Oleh :
Statista Sagita Haprifanyuna ( 131120000716 )
Uang memiliki peranan penting dalam aktivitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang mencukupi. Apalagi dewasa ini, semua dinilai dengan satuan uang. Dahulu uang tidak
berbentuk seperti sekarang, sederhana dan mudah dibawa. Butuh waktu lama untuk manusia
bergerak menciptakan alat pembayaran yang sah. Begitu pula dengan sejarah Rupiah Indonesia
yang tentu tidak hadir begitu saja. Perlu waktu untuk mempertahankan Rupiah dan perekonomian
Indonesia saat itu. Banyak kebijakan untuk mengatur Rupiah sedemikan rupa agar Rupiah tetap
statbil dan tidak menimbulkan inflasi, seperti sanering dan redenominasi.
Uang adalah segala sesuatu yang siap sedia dan pada umumnya diterima dalam pembayaran
pembelian barang-barang, jasa-jasa dan untuk membayar utang. (Thomas, R. G. Our Modern
Banking and Monetary System. )
Rupiah adalah mata uang negara Republik Indonesia. Nama mata uang Indonesia atau
Rupiah sering dikaitkan dengan rupee mata uang India, namun menurut Adi Pratomo, salah satu
sejarawan uang Indonesia, Rupiah diambil dari kata rupia dalam bahasa Mongolia. Rupia sendiri
berarti perak. Memang sama dengan arti rupee, namun Rupiah sendiri merupakan pelafalan asli
Indonesia karena ada penambahan huruf ‘h’ di akhir kata rupia, khas pelafalan orang Jawa.
(http://bunda-bisa.blogspot.com/2013/01/sejarah-redenominasi-di-indonesia-1946.html)
Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah
nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi, jumlah satuan moneter yang sama perlahan-lahan
memiliki daya beli yang semakin lemah. Dengan kata lain, harga produk dan jasa harus dituliskan
dengan jumlah yang lebih besar. Ketika angka-angka ini semakin membesar, mereka dapat
memengaruhi transaksi harian karena resiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh jumlah
lembaran uang yang harus dibawa, atau karena psikologi manusia yang tidak efektif menangani
perhitungfan angka dalam jumlah besar. Pihak yang berwenang dapat memperkecil masalah ini
dengan redenominasi: satuan yang baru menggantikan satuan yang lama dengn sejumlah angka
tertentu dari satuan yang lama dikonversi menjadi 1 satuan baru. Jika alasan redenominasi adalah
inflasi, maka rasio konversi dapat lebih besar dari 1, biasanya merupakan bilangan positif kelipatan
10, seperti 10, 100, 1.000. prosedur ini dapat disebut juga sebagai “penghilang nol”.(Redenominasi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Redenominasi.)
PEMBAHASAN
a. Oktober 1946
Usaha untuk mengatur mata uang pertama kali terjadi pada Oktobr 1946. Saat itu usia
Indonesia baru 1 tahun, jadi wajar jika banyak mata uang bekas para penjajah masih
berkeliaran bebas dalam perekonomian Indonesia. Gulden (mata uang NICA) waktu itu
masih berlaku untuk alat tukar, namun nilai Gulden yang sedikit membuat nilai Gulden
semakin tinggi. Sedangkan saat itu mata uang Jepang yang beredar sangat banyak yang
mengakibatkan nilai mata uang Jepang menjadi rendah. Pada masa penjajahan Jepang,
Indonesia mengalami keadaan tidak produktif, sehingga ini adalah peluang inflasi yang
dimanfaatkan penjajah untuk meruntuhkan perekonomian Indonesia saat itu. Untuk
menyelesaikan masalah tersebut (uang beredar terlalu banyak), maka satusatunya cara adalah
mengatur kembali jumlah uang beredar. Pemerintah saat itu manarik uang NICA dan uang
Jepang dan diganti dengan uang Indonesia (ORI).
b. 10 Maret 1950
Pada tahun 1950, uang eks-penjajah masih beredar. Padahal pemerintah telah
melakukan sanering untuk pertama kalinya guna menarik uang beredar selain ORI.
Produktivitas di Indonesia pasca merdeka ternyata tidak mengalami peningkatan secara
signifikan, sehingga kebutuhan penduduk tidak tercukupi. Selain itu, teknologi untuk
pencetakan uang saat itu belum canggih sehingga banyak kasus pemalsuan yang berimbas
inflasi karena banyaknya uang yang beredar saat itu.
Menteri Keuangan Kabinet Hatta II, Sjafruddin Prawiranegara, dari Partai Masyumi,
menerapkan kebijakan “gunting Sjafruddin”. Pada masa itu uang ORI disebut uang putih dan
uang NICA disebut uang merah. Pada 10 Maret 1950 Sjafruddin memerintahkan agar uang
merah yang bernilai diatas Rp 5,- digunting menjadi dua dan hanya bagian kiri saja yang
berlaku sebagai alat transaksi, itupun nilainya hanya setengah dari nilai tercantum. Aturan ini
berlaku untuk semua uang fisik yang beredar dan di bank. Sedangkan yang kanan dapat
ditukarkan dengan obligasi pemerintah yang dapat ditukarkankemabali setelah 40 tahun
kemudian dengan bunga 3% per tahun. Langkah ini merupakan kebijakan untuk menangani
kas negara yang minim dan utang negara yang terus menumpuk. Tiga poin penting dalam
kebijakan ini antara lain :
- Menyeragamkan mata uang untuk efisiensi perdagangan
- Menekan laju inflasi serta mengurangi jumlah uang beredar
- Mengisi kas negara dengan memaksa secara tersirat kepada masyarakat untuk
menyimpan uangnya di bank.
c. 25 Agustus 1959
Sembilan tahun kemudian, Indonesia melakukan sanering yang ke-3 yang dikenal dengan
“politik pengebirian uang”. Penamaan kebijakan tersebut dirasa pas dengan salah satu
tujannya yaitu mengurangi jumlah uang beredar (terutama untuk orang kaya), selain itu
pemerintah juga melakukan redenominasi uang pecahan besar dan pembekuan deposito
diatas Rp 25.000,-
Tapi jika dilihat dari pelaksanaanya, kebijakan 1959 lebih condong ke redenominasi karena
mengurangi satu digit nol. Tapi sangat disayangkan, kondisi perekonomian saat itu sedang
tidak sehat, konsentrasi pemerintah pecah anatara masalah konflik social-politik nasional dan
penyelesaian masalh internasional.
d. 19 Desember 1965
Perekonomian Indonesia terus melemah hingga 1965. Pada 1959 nilai tukar Rupiah terhadap
US$ adalah Rp 45,- namun pada 1965 nilai tukarnya adalah Rp 35.000,- , sangat drastis.
Namun pemerintah saat itu hanya mengurus masalah politik nasional dan internasional tanpa
memperhatikan penguatan pembangunan ekonomi. Ruwetnya kondisi politik dan
terabaikannya perekonomian Indonesia membuat Indonesia benar-benar terpuruk. Akhir
1965 atau tepatnya 19 Desember 1965, Wakil Perdana Menteri III yaitu Chairul Saleh
mencoba meredenominasi uang senilai Rp 1.000,- menjadi Rp 1,-. Namun saynag kebijakan
tersebut tidak mendapat dukungan dari pejabat ekonomi lainnya. Hal ini mengakibatkan
Indonesia mengalami inflasi hingga 650% pada tahun 1966.
b. Tahapan Redenominasi
Rencana redenominasi diprediksikan tidak dapat berlangsung secara singkat, setidaknya
butuh lebih kurang 6 tahun yang terbagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan, dimana kegiatan utamanya adalah menyusun RUU
Redenominasi hingga disahkan menjadi UU. Termasuk rencana pencetakan uang
dan distribusinya, penyesuaian infrastruktur dan teknologi sitem pembayaran,
serta komunikasi kepada seluruh lapisan masyarakat.
2. Tahap Transisi, yaitu penukaran secara bertahap Rupiah lama dengan Rupiah
baru. Akan ada dua mata uang beredar yang beredar yaitu Rupiah lama dan
Rupiah baru. Pada tahap ini pedaging wajib mencantumkan harga barang atau jasa
dalam dual price tagging (dua harga).
3. Tahap Pashing Out, yaitu Rupiah yang bertuliskan baru akan dikembalikan dan
menjadi Rupiah untuk digunakan kegiatan transaksi seterusnya.
Uang dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang dapat diterima sebagai alat tukar
transaksi yang setara, dapat digunakan untuk segala junis benda, tahan lama, nilai yang relative
stabil, dan mudah dibawa.
Beratnya perjuangan untuk mempertahankan stabilisasi Rupiah yang paling jelas dimulai
sejak Indonesia merdeka. Sistem yang belum rapi membuat pemerintah mengambil kebijakan-
kebijakan guna menekan laju inflasi. Kegiatan yang masih melekat di masyarakat adalah kegiatan
sanering dan redenominasi. Kegiatan tersebut belum satu pun yang berhasil membuat masyarakat
menjadi takut jika ada peristiwa serupa.
Namun jika kita menelaah pada sejarah sebelumnya, terlihat bahwa redenominasi, sanering
atau devaluasi mata uang Rupiah di negara kita seharusnya membuat kita belajar dari kegagalan
tersebut, sehingga nantinya jika ini benar akan dilaksanakan maka pemerintah siap masyarakat pun
juga sudah sia. Hal ini tentu akan memudahkan proses redenominasi di negara kita tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA
Redenominasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Redenominasi.