (financial assets), melalui dua cara: secara langsung dan tidak
langsung
Terdapat beberapa produk investasi, yang berkembang dalam sistem keuangan modern, seperti
saham, reksa dana, obligasi, dan sukuk.
LITERASI KEUANGAN
Konsep Dasar Perencanaan Keuangan Diri
menurut OJK, terdapat lima tahap perencanaan keuangan. 1) evaluasi kondisi keuangan Anda saat
ini. 2) susun tujuan-tujuan keuangan Anda, 3) susun perencanaan keuangan dan alternatifnya untuk
mencapai tujuan keuangan. 4) laksanakan perencanaan keuangan yang sudah tersusun dengan
disiplin, 5) review dan sempurnakan rencana keuangan secara periodik untuk menyesuaikan kondisi
keuangan terkini.
Kegagalan berinvestasi, pada dasarnya bukan (hanya) karena terjebak oleh investasi bodong (fake
investment), melainkan juga bisa terkait dengan risiko inflasi (inflation risk), dan risiko modal (capital
risk). Inflasi yang terjadi pada sebuah negara, akan mempengaruhi kesehatan iklim investasi, dan
juga keuntungan maksimal investasi yang didapat.
Cinta
Rupiah
Bangga
Rupiah
Paham
Rupiah