Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ahmad Raffi Andriansyah

Kelas : XD

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rupiah, atau lengkapnya Rupiah Indonesia, adalah mata uang resmi yang berlaku di Republik
Indonesia.[4] Mata uang ini dicetak dan diatur penggunaannya oleh Bank Indonesia dengan
kode ISO 4217 IDR. Secara tidak formal, orang Indonesia juga menyebut mata uang ini dengan
nama "perak". Satu rupiah dibagi menjadi 100 sen, walaupun inflasi telah membuatnya tidak
digunakan lagi kecuali hanya pada pencatatan di pembukuan bank.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sejarah, dari mata uang indonesia.

1.2 Tujuan Penelitian

mengetahui sejarah mata uang indonesia


fungsi mata uang di indonesia

1.3 Metode Penelitian

Mencari di browser
BAB 2

ISI

Asal Muasal Nama Rupiah


Berdasarkan sejarah, nama Rupiah berasal dari kata India: rupiya yang juga berakar dari bahasa
Sansekerta yaitu: rupyakam yang berarti “perak”. Nama “Rupiah” dijadikan nama mata uang
Indonesia dikarenakan pengaruh budaya India yang kuat semasa kejayaan kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di Nusantara selama ratusan tahun yang telah terasimilasi kedalam budaya dan
perbahasaan di Indonesia.

Dahulu, ada berbagai macam alat tukar yang digunakan untuk bertransaksi, seperti koin emas
dan perak. Produk koin pertama yang ditemukan di Indonesia berasal dari dinasti Sailendra yang
diproduksi dari abad ke-9 hingga ke-12.

Selain itu, ada untaian manik-manik juga dipakai sebagai alat tukar. Manik-manik ini diproduksi
oleh kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan menyebar hingga pulau Jawa, Kalimantan sampai
Indonesia bagian timur seperti Maluku.

Tak hanya itu, di akhir abad ke-13 Kerajaan Majapahit menerima kedatangan pedagang Cina dan
menjadikan koin tembaga sebagai alat tukar di masa itu. Di tahun 1942, Jepang menginvasi
pemerintahan Hindia Belanda dan membawa mata uang sendiri termasuk uang lokal dan gulden,
lalu melikuidasi bank-bank, termasuk De Javasche Bank.

Setelahnya, terbitlah uang kertas yang dikeluarkan oleh De Japansche Regeering dan menjadi
alat pembayaran yang sah sejak Maret 1942. Uang Jepang seharusnya memiliki nilai yang sama
dengan uang Belanda, namun terjadi hiperinflasi karena mencetak uang secara berlebihan.

Di tahun 1944, Jepang mengeluarkan uang yang dicetak dalam bahasa Indonesia. Stok uang
kertas ini tetap dipakai oleh pemerintah Indonesia sampai tahun 1946 ketika pemerintah baru
bisa mencetak uang sendiri.

Pada akhir perang, sekutu NICA mulai mengambil alih kendali atas Indonesia dan mencetak
gulden NICA di tahun 1943. Uang ini disebarkan di Papua, Maluku dan Kalimantan. Lalu, ketika
uang NICA pertama kali muncul di Pulau Jawa, Soekarno mengeluarkan dekrit (keputusan)
segera di tanggal 2 Oktober 1945 yang menyatakan bahwa uang kertas NICA itu ilegal.

Karena tidak memiliki kuasa penuh, akhirnya Belanda memutuskan tidak mengeluarkan uang
NICA di kota-kota di Pulau Jawa dan Sumatra. Karena kesulitan mengedarkan uang. Akhirnya
lambat laun uang NICA tidak lagi berlaku dan tidak digunakan.
Pascaproklamasi Kemerdekaan
Di tahun 1945, setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah Indonesia memutuskan sudah
saatnya untuk membuat mata uang sendiri. Sejarah mata uang Indonesia sendiri berawal pada
1946, yakni dengan diterbitkannya mata uang pertama oleh pemerintah, yakni Oeang Republik
Indonesia (ORI). ORI pertama kali diedarkan pada 30 Oktober 1946.

Meskipun demikian, bila dilihat pada lembaran ORI pertama, tertulis emisi bertanggal 17
Oktober 1945. Hal ini menunjukkan banyaknya kendala dalam dalam proses pembuatan,
pencetakan, dan peredaran ORI.

ORI diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai identitas dan bentuk kedaulatan
ekonomi, serta salah satu upaya untuk menyehatkan perekonomian Indonesia yang sedang
mengalami inflasi tinggi. ORI diterbitkan untuk menggantikan mata uang yang sebelumnya
diterbitkan oleh Pemerintah Belanda dan Jepang, sebagai salah satu bentuk perlawanan
Indonesia.

ORI dibuat dalam desain dan bahan kertas yang sederhana tetapi mampu membangkitkan
semangat rakyat Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan ekonomi
Indonesia.

Pada saat itu, ORI emisi 1 terbit dalam delapan seri uang kertas yaitu satu sen, lima sen, sepuluh
sen, setengah rupiah, satu rupiah, lima rupiah, sepuluh rupiah, dan seratus rupiah. ORI ini juga
punya sisi depan dan belakang yang bergambar ciri khas Indonesia, yaitu keris yang terhunus
dan teks Undang-Undang Dasar 1945.

Pada tiap lembar yang beredar, ORI ditandatangani oleh Menteri Keuangan yang menjabat
dalam kurun waktu 26 September 1945 – 14 November 1945, AA Maramis.

Proses peredaran ORI ke seluruh pelosok negeri bukan tanpa halangan. Faktor perhubungan dan
masalah keamanan yang menjadi faktor utama sulitnya pendistribusian mata uang ini ke
masyarakat. Apalagi, sebagian wilayah Indonesia masih berada di bawah kedudukan Belanda.

Kedua hal ini menyebabkan pemerintah Indonesia kesulitan untuk menyatukan Indonesia sebagai
satu kesatuan moneter. Bahkan, mulai tahun 1947 pemerintah terpaksa memberikan otoritas
kepada daerah-daerah tertentu untuk mengeluarkan uangnya sendiri yang disebut Oeang
Republik Indonesia Daerah (ORIDA).
Berganti Menjadi Rupiah
Sebagai upaya untuk menyeragamkan uang di wilayah
Republik Indonesia Serikat, pada 1 Januari 1950 Menteri
Keuangan Sjafruddin Prawiranegara mengumumkan bahwa
alat pembayaran yang sah adalah uang federal.

Mulai 27 Maret 1950 telah dilakukan penukaran ORI dan


ORIDA dengan uang baru yang diterbitkan dan diedarkan
oleh De Javasche Bank yaitu Uang Republik Indonesia
Serikat (RIS).
Sejalan dengan masa Pemerintah RIS yang berlangsung
singkat, masa edar uang kertas RIS juga tidak lama, yaitu
hingga 17 Agustus 1950 ketika Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) terbentuk kembali.

Pada Desember 1951, De Javasche Bank dinasionalisasi


menjadi Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral. Sesuai
dengan tanggal berlakunya Undang-Undang Pokok Bank
Indonesia tahun 1953, maka tanggal 1 Juli 1953 diperingati
sebagai hari lahir Bank Indonesia di mana Bank Indonesia
menggantikan De Javasche Bank dan bertindak sebagai
bank sentral.

Di saat yang sama, Bank Indonesia juga merilis uang


Rupiah yang berlaku sebagai alat pembayaran. Terdapat
dua macam uang rupiah yang berlaku sebagai alat
pembayaran yang sah di wilayah Republik Indonesia, yaitu
uang yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia
(Kementerian Keuangan) dan yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia.

Pemerintah RI menerbitkan uang kertas dan logam pecahan


di bawah Rp 5, sedangkan Bank Indonesia menerbitkan
uang kertas dalam pecahan Rp 5 ke atas. Di tahun 1952
hingga 1953, Bank Indonesia mulai merilis uang kertas
baru, mulai dari 1 Rupiah hingga 100 Rupiah.

BAB 3
KESIMPULAN

Kesimpulannya uang adalah suatu benda yang diterima secara umum oleh masyarakat untuk
mengukur nilai, menukar, dan melakukan pembayaran atas pembelian barang dan jasa, serta
pada waktu yang bersamaan bertindak sebagai alat penimbun kekayaan.

Anda mungkin juga menyukai