Anda di halaman 1dari 13

PAPER

REDENOMINASI MATA UANG INDONESIA (RUPIAH)

Diajukan untuk memenuhi tugas :


Mata Kuliah : Manajemen Lembaga Keuangan
Dosen : A. Khoirul Anam, S.E., M.Si.

Oleh :
Statista Sagita Haprifanyuna ( 131120000716 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ JEPARA
JUNI 2014
ABSTRAK

Uang memiliki peranan penting dalam aktivitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang mencukupi. Apalagi dewasa ini, semua dinilai dengan satuan uang. Dahulu uang tidak
berbentuk seperti sekarang, sederhana dan mudah dibawa. Butuh waktu lama untuk manusia
bergerak menciptakan alat pembayaran yang sah. Begitu pula dengan sejarah Rupiah Indonesia
yang tentu tidak hadir begitu saja. Perlu waktu untuk mempertahankan Rupiah dan perekonomian
Indonesia saat itu. Banyak kebijakan untuk mengatur Rupiah sedemikan rupa agar Rupiah tetap
statbil dan tidak menimbulkan inflasi, seperti sanering dan redenominasi.

Kata kunci : Uang, Rupiah, Redenominasi


PENDAHULUAN

Uang adalah segala sesuatu yang siap sedia dan pada umumnya diterima dalam pembayaran
pembelian barang-barang, jasa-jasa dan untuk membayar utang. (Thomas, R. G. Our Modern
Banking and Monetary System. )

Rupiah adalah mata uang negara Republik Indonesia. Nama mata uang Indonesia atau
Rupiah sering dikaitkan dengan rupee mata uang India, namun menurut Adi Pratomo, salah satu
sejarawan uang Indonesia, Rupiah diambil dari kata rupia dalam bahasa Mongolia. Rupia sendiri
berarti perak. Memang sama dengan arti rupee, namun Rupiah sendiri merupakan pelafalan asli
Indonesia karena ada penambahan huruf ‘h’ di akhir kata rupia, khas pelafalan orang Jawa.
(http://bunda-bisa.blogspot.com/2013/01/sejarah-redenominasi-di-indonesia-1946.html)

Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah
nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi, jumlah satuan moneter yang sama perlahan-lahan
memiliki daya beli yang semakin lemah. Dengan kata lain, harga produk dan jasa harus dituliskan
dengan jumlah yang lebih besar. Ketika angka-angka ini semakin membesar, mereka dapat
memengaruhi transaksi harian karena resiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh jumlah
lembaran uang yang harus dibawa, atau karena psikologi manusia yang tidak efektif menangani
perhitungfan angka dalam jumlah besar. Pihak yang berwenang dapat memperkecil masalah ini
dengan redenominasi: satuan yang baru menggantikan satuan yang lama dengn sejumlah angka
tertentu dari satuan yang lama dikonversi menjadi 1 satuan baru. Jika alasan redenominasi adalah
inflasi, maka rasio konversi dapat lebih besar dari 1, biasanya merupakan bilangan positif kelipatan
10, seperti 10, 100, 1.000. prosedur ini dapat disebut juga sebagai “penghilang nol”.(Redenominasi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Redenominasi.)
PEMBAHASAN

A. Sejarah Uang Dunia


Sejarah uang telah mengalami perjalanan yang sangat panjang di dunia ini. Dan sekarang
uang telah mengambil peran yang sangt penting dan vital dalam kehidupan manusia sekarang.
Segala sesuatu pasti diukur dengan satuan uang. Hampir semua hal di dunia ini di nilai dengan
satuan uang. Berikut adalah sejarah uang dan perkembangannya di dunia :

a. Sejarah Uang Zaman Pra-sejarah


Uang mulai dikenal sebagai alat pembayaran resmi transaksi yang baru dikenal pada
zaman moder. Pada masa pra-sejarah , jenis uang seperti sekarang sudah tentu belum ada,
namun bukan berarti manusia pra-sejarah tidak pernah melakukan transaksi jual beli seperti
sekarang, hanya saja melakukan tukar barang (barter) namun barter zaman dahulu hanya
transaksi satu arah. Missal, di suatu kelompok ada yang paling kuat, dan anggota kelompok
itu wajib memberikan makanan bagi si pemimpin kelompok yang kuat itu, sebagai gantinya
pemimpin kelompok yang kuat tadi melindungi kawanannya agar tidak direbut kawanan
lain.

b. Sejarah Uang Barang (Barter)


Barter merupakan tahap yang penting dalam sejarah pekembangan uang di dunia.
Manusia purba yang dulunya menggunakan barter satu arah, pada zaman ini manusia pra-
sejarah dapat melakukan transaksi dua arah seperti layaknya jual beli. Hal ini tentu
memudahkan mereka dan member keadilan daripada zaman sebelum ini.
Namun semakin lama, timbullah berbagai persoalan mengenai barter, mulai dari pertukaran
yang tidak seimbang, jarak yang terlalu jauh, jumlah barang yang terlalu banyak, resiko
rusaknya barang sebelum dibarter.
Mulai dari hal tersebut timbullah ide-ide untuk membuat uang yang bernilai tetap, awet,
berlaku untuk semua jenis barang, serta mudah dibawa.

c. Sejarah Uang Logam


Perjalanan yang begitu panjang telah dilalui dan berakhirlah masa system barter karena
mata uang sudah ditemukan. Pada awalnya mereka menggunakan barang berharga atau
barang khusus sebagai mata uang seperti logam dan batu. Di beberapa peradaban muncul
mata uang logam, mata uang ini tidak muncul secara bersamaan, beda negara/kota/tempat
beda pula masa berlakunya.mengapa logam? Karena logam dianggap layaknya barang
berharga, selain itu logam mudah dibentuk dan dapat dibawa dengan lebih mudah. Di
beberapa bangsa mulai muncul uang logam yang di bentuk dengan gambar tertentu di kedua
sisinya. Beberapa jenis logam yang digunakan pada masa itu antara lain, emas, perak,
perunggu, dan besi, sedangkan bentuknya tidak hanya bundar saja melainkan ada segitiga,
kotak dan lonjong.

d. Sejarah Uang Kertas


Uang kertas muncul akibat adanya kendala dari uang logam yang mulai merepotkan jika
melakukan transaksi yang banyak maka mereka harus membawa banyak uang logam yang
tentunya itu sangat berat, selain itu persediaan logam yang terbatas menjadi masalah
selanjutnya. Dari hal tersebutlah muncul ide untuk membuat uang kertas. Walau mudah
rusak namun uang kertas lebih disukai karena ringan dan nilainya bervariasi..
e. Sejarah Uang Modern
Setelang ada uang logam dan uang kertas, muncullah uang modern akibat
perkembangan ide dan teknologi yang semakin maju. Misal deposito, check, giro, dan
lainnya. System yang diberlakukan disini adalah transaksi tanpa menggunakan uang secara
fisik. Ide untuk uang modern ini tentu bertujuan untuk memudahkan kegiatan transaksi. Hal
ini dibantu pula dengan adanya bank sebagai tempat penyimpan uang dan jasa kirim uang,
sehingga saat ingin mengirim uang di negara bagian lain maka sangat mudah dilakukan dan
hemat waktu tentunya.

B. Sejarah Uang di Indonesia (Rupiah)


.
Indonesia awalnya menggunakan mata uang Belanda Gulden dari tahun 1610 sampai 1817.
Setelah 1817 dikenalkan mata uang Gulden Hindia Belanda. Rupiah dikenalkan pertama kali
secara resmi oleh Jepang saat Perang Dunia ke-2 dengan nama Rupiah Hindia Belanda. Saat
perang usai, Javaans Bank (sekarang Bank Indonesia) mengenalkan mata uang Rupiah Jawa
sebagai gantinya.
Pada awal masa kemerdekaan, Indonesia belum mengenal Rupiah, namum menggunakan
mata uang resmi yang dikenal sebagai ORI (Oeang Republik Indonesia). ORI memiliki janngka
waktu peredaran selama 4 tahun. ORI mulai digunakan sejak 1945 hingga 1949, namun
penggunaan ORI secara sah baru dimulai sejak diresmikannya mata uang tersebut oleh
pemerintah sebagai mata uang Indonesia pada 30 Oktober 1946. Pada 1947, 8 April, gubernur
Sumatera mengeluarkan Rupiah Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatera (URIPS). Mulai 2
November 1949 Indonesia menetapakan Rupiah sebagai mata uang kebangsaannya yang baru.
Kepulauan Riau dan Irian Barat juga memiliki varian Rupiah sendiri, namun penggunaannya
dihapuskan pada tahun 1964 untuk Riau dan tahun 1974 untuk Irian Barat.

C. Sejarah Redenominasi di Indonesia (Rupiah)


Mulai tahun 2012 sudah mulai terdengar kabar bahwa Indonesia akan melakukan
redenominasi Rupiah. Berbagai sikap pun bermunculan, ada yang menyambut dengan baik, ada
yang menentang, ada juga yang acuh. Sebenarnya apa yang membuat masyarakat bersikap
demikian? Apakah redonominasi itu baik? Ataukah redenominasi itu buruk? Apakah Indonesia
pernah melakukan hal ini sebelumnya? Berikut sejarah redenominasi di Indonesia :

a. Oktober 1946
Usaha untuk mengatur mata uang pertama kali terjadi pada Oktobr 1946. Saat itu usia
Indonesia baru 1 tahun, jadi wajar jika banyak mata uang bekas para penjajah masih
berkeliaran bebas dalam perekonomian Indonesia. Gulden (mata uang NICA) waktu itu
masih berlaku untuk alat tukar, namun nilai Gulden yang sedikit membuat nilai Gulden
semakin tinggi. Sedangkan saat itu mata uang Jepang yang beredar sangat banyak yang
mengakibatkan nilai mata uang Jepang menjadi rendah. Pada masa penjajahan Jepang,
Indonesia mengalami keadaan tidak produktif, sehingga ini adalah peluang inflasi yang
dimanfaatkan penjajah untuk meruntuhkan perekonomian Indonesia saat itu. Untuk
menyelesaikan masalah tersebut (uang beredar terlalu banyak), maka satusatunya cara adalah
mengatur kembali jumlah uang beredar. Pemerintah saat itu manarik uang NICA dan uang
Jepang dan diganti dengan uang Indonesia (ORI).
b. 10 Maret 1950
Pada tahun 1950, uang eks-penjajah masih beredar. Padahal pemerintah telah
melakukan sanering untuk pertama kalinya guna menarik uang beredar selain ORI.
Produktivitas di Indonesia pasca merdeka ternyata tidak mengalami peningkatan secara
signifikan, sehingga kebutuhan penduduk tidak tercukupi. Selain itu, teknologi untuk
pencetakan uang saat itu belum canggih sehingga banyak kasus pemalsuan yang berimbas
inflasi karena banyaknya uang yang beredar saat itu.
Menteri Keuangan Kabinet Hatta II, Sjafruddin Prawiranegara, dari Partai Masyumi,
menerapkan kebijakan “gunting Sjafruddin”. Pada masa itu uang ORI disebut uang putih dan
uang NICA disebut uang merah. Pada 10 Maret 1950 Sjafruddin memerintahkan agar uang
merah yang bernilai diatas Rp 5,- digunting menjadi dua dan hanya bagian kiri saja yang
berlaku sebagai alat transaksi, itupun nilainya hanya setengah dari nilai tercantum. Aturan ini
berlaku untuk semua uang fisik yang beredar dan di bank. Sedangkan yang kanan dapat
ditukarkan dengan obligasi pemerintah yang dapat ditukarkankemabali setelah 40 tahun
kemudian dengan bunga 3% per tahun. Langkah ini merupakan kebijakan untuk menangani
kas negara yang minim dan utang negara yang terus menumpuk. Tiga poin penting dalam
kebijakan ini antara lain :
- Menyeragamkan mata uang untuk efisiensi perdagangan
- Menekan laju inflasi serta mengurangi jumlah uang beredar
- Mengisi kas negara dengan memaksa secara tersirat kepada masyarakat untuk
menyimpan uangnya di bank.

c. 25 Agustus 1959
Sembilan tahun kemudian, Indonesia melakukan sanering yang ke-3 yang dikenal dengan
“politik pengebirian uang”. Penamaan kebijakan tersebut dirasa pas dengan salah satu
tujannya yaitu mengurangi jumlah uang beredar (terutama untuk orang kaya), selain itu
pemerintah juga melakukan redenominasi uang pecahan besar dan pembekuan deposito
diatas Rp 25.000,-
Tapi jika dilihat dari pelaksanaanya, kebijakan 1959 lebih condong ke redenominasi karena
mengurangi satu digit nol. Tapi sangat disayangkan, kondisi perekonomian saat itu sedang
tidak sehat, konsentrasi pemerintah pecah anatara masalah konflik social-politik nasional dan
penyelesaian masalh internasional.

d. 19 Desember 1965
Perekonomian Indonesia terus melemah hingga 1965. Pada 1959 nilai tukar Rupiah terhadap
US$ adalah Rp 45,- namun pada 1965 nilai tukarnya adalah Rp 35.000,- , sangat drastis.
Namun pemerintah saat itu hanya mengurus masalah politik nasional dan internasional tanpa
memperhatikan penguatan pembangunan ekonomi. Ruwetnya kondisi politik dan
terabaikannya perekonomian Indonesia membuat Indonesia benar-benar terpuruk. Akhir
1965 atau tepatnya 19 Desember 1965, Wakil Perdana Menteri III yaitu Chairul Saleh
mencoba meredenominasi uang senilai Rp 1.000,- menjadi Rp 1,-. Namun saynag kebijakan
tersebut tidak mendapat dukungan dari pejabat ekonomi lainnya. Hal ini mengakibatkan
Indonesia mengalami inflasi hingga 650% pada tahun 1966.

D. Rencana dan Tahapan Redenominasi di Indonesia


a. Rencana
Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia merencanakan kebijakan untuk
pengurangan nilai pecahan mata uang Rupiah tanpa harus mengurangi nilainya dengan cara
menghilangkan 3 digit angka terakhir (x000 menjadi x). rencana kebijakan ini dilontarkan
oleh Bank Indonesia pada awal Mei 2010 dan dikonfirmasikan oleh Gubernur BI terpilih
yaitu Darmin Nasution pada 31 Juli 2010. Kebijakan redenominasi ini diambil setelah hasil
riset Bank Dunia menyebutkan pecahan uang Rupiah Indonesia Rp 100.000,- adalah yang
terbesar ke-2 setelah Dong Vietnam (VND) 500.000.
Tahun 2013, Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu yaitu Agus Martowardoyo,
dan Gubernur Indonesia, Darmin Nasution, berencana untuk memberlakukan redenominasi
karena tahun 2013 dianggap waktu yang sesuai, selain itu juga bersamaan dengan adanya
kebijakan penarikan uang lusuh untuk ditukar dengan uang baru. Kolaborasi antara
kebijakan penarikan uang baru dengan redenominasi dapat mengefisiensikan anggran
pencetakan uang. Rencananya, pencetakan uang ini meliputi 50% uang pecahan lama dan
50% uang pecahan baru.
Rencana semula Bank Indonesia akan meredenominasi Rupiah tapi terhalang dengan
kondisi perekonomian global yang belum stabil dan pembahasan undang-undang yang
terhenti akibat adanya agenda Pemilu 2014. Target awal realisasi redenominasi pada 14
Agustus 2014akan berubah dengan model baru, yaitu Uang Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Uang NKRI)
Sesuai dengan undang-undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang, Rupiah
ditempatkan sebagai salah satu symbol kedaulatan negara yang harus dihormati dan
dibanggakan seluruh warga negara Indonesia. Dengan demikian Bank Indonesia tidak lagi
menjadi institusi tunggal yang berwenang mencetak uang Rupiah. Nantinya Bank Indonesia
harus selalu berkoordinasi dengan pemerintah, yakni kementrian keuangan dalam hal
rencana mencetak uang, penerbitan uang, hingga penarikan dan pemusnahan uang lama.
Setelah tidak lagi menjadi institusi tunggal pencetak uang Rupiah, frasa Bank
Indonesia yang terdapat di setiap pecahan Rupiah saat ini akan diganti menjadi Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, perubahan lainnya pada uang NKRI nantinya
adalah akan adanya tanda tangan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia dan
system pengamanan baru anti pemalsuan pada uang kertas.

b. Tahapan Redenominasi
Rencana redenominasi diprediksikan tidak dapat berlangsung secara singkat, setidaknya
butuh lebih kurang 6 tahun yang terbagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan, dimana kegiatan utamanya adalah menyusun RUU
Redenominasi hingga disahkan menjadi UU. Termasuk rencana pencetakan uang
dan distribusinya, penyesuaian infrastruktur dan teknologi sitem pembayaran,
serta komunikasi kepada seluruh lapisan masyarakat.
2. Tahap Transisi, yaitu penukaran secara bertahap Rupiah lama dengan Rupiah
baru. Akan ada dua mata uang beredar yang beredar yaitu Rupiah lama dan
Rupiah baru. Pada tahap ini pedaging wajib mencantumkan harga barang atau jasa
dalam dual price tagging (dua harga).
3. Tahap Pashing Out, yaitu Rupiah yang bertuliskan baru akan dikembalikan dan
menjadi Rupiah untuk digunakan kegiatan transaksi seterusnya.

E. Dampak Redenominasi bagi Indonesia


Berikut merupakan dampak positif dan negatif dari redenominasi :
o Dampak Positif
- Mempermudah dalam pencatatan karena nol nya tidak banyak
- Meningkatkan efisiensi dalam transaksi tunai
- Frekuensi pencetakan uang lebih jarang karena uang logam lebih tahan lama
o Dampak Negatif
- Akan menyebabkan inflasi karena pembulatan ke atas
- Turunnya psikologis seseorang karena status di masyarakat (misal milyader menjadi
jutawan)
PENUTUP

Uang dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang dapat diterima sebagai alat tukar
transaksi yang setara, dapat digunakan untuk segala junis benda, tahan lama, nilai yang relative
stabil, dan mudah dibawa.

Beratnya perjuangan untuk mempertahankan stabilisasi Rupiah yang paling jelas dimulai
sejak Indonesia merdeka. Sistem yang belum rapi membuat pemerintah mengambil kebijakan-
kebijakan guna menekan laju inflasi. Kegiatan yang masih melekat di masyarakat adalah kegiatan
sanering dan redenominasi. Kegiatan tersebut belum satu pun yang berhasil membuat masyarakat
menjadi takut jika ada peristiwa serupa.

Namun jika kita menelaah pada sejarah sebelumnya, terlihat bahwa redenominasi, sanering
atau devaluasi mata uang Rupiah di negara kita seharusnya membuat kita belajar dari kegagalan
tersebut, sehingga nantinya jika ini benar akan dilaksanakan maka pemerintah siap masyarakat pun
juga sudah sia. Hal ini tentu akan memudahkan proses redenominasi di negara kita tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, M. (2014). Kumpulan Definisi Uang Menurut Para Ahli.


http://miragustina90.blogspot.com/2014/03/kumpulan-definisi-uang-menurut-para.html\.

Ardilla, B. A. (2012). Rencana Redenominasi Rupiah dan Dampaknya. http://bella-


anggun.blogspot.com/2013/10/rencana-redenominasi-rupiah-dan-dampak.html.

Redenominasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Redenominasi.

(2013). Sejarah Mata Uang Rupiah. http://historysander.blogspot.com/2013/01/sejarah-mata-


uang-rupiah.html.

(2013). Sejarah Redenominasi di Indonesia. http://bunda-bisa.blogspot.com/2013/01/sejarah-


redenominasi-di-indonesia-1946.html.

(2012). Sejarah Uang dan Perkembangannya di Dunia.


http://kumpulansejarah1001.blogspot.com/2012/12/sejarah-uang.html.

Siamat, D. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan. In d. siamat, Manajemen Lembaga Keuangan


(p. 775). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Thomas, R. G. Our Modern Banking and Monetary System.

Zaka. (2013). Pengertian, Syarat, dan Fungsi Uang.


http://www.zakapedia.com/2013/04/pengertian-syarat-dan-fungsi-uang.html.
HASIL PENGECEKAN PLAGIASI
BIODATA PENULIS

STATISTA SAGITA HAPRIFANYUNA, memulai kehidupan ini sejak


20 tahun yang silam, tepatnya sejak 2 Desember 1993. Mulai bersekolah
saat usia 4,5 tahun di TK Bhayangkari 46 Jepara, dan dilanjutkan bersekolah
di SDN 01 Panggang Jepara. Tahun 2007 ia masuk di SMP N 1 Jepara dan
memilih Sekolah Menengah Kejuaruan Negeri 3 Jepara jurusan akuntansi
hingga tamat pada 2012. Untuk jenjang selanjutnya, dara penyuka warna
biru ini melanjutkan study di Universitas Islam Nahdllatul Ulama’
(UNISNU) Jepara dengan jurusan yang sama yaitu akuntansi
Kegiatan ekstrakulikuler tak luput dijajalnya mulai dari SD. Dari Marching
Band, Pramuka dan OSIS. Darah seni juga mengalir dalam diri gadis ini,
terbukti dengan banyaknya penghargaan yang didapatnya dibidang seni tari
tradisional dan seni suara. Selain itu, dia juga Sekretaris Forum Anak Jepara (FAJAR) selama 2
periode.
Dan kesibukan penulis selain kuliah adalah aktivis di Unit Kegiatan Mahasiawa (UKM) Orsha
(Organisasi Bahasa), menjadi Asisten Pembina Siaga di MTs. Masholihul Huda Krapyak,
Pendamping Pelatih Penggalang di SMP N 1 Jepara dan Pendamping Penegak di SMK N 3 Jepara.
Dan juga menjalankan bisnis sebagai Consultant bagian Jepara dari Oriflame Sweden.

Anda mungkin juga menyukai